Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika dalam


Pandangan Islam

Disusun Oleh :

MOH. AMINULLAH

1707043001

PASCASARJANA PSIKOLOGI

MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI KLINIS

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2017
MAKALAH

Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika dalam Pandangan Islam

Moh. Aminullah, 1707043001


Magister Psikologi Profesi Klinis, Universitas Ahmad Dahlan.

Indonesia merupakan negara kesatuan repoblik Indonesia yang


sudah merdeka 73 tahun yang lalu atas penjajahan. Namun hingga saat
ini indonesia belum merdeka dari narkotika dan psikotropika.
Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran narkotika dan psikotropika
baik di tingkat global, regional dan nasional, sudah lama telah menjadi
kejahatan luar biasa yang terus mengancam dan telah merusak sendi-
sendi kehidupan manusia, berbangsa dan bernegara. Bahkan presiden
dalam pidatonya pada acara puncak peringatan Hari Anti Narkotika
Internasional (HANI) tahun 2015 di Istana Negara, menyampaikan perang
terhadap narkoba karena dapat merusak karakter, fisik, dan kesehatan
menusia serta dalam jangka panjang bisa mengganggu daya saing dan
kemajuan bangsa. Lebih lanjut presiden menyampaikan korban narkoba
Indonesia pada tahun ini mencapai 4,1 juta orang atau 2,2 persen dari
total penduduk dan kerugian material mencapai Rp63 triliun
(Antarnews.com).
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Lebih sering digunakan oleh dokter
untuk mengobati gangguan jiwa. Penyalahgunaan narkoba oleh individu
akan merusak diri sendiri maupun lingkungan sosial di sekitarnya. Bagi
individu sendiri dapat menyebabkan keadaan seperti gangguan
konsentrasi, penurunan daya ingat, penyimpangan tingkah laku, dan
berbagai akibat buruk lainya. Sedangkan bagi lingkungan sosial terjadinya
pertikaian antar warga, hubungan kekerabatan menjadi renggang bahkan
bisa putus, atau menimbulkan penyakit sosial seperti penyimpangan seks,
pencurian, penodongan, dan lain-lain (Darman, 2006).
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi
fenomena di masyarakat, tanpa mengenal usia dan golongan sosial bagi
bangsa Indonesia. berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh BNN
bekerjasama dengan pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia
(UI) pada tahun 2011 tentang survey nasional perkembangan
penyalahgunaan narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi
penyalahguna narkoba di Indonesia telah mencapai 2,2% atau sekitar 3,8
juta orang dari total populasi penduduk (berusia 10-60 tahun). Data
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 0,21% bila
dibandingkan dengan angka prevalensi pada tahun 2008, yaitu sebesar
1,99% atau sekitar 3,3 juta orang, angka kematian pecandu 41 orang
perhari. Fenomena lain yang cukup mengkhawatirkan bahwa ancaman
bahaya narkoba juga telah merambah kalangan generasi muda di
lingkungan pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar, menengah dan
perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dan pendidikan agama.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah indonesia untuk
memerangi penyalahgunaan narkoba ini, salahsatunya dengan
membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (1999) dengan tugas
melakukan koordinasi baik tingkat pusat maupun daerah tentang masalah
Narkoba. Kemudian pada tahun 2002 pemerintah mengganti BKNN
menjadi Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan tugas selain koordinasi
juga operasionalisasi satuan tugas dan penegakan hukum. Selain dengan
membentuk BNN, karena indonesia mayoritas adalah beragama Islam
maka MUI sudah memutuskan fatwanya tentang haramnya mengonsumsi
narkoba pada tahun 1976.
Musyawarah Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) 8 Februari
1976 telah menyampaikan fatwa yang ditandatangani oleh KH Syukri
Ghazali (Ketua Komisi Fatwa MUI) dan H. Amirudin Siregar (Sekretaris
Komisi Fatwa MUI), sbb:
1. Menyatakan haram hukumnya menyalahgunakan narkotika dan
semacamnya, yang menyatakan kemudharatan yang mengakibatkan
rusak mental dan fisik seseorang, serta terancamnya keselamatan
masyarakat dan ketahanan nasional.
2. Mendukung sepenuhnya rekomendasi Majelis Ulama DKI Jakarta
tentang pemberantasan narkotika dan kenakalan remaja.
3. Menyambut baik dan menghargai segala usaha pemerintah
menanggulangi segala akibat yang timbul dari bahaya penyalahgunaan
narkotika dan semacamnya.
4. Menganjurkan kepada Presiden RI agar berusaha segera mewujudkan
undang-undang tentang penggunaan dan penyalahgunaan narkotika,
termasuk obat bius semacamnya, serta pemberatan hukuman terhadap
pelanggarnya.
5. Menganjurkan kepada Presiden RI agar membuat instruksi yang lebih
keras dan intensif terhadap penanggulangan korban penyalahgunaan
narkotika.
6. Menganjurkan kepada alim ulama, guru-guru, mubaligh, dan pendidik
untuk lebih giat memberikan pendidikan/penerangan terhadap
masyarakat bahaya penggunaan narkotika.
7. Menganjurkan kepada organisasi-organisasi keagamaan, organisasi
pendidikan dan sosial serta masyarakat pada umumnya terutama para
orang tua untuk bersama-sama berusaha menyatakan “perang
melawan penyalahgunaan narkotika”.
Dalil-dalil yang digunakan sebagai landasan dan dasar fatwa
tersebut adalah ayat-ayat Al Qur’an dan hadis nabi sbb:
1. QS Al Baqoroh ayat 195 :“Janganlah kamu jerumuskan dirimu kepada
kecelakaan/kebinasaan (sebagaimana akibat) tangan-tanganmu…”
2. QS An Nisa ayat 29 : “Dan janganlah kamu membunuh dirimu (dengan
mencapai sesuatu yang membahayakan). Sesungguhnya Allah Maha
Kasih padamu”.
3. Hadis Ummu Salamah : “Rasulullah melarang dari tiap-tiap barang
yang memabukkan dan yang melemahkan badan dan akal”. (Hadis
riwayat Ahmad dalam musnadnya, dan Abu Daud dalam Sunannya
dengan sanad yang sholeh).
4. Hadis Bukhori Muslim : “Tiap-tiap barang yang memabukkan haram”.
5. Hadis dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah bersabda : “Setiap benda yang
memabukkan banyaknya, maka sedikitnya juga haram”(Hadis
dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, An Nasal, Ibnu Majah,
dan Ibnu Hibban).
6. An Nasal, Ad daruquthy, Ibnu Hibba : “Rasulullah melarang dari yang
sedikit, yang banyaknya memabukkan”.
7. Pendapat Ulama Fikh : “Al Mukhadarat (macam-macam obat bius)
menyalahgunakan pemakaiannya, hukumnya haram” (Ulama-ulama
Islam dalam hal ini sependapat).

Al Qur’an secara tegas telah melarang minuman khamr, yaitu


minuman yang memabukkan. Narkotika dan sejenisnya merupakan jenis
minuman keras. Termuat dalam QS Al Maidah ayat 90 :
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman
khamr, judi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan
panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.”
Khamr ialah sumber keresahan, permusuhan, dan kebencian yang
akan menghancurkan persatuan dan kesatuan umat dan akan
memalingkan manusia dari bertakwa kepada Allah swt. Diterangkan
dalam QS Al Maidah ayat 91 :
“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran minuman
khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu lantaran
minuman khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sholat, maka berhentilah kamu dari
mengerjakan pekerjaan itu.”

Dari uraian-uraian tersebut, agama islam jelas memandang bahwa


meminum khamr termasuk narkotika dan sebangsanya, hukumnya haram
dan dan dilarang menyalahgunakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran
As-Sunah
Darman, Flavianus. (2006). Mengenal Jenis & Efek Buruk Narkoba.
Jakarta : Visimedia
Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Tentang Penyalahgunaan Narkoba
Tahun 1976.
https://www.antaranews.com

Anda mungkin juga menyukai