Anda di halaman 1dari 6

INOVASI PELAYANAN PUBLIK PUSKESMAS PAGARSIH TAHUN 2019

I. Judul
SEJIWA SEHATI (Skrining Jiwa Sehat Di Hati)

II. Ringkasan
Look lihat dan bantu jika ada masalah dari hasil skrining kesehatan jiwa, Listen
Dengarkan/jadi tempat curhat dan jangan menuduh, Give beri bantuan dan
informasi jalan keluar. Hasil skrining jiwa akan di konselingkan dan berfokus
pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadapa stress (ODMK) dan dalam
tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan pada (ODGJ). Selain itu
didalamnya ada kegiatan TAK (terapi aktivitas kelompok) khusus ODGJ dalam
keadaan tenang bertujuan untuk meningkatkan fungsi psikologis, yaitu
meningkatkan kesadaran tentang hubungan reaksi emosional diri sendiri
dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi.

III. Analisa Masalah


Masalah kesehatan jiwa akan menimbulkan dampak sosial antara lain
meningkatnya angka kekerasan di rumah tangga, kriminalitas, bunuh diri,
penganiayaan anak, perceraian, kenakalan remaja, penyalahgunaan napsa
(narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya ), masalah dalam pekerjaan,
masalah di pendidikan dan mengurangi produktivitas secara signikan. Oleh
karena itu masalah kesehatan jiwa perlu ditangani secara serius. Stigma buruk
masih menyelimuti isu kejiwaan di negara kita. Implementasi non diskriminasi
pada UU no 18 tahun 2014 masih jauh dari harapan. Masih banyak yang
menganggap gangguan jiwa itu masih identik dengan “ gila (psikotik), sementara
kelompok gangguan jiwa lain seperti: depresi, cemas, dan gangguan jiwa yang
tampil dalam berbagai keluhan fisik masih kurang dikenal. Mereka akan datang
ke pelayanan kesehatan primer karena keluhan fisiknya, sementara petugas
kesehatan yang belum terlatih sering terfokus hanya pada keluhan fisik dengan
melakukan berbagai pemeriksaan dan memberikan obat-obatan untuk
mengatasinya, sementara masalah kejiwaannya seringkali terabaikan,
pengobatan menjadi tidak efektif.
Di Indonesia masalah kesehatan jiwa menunjukkan angka yang cukup besar.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mengungkapkan secara nasional
data gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan adanya gejala
depresi dan cemas pada penduduk usia 15 tahun atau lebih dialami oleh
sebesar 6% penduduk atau 14 juta jiwa. Sementara prevalensi Gangguan Jiwa
Berat (Psikosis/ Schizofrenia) dialami oleh 1,7 per mil penduduk atau setara
dengan 400.000 jiwa. Proporsi Orang Dengan Gangguaan Jiwa (ODGJ) yang
pernah dipasung secara rata-rata angka nasional adalah 14,3%, dimana
10,7%nya di perkotaan dan 18,2% di pedesaan. Diperkirakan dari angka ini
jumlah ODGJ yang dipasung lebih kurang 57.000 orang. Data untuk penderita
gangguan jiwa di Kota Bandung dari januari sampai oktober tahun 2019 adalah
sebanyak 9321 kasus. Sedangkan di Puskesmas Pagarsih didapatkan data
sebanyak 29 orang yang mengalami ODGJ. Ini adalah merupakan
tanggungjawab bersama untuk menemukan/ melaporkan kasus – kasus
gangguan jiwa berat ini yang mungkin masih under reported sehingga kita
belum mendapatkan data yang lebih akurat.

IV. Pendekatan Strategis

V. Kreatif dan inovatif


Yang membedakan konseling yang digunakan sebelumnya dengan konseling
yang digunakan dalam inovasi ini di dalam nya terdapat komunikasi terapeutik,
berbeda dengan komunikasi sosial yaitu pada komunikasi terapeutik selalu
terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk komunikasi. Komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, Tujuan
hubungan terapeutik diarahkan pada petumbuhan klien meliputi:
1. Meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses realisasi diri,
penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
2. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi.
3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling
tergantung dan mencintai.
4. Meningkatkan kesejahteraan klien dengan peningkatan fungsi dan
kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang
realistik.
I. Pelaksanaan dan Penerapan
Pertama apabila terdapat pasien dicurigai ada masalah kejiwaan pada ODMK
diberikan kuesioner SRQ untuk melihat tingkat stressor selama 30 hari
kebelakang dan di pertegas kembali dengan pengkajian Teknik 2 menit untuk
mendapatkan data yang optimal sehingga memudahkan pemberian intervensi
dari hasil skrining kesehatan jiwa. Assesment, langkah awal yang bertujuan
untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien. Konselor mendorong klien
untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu.
1. Goal setting, yaitu langkah untuk. merumuskan tujuan konseling
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assesment konselor dan
klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling.
2. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik
konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan
yang menjadi tujuan konseling.
3. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan
konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai
dengan tujuan konseling.
4. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.

I. Pemangku Kepentingan
a. Dinas Kesehatan Kota Bandung, sebagai inisiator utama kegiatan, yang
sekaligus berperan sebagai pelaksana, Pembina dan pemantau program
inovatif ini.
b. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, yang senantiasa memberikan ilmu dan
pemecahan masalah – masalah yang ada di lapangan. Memberikan
pendampingan secara langsung cara penanganan Kesehatan jiwa di
masyarakat.
c. Pemerintah Kota Bandung, mulai tingkat, kecamatan sampai dengan tingkat
kelurahan. Yang memberikan dukungan penuh pada program ini, sehingga
setiap langkah strategis dapat langsung di realisasikan.

I. Sumber Daya
Sumber daya manusia yang terlibat didalam inovasi nya diantaranya Perawat
dan dokter serta lintas program dalam penanganan kesehatan jiwa masyarakat.

II. Keluaran/Output
Pertama, kepedulian masyarakat meningkat. Semula stigma bahwa orang
dengan gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan dan tidak dapat kembali lagi
bekerja seperti sedia kala terbantahkan. Keluarga yang tadinya tidak mau
membawa keluarga yang sakit jiwa ke pelayanan kesehatan. Saat ini
pemahaman masyarakat tentang kesehatan jiwa sangat berubah. Keluarga mau
mengantarkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa berobat ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Kedua, Dinas Kesehatan memiliki data yang valid
tentang kondisi kesehatan jiwa di Kota Bandung. Baik Data Orang Dengan
Gangguan Jiwa berat, ringan, dan juga pasung. Sehingga memudahkan dalam
penyusunan rencana kegiatan kesehatan jiwa. Ketiga, meningkatnya
pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan jiwa di puskesmas dalam
melaksanakan skrining kesehatan jiwa agar memudahkan tindakan yang
selanjutnya bagi pasien. Keempat merubah pola pikir dan pengetahuan
masyarakat dengan yang namanya mental illness atau mental health. Hasil
inivoasi ini adalah untuk membangun rasa kepedulian dan kesadaran terhadap
kesehatan mental.

III. Pemantauan dan Hasil


Upaya pemantauan yaitu dengan cara pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan
jiwa di puskesmas setiap bulannya, dan dievaluasi melalui pertemuan petugas
kesehatan jiwa setiap tiga bulan sekali. Evaluasi setiap tahun juga dilakukan,
untuk memonitor dan mengevaluasi kegiatan dalam setahun serta penyusunan
kegiatan untuk tahun berikutnya. Memonitor kondisi pasien dengan kunjungan
rumah dan juga memaksimalkan peran kader untuk memantau kondisi
perkembangan pasien. Terutama perkembangan perilaku dan juga kepatuhan
minum obat. Apabila terdapat kemunduran perilaku maupun berhenti minum
obat, pasien segera dirujuk ke puskesmas maupun ke RSJ ataupun RSU.

IV. Kendala dan Solusi


Keterbatasan obat – obatan juga menjadi kendala, akan tetapi hal ini di atasi
dengan cara pengajuan obat ke dinas kesehatan propinsi dan juga pengadaan
dari dinas kesehatan kota.
Penanggung jawab kesehatan jiwa masih merangkap tugas, membuat jadwal
konseling di hari sabtu. Masih kurang keterampilan dalam melakukan Teknik
komunikasi terapeutik, akan tetapi dalam hal ini petugas membawa draf
standar asuhan keperawatan diagnose psikosial. Skrining masih belum optimal,
akan tetapi hal ini di atasi dengan cara setiap pelayanan di luar Gedung
penanggung jawab kewilayahan dibawa kan form SRQ minimal 20 buah setiap
kali kunjungan. Sedangkan untuk pelayanan dalam Gedung dalam penapisan
awal minimal 10 orang yang dilakukan skrining SRQ.
V. Manfaat
Manfaat bagi petugas kesehatan Jiwa :
a. Meningkatkan angka cakupan pelayanan kesehatan jiwa
b. Kepercayaan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas
meningkat.
c. Kepercayaan diri dan ketrampilan petugas tentang kesehatan jiwa di
puskesmas meningkat.
d. Dengan kunjungan rumah pasien termonitor dan orang dengan gangguan
jiwa berat dapat kembali berkarya serta kembali kemasyarakat.
Bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa Terpenuhi hak-haknya sebagai manusia
seutuhnya, merdeka dan medapatkan pelayanan kesehatan jiwa Dapat kembali
berkarya dan bersosialisasi di masyarakat. Bagi Masyarakat adalah Kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa terpenuhi di tingkat pelayanan
dasar (Puskesmas) secara gratis. Baik pelayanan rawat jalan maupun
kegawatdaruratan psikiatri.
VI. Dokumentasi

VII. Sebelum dan sesudah


Sebelum diadakan nya program inovasi
jiwa. Terbatasnya pengetahuan dan
ketrampilan petugas jiwa di
puskemas semakin memperparah
kondisi kesehatan jiwa di Kota
Bandung. Termasuk
ketidakadaan obat- obatan kesehatan
jiwa. Semakin membuat miris kondisi penanganan orang dengan gangguan jiwa.
Sesudah dibentuknya program inovasi SEJIWA SEHATI Di puskesmas yang
semula pelayanan kesehatan jiwa hanya sebuah nama program, kini menjadi
program yang cukup popular dengan diperkuat oleh petugas-petugas yang
terlatih, pengadaan obat-obatan kesehatan jiwa, dan para pasien jiwa berat di
wilayah kerja Puskesmas Pagarsih rutin kembali minum obat serta pasien
ODMK menyadari penting nya kesehatan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai