Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH ILMU PERILAKU

Disusun oleh:

Kelompok 7

1. Ita Alman Andela (25000321410020)


2. Lelly Kurnia F (25000321410001)
3. Lukas Tersono Adi (25000321410022)
4. Mahmudah Khurotul Aini (25000321410019)

Dosen Pengampu:

MAGISTER PROMOSI KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2021

1
THE STAGES OF SUBSTANCES USE THEORY

A. DEFINISI TEORI
The Stages Of Substance Use Theory merupakan teori yang digunakan dalam
melakukan pendekatan perilaku terhadap individu yang mengkonsumsi suatu zat
adiksi. Pada pendekatan ini, perilaku yang dimaksud dapat berupa konsumsi alcohol,
merokok, penggunaan Narkoba, atau perilaku sex bebas. DSM IV-TR (2004)
mendefinisikan Substance–Related Disorder sebagai gangguan yang berhubungan
dengan penggunaan suatu zat yang dapat menimbulkan efek samping sesuai dengan
jenis zat/substance yang digunakan. Substance-related disorder terdiri dari dua bagian
yaitu substance use disorder dan subtance induced disoder. Substance use disorder
adalah gangguan yang berkaitan dengan pola penggunaan narkoba dan substance
induced disorder adalah gangguan yang berkaitan dengan efek atau reaksi narkoba
yang di konsumsi.
1. Substance Use Disorder

Substance use disorder merupakan gangguan dalam hal pola penggunaan


narkoba yang terdiri dari terdiri dari dua bagian yaitu substance dependence dan
substance abuse. Substance Dependence merupakan penggunaan narkoba yang
mempengaruhi fungsi kognitif, behavioral dan fisiologis. Substance dependence
disorder ditandai dengan penggunaan narkoba secara berkelanjutan yang
kemudian menimbulkan toleransi. Toleransi yang dimaksud adalah adanya
kebutuhan untuk meningkatkan dosis penggunaan narkoba untuk mencapai efek
yang diharapkan dan juga ditandai dengan berkurangnya efek ketika penggunaan
zat tersebut dalam dosis yang sama. Bagian kedua, Substance Abuse merupakan
gangguan pola penggunaan narkoba yang sudah menimbulkan konsekuensi
signifikan akibat penggunaan yang berulang-ulang. Konsekuensi ini dapat berupa
kegagalan dalam memenuhi tanggungjawab dalam pekerjaan, sekolah, ataupun
rumah dan individu akan tetap mengunakan narkoba meskipun dalam situasi yang
dapat membahayakan secara fisik.

2. Substance-Induced Disorder

2
Substance Induced Disorder merupakan gangguan yang berkaitan dengan
stimulasi atau efek yang ditimbukan oleh narkoba yang terdiri dari dua bagian yaitu
substance intoxication dan substance withdrawal. Substance Intoxication memiliki
ciri utama berupa perkembangan sindrom yang berkebalikan/yang tidak
menyenangkan pada saat mengkonsumsi narkoba. Sindrom ini dapat berupa:
suka berkelahi, mood yang labil, kesulitan berkonsentrasi dan mengambil
keputusan. Bagian kedua, substance withdrawal merupakan gangguan berupa
timbulnya masalah fisik dan kognitif yang berkembang setelah penghentian,
pengurangan penggunaan narkoba dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu
yang lama.

Sementara itu Jane Odgen dalam tulisannya “Health Physchology” memberikan


kerangka teori dalam tahapan seseorang menggunakan zat adiksi sebagai berikut :

B. Skema Tahapan Substance Use

3
1. Tahap Inisiasi/Permulaan/pengenalan
Tahap ini dipengaruhi oleh dua factor yaitu “ Bilief/kepercayaan dan social”
1.1. Bilief faktor.
a. Susceptibility, yaitu kerentanan seorang individu dalam keyakinan pada diri
sendiri,apakah mudah terpengaruh oleh hal–hal diluar keyakinannya.
b. Seriousness,dimana keseriusan atau peka terhadap keyakinan yang
dimiliki,perduli dengan pendapat diri dan nilai – nilai yang dianut.
c. Cost, yaitu penghargaan pada keyakinan diri atau kepercayaan diri.
d. Benefit, adalah keuntungan dari nilai dan keyakinan yang dipegang/dianut.
e. Expectancies,adalah harapan terhadap kepercayaan yang dianut dan
berdampak pada dirinya.

1.2. Social factor, dipengaruhi oleh :


a. Perilaku orang tua, seperti memperhatikan keluarga dan fungsi yang terjadi
didalam keluarga.
b. Nilai yang dianut orang tua; hal – hal normative yang tertanam dalam keluarga
yang diciptakan orang tua terhadap anggota keluarga.
c. Peer Group Preasure/tekankelompok sebaya.

2. Tahap Maintenance/Kebutuhan Menetap.

Pada tahap ini juga dipengaruhi oleh factor “Bilief dan Sosial”.Tahap ini
dalam buku “Health Psychology, bahwa hal ini dapat dipengaruhi oleh kognitif
seseorang yang berperan dalam permulaan ketagihan/ kecanduan
(rokok,alcohol dan obat terlarang kognitif lain yang mendukung dalam perilaku
tersebut adalah iseng,menekan saraf dan mengurangi ketegangan,bergairah.
Segi social konsumsi alcohol dapat membangun kepercayaan social,orang tua
peminum (mereka belajar dari perilaku orang tua mereka (Orford dan
VELLEMAN,1991),dalam pergaulan remaja penggunaan alcohol sekedar
mencari sensasi.

3. Penghentian Perilaku Kecanduan/Casation Process

Karena konsekuensi potensial dalam bidang kesehatan dari merokok


penelitian menerapkan cara yang berbeda untuk membantu perokok untuk
berhenti dari kebiasannya. Penghentian dari prilaku adiktif dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua) hal yaitu :

4
a. Proses Penghentian

b. Intervensi yang dibuat untuk memotivasi individu agar berhenti dari prilaku.

3.1. Proses penghentian (The Process of Cessation)

Pada awalnya usaha dalam mempromosikan tentang larangan


cenderung tidak berhasil dan penelitian yang terbaru menekankan penghentian
sebagai proses. Pada bagian lain Prochaska dan Diclemente (1984)
berpendapat bahwa mereka cocok menggunakan model transtheoritical
sebagai perubahan perilaku untuk menjelaskan berhenti dari prilaku
kecanduan. Model ini menunjukkan dengan jelas bagian/tahapan dari proses
yang sulit dalam peralihannya dari kebiasaan merokok menjadi tidak merokok,
begitu pula dengan pecandu alcohol menjadi non- peminum.
Proses penghentian dari kebiasaan atau perilaku adiktif merokok/minuman
melibatkan peralihan dalam 4 tahap yang menyadur “transtheoritical model”
dalam mengubah prilaku untuk menerapkan penghentian pada prilaku adiktif
sebagai berikut :

a. Preconteplain : belum berpikir untuk membuat perubahan berhenti


konsumsi alcohol.

b. Contemplain : mempertimbangkan / berfikir-fikir untuk berubah /


berhenti
c. Preparation : persiapan/mulai mengurangi/berhenti
d. Action : mulai tidak melakukan (perilaku baru)/berhenti
e. Maintenance : mempertahankan perubahan prilaku sampai beberapa
waktu.

1.1.2 Intervensi untuk penghentian

Intervensi untuk mendorong berhenti yang dilakukan antara lain :


a). Clinical Intervention
Intervensi klinik sasaranya adalah individu yang bersangkutan sering
berupa bentuk kelompok atau individu biasanya dilakukan di rumah
sakit dan memakan waktu sekitar 6 sampai 12 minggu

5
1.1.3 Prospektif Penyakit Dalam Penghentian Merokok
Seseorang yang kecanduan nikotin dapat diganti dengan rokok yang
rendah nikotin/permen karet. Namun untuk kecanduan alcohol tidak ada
bahan yang cocok yang dapat diganti untuk mengurangi perilaku
peminum. intervensinya mereka disarankan segera menghentikan perilaku
peminum alcohol.

1.1.4 Persepektif Pembelajaran Social dalam Penghentian


Merokok/peminum.
Teori pelajaran sosial ditekankan pada pembelajaran prilaku
kecanduan sampai pada proses pemberian penghargaan dan sanksi.
Proses penghentian cara ini menekankan pada proses usaha untuk
membantu perokok/peminum agar berhenti dari kebiasaannya.
Prosedur penghentian tersebut meliputi :
a). Avertion therapies (terapi penyebab rasa tidak suka)

Bertujuan untuk memberikan hukuman bagi perokok/peminum


alcohol.peminum diberikan obat yang disebut antabus, yang
menginduksi muntah setiap kali mengkonsumsi alcohol.
b). Kontrak kontigensi (Contigency contracting procedures)

Bertujuan untuk memberikan hukuman bagi perokok/peminum dan


memberikan penghargaan bagi yang tidak merokok/meminum.
c). Cue exposure (Mengungkap isyarat/tanda yang ada)

Dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berhubungan dengan


merokok/peminum,misalnya dengan cara menghindari tempat-tempat
yang mendukung rasa untuk merokok/peminum.
d). Self manajement techniques (tehnik manajemen diri sendiri)

Menggunakan bermacam cara untuk mengatur tingkah laku, meliputi


monitoring perilaku dari perokok/peminum itu sendiri dengan cara
introspeksi diri tentang penyebab, kapan, dimana serta akibat yang
ditimbulkan dari perilakunya.
e). Multi Perspective Cessation Clinics (Penghentian klinik untuk
menghentikan merokok. Lando (1977) mengembangkan model integrasi

6
tentang penghentian merokok. Model Lando ini dikembangkan oleh
Killen et al,(1984) yaitu dengan pendekatan Multi-perspektif untuk
pengobatan penggunaan alcohol.Pendekatan tersebut meliputi :

(1). Menilai perilaku minum (frekuensi dan jumlah minum),factor – factor


yang mempengaruhi minum,ada dorongan untuk minum,ada
motivasi untuk berubah,apakah keluarga dan teman mendukung
mereka untuk berubah atau tidak.

(2). Kontrol diri( kapan saya minum).

(3). Mengembangkan strategi penanganan yang baru (misalnya


relaksasi dan manajemen stress).

(4). Cue eksposur, (belajar untuk mengatasi situasi).

Pendekatan ini sering dianggap sebagai pelatihan


keterampilan,mendorong individu untuk mengembangkan
keterampilan yang relevan untuk mengubah perilaku mereka.

4. Public health intervention (Intervensi Kesehatan Masyarakat) Bertujuan untuk


mendorong perubahan prilaku masyarakat secara luas , intervensinya adalah
meliputi :
4.1. Doctor’s Advice Rekomendasi dari dokter merupakan sumber informasi
yang dipercaya untuk membantu upaya penghentian
merokok/meminum.
4.2. Worksite Intervention (Intervention Di Tempat Kerja)

Intervensi yang berupa peraturan-peraturan larangan merokok/minum


ditempat kerja, intervensi ini juga dapat menurunkan angka perokok
pasif ditempat kerja dan peminum agar tidak mengkonsumsi alcohol
selama dalam bekerja.

4.3. Community Based Programme (Pendekatan Kemasyarakatan)

Merupakan cara-cara mempromosikan penghentian merokok/peminum


alkohol dengan orang-orang dalam kelompok yang besar dan
memberikan motivasi pada kelompok dan dukungan sosial.

7
4.3.1 Goverment Intervention (Intervensi dari pemerintah)

Intervensi pemerintah ini terdiri dari :

a) Membatasi atau melarang iklan rokok dan alcohol,dengan


karakteristik yang menarik.

b) Menaikkan harga rokok dan alcohol mencegah inisiasi


mereka.
c) Larangan merokok dan minum alcohol (meskipun mereka
mengorbankan kehilangan pendapatan yang besar dari
iklan ini.

4. Relaps (Kekambuhan)

8
Meskipun banyak orang berhasil berhenti dari kebiasaan merokok/alcohol,
tapi tingkat kekambuhan kembali sangat tinggi. Marlat dan Gordon 1985
mengembangkan model pencegahan kekambuhan kembali berdasarkan pada
konsep prilaku kecanduan dibawah ini :

1. Prilaku kecanduan yang dapat diketahui atau tidak diketahui

2. Kecanduan bukanlah “ semua atau tak satupun “tetapi harus ada


3. Lapse dari pantang adalah menyukai dan mau menerima
4. Meyakini bahwa “seseorang yang akan minum akan mabuk” merupakan
pemenuhan diri sendiri yang dapat diperkirakan.

Jika seseorang berhenti total sebagai tujuannya, maka tahapan ini


menggambarkan tentang target pelakunya adalah sebagai berikut :

1.1. Pre Relaps State


a. High Risk Situation

Situasi beresiko tinggi adalah situasi yang dapat memotivasi seseorang untuk
melakukan suatu perilaku, ini bisa eksternal maupun internal, sedangkan
eksternal misalnya orang lain merokok ketersediaan sedangkan situasi internal
karena seperti merokok dan minum alkohol dapat mengurangi kecemasan.

b. Coping Behavior

Adalah perilaku penanggulangan masalah yang ada ketika dihadapkan pada


situasi beresiko tinggi ( situasi emosi negative,konflik antar pribadi dan tekanan
social) akan muncul strategi-strategi tertentu untuk mengatasi misalnya
menghindari situasi,perilaku pengganti misalnya makan serta kognitif.

c. Positive Outcome Expectancies

Menurut pengalaman sebelumnya bahwa orang mempunyai pengalaman positif


menurut mereka keluar dari pelakunya (misalnya merokok dapat mengurangi
kegelisahan), atau alcohol (mabuk akan membuat saya sakit).

1.1. No Relaps or Relaps

9
Marlatt & Gordon berargumentasi ketika menunjukkan situasi resiko tinggi jika
orang dapat melakukan mekanisme penanggulangan dengan baik dan
mengembangkan harapan pengalaman yang negative. Kesempatan dari
kekambuhan akan berkurang jika kepercayaan dari individu meningkat tetapi
kesempatan kambuh menjadi tinggi jika kepercayaan individu turun.

1.2. The Abstinence Violation Effect

Transisi dari permulaan Relaps ke Relaps ditentukan oleh konflik yang tidak
sesuai dengan sifat pribadi. Ketidakcocokan itu disebabkan oleh konflik antara
imajinasi diri karena seseorang yang sudah lama tidak merokok/minuman.
Konflik ini diperburuk oleh sesuatu model penyakit dari kecanduan yang
menekan semuanya dan diminimalkan oleh pembelajaran social yang
mengakui keadaan relaps. Relaps secara individual dimotivasi untuk
memahami sebab-sebab kekambuhan itu. Jika relaps itu berasal dari diri
sendiri. (Misalnya saya adalah orang yang tidak ada gunanya, kesalahan saya)
individu menciptakan kejahatan dan menyalahkan diri sendiri. Sifat internal ini
menurunkan kepercayaan diri oleh karena itu akan meningkatkan kesempatan
untuk jadi relaps. Tetapi jika relaps berasal dari dunia luar, misalnya : situasi,
kehadiran orang lain, kejahatan dan penyalahan diri itu akan menurunkan dan
kesempatan untuk kambuh lagi akan meningkat.

Marlatt dan Gordon meneliti tentang program pencegahan relaps berdasarkan


tingkah laku kognitif untuk membantu perilaku kekambuhan penuh, yaitu
sebagai berikut :
a. Monitoring pribadi/pemantauan diri (apa yang harus saya lakukandalam
situasi beresiko tinggi?)
b. Fantasi Kekambuhan (apa yang terjadi jika kambuh)
c. Latihan Relaksasi/manajemen stress
d. Latihan keterampilan
e. Pengaturan kembali fikiran

1.3. Cross Addictive Behavior Prespective

Menurut model penyakit kecanduan alcohol telah diamati terpisah


dengan kecsanduan rokok. Tapi prinsip pembelajaran social menilai antara
prilaku dan penerapan proses yang sama terhadap permulaan,
pemeliharaan dan kekambuhan perilaku. Misalnya sex, judi, makan

10
maupun rokok dan alkohol. Penelitian telah mengamati perilaku ini secara
bebas dari masing-masing contoh dan telah melakukan penelitian diantara
mereka secara khusus.

Meskipun banyak orang berhasil berhenti dari kebiasaan merokok/alcohol, tapi


tingkat kekambuhan kembali sangat tinggi. Marlat dan Gordon 1985
mengembangkan model pencegahan kekambuhan kembali berdasarkan pada
konsep prilaku kecanduan dibawah ini :

a. Prilaku kecanduan yang dapat diketahui atau tidak diketahui


b. Kecanduan bukanlah “ semua atau tak satupun “tetapi harus ada
c. Lapse dari pantang adalah menyukai dan mau menerima
d. Meyakini bahwa “seseorang yang akan minum akan mabuk” merupakan
pemenuhan diri sendiri yang dapat diperkirakan.

Jika seseorang berhenti total sebagai tujuannya, maka tahapan ini


menggambarkan tentang target pelakunya adalah sebagai berikut :

1.4. The Abstinence Violation Effect

Transisi dari permulaan Relaps ke Relaps ditentukan oleh konflik


yang tidak sesuai dengan sifat pribadi. Ketidakcocokan itu disebabkan oleh
konflik antara imajinasi diri karena seseorang yang sudah lama tidak
merokok/minuman. Konflik ini diperburuk oleh sesuatu model penyakit dari
kecanduan yang menekan semuanya dan diminimalkan oleh pembelajaran
social yang mengakui keadaan relaps. Relaps secara individual dimotivasi
untuk memahami sebab-sebab kekambuhan itu. Jika relaps itu berasal dari
diri sendiri. (Misalnya saya adalah orang yang tidak ada gunanya,
kesalahan saya) individu menciptakan kejahatan dan menyalahkan diri
sendiri. Sifat internal ini menurunkan kepercayaan diri oleh karena itu akan
meningkatkan kesempatan untuk jadi relaps. Tetapi jika relaps berasal dari
dunia luar, misalnya : situasi, kehadiran orang lain, kejahatan dan
penyalahan diri itu akan menurunkan dan kesempatan untuk kambuh lagi
akan meningkat.
Marlatt dan Gordon meneliti tentang program pencegahan relaps
berdasarkan tingkah laku kognitif untuk membantu perilaku kekambuhan
penuh, yaitu sebagai berikut :

11
1.4.1. Monitoring pribadi/pemantauan diri (apa yang harus saya
lakukandalam situasi beresiko tinggi?)
1.4.2. Fantasi Kekambuhan (apa yang terjadi jika kambuh)
1.4.3. Latihan Relaksasi/manajemen stress
1.4.4. Latihan keterampilan
1.4.5. Pengaturan kembali fikiran

1.5. Cross Addictive Behavioe Prespective

Menurut model penyakit kecanduan alcohol telah diamati terpisah


dengan kecsanduan rokok. Tapi prinsip pembelajaran social menilai antara
prilaku dan penerapan proses yang sama terhadap permulaan,
pemeliharaan dan kekambuhan perilaku. Misalnya sex, judi, makan
maupun rokok dan alkohol. Penelitian telah mengamati perilaku ini secara
bebas dari masing-masing contoh dan telah melakukan penelitian diantara
mereka secara khusus.

12
CONTOH PENERAPAN : THE STAGES OF SUBSTANCE USE THEORY

RELAPS

Peningkatan keberhasilan diri :


Coping Response
 Menghindari situasi

Menghindari zat Tidak Kambuh


 Mengganti dengan makan
adiktif(nikotin)
 rokok membuat saya sakit

HIGH RISK SITUATION

 Tersedianya
sarana

 Tersedianya
kesemptan

 Orang lain minum


merokok

No coping Merasa cemas Usaha dalam Saya


response berlebihan jika menahan diri merokok
tidak merokok untuk tidak lebih
 Bergaul merokok macho
dgn orang Tekanan teman Kam
dengan
yang sebaya buh
makan
merokok
merokok tanpa
 Strategi rasa cemas
koping
kurang
13
DAFTAR PUSTAKA

Theories on drug abuse Nida research monograph 30, Maret 1980 dalam

https://archives.drugabuse.gov/pdf/monographs/30.pdf

Jane Ogden, Health Psychologi, A Textbook Fourth Edition,Mc Graw Hil, Open
Univercity Press.

Jane Ogden, 2004 Health Psychologi, A Textbook Third Edition,Mc Graw Hil, Open
Univercity Press.

http://www.masbow.com/2009/07/perilaku-penyalahgunaan-alkohol.html

WHO, 2003. Brief Intervention For Substance Use: A Manual For Use In Primary Care.

http://www.who.int/substance_abuse/activities/fadab/
msb_adab_2017_atlas_su_25June2017.pdf

https://www.ncbi.nlm.criteria for substance dependent, pada tanggal 4 Agustus 2017

14

Anda mungkin juga menyukai