Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Problematika manusia semakin komplek, himpitan kehidupan telah
menghujam setiap anak manusia di dunia ini, bukan hanya orang tua, tetapi
remaja bahkan anak-anak baik laki-laki dan perempuan, kesemuanya
mengalami sebuah problem yang komunal. Berbagai respon pun muncul dan
kini menjadi kebiasaan pada life style di masyarakat, ketika menghadapi suatu
masalah dan mengalami stress, mereka cenderung untuk lari pada penggunaan
obat-obatan. Baik itu obat-obatan yang bersifat menyembuhkan sakit kepala
maupun yang bersifat anti depressant dan sebagainya. Hal ini sudah menjadi
frame berpikir masyarakat kita yang telah terkonstruksi bahwa obat-obatan
penenang dapat menghilangkan masalah (mengurangi beban masalah). Pada
kenyataan masyarakat yang menggunakan obat psikotropika untuk
kepentingan sendiri (non medical use) kebanyakan disertai dengan munculnya
masalah sosial, seperti tindakan criminal dan kenakalan remaja.
Sejak dekade 1960-an banyak remaja terdorong usia dewasa muda
menderita gangguan penggunaan zat. Mereka menggunakan zat bahan atau
obat psikoaktif dalam jumlah berlebihan sebagai respon mereka terhadap
masalah yang mereka hadapi. Dalam konteks ini, akan tetapi merupakan suatu
hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat
dan bahagia serta mampu mengatasi tantantangan hidup, dapat menerima
orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap postif terhadap diri
sendiri dan orang lain. Orang yang sehat jiwa dapat mempunyai orang lain
dan senang menjadi bagian dari suatu kelompok manusia.

1
Kalau kita flash back, masalah zat psikoaktif diawali dari mulainya
manusia mengenal tanaman atau bahan lain yang bila digunakan dapat
menimbulkan perubahan pada perilaku, kesadaran, pikiran, dan perasaan
seseorang. Bahan atau zat tersebut dinamakan bahan atau zat psikoaktif. Sejak
itu manusia mulai menggunakan bahan-bahan psikoaktif tersebut untuk tujuan
menikmati karena dapat menimbulkan rasa nyaman, rasa sejahtera, euphoria,
mengakrabkan komunikasi dengan orang lain (recreation orsocial use).
Sebagai contoh, orang menikmati kopi dan (yang mengandung kafein),
minuman beralkohol dan merokok tembakau (yang mengandung nikotin)
selain untuk dinikmati, manusia juga menggunakan zat atau bahan psikoaktif
untuk berkomunikasi transcendental dalam upacara kepercayaan (ritual atau
ceremonial use). Sebagai contoh ololiukui (ololiqui), suatu ramuan tanaman
yang digunakan oleh aztect dalam upacara ibadah kepercayaan untuk
berkomunikasi transcendental.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksdu dengan gangguan penggunaan zat?
2. Apa saja kriteria karakteristik pada gangguan penggunaan zat?
3. Apa saja faktor penyebab gangguan penggunaan zat?
4. Apa saja jenis-jenis gangguan penggunaan zat?
5. Apa saja jenis obat yang disalahgunakan?
6. Apa saja upaya penanganan gangguan penggunaan zat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan gangguan penggunaan zat.
2. Untuk mengetahui apa saja kriteria karakteristik pada gangguan
penggunaan zat.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab gangguan penggunaan zat.
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis gangguan penggunaan zat.
5. Untuk mengetahui apa saja jenis obat yang disalahgunakan.
6. Untuk mengetahui apa saja upaya penanganan gangguan penggunaan zat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Penggunaan Zat


Gangguan penggunaan zat adalah suatu gangguan jiwa berupa
penyimpangan perilaku yang berhubungan dengan pemakaian zat yang dapat
mempengaruhi susunan saraf pusat secara kurang lebih teratur sehingga
menimbulkan gangguan fungsi sosial (Tristiadi Ardi Ardani, M.Si, 2011:174).
Gangguan penggunaan zat adalah gangguan yang melibatkan
penggunaan maladaptive dari zat-zat psikoaktif (Jeffrey S. Nevid dkk,
2003:3).
B. Karakteristik Gangguan Penggunaan Zat
1. Toleransi pada zat, ditunjukkan salah satunya oleh :
a. Kebutuhan untuk meningkatkan dosis zat agar mendapatkan
efek yang diinginkan atau intoksikasi.
b. Berkurangnya efek secara drastis bila terus mengonsumsi dosis
yang sama.
2. Simtom-simtom ( gejala penyakit ) putus zat, ditunjukkan salah
satunya oleh :
a. Sindrom putus zat yang dianggap sebagai ciri khas dari zat.
b. Mengonsumsi zat yang sama (zat yang terkait) erat,
sebagaimana metadon menggantikan heroin) untuk
menghilangkan atau mencegah simtom putus zat.
3. Penggunaan dosis zat yang lebih besar atau untuk periode waktu yang
lebih lama daripada yang diinginkan orang yang bersangkutan
(misalnya seseorang ingin minum satu kali namun setelah melakukan
satu kali ia terus minum hingga mabuk).

3
4. Keinginan yang terus ada untuk mengurangi atau mengendalikan
penggunaan zat atau kurang berhasil saat mencoba melakukan self-
control.
5. Menghabiskan banyak waktu untuk aktifitas memperoleh zat
(misalnya mengunjungi beberapa dokter untuk mendapatkan resep
atau terlibat dalam pencurian), mengonsumsi zat, atau memulihkan
diri dari penggunaan zat. Pada kasu-kasus yang parah, kehidupan
sehari-hari individu berkisar pada penggunaan zat.
6. Individu telah mengurangi atau menghindari aktivitas sosial,
pekerjaan, atau rekreasional yang penting karena penggunaan zat
(misalnya seseorang menarik diri dari acara keluarga untuk
menggunakan obat).
7. Penggunaan zat tetap berlanjut meski terdapat bukti-bukti adanya
masalah psikologis atau fisik yang persisten atau berulang, baik yang
disebabkan atau diperparah oleh penggunaan zat (misalnya, berulang
kali ditahan karena menyetir saat mabuk).
C. Faktor Penyebab Gangguan Penggunaan Zat
a. Faktor Biologis
 Efek menyenangkan dan daya adiktif obat tergantung pada
efek obat terhadap sistem neurotransmitter di otak.
 Faktor genetis dapat menciptakan predisposisi gangguan yang
terkait dengan zat.
b. Faktor Psikososial
 Reinforcement positif (menghasilkan kesenangan) dan
reinforcement negatif (bebas dari kondisi tegang atau
kecemasan dan terhindar atau bebas dari gejala putus zat yang
tidak menyenangkan) berperan pada penggunaan awal dan
terus berlangsungnya penggunaan zat.

4
 Meniru minum berlebih dari anggota keluarga dan teman-
teman.
 Ketagihan merupakan respon terkondisi terhadap disaat yang
berhubungan dengan penggunaan obat sebelumnya.
 Dalam teori psikodinamika, penyalahgunaan alkohol dan obat
mencerminkan bentuk fiksasi oral dan berhubungan dengan
trait kepribadian dependen.
c. Faktor Genetis
 Harapan positif terhadap hasil yang berhubungan dengan
penggunaan zat.
 Efek obat mendongkrak keyakinan self-efficacy.
 Kembali minum berlebihan sebagai self-fulfilling prophesy.
d. Faktor Sosiokultural
 Tekanan teman sebaya yang menggunakan obat.
 Paparan terhadap subbudaya yang menyimpang (misalnya,
budaya geng) dimana penggunaan obat adalah hal yang umum
atau didukung.
D. Jenis Gangguan Penggunaan Zat
a. Gangguan Penyalahgunaan zat
Deskripsi : penggunaan maladaptif dari zat psikoaktif
Ciri –ciri :
 Gangguan penyalahgunaan zat : suatu pola penggunaan zat yang
bersifat patologik, paling sedikit satu bulan lamanya, sehingga
menimbulkan gangguan fungsi sosial atau okupansial. Pola
penggunaan zat yang bersifat patologik dapat berupa intoksikasi
sepanjang hari, terus menggunakan zat tersebu walaupun penderita
mengetahui dirinya sedang menderita sakit fisik berat akibat zat
tersebut, atau adanya kenyataan bahwa ia tidak dapat berfungsi

5
dengan baik tanpa menggunakan zat tersebut. gangguan yang dapat
terjadi adalah gangguan fungsi sosial yang berupa
ketidakmampuan memenuhi kewajiban terhadap keluarga ata
kawan-kawannya karena perilakunya yang tidak wajar, implusif,
atau karena ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar. Dapat pula
berupa pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas akibat
intoksokasi, serta perbuatan kriminal lainnya karena motivasi
memperoleh uang.
 Gangguan ketergantungan zat : tipe gangguan penggunaan obat
yang lebih parah dimana penyalahgunaan diasosiasikan dengan
tanda-tanda fisiologis ketergantungan (toleransi atau gejala putus
zat) atau penggunaan komplusif dari suatu zat. Orang-orang yang
menjadi pengguna komplusif kurang dapat mengendalikan
penggunaan obat. Mereka mungkin sadar akan bagaimana
penggunaan obat mengganggu hidup mereka atau merusak
kesehatan mereka, tetapi merasa tidak mampu dan tidak berdaya
untuk menghentikan penggunaan obat, meskipun mereka
menginginkannya. Saat mereka menjadi tergantung akan obat
tertentu, mereka menghabiskan sebagian besar hidup mereka untuk
mendapatkan dan menggunakan obat tersebut.
b. Gangguan yang Diakibatkan Zat
Deskripsi : gangguan fisiologis atau psikologis yang disebabkan oleh
penggunaan zat psikoaktif.
Ciri-ciri :
 Intoksikasi
 Sindrom putus zat
 Gangguan mood
 Demensia

6
 Amnesia
 Gangguan psikotik

E. Jenis Obat yang Disalahgunakan


1. Depresan
Depresan adalah obat yang menghambat atau mengekang aktivitas sistem
saraf pusat. Obat tersebut mengurangi perasaan tegang dan cemas,
menyebabkan gerakan kita menjadi lebih lambat, dan merusak proses
kognitif kita. Jenis depresan yang sering digunakan adalah :
a. Alkohol
Alkohol kebanyakan diminum oleh orang dewasa terutama di daerah
Amerika. Kebanyakan orang yang minum melakukannya tanpa
berlebihan, tetapi beberapa mengembangkan masalah signifikan akibat
penggunaan alkohol (Garbutt dkk,1999;Miller And Brown,1997).
Ketergantungan alkohol terjadi pada sekitar 14 juta orang Amerika,
sekitar 14% dari populasi orang dewasa. Kerugian personal dan sosial
dari alkoholisme melampaui kerugian dari gabungan semua obat
terlarang. Penyalahgunaan alkohol berhubungan dengan menurunnya
produktivitas, kehilangan pekerjaan, dan penurunan status sosial
ekonomi. Sekitar 1 dari 3 kasus bunuh diri di Amerika dan sekitar
proporsi yang sama dari kematian akibat kecelakaan tidak disengaja
(seperti kecelakaan kendaraan bermotor) diyakini berkaitan dengan
alkohol (Hingson dkk;2000).
b. Barbiturat
Barbiturat seperti amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, dan
sekobarbital adalah depresan atau sedatif. Obat-obatan ini memiliki
beberapa kegunaan medis, termasuk pengurangan kecemasan dan
ketegangan, mengurangi rasa sakit, serta penanganan epilepsi dan

7
tekanan darah tinggi. Penggunaan barbiturat dengan cepat
menimbulkan ketergantungan psikologis dan ketergantungan fisiologis
dalam bentuk toleransi maupun perkembangan sindrom putus zat.
Barbiturat dalam dosis tinggi, seperti alkohol, mengakibatkan
kebingungan, pembicaraan yang kacau, kerusakan motoric, iritabilitas,
dan penilaian yang buruk-gabungan efek yang mematikan adalah saat
penggunaannya di kombinasikan dengan mengendarai kendaraan
bermotor. Campuran barbiturate dan alkohol sekitar 4 kali lebih kuat
dibanding bila salah satunya digunakan sendiri.
c. Opioid
Opioid adalah narkotik, istilah yang digunakan untuk obat adiktif yang
memiliki kemampuan melepaskan rasa sakit dan menyebabkan tidur.
Opioid terdiri dari opiate yang tumbuh secara alami(morfin, heroin,
kodein) yang berasal dari sari tanaman poppy dan juga obat sintesis
(Demerol, Percodan, Darvon) yang dibuat dilaboratorium sehingga
memiliki efek seperti opiat. Penggunaan opioid secara berlebihan
dapat menyebabkan koma dan bahkan kematian.
d. Morfin
Morfin yang memperoleh namanya dari Morpheus, dewa mimpi
Yunani. Morfin turunan opium yang kuat, digunakan secara bebas
untuk mengurangi rasa sakit akibat terluka. Ketergantungan fisiologis
pada morfin dikenal sebagai “penyakit tentara”. Hanya ada sedikit
stigma yang dilekatkan pada ketergantungan hingga saat morfin
menjadi zat yang dilarang.
e. Heroin
Heroin, Opiat yang paling khas digunakan, merupakan depresan yang
kuat yang dapat menciptakan euforia yang cepat. Pengguna heroin
menyatakan bahwa heroin sangat nikmat sehingga dapat menghilankan
segala pikiran tentang makanan atau sex. Heroin biasanya disuntikan

8
baik secara langsung di bawah kulit (skin popping) atau pada vena
(mainlining). Dalam kondisi ini, semua dorongan positif tampak
terpuaskan. Semua perasaan negative seperti rasa berasalah, tegang,
dan kecemasan menghilang.
2. Stimulan
Stimulan seperti amfetamin dan kokain adalah zat psikoaktif yang
meningkatkan aktivitas sistem saraf. Efeknya agak berbeda antara obat
satu dengan obat lainnya, namun sejumlah stimulant menyebabkan
perasaan euphoria dan self-confidence. Jenis stimulant yang sering
disalahgunakan adalah :
a. Amfetamin
Amfetamin merupakan stimulant sintesis. Amfentamin digunakan
dalam dosis tinggi karena menghasilkan euphoria secara cepat. Bentuk
paling kuat dari amfetamin, metamfetamin cair, disuntikan secara
langsung ke dalam vena dan menghasilkan kenikmatan yang intens
dan langsung. Ketergantungan fisiologis dapat berkembang dari
penggunaan amfetamin, menyebabkan sindrom putus zat yang
kebanyakan ditandai oleh depresi dan kelelahan, juga perasaan tidak
senang, mimpi aneh, insomnia atau hypersomnia (tidur berlebihan),
meningkatkan nafsu makan, dan menurunnya perilaku motoric atau
agitasi (APA, 2000). Ketergantungan psikologis tampak paling banyak
pada orang yang menggunakan amfetamin sebagai cara mengatasi
stress atau depresi. Penyalahgunaan metamfetamin dapat
menyebabkan kerusakan otak, kesulitan belajar, dan mengingat
sebagai tambahan dari efek-efek lainnya. Perilaku agresif juga dapat
terjadi, terutama bila obat dihisap atau disuntikan melalui vena (APA,
2000).
b. Ekstasi

9
Ekstasi atau MDMA (3,4-metilenedioksimetamfetamin) adalah obat
terlarang yang keras, tiruan murahan yang struktur kimianya mirip
dengan amfetamin (Braun, 2001). Ekstasi menghasilkan euphoria
ringan dan halusinasi dan terus bertambah dan terus bertambah
penggunaannya dikalangan anak muda, terutama di kampus dan di
klub serta pesta riuh di banyak kota. Obat tersebut dapat menimbulkan
efek psikologis yang merugikan, termasuk depresi, kecemasan,
insomnia, dan bahkan paranoia dan psikosis. Obat tersebut juga dapat
merusak fungsi kognitif, termasuk kemampuan belajar dan perhatian
(atensi) dan dapat memiliki efek jangka panjang terhadap memori.
Obat tersebut juga dapat mengurangi tingkat serotonin dalam otak,
sebuah neurotransmitter yang berhubungan dengan pengaturan mood
dan selera makan. Efek samping fisik termasuk detak jantung dan
tekanan darah berhenti mengonsumsi, rahang yang tegang atau
gemeletuk, dan tubuh yang panas dan/atau dingin (Broun, 2001). Obat
ini dapat mematikan saat dikonsumsi dalam dosis tinggi (Kuhn and
Wilson, 2001).
c. Kokain
Kokain adalah obat terlarang yang paling banyak digunakan di
Amerika Serikat. Telah lama diyakini bahwa kokain tidak
menyebabkan adiksi secara fisik. Namun, bukti-bukti menunjukkan
adanya ciri adiktif dari obat tersebut, yaitu menghasilkan efek tolernasi
dan sindrom putus zat yang dapat diidentifikasi, yang di tandai oleh
mood yang depresif dan gangguan dalam tidur dan selera makan
(APA, 2000). Kokain biasanya dihirup dalam bentuk bubuk atau
dihisap dalam bentuk crack, bentuk yang lebih padat dari kokain yang
mengandung lebih dari 75% kokain. Kokain secara langsung
merangsang otak atau sirkuit kesenangan. Overdosis kokain dapat
menyebabkan kelelahan, insomnia, sakit kepala, mual, kejang,

10
gemetar, halusinasi, delusi, dan bahkan kematian mendadak. Perilaku
psikotik, yang bias disebabkan oleh penggunaan kokain seperti halnya
penggunaan amfetamin, cenderung lebih parah dengan penggunaan
berkelanjutan. Psikosis Kokain biasanya didahului oleh periode
kecurigaan yang berat, mood depresi, perilaku komplusif, penuh kritik,
iritabilitas, dan paranoia yang bertambah. Psikis juga termasuk
halusinasi visual dan auditori yang kuat serta delusi tentang
penganiayaan.
d. Nikotin
Nikotin ditemukan dalam produk tembakau termasuk rokok, cerutu,
dan tembakau tanpa asap. Di Amerika Serikat lebih dari 400 ribu
nyawa hilang setiap tahunnya karena penyebab yang berhubungan
dengan rokok, kebanyakan akibat kanker paru-paru, penyakit
kardiovaskular, dan penyakit jantung kronis yang tidak tertolong.
Sebagai stimulant, nikotin meningkatka kewaspadaan tetapi juga dapat
meningkatkan risiko flu, kulit berkeringat, mual, dan muntah,
kebingungan dan pusing, serta diare—semua rasa tidak nyaman yang
di akui rokok pemula. Nikotin juga merangsang pelepasan epinefrina,
hormone yang menimbulkan aktivitas otonom yang cepat termasuk
detak jantung yang meningkat, dan pelepasan cadangan gula ke dalam
darah. Nikotin menekan selera makan dan memberi “kenikmatan”
psikologis yang singkat. Nikotin juga menyebabkan lepasnya
endorphin, hormone seperti opiad yang diproduksi di otak.
Ketergantungan nikotin dihubungkan dengan toleransi (konsumsi
meningkat hingga tingkat 1 atau 2 pack sehari) dan gejala sindrom
putus zat. Sindrom putus zat untuk nikotin mencakup ciri seperti
kurang energi, mood tertekan, iritabilitas, frustasi,kegugupan,
konsetrasi yang rusak, pusing dan kebingungan, mengantuk, sakit
kepala, kelelahan, BAB tidak teratur, insomnia, kejang, detak jantung

11
melemas, detak jantung tidak teratur, meningkatnya selera makan,
peningkatan berat badan, berkeringat, gemetar, dan ketagihan akan
merokok.
3. Halusinogen
Halusinogen merupakan golongan obat yang menghasilkan distorsi
sensori atau halusinasi, termasuk perubahan besar dalam persepsi warna
dan pendengaran. Halusinogen juga memiliki efek tambahan seperti
relaksasi dan euphoria atau pada beberapa kasus seperti panic. Jenis
Halusinogen yang sering disalahgunakan adalah :
a. LSD
LSD merupakan singkatan dari Lysergic Acid Diethylamide, obat
halusinogen sintesis. Pengguna LSD menyatakan “memperluas
kesafaran” dan membuka dunia baru—seolah mereka melihat suatu
kenyataan yang melampaui kenyataan yang biasa. Kadang kala mereka
yakin bahwa mereka mendapat wawasan yang luar biasa selama
“perjalanan” LSD, namun saat pengalaman tersebut memudar mereka
biasanya tidak dapat meneruskannya atau bahkan mengingat kembali
penemuan-penemuan yang mereka dapat. Efek LSD tidak dapat
diramalkan dan tergantung jumlah yang dikonsumsi serta harapan
pengguna, kepribadian, mood, dan lingkungan (USDHHS, 1992).
Beberapa pengguna memiliki pengalaman tidak menyenangkan atau
perjalanan yang buruk. Perasaan yang sangat takut atau panic dapat
terjadi. Beberapa mengalami ketakutan yang amat sangat akan
kematian. Kecelakaan fatal kerap terjadi selama perjalanan dengan
LSD, khususnya mencakup kembali sejumlah distorsi persepsi saat
perjalanan dapat terjadi beberapa hari, minggu atau bahkan beberapa
tahun sesudahnya. Distorsi persepsi dapat mencakup diantaranya
bentuk geometris, kilatan warna, warna yang diperkuat, afterimage,
atau penampakan lingkaran cahaya sekitar objek. Pemicu kilas balik

12
diantaranya masuk dalam lingkungan yang gelap, penggunaan
berbagai obat, kecemasan atau kondisi kelelahan, atau stress. Faktor
psikologis, seperti masalah psikologis yang mendasari, juga dapat
menjelaskan mengapa beberapa pengguna mengalami kilas balik. Pada
bebrapa kasus, kilas balik dapat merupakan pengulangan kembali
bayangan pengalaman LSD.
b. Phencyclidine (PCP)
PCP yang dikenal sebagai “debu malaikat” di jalanan—dikembangkan
sebagai anastetik pada tahun 1950-an namun tidak diteruskan karena
ditemukannya efek samping halusinasi obat. Efek PCP seperti
kebanyakan obat berhubungan dengan dosis. Disamping menyebabkan
halusinasi, PCP juga mempercepat detak jantung dan tekanan darah
dan menyebabkan keringat berlebih, merona, mati rasa. PCP
digolongkan sebagai delirian—obat yang mampu menciptakan kondisi
delirium. Obat tersebut juga memiliki dampak disosiatif,
menyebabkan pengguna merasa seolah ada semacam batas atau
dinding tak terlihat Antara mereka dan lingkungannya. Disosiasi dapat
dialami sebagai hal yang menyenangkan, mengikat, atau menakutkan,
tergantung bayangan pengguna, mood, situasi dsb. Overdosis dapat
meningkatkan rasa kantuk dan tatapan kosong, kejang, dan pada saat
tertentu koma; paranoia dan prilaku agresif, dan kecelakaan tragis
yang dihasilkan dari distorsi persepsi atau hendaya pada daya nilai
selama masa intoksikasi.
c. Mariyuana
Mariyuana (Marijuana) berasal dari tanaman Canabis Sativa.
Mariyuana kadang menghasilkan halusinasi ringan, sehingga dianggap
sebagai halusinogen minor. Ketergantungan mariyuana adalah bentuk
ketergantungan obat terlarang paling umum di Amerika Serikat,
menimpa sekitar 4,2% populasi orang dewasa pada titik tertentu pada

13
hidup mereka (Anthony dkk, 1994). Dosis rendah obat dapat
menciptakan perasaan santai mirip dengan minuman alkohol.
Sejumlah pengguna melaporkan bahwa pada dosis rendah obat ini
membuat mereka merasa lebih nyaman dalam acara temu sosial.
Namun demikian, dosis tinggi sering membuat penggunanya menarik
diri. Beberapa pengguna yakin bahwa obat meningkatkan kapasitas
mereka untuk melakukan self-insight atau berfikir kreatif, meski
gagasan yang dicapai di bawah pengaruh obat tampaknya tidak terlalu
obat saat efek obat berlalu. Orang berpaling ke Mariyuana untuk
membantu mereka mengatasi masalah hidup atau membantu fungsi
mereka saat mereka dibawah tekanan. Orang terintoksikasi berat
menganggap waktu berlalu lebih lambat. Lagu yang berdurasi
beberapa menit terasa seperti satu jam. Ada peningkatan kesadaran
akan sensasi tubuh, seperti detak jantung. Perokok mariyuana juga
melaporkan intoksikasi kuat meningkatkan sensasi seksual. Halusinasi
visual dapat terjadi. Siswa sekolah yang merupakan pengguna berat
mariyuana menunjukan bukti kerusakan intelektual, termasuk
kemampuan yang menurun dalam tugas-tugas yang membutuhkan
perhatian, abstraksi, dan fleksibilitas mental (Pope dan Yurgelun-
Todd, 1996). Obat tersebut juga merusak ingatan jangka pendek dan
melambatkan kemampuan belajar.
F. Upaya Penanganan Gangguan Penggunaan Zat
a. Pendekatan Biologis
 Detoksifikasi membantu penyalahguna zat untuk putus zat
secara aman dan obat adiktif.
 Penggunaan obat yang menyebabkan mual-mual yang kuat saat
dikombinasikan dengan alkohol.
 Penggunaan anti depresan untuk mengontrol ketagihan obat.

14
 Penggunaan zat pengganti seperti pengganti nikotin untuk
menggantikan rokokatau methadone untuk menggantikan
heroin.
 Penggunaan obat yang mencegah perasaan melayang yang
dihasilkan opioid atau alkohol.
b. Pendekatan Behavioral
 Memutuskan pola perilaku penyalahgunaan zat dan
menguatkan perilaku yang lebih adaptif.
c. Pendekatan Psikodinamika
 Membantu individu dengan masalah penyalahgunaan zat dalam
mengklasifikasi dan mengatasi konflik psikologis yang
mendasari.
d. Pendekatan Lainnya
 Pendekatan penanganan residensial dan kelompok pendukung
non professional seperti AA untuk membantu individu
mendapatkan kembali atas hidup mereka dan menjaga
abstinensi dalam masyarakat.
 Pelatihan pencegahan kambuh untuk membantu individu
belajar bertahan terhadap godaan obat untuk menyesuaikan diri
secara efektif dengan situasi beresiko tinggi dan untuk
mencegah tergelincir berubah menjadi kambuh.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan penggunaan zat adalah suatu gangguan jiwa berupa
penyimpangan perilaku yang berhubungan dengan pemakaian zat yang dapat
mempengaruhi susunan saraf pusat secara kurang lebih teratur sehingga
menimbulkan gangguan fungsi sosial.
Lalu ada jenis-jenis obat yang banyak disalahgunakan oleh manusia
yaitu ada Depresan (Alkohol, Opioid, Barbiturat, Morfin, dan Heroin),
Stimulan (Amfetamin, Ekstasi, Kokain dan Nikotin), dan Halusinogen (LSD,
PCP, dan Mariyuana). Ketiganya menimbulkan banyak penyakit hingga ada
yang menimbulkan kematian apabila di konsumsi secara berlebihan. Faktor
penyebab gangguan penggunaan zat diantaranya adalah faktor biologis, faktor
psikososial, faktor genetis dan faktor sosiokultural. Ada pula upaya
penanganan gangguan penggunaan zat adalah dengan melalui pendekatan
biologis, pendekatan behavioral, pendekatan psikodinamika, dan pendekatan
lainnya.
B. Saran
Berikut beberapa saran yang dapat digunakan untuk menghindari zat
adiktif dan psikotropika antara lain :
1. Hindari para pengguna zat ini supaya kita tidak terpengaruh untuk
menggunakannya.
2. Selalu berpikir positif meskipun dalam keadaan yang genting atau pada
saat mengalami kegagalan dan putus asa.
3. Jangan pernah berpikir bahwa menggunakan zat adiktif dan psikotropika
adalah salah satu jalan keluar dari masalah supaya masalah dapat
terselesaikan,padahal itu merupakan jalan buntu dan akan memberikan
masalah.

16
4. Gunakan motto hidup yang positif.
5. Berpikir untuk mencapai masa depan yang cemerlang.
6. Jalani hidup dengan hal-hal yang positif dan menyenangkan.
7. Selesaikan masalah dengan hati yang tenang dan pikiran yang dingin agar
tidak mengarah pada arah yang negatif.
8. Ikuti seminar atau penyuluhan mengenai zat adiktif dan psikotropika.
9. Terapkan hidup untuk menjauhi zat adiktif dan psikotropika.
10. Gunakan waktu kosong untuk hal-hal positif.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Tristiadi Ardi.2011.Psikologi Abnormal.Bandung : CV Lubuk Agung

Nevid, Jeffrey S dkk.2003.Psikologi Abnormal.(Edisi ke-5, Jilid 2). Jakarta : PT


Gelora Aksara Pratama

18

Anda mungkin juga menyukai