Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Analogi Hukum, 1 (3) (2019), 271–276

Jurnal Analogi Hukum


Journal Homepage: https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum

Implementasi Proses Rehabilitasi Terhadap Penyalahguna


Narkotika di Panti Rehabilitasi Yayasan Anargya Bali
A.P. Komang Ayu Hariwangi, Simon Nahak dan I Ketut Sukadana

Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali, Indonesia

*hariwangi.ayu@gmail.com
How To Cite:
Hariwangi, A, P, K, A., Nahak, S., Sukadana, I, K. (2019). Implementasi Proses Rehabilitasi Terhadap Penyalahguna Narkotika di Panti Rehabilitasi
Yayasan Anargya Bali. Jurnal Analogi Hukum. 1 (3). 271-276. Doi: https://doi.org/10.22225/ah.1.3.1766.271-276

Abstract—Transnational narcotics crimes are carried out using modern modus operandi and advanced
technology, including safeguarding the results of narcotics crimes. The development of the quality of narcotics
crimes has become a very serious threat to human life. Drug users or users on the one hand are criminals, but
on the other hand are victims. According to the law, the user or drug user as the perpetrator of narcotics
crime is by the provisions of the Narcotics Law which regulates imprisonment given to the perpetrators of
narcotics abuse. The formulation of the problem raised is (1) what is the process of rehabilitation of narcotics
abusers in the Anargya Foundation? (2) What are the obstacles in the process of rehabilitation of narcotics
abusers at the Anargya Foundation? The problems that will be discussed will be examined based on an
empirical perspective, empirical research, namely research carried out through observation or research
directly into the field. The problem approach used in this study is an empirical juridical approach. The results
showed that the process of rehabilitation of narcotics abusers at the Anargya Bali Foundation was carried out
in several phases, namely the first stage (intake) aimed at making an assessment and knowing the suitability or
feasibility of the treatment program with the client's condition. The second stage (primar care) is carried out
by the assessment process and is considered to be eligible to undergo treatment on physical, mental and
spiritual aspects. The third stage (transitional), in this phase the client is more focused on preparing himself to
return to society. Whereas the fourth stage (after care) is that in this phase the client is allowed to stay outside
the care facility but still conducts outpatient sessions on a regular basis to monitor the client's progress.
Obstacles in the process of rehabilitation of narcotics abusers at the Anargya Bali Foundation consist of
internal factors and external factors.
Keywords: Narcotics abusers, rehabilitation, sanctions

Abstrak—Saat ini modus operandi kejahatan narkotika semakin maju dan menggunakan teknologi canggih,
juga dalam hal pemberantasan hasil dari kejahatan narkotika tersebut. Di dunia yang semakin maju ini potensi
dari kejahatan narkotika akanancaman serius dalam kehidupan manusia. Baik bagi pemakai ataupun pengedar
narkoba dapat dimasukkan dalam suatu tindak pidana, padahal mereka juga merupakan korban. Pemakai atau
pengedar narkoba sebagaimana disebutkan dalam undang-undang dapat dijadikan pelaku tindak pidana yang
juga mengatur tentang hukuman penjara yang dijatuhkan bagi para pelaku penyalahguna narkotika. Adapun
rumusan masalah yang diangkat adalah (1) Bagaimanakah proses rehabilitasi terhadap penyalahguna narkotika
di Yayasan Anargya? (2) Bagaimanakah hambatan dalam proses rehabilitasi terhadap penyalahguna narkotrika
di Yayasan Anargya? Permasalahan yang akan dibahas nantinya akan dikaji berdasarkan sudut pandang
empiris, penelitian empiris yaitu penelitian yang dilakukan melalui observasi atau penelitian secara langsung
ke lapangan. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa proses rehabilitasi terhadap penyalahguna narkotika di Yayasan
Anargya Bali dilakukan dengan beberapa fase yaitu tahap pertama (intake) bertujuan untuk membuat penilaian
dan mengetahui kesesuaian atau kelayakan antara program rawatan dengan kondisi klien. Tahap kedua (primar
care) dilakukan proses penilaian dan dianggap memenuhi syarat untuk menjalani perawatan pada aspek fisik,
mental dan spiritual. Tahap ketiga (transitional), pada fase ini klien lebih difokuskan pada persiapan diri untuk
kembali ke masyarakat. Sedangkan tahap keempat (after care) yaitu pada fase ini klien diperbolehkan untuk
tinggal di luar fasilitas perawatan namun tetap melakukan sesi-sesi rawat jalan secara berkala untuk memonitor
perkembangan klien. Hambatan dalam proses rehabilitasi terhadap penyalahguna narkotrika di Yayasan
Anargya Bali terdiri dari faktor intern dan faktor ekstern.

Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License


271
Implementasi Proses Rehabilitasi Terhadap Penyalahguna Narkotika di Panti Rehabilitasi Yayasan Anargya Bali

Kata Kunci: Penyalahguna narkotika, rehabilitasi, sanksi

1. Pendahuluan membebaskan pecandu dari ketergantungan,


dan masa menjalani rehabilitasi tersebut
Sebagai makhluk sosial manusia di dalam diperhitungkan sebagai masa menjalani
pergaulan sehari-hari, sering menjalin hukuman. Rehabilitasi terhadap penyalahguna
hubungan antar anggota masyarakat. Dengan narkotika juga merupakan suatu bentuk
adanya hubungan tersebut sering akan timbul perlindungan sosial yang mengintegrasikan
suatu peristiwa yang dapat menggerakkan penyalahguna narkotika ke dalam tertib sosial
peristiwa hukum (Arrasjid, 2000). Sebagai agar dia tidak lagi melakukan penyalahgunaan
contoh dari peristiwa itu misalnya dalam hal narkotika. Berdasarkan Undang-Undang
penyalahgunaan narkotika yang semakin Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
merajalela di masyarakat. Tentang Narkotika, yang merupakan pengganti
Masalah penyalahgunaan narkotika dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
menjadi sangatmengganggu masyarakat tentang Narkotika terdapat setidaknya dua jenis
mengingat narkotika memiliki pengaruh baik rehabilitasi, yaitu rehabilitasi medis dan
fisik dan mental pengguna, dan jika dalam rehabilitasi sosial.
penggunaannyasesuai yang diajurkan dokter Masalah penyalahgunaan narkoba di
(tepat) dan dalam pengawasan dokter maka Indonesia dapat menjadi suatu ancaman yang
dapat dijadikan bahan dalam penelitianbegitu serius bagi generasi penerus bangsa. Pengaruh
pula didunia pengobatan, namun apabila dalam dari narkoba tersebut sangatlah buruk, baik dari
penggunaannya menyalahi aturan atau standar segi kesehatan pribadinya dan juga dampak
pengobatan maka akan membahayakan si sosial yang diakibatkannya. Bagi korban
pengguna. Adapun akibat langsung dari narkotika akan merasakan tekanan psikologis
penggunaan narkotika, yaitu dapat merusak dan sosial. Walaupun demikian, usaha agresif
fisik dan psikis, namun juga dapat bangsa Indonesia terus dilakukan dalam tiga
menimbulkan penyakit yang mematikan seperti tindakan utama, antara lain; pencegahan,
penularan AIDS dan HIV yang merupakan efek rehabilitasi dan penegakkan hukum
samping dari penyalahgunaan narkotika ini. (Syamsuddin & Aris, 2009). Dari ketiga
Di zaman modern ini, seorang yang tindakan utama ini harus diberikan sanksi
tadinya terlihat kalem dapat berubah menjadi secara seimbang dengan demikian permintaan
seorang pecandu yang sulit terlepas dari dunia dan penyediaan narkoba bisa dikurangi. Oleh
hitam ini.Pada umumnya jika ditinjau dari sebab itu, pemecahan masalah yang harus
aspek yuridis peredaran narkotika di Indonesia dilakukan dengan cara memberikan
adalah sah keberadaannya.Hukum yang penjelasanuntuk memberikan tempat membantu
mengatur yaitu Undang-Undang Narkotika dalam hal pemulihan bagi para pemakai
akanmelarang adanya penggunaan narkotika narkoba tersebut.
tanpa izin. Dalam Undang-Undang Republik Program rehabilitasi yang dilakukan ini
Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang adalah salah satu tindakan pemerintah dalam
Narkotika disebutkan adanya perlakuan yang mengurangi dan menekan penyalahguna
berbeda bagi pelaku penyalahgunaan narkoba, narkoba. Kegiatan ini adalah salah satucara
dulu sebelum adanya undang-undang ini tidak alternatif, karena si pelaku penyalahguna
ada perbedaan perlakuan antara pengedar, narkoba merupakan korban kecanduan
pemakai,maupun terhadapbandarnya (Adi, narkotika yang jugamembutuhkan upaya
2009). pengobatan dan pemulihan. Upaya pengobatan
Bagi si pengguna narkoba, ia dapat dan pemulihan ini dilakukan dengan
dikatakan sebagai "self victimizing victims" memberikan tindakan rehabilitasi bagi
karena si pemakai narkoba akan menderita pengguna narkotika (Dirdjosisworo, 1990).
mengalami ketergantungan obat akibat dari Pemberiantindakan rehab bagi penyalahguna
penyalahgunaan narkoba yang dilakukannya narkotika adalah alternatif lainyang dijatuhkan
sendiri. Di dalam Pasal 54 Undang-Undang oleh hakim dengan penuhperhitungan selama
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 masa menjalani hukuman. Namun
Tentang Narkotika disebutkan: kenyataannya masih adanya pemakai narkoba
yang setelah menyelesaikan upaya
"Penyalahguna narkotika dan korban rehabilitasinya di Badan Narkotika Nasional
penyalahguna narkotika wajib menjalani (BNN) kembali keduani hitam mereka untuk
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. menggunakan kembali narkoba bahkan sampai
Rehabilitasi terhadap penyalahguna narkotika menjadi seorang pengedar.Hal inilah yang
adalah suatu proses pengobatan untuk menjadi latar belakang penulis untuk membuat
Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License
272
Implementasi Proses Rehabilitasi Terhadap Penyalahguna Narkotika di Panti Rehabilitasi Yayasan Anargya Bali

skripsi dengan judul “Implementasi Proses penyalahguna narkotika di Yayasan Anargya?


Rehabilitasi Terhadap Penyalahguna Narkotika Dan Bagaimanakah hambatan dalam proses
Di Panti Rehabilitasi Yayasan Anargya Bali”. rehabilitasi terhadap penyalahguna narkotrika di
Yayasan Anargya?
Beberapa penelitian serupa dengan
penelitian sekarang ini telah dikaji sebelum, 2. Metode
seperti (M. E. Purwani, Yusa Darmadi, & Dalam skema penelitian ini ditentukan
Walesa Putra, 2016) yang meneliti tentang tujuan, baik itu tujuan umummaupuntujuan
“Implementasi Pengaturan Rehabilitasi khusus. Tujuan umum adalah: a) Untuk
Penyalah Guna Narkotika Oleh Badan melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi,
Narkotika Nasional Kota Denpasar”. Hasil khususnya penelitian pada bidang hukum yang
penelitian ini menunjukkan bahwa BNNK menyangkut perkembangan di masyarakat, b)
memiliki kewenangan dalam penerapan Untuk melatih mahasiswa dalam menyatakan
rehabilitasi bagi penyalahgunaan Narkotika pikiran ilmiah, c) Untuk melengkapi
sebagaimana diatur di dalam Peraturan persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum.
Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Sementara tujuan khusus adalah a)Untuk
Tahun 2010 tentang Badan Narkotika mengetahui penerapan proses rehabilitasi di
Yayasan Rehabilitasi Anargya dalam
Nasional dan sejumlah Peraturan Kepala menangani penyalahguna narkotika; dan b)
BNN. Dalam pelaksanaan kewenangan Untuk mengetahui hambatan rehabilitasi
tersebut, BNNK mendapat pembinaan terhadap penyalahguna narkotika di Yayasan
teknis dan supervisi Pencegahan dan Rehabilitasi Anargya.
Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Penelitian ini merupakan penelitian
bidang rehabilitasi dari BNN Provinsi. empiris, penelitian empiris yaitu penelitian yang
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa dilakukan melalui observasi atau penelitian
secara langsung ke lapangan.Pendekatan
secara garis besarnya,BNNK Denpasar masalah yang digunakan dalam penelitian ini
telah mengimplementasikan aturan adalah pendekatan yuridis empiris.Pendekatan
mengenai rehabilitasi terhadap penyalah yuridis sosiologi merupakan suatu tindakan
guna narkotika yang dapat dilihat dari dalam mempelajari teori-teori dan konsep-
pelaksanaan sosialisasi rehabilitasi gratis konsep serta peraturan yang berkaitan dengan
bagi pengguna narkotika, penyediaan pokok bahasan. Pendekatan yuridis empiris
tempat rehabilitasi, dan pemberian fasilitas dilakukan dengan mempelajari hukum dalam
transportasi bagi orang yang mengikuti kenyataan baik berupa penilaian prilaku,
program rehabilitasi di luar Bali. pendapat dan sikap terhadap proses rehabilitasi
Selanjutnya, (Putra, Tjatrayasa, & Darmadi, penyalahguna narkotika.
2017) juga mengkaji penelitian serupa Adapun lokasi penelitian ini di Yayasan
tentang “Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Anargya Bali yang berlokasi di Jalan Kerta
Pecandu Narkotika Oleh Badan Narkotika Dalem Gang III No. 3 Sidakarya Denpasar Bali,
Nasional Provinsi Bali di Denpasar”. Hasil hal pertama yang dilakukan dengan mencari
penelitian ini menunjukkan bahwa data-data yang dapat menunjang dan
Pelaksanaan Rehabilitasi pecandu memecahkan permasalahan yang ditemui.
Narkotika oleh Badan Narkotika Nasional Kemudian penulis akanmelakukan penelitian di
Provinsi Bali dari tahun ketahun mengalami Yayasan Rehabilitasi Anargya, sesuai dengan
peningkatan, tidak mengenal umur dan objek penelitian yang mengkhususkan pada
tahapan tindakan rehabilitasi bagipemakai
golongan. Kendala dalam pelaksanaan narkoba.
Rehabilitasi adalah kurang adanya peran
serta dari masyarakat, dan upaya yang Sumber data dalam penelitian ini adalah
dilakukan untuk melancarkan Rehabilitasi data primer dan data sekunder. Data primer
adalah meningkatkan sosialisasi ke yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
masyarakat dan swiping ke tempat rawan pihak Yayasan Rehabilitasi Anargya melalui
peredaran Narkotika. wawancara secara langsung. Sedangkan sumber
data sekunder merupakan sumber data yang
Sesuai pemaparan latar belakang yang dapat berupa data dari sumber-sumber tertentu,
telah dibahas di atas, maka dapat dibuatkan seperti halnya dokumen-dokumen di tempat
suatu rumusan permasalahan sebagai berikut: penelitian, data-data yang didapatkan, termasuk
Bagaimanakah proses rehabilitasi terhadap juga teori-teori yang berhubungan dengan

Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License


273
Implementasi Proses Rehabilitasi Terhadap Penyalahguna Narkotika di Panti Rehabilitasi Yayasan Anargya Bali

penelitian ini. BNN berkeinginan mengambil langkah tepat


dalam menyelamatkan korban penyalahgunaan
Pengumpulan data dilakukan dengan cara: narkotika. Guna memberikan dukungan kepada
observasi, wawancara dan studi kepustakaan. kebijakan BNN tersebut, maka Yayasan
Observasi dilakukan dengan cara terjun Anargya Bali ikut serta berpartisipasi aktif
langsung ke Panti Rehabilitasi Yayasan dengan membangun rumah rehabilitasi dibawah
Anargya Bali. Wawancara merupakan tanya Yayasan Anargya Bali, sebagai Narcotics
jawab langsung dengan korban penyalahgunaan Support, Treatment and Rehabilitation.
narkotika yang di rehabilitasi di Yayasan
Rehabilitasi Anargya dan pihak yang Rehabilitasi merupakan proses pemulihan
bertanggung jawab dan terkait langsung dalam bagi orang yang ketergantungan atau
proses rehabilitasi narkotika, untuk memperoleh penyalahgunaan narkoba secara luas dan
gambaran secara global mengenai proses lengkap yang meliputi aspek biopsikososial dan
rehabilitasi tersebut. Sedangkan studi spiritual sehingga memerlukan waktu lama,
kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan kesabaran, konsistensi, kemauan keras, dan
data penunjang yang berkaitan dengan objek pembelajaran secara terus menerus (Mappaire,
penelitian dan buku-buku yang berkaitan 1982). Program rehabilitasi bagi penyalahguna
dengan penelitian ini. narkotika merupakan suatu bentuk perlindungan
sosial yang mengintegrasikan penyalahguna
Data yang diperoleh baik primer maupun narkotika ke dalam tertib sosial agar dia tidak
sekunder dianalisis secara kualitatif dan lagi melakukan penyalagunaan narkotika
kuantitatif yaitu menemukan masalah dan (Lamintang & Lamintang, 2010).
memberikan pendapat, serta memecahkan
permasalahan aspek hukumnya.Kemudian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
dipaparkan secara deskriptif dengan program rehabilitasi antara lain:
memberikan penjelasan, menguraikan, dan
memberikan gambaran sesuai permasalahan Bebas dari ketergantungan psikologik,
dalam penelitian ini. Dari hasil analisis tersebut yaitu dengancara mengatasi rasa rindu dan
akan diperoleh simpulan yang diharapkan dapat tekanan psikologik sosial serta mencegah relaps
menjawab permasalahan yang dibahas dalam (kekambuhan).
penulisan ini. Bebas dari ketergantungan fisik mengatasi
3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan gejala putus zat yang timbuldan berhenti
memakai (abtinensia); (Martono & Joewana,
2006).
Proses Rehabilitasi Terhadap Penyalahguna
Narkotika Di Yayasan Anargya Dari wawancara yang peneliti lakukan di
Yayasan Anargya Bali dengan Finance
Panti Rehabilitasi Yayasan Anargya Bali Manager Yayasan Anargya Bali, Bahwa syarat
didirikan pada tahun 2014.Awal untuk bisa menajalani proses rehabilitasi
muladidirikannya Yayasan Anargya Bali karena narkotika, klien positif sebagai penayalahguna
adanya keinginan dari komponen masyarakat yang tergolong aktif menggunakan narkotika,
sebagai kewajiban dan bentuk nyata kegiatan dan mempunyai komitmen serta kerjasama agar
untuk membantu pemerintah dalam hal ini proses selama rehabilitasi berjalan dengan baik.
Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk turut Dengan langkah awal melakukan tes urine serta
serta aktif dalam pencegahan dan medical check untuk mengetahui tingkat
pemberantasan narkotika. Yayasan Anargya kecanduan.Setelah melalui beberapa tahapan tes
dalam memberikan layanan program klien harus melakukan assessment untuk dapat
rehabilitasi yang komprehensif, yang terdiri dari diproses lebih lanjut.Assessment dapat
psikososial,program medis, pendidikan, dilakukan langsung di Yayasan Anargya Bali.
dankeagamaan, agar pecandu dapat (wawancara dengan Bapak Daniel Satria
menyesuaikan diri, mandiri, dan mampu Pambudi tanggal 8 Desember 2018 pukul 13.00
mengoptimalkan kemampuannya sesuai dengan Wita).
potensi yang dimilikinya.Nantinya diharapkan
dapat mengatasi masalah penyalahgunaan Layanan perawatan di Yayasan Anargya
narkoba serta dapat kembali berinteraksi Bali terdiri dari beberapa tahapan tau fase
dengan masyarakat umum. Pada 2014 BNN perawatan yang membentuk sebuah rangkaian
telah menetapkan sebagai tahun penyelamatan perawatan yang berkesinambungan. Fase-fase
bagi pemakai narkotika dengan tema tersebut dirancang dan disesuaikan dengan
“Pengguna lebih baik direhabilitasi daripada di perkembangan klien dan kebutuhan
penjara” intinya tema memberikan syarat jika pemulihannya. Berikut ini penjelasan mengenai

Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License


274
Implementasi Proses Rehabilitasi Terhadap Penyalahguna Narkotika di Panti Rehabilitasi Yayasan Anargya Bali

setiap fase-fase perawatan tersebut: Yayasan Anargya


Tahap 1-INTAKE Dari beberapa faktor pendukung program
rehabilitasi di atas, ada beberapa faktor
Tahap 2-PRIMAR CARE (30-90 hari) penghambat dalam proses rehabilitasi yaitu
Tahap 3-Transitional (30-90 hari) faktor intern dan faktor ekstern, berikut
beberapa faktor penghambat rehabilitasi yang
Tahap 4-AFTER CARE (30-90 hari) berada di Yayasan Anargya Bali antara lain:
Kunci Kesuksesan pemulihan klien adalah Faktor Intern:
sejauh mana klien dapat menerapkan
kemampuan hidup bersih dari narkotika, Pemakai mengalami penyakit parah yang
alkohol, psikotropika dan zat berbahaya lainnya perlu penanganan medis khusus;
setelah klien menyelesaikan masa rawatan. Pemakaikurang terbuka dan kurang sadar
Untuk itu diperlukan suatu sistem dukungan tentang bahaya narkotika;
komunitas yang terdiri dari orang-orang yang
memiliki pengalaman yang sama yang siap Pemakai masih takut dijadikan target
menerimanya. operasi.
Adapun tata cara pengajuan rehabilitas Faktor Ekstern
bagi penyalahguna narkotika antara lain:
Ketidakharmonisan hubungan antar
Penyalahguna narkotika orangtua.
Bagipenyalahguna narkobadibawah umur Orangtua terlalu menekan anak.
Orang tua atau wali penyalahguna narkoba Adanya hubungan keluarga yang kurang
yang dibawah umur hendaknya melaporkan harmonis dapat menimbulkan perilaku yang
kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah menyimpang.
sakit, dan atau lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pengaruh lingkungan sekitar yang buruk.
pemerintah gunamemperoleh pengobatan dan Pengaruhnegatif di sekolah.
atau perawatan melalui rehabilitasi medis
maupun rehabilitasi sosial. Pengaruh negatif lingkungan terhadap
Bagipenyalahguna narkoba yang cukup perkembangan kepribadian.
umur Keluarga.
Penyalahguna narkoba yang cukup umur 4. Simpulan
hendaknya melaporkan diri atau dilaporkan
oleh keluarganya kepada pusat kesehatan Berdasarkan hasil pembahasan dan
masyarakat, rumah sakit, dan atau lembaga pemaparan yang diperoleh dalam penelitian ini,
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang maka dapat disimpulkan:
ditunjuk oleh pemerintah guna memperoleh
pengobatan dan atau perawatan melalui Proses rehabilitasi terhadap penyalahguna
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial narkotika di Yayasan Anargya Bali dilakukan
(www.bnn.go.id, 9 Januari 2019). dengan beberapa fase yaitu tahap pertama
(intake) bertujuan untuk membuat penilaian
Proses assessment merupakan proses tahap dan mengetahui kesesuaian atau kelayakan
awal dimana penyalahguna narkoba hendaknya antara program rawatan dengan kondisi klien.
melapor diri kepada BNN untuk memohon Tahap kedua (primar care) dilakukan proses
rehabilitasi. Proses ini bisa dijadikan suatu tolak penilaian dan dianggap memenuhi syarat untuk
ukur terhadap penyalahguna narkoba itu sendiri menjalani perawatan, klien akan menjalani
menentukan lamanya masa rehabilitasi terhadap tahap primary care, pada tahap ini klien akan
penyalahguna narkoba yang memohon untuk menjalani aktivitas terstruktur dan yang
direhabilitasi. Dari hasil assessment itu juga memadukan antara perawatan pada aspek fisik,
yang digunakan sebagai bahan pertimbangan mental dan spiritual. Tahap ketiga (transitional),
Tim assessment Terpadu dalam menggambil pada fase ini klien lebih difokuskan pada
keputusan terhadap permohonan. persiapan diri untuk kembali ke masyarakat
dengan memulai aktivitas seperti kerja sosial,
magang, kursus maupun pelatihan sesuai
Hambatan Dalam Proses Rehabilitasi dengan minat dan bakat klien. Sedangkan tahap
Terhadap Penyalahguna Narkotrika Di
Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License
275
Implementasi Proses Rehabilitasi Terhadap Penyalahguna Narkotika di Panti Rehabilitasi Yayasan Anargya Bali

keempat (after care) yaitu pada fase ini klien Martono, L. H., & Joewana, S. (2006).
diperbolehkan untuk tinggal di luar fasilitas Pencegahan dan Penanggulangan
perawatan namun tetap melakukan sesi-sesi Penyalahguna Narkoba berbasis
rawat jalan secara berkala untuk memonitor Sekolah. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
perkembangan klien. Di tahap ini klien akan
dimotivasi untuk terlibat secara aktif dalam Putra, P. I. A., Tjatrayasa, I. M., & Darmadi, A.
komunitas pemulihan 12 langkah agar dapat A. N. Y. (2017). Pelaksanaan
menjaga pemulihannya di luar fasilitas di Rehabilitasi Terhadap Pecandu
kemudian hari. Narkotika Oleh Badan Narkotika
Nasional Provinsi Bali di Denpasar.
Hambatan dalam proses rehabilitasi Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum, 6
terhadap penyalahguna narkotrika di Yayasan (1). Retrieved from https://
Anargya Bali terdiri dari faktor intern dan ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/
faktor ekstern. Faktor intern yang menjadi article/view/27866
penghambat dalam proses rehabilitas di
Yayasan Anargya Bali antara lain : Syamsuddin, R., & Aris, I. (2009). Merajut
Hukum di Indonesia. Jakarta: Mitra
Faktor intern antara lain : pemakai Wacana Media.
mengalami penyakit parah yang perlu
penanganan medis khusus;Pemakai kurang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
terbuka dan kurang sadar tentang bahaya Tahun 2009 Tentang Narkotika.
narkotika; dan pemakai masih takut dijadikan
target operasi
Faktor ekstern antara lain:
ketidakharmonisan hubungan antar orangtua;
orangtua terlalu menekan anak; adanya
hubungan keluarga yang kurang harmonis dapat
menimbulkan perilaku yang menyimpang;
pengaruh lingkungan sekitar yang buruk;
pengaruh negatif di sekolah; pengaruh negatif
lingkungan terhadap perkembangan
kepribadian; dan keluarga.
Daftar Pustaka
Adi, K. (2009). Diversi Sebagai Upaya
Alternative Penanggulangan Tindak
Pidana Narkotika Oleh Anak. Malang:
UMM Pres.
Arrasjid, C. (2000). Dasar-Dasar Ilmu Hukum.
Jakarta: Sinar Grafika.
Dirdjosisworo, S. (1990). Hukum Narkotika
Indonesia. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Lamintang, P. A. ., & Lamintang, T. (2010).
Hukum Penitensier Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika.
M. E. Purwani, S. P., Yusa Darmadi, A. A. N.,
& Walesa Putra, I. M. (2016).
Implementasi Pengaturan Rehabilitasi
Penyalah Guna Narkotika Oleh Badan
Narkotika Nasional Kota Denpasar.
Kertha Patrika, 38(1). doi:10.24843/
KP.2016.v38.i01.p05
Mappaire, A. (1982). Psikologi Remaja.
Jakarta: Usaha Nasional.

Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License


276

Anda mungkin juga menyukai