SATU RIAU
PROPOSAL
OLEH :
MELA INDIANI
11940221808
PROGRAM S1
PENDAHULUAN
Fenomena sosial yang kerap terjadi pada mas ini adalah masalah sosial
mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari sudut medik,
dalam UU tentang Narkotika No. 35 Tahun 2009 Pasal 1 yaitu orang yang
narkoba setiap tahunnnya. Hingga kini jumlah pengguna, pecandu atau korban
HAM, jumlah narapidana dan tahanan kasus narkoba di Riau sendiri sebanyak
8.319.3
narkoba (narkotika dan bahan atau obat berbahaya) merupakan masalah yang
dengan melibatkan kerja sama multi disipliner, multi sektor, dan peran
menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai
keluarga tetapi juga bagi masyarakat, bangsa dan negara. Dampaknya tidak
hanya berupa fisik, materi, dan harta benda tetapi dapat pula merusak mental,
perilaku, moral, agama, dan tatanan hidup sosial yang ada dalam masyarakat.
3
Depouti Bidang Rehabilitasi, Maret 2022. Puslitdatin.bnn.go.id. h. 61
4
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2B, (Jakarta Timur, 2015), h.10.
Sehingga, bila narkoba sudah merajalela menjadi sesuatu yang dipandang
biasa (budaya) maka dengan sendirinya dan mulai akan berubah menjadi
kemuliaannya tidak dapat berfungsi dan berguna dengan baik dan wajar akibat
utuh.5
khamar:
ُك ُّل مُسْ ك ٍِر َح َرا ٌم َو َما َأسْ َك َر َكثِی ُرهُ َف َق ِل یلُ ُھ َح َرا ٌم
55
Departemen Agama Republik Indonesia, Penyalahgunaan Narkotika dan Pencegahannya
(Serial Khutbah Jumat), (Jakarta: Direktorat urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, 2007), hal
116.
6
Abdullah Bin ‘Umar Radhiyallahu’anhuma
Artinya: “wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman
keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak
panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan seran. Maka jauhilah
untuk menghadapi problem yang bisa terjadi, dan merasakan secara positif
kebahagian dan kemampuan dirinya. Hal yang sering terjadi kepada para
keluarga maupun masyarakat. Jika hal ini terus-terusan terjadi pada diri
pertama adalah mental yang sehat, yaitu terhindar dari segala gangguan dan
penyakit jiwa (mental). Kedua adalah mental yang tidak sehat: yaitu mental
7
Al-Qur’an, Al-Maidah ayat 90, (Jakarta: Suara agung, 2009), cetakan ke-2, h.221.
yang telah mengalami gangguan, seperti: sering cemas tanpa diketahui
sebabnya, malas, tidak ada gairah untuk bekerja, rasa badan lesu, dan
sebagainya. Jika manusia memiliki mental yang pertama, maka segala sikap
dan tindakannya akan mengarah kepada kebaikan (positif) tetapi bila manusia
memiliki mental yang kedua, maka segala sikap dan perbuatannya akan
cenderung pada hal-hal yang buruk (negatif). Untuk membentuk mental yang
individu, sebagai suatu hubungan yang bersifat bantuan antara konselor dan
klien. Bantuan tersebut tidak bersifat material, tetapi dukungan psikologis dan
sosial yang bermakna bagi kehidupannya. 8 Salah satu pusat rehabilitasi yang
8
Riska Putri Septiyani dan Siti Rahmi, Pelaksanaan Konseling Terhadap Pacandu Narkoba
(Studi Kasus Di Yayasan Sekata Kota Tarakan), (Medan: Citra Pustaka Media Printis 2011), h. 24
di pengaruhi faktor dari dalam dirinya maupun luar. Rata-rata pemulihannya
bisa dalam waktu cepat sekitar tiga bulan atau ada yang lebih lama.
B. Penegasan Istilah
metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk mencapai
3. Pecandu narkoba adalah suatu pemakaian non medikal atau barang ilegal
9
Syahrul Ramadan dan Aditya A Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Iktisar,
Januari, 2002), 236.
10
Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M. Pd, Strategi Layanan Bimbingan &Konseling, (PT.
Refika Aditama, 2012) h.10.
11
Prof. Dr. Sofyan S. Willis, M. Pd, Remaja dan Masalahnya, (Alfaberata, 2014) h.156.
4. Pemulihan adalah memperbaiki ataupun mengembalikan suatu keadaan
5. Kesehatan mental adalah bebas dari gejala penyakit jiwa dan gangguan
C. Rumusan Masalah
lebih terarahnya penelitian ini maka penulis membuat rumusan masalah dalam
Riau.
D. Tujuan Penelitian
diatas, maka peneliti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut
antara lain:
12
Riana Octaviyanti, Kabid Rehabilitas BNNP, Riau, 2018.
13
Mul yadi, Ibid.
1. Untuk mengetahui penerapan konseling individu terhadap pemulihan
E. Kegunaan Penelitian
berguna atau bermanfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:
Napza TB Satu Riau dan bisa dimanfaatkan juga oleh peneliti lanjutan
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Konseling Individu
a. Pengertian Konseling Individu
melalui wawancara untuk mengubah tingkah laku dan cara berpikir agar
14
Riska Putri Septiyani dan Siti Rahmi, Pelaksanaan Konseling Terhadap Pacandu Narkoba
(Studi Kasus Di Yayasan Sekata Kota Tarakan), (Medan: Citra Pustaka Media Printis 2011), h. 24
menguasai teknik-teknik konseling individual berarti akan mudah
merupakan relasi antara konselor dengan klien dengan tujuan agar dapat
sesuatu yang tidak disukai adanya, suatu yang ingin dihilangkan, sesuatu
emosional.
15
Prof. DR. Sofyan S, Konseling Individual, teori dan praktek, (Alfabeta, 2013), h.159
16
Prayitno, Bimbingan Konseling di SMP, (Padang: Penebar Aksara, 2001), h.4
17
Rendi Setiawan, Penerapan Konseling individual Pada Klien Pecandu Narkoba Di BADAN
narkotika Kabupaten Kampar, Sripsi thesis, (Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau, 2017), h.12
2) Relating with others, yaitu memiliki kemampuan lebih baik dalam
pekejaan.
sendiri.
pencegahan).
18
Muhammad Husni, Layanan Konseling Individual Remaja Pendekatan Behaviorisme,
(Malang: IAI AL-Qolam Malang, 2017), h.12
Fungsi konseling individual adalah membantu para remaja
individual yaitu:
timbul.
5) Fungsi Advokasi. Apabila masalah yang dialami konseli
yang menjadi dasar konseling tidak perlu kaku, tetapi dapat digunakan
secara sederhana bahkan dapat tumpang tindih antara satu tahap dengan
atau tahap pertengahan. Hal ini dilakukan jika ada data yang masih belum
ini digunakan sebagai suatu urutan kegiatan yang secara logis dan dapat
dibicarakan.
19
Nova Erlina dan Laeli Anisa Fitri, Penggunaan Layanan Konseling Individu Dengan
Pendekatan Behavioral Untuk Mengurangi Prilaku Membolos Peserta Didik Kelas VII MTs Miftahul
Ulum Merabung III Kecamatan Pugung Kabutan Taggamus (Lampung: Jurnal Bimbingan dan
Konseling, 2016), h. 141.
1) Tahap awal yang bertujuan untuk membangun hubungan konseling
rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas
karena setiap tahapan konseling ada teknik tertentu dan tujuan yang harus
konselor harus mampu membaca perilaku non verbal klien berupa bahasa
tubuh, isyarat, cara duduk dan cara berbicara. Perilaku non verbal akan
2. Pecandu Narkoba
a. Pengertian Narkoba
ilegal barang haram yang dinamakan narkotik dan obat-obatan adiktif yang
20
July Andriyani, Konsep Konseling Individual Dalam Proses Penyelesaian Perselisihan
Keluarga, (Aceh: Jurnal At-Taujih Bimbingan dan Konseling Islam, 2018), h. 24.
21
Farabsiska Novita Eleanora, Jurnal Hukum: Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta
Usaha Pencegahan dan Penanggulangannya, (Fakultas Hukum Universutas MPU Tantular Jakarta,
Vol XXV, No.211), hal 441.
dapat merusak kesehatan dan kehidupan produktif manusia pemakainya.
(otak). 22
menyebutkan bahwa Narkotika adalah zat obat yang berasal dari tumbuhan
pidana.
baik alami maupun sintetis, yang digunakan untuk produksi obat diatur
ingin aktif, menghilangkan rasa sakit, lebih kuat, lebih berani, lebih
23
Tesya Viana Putri, Impelemntasi Rehabilitasi Terhadap Penyalahgunaan NARKOTIKA
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Skripsi, Jakarta: 2022
ingin menyendiri; secara intelektual : bosan dengan kerutinan, ingin
menyebabkan kekambuhan.24
1) Dampak Fisik
dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya. Penyalahgunaan
narkotika bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi
2) Dampak Psikologi
akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi
disebut sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan
3. Kesehatan Mental
26
Sumarlin Adam, Dampak Narkotika Pada Psikologi Dan Kesehatan Masyarakat,
Gorontalo: Core, 2021).
Fahmi ia mengemukakan bahwa kesehatan mental merupakan bebas dari
gangguan dalam sistem syaraf, dan tidak dapat memahami kondisi diri
sendiri. Mental yang tidak sehat juga ditandai dengan adanya kecemasan,
(sakit fisik yang diakibatkan oleh gangguan psikis seperti stres), serta
28
Mulyadi, Islam dan Kesehatan Mental, Jakarta: Kalam Mulia, 2017). h. 24.
lingkungannya. Dengan demikian, sehat tidaknya seseorang dapat dilihat
Schneiders sejak tahun 1964, yang mencakup tiga hal: 11 prinsip yang
diri.
29
Dr Dede Rahmat dan Herdi, Bimbingan Konseling, (Bandung: Rosda, 2013).
6) Pemahaman dan penerimaan diri harus ditingkatkan dalam usaha
mental.
yaitu:
positif.
30
Nur Mahardika, Kesehatan Mental, (Kudus: Sunan Muria, 2017). h.13
3) Mampu melakukan integrasi fungsi-fungsi jiwa dengan
lingkungannya
diridhai Allah.31
mental dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri individu yang
yang berasal dari luar diri individu yang terdiri dari: keadaan ekonomi,
produktif.33
31
Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori Dan Kasus, h.11
32
Mulyadi, Ibid.
33
Umi Zahroh, Peran Konselor Dalam Penanganan Korban Penyalahgunaan Naarkoba,
Purwokertog: Skripsi Intitut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2020).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan konseling individu
a. Faktor Internal
1) Faktor Biologis.
jiwa yang tidak terjelaskan secara ilmiah, tetapi sekarang ini hal itu
2) Faktor Psikologis
kehidupan manusia yang multi aspek sehingga faktor psikis juga erat
34
Latifun dan Moeljono Notosoedirdjo. Kesehatan Mental, Edisi IV, Malang: UMM Press
2017.
mempengaruhi kesehatan mental seseorang antara lain yaitu
b. Faktor Eksternal
1) Peran Konselor
tentang program rehabilitasi lebih dalam. Konselor dalam hal ini juga
yang ada, dan menjadi panutan atau role model bagi pelaksanaan
35
Latifun dan Moeljono Notosoedirdjo. Ibid.
36
Umi Zahroh, Ibid.
2) Dukungan Keluarga
yang dilakukan mereka untuk sembuh akan menambah stress dan sulit
pemakai. 37
3) Lingkungan
37
Wuri Komalasari, Hubungan Dukungan Keluaraga Dengan Motivasi Pasien Napza di
Lembaga Permasyarakatan, (Padang: Jurnal Menara Ilmu Jilid I, Vol 12 (79), 2018), hal 189.
Lingkungan juga mempunyai pengaruh terhadap pembinaan
B. Penelitian Terdahulu
mengembangkan penelitian:
sebaliknya jika semua faktor tersebut tidak saling mendukung maka akan
hilang sopan santu, malas, dan putus sekolah; 3) pemahaman dan perilaku
pada kontrol dirinya. Dari yang sebelumnya klien belum berpikir bahwa
sebagai jalan pintas untuk lari dari masalah, selalu menyalahkan orang
banyak masalah bagi hidupnya, narkoba bukan jalan pintas untuk lari dari
penelitian Ini adalah, maka sepatutnya petugas dan Pembina lapas Klas II
terhadap kesehatan tubuh baik itu secara fisik maupun rohani, agar
C. Kerangka Pemikiran
41
Miya Kolofah, Konseling Individual Untuk Meningkatkan Kontrol Diri Pecandu Narkoba
Di Rumah Rehabilitasi House Of SerenityBandar Lampung, Skripsi,( Lampung: Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung. 2021).
42
Natriana Bauraja, Bimbingan Dan Konseling Islam Dalam Pembinaan Mental Napi Yang
Terlibat Penyalahgunaan Narkoba Dilapas Klas Ii A Kota Palopo, Skripsi, Intitut Agama Islam
Negeri, 2019.
Korban penyalahgunaan narkoba yang direhabilitasi di Rumah Aman
berbagai hal mengenai permasalahan yang dialami oleh klien. Melalui konseling
individu ini, diharapkan residen mampu pulih mentalnya dan bisa melanjutkan
pikir dalam penelitian ini seperti yang di tunjukkan pada bagan berikut ini:
BAB III
METODE PENELITIAN
fenomena tentang apa yang dialami atau yang terjadi oleh suatu objek dan
penelitian. Penelitian ini juga merupakan penelitian yang didapatkan
keputusan dari objek yang diteliti maka jumlah sample terbatas tetapi
data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta
43
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h.18.
44
Asra Abuzar, Metode Penelitian Survei, (Bogor: In Media, 2008), h.23.
Dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami residen dan bagaimana konseling individu ini
B. Lokasi Penelitian
ini sendiri berada di tempat yang cukup strategis dan mudah dijangkau
C. Informan Peneliatian
1. Subjek Penelitian
Subyek adalah para informan atau sumber data yaitu orang yang
tahu tentang apa yang diharapkan, atau sebagai penguasa sehingga akan
1) Konselor yang ada di Rumah Aman Napza TB Satu Riau ada 5 orang,
2. Objek Penelitian
1. Observasi
fenomena tersebut.47
46
Sugiyono, Memahami Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2009).
47
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, Yogjakarta: Pustaka Baru Press. 2014. h. 7.
mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak di
perlukan. 48
dari residen.
2. Wawancara
perekam suara.
48
Tri Elpandi, Ibid.
49
Wiratna Sujarweni, Ibid.
50
M. Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Interpratama Mandiri, 2014).
Wawancara dilakukan dengan konselor yang memberikan
3. Dokumentasi
51
Sukandar Rumidi. Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gdjah Mada University Press,
2022, h. 100.
hal atau variable yang beruapa catatan, surat kabar, majalah, dan
sebagainya. 52
bisa berupa kegiatan yang di lakukan selama ini, profil dari Lembaga
Rumah Aman Napza TB Satu Riau dan data laporan konseling atau
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni model
interaktif. Menurut Miles dan Habermen yang diikuti oleh dalam model ini
ada tiga komponen analisis53, yaitu: Reduksi data (data reduction), Penyajian
1. Reduksi Data
penelitian. Dalam hal ini data yang dimaksud yakni data yang diperoleh
52
Lexy J meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007, h. 135.
53
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014, h.
244.
menjadi satu atau kasar. Dengan reduksi data yang tidak diperlukan akan
dibuang.
2. Penyajian Data
penelitian lapangan. 54
F. Validitas Data
data itu.
54
Tri Elpandi, Ibid.
55
Lexy J meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (2007), h. 324.
Dalam hal ini peneliti membandingkan data lain untuk
dengan metode yang dilakukan untuk mengecek data yang diproleh dari
DAFTAR RUJUKAN
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2B. 2015. Jakarta Timur. h.10.
Erlina, Nova dan Laeli Anisa Fitri. 2016. Penggunaan Layanan Konseling Individu
Dengan Pendekatan Behavioral Untuk Mengurangi Prilaku Membolos
Peserta Didik Kelas VII MTs Miftahul Ulum Merabung III Kecamatan
Pugung Kabutan Taggamus. Lampung: Jurnal Bimbingan dan Konseling. h.
141.
Latifun dan Moeljono Notosoedirdjo. 2017. Kesehatan Mental. Edisi IV. Malang:
UMM Press.
Mahardika, Nur. 2017. Kesehatan Mental. Kudus: Sunan Muria. h.13
Mulyadi. 2017. Islam dan Kesehatan Mental. Jakarta: Kalam Mulia. h. 24.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2012. Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. PT.
Refika Aditama. h.10.
Ramadan, Syahrul dan Aditya A Pratama. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Iktisar. 2002. h. 236.
Sari, Ratna Puspita. 2021 Narkoba dan Kesehatan Mental. Sumatera Selatan: BNN
Sumsel. https://sumsel.bnn.go.id.
Septiyani, Riska Putri dan Siti Rahmi. 2011. Pelaksanaan Konseling Terhadap
Pacandu Narkoba (Studi Kasus Di Yayasan Sekata Kota Tarakan). Medan:
Citra Pustaka Media Printis. h. 24.
Setiawan, Rendi. 2017. Penerapan Konseling individual Pada Klien Pecandu Narkoba
Di BADAN narkotika Kabupaten Kampar. Sripsi thesis. Riau: Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. h.12
Supriadi. 2019. Peberapan Bimbingan Konseling Islam (Sholat dan Dzikir) Dalam
Rehabilitasi Mental Penyalahgunaan NAPZA Di Kalangan Remaja Di
Yayasan LKS Lentera Mataram. Mataram: UIN Mataram.
Tarmizi. 2011. Pengantar Bimbinga dan Konselig. Medan: Perdana Publising. h.26.