INDONESIA
Disusun oleh:
NIM : I1C016020
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2017
ANALISIS DAMPAK BAHAYA PENGGUNAAN NARKOBA
INDONESIA
A. Latar Belakang
mewujudkan daya kebal, daya tangkal, dan daya gempur untuk dapat mengadakan
interaksi dengan lingkungan pada suatu waktu sedemikian rupa sehingga dapat
dengan tujuan yang digariskan. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu
bangsa yang meliputi segenap kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan
gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas,
integrasi dan kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai
Negara ditata dalam sebuah sistem nasional, yang merupakan satu rangkaian sistem
Narkoba dewasa ini semakin meningkat. Meskipun Badan Narkotika Nasional (BNN)
tahun 2017 dibandingkan tahun 2016, pernyataan dari beberapa Kapolda Aceh,
Bangka Belitung, dan Jakarta Selatan (Jaksel) pada situs berita mengatakan kasus
Berdasarkan berita pada web infonawacita.com pada 1 Januari 2018, Kapolda Aceh
Irjen Pol Rio S Djambak menyatakan kasus narkotika dan obat terlarang (Narkoba) di
dibandingkan taun 2016. barang bukti Narkoba yang disita terdiri 15,889 ton ganja
dan 44,975 kilogram sabu-sabu. Serta 3.813 butir ekstasi. Selain itu, situs web
dengan 378 tersangka. Dengan rincian 354 tersangka laki-laki dan 24 tersangka
perempuan di mana 195 orang diantaranya yang dibekuk merupakan DPO menurut
keterangan Kapolda Bangka Belitung Brigjen Pol Syaiful Zachri. Narkoba yang
disita pihak kepolisian yaitu sebanyak 802,42 gram sabu-sabu, 1.240,06 gram
ganja, 139 butir ekstasi, dan 5.337 obat berbahaya. Selanjutnya dikutip dari
yang hanya mencapai 431 kasus Narkoba yang diterangkan Kapolres Metro Jakarta
Desember 2017.
akademisi universitas, pejabat, bahkan warga desa dan anak-anak. Dilansir dari berita
Indonesia berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Angka tersebut kemungkinan
meningkat kembali karena beredarnya sejumlah narkotika jenis baru. Data tersebut
didapat dari penelitian Puslitkes Universitas Indonesia (UI) dan Badan Narkotika
dampak dari penggunaan Narkoba tidak hanya merusak moral, namun juga kesehatan
(Laksana, 2004).
nyata yang sangat berbahaya dan sangat merugikan kehidupan manusia dan
nasional. Akibat penyalahgunaan Narkoba saat ini akan terasa akibatnya di masa
depan bagi generasi penerus. Rusaknya generasi penerus berarti rapuhnya ketahanan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
C. Pembahasan
Diberikan
Secara etimologis narkoba atau narkotika berasal dari bahasa Inggris narcose
atau narcosis yang berarti menidurkan dan pembiusan. Narkotika berasal dari bahasa
Yunani yaitu narke atau narkam yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-
apa. Narkotika berasal dari perkataan narcotic yang artinya sesuatu yang dapat
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong). Menurut
Mardani (2008), Narkoba adalah obat atau zat yang dapat menenangkan syaraf,
serta dapat menimbulkan adiksi atau kecanduan, dan yang ditetapkan oleh Menteri
mempengaruhi kerja tubuh terutama otak dan susunan saraf pusat sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosial seperti terjadinya
mengkonsumsi Narkoba dengan tujuan untuk menanggulangi stress, gaya hidup, dan
ketidaksengajaan karena tidak tahu jika obat yang dikonsumsi mengandung Narkoba.
Hal ini terjadi pada obat penenang epilepsi dan insomnia seperti flurazepam,
tersebut, penjualan diazepam memiliki tingkat penjualan mencapai 2,3 milyar tablet
dengan tingkat penggunaan mencapai 82% dari jenis benzodiazepin yang lain
(Afiatin, 2008).
Narkoba dapat berdampak pada banyak hal. Dampak terhadap perubahan fisik
yakni berat badan turun drastis, muka pucat, dan mudah terjangkit penyakit (Laksana,
2004). Apabila kita memiliki generasi penerus bangsa yang sakit-sakitan, bangsa ini
akan menjadi hancur karena stabilitas nasional akan terganggu, semua pekerjaan di
segala segi terutama pemerintahan akan kacau karena tidak optimalnya kinerja dari
Dampak selanjutnya yaitu dampak emosional. Perubahan emosi dan perilaku yakni
(Laksana, 2004). Bayangkan saja bila Indonesia memiliki generasi penerus yang
malas, suka berbohong, dan mencuri, bangsa lain akan menilai bangsa Indonesia
adalah bangsa yang buruk dan bangsa yang bodoh. Akibatnya, Indonesia akan
terkucilkan dari pergaulan di lingkup internasional dan mungkin tidak ada negara
ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya. Di bidang pertahanan dan keamanan
yaitu menurunnya patriotisme, nasionalisme, dan semangat bela negara. Di bidang
ideologi, yaitu adanya hedonisme dan kebebasan tanpa batas. Pengertian dari
materi sebagai tujuan utama dalam hidup (Mila, 2013). Maka dapat disimpulkan
timbulnya perilaku konsumtif dan kebebasan tanpa batas yang dapat menimbulkan
apatisme atau sikap tidak peduli terhadap apa yang sedang terjadi di lingkungannya
dan adanya patron (konsep dasar) politik yang kotor. Dampak di bidang ekonomi
kerja, meningkatnya kriminalitas, dll. Serta dampak di bidang sosial budaya adalah
Semua dampak yang terdapat di seluruh bidang tersebut sangat tidak sesuai
karakter ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
ketahanan suatu bangsa dimulai dari tingkat individu yang kemudian akan
berkembang ke tingkat yang lebih luas dan mencakup berbagai aspek kehidupan
ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya. Kesemua dampak ini sangat
bertentangan dengan karakter bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan hal
ini sangat berbahaya apabila dibiarkan terus-menerus dan tidak ada solusi untuk
jawab pemerintah tetapi juga masyarakat. Pemerintah akhir-akhir ini terus mendorong
cara pengawasan perdagangan gelap obat bius pada tahun 1909 di shanghai, Cina
Haag, Belanda pada tahun 1912, telah menghasilkan traktat pertama mengenai obat
Opium 1912). Berdasarkan dalam naungan PBB telah dihasilkan Single Convention
on Narcotic Drugs, 1961 (konvensi Tunggal Narkotika 1961) di New York, Amerika
Serikat pada tanggal 30 Maret 1961, dan telah diubah dengan 1972 Protokol
amending the Single Convention on Narcotic Drugs, 1961 (protocol 1972 tentang
Maret 1972, dan terahir adalah United nations Corventions Against illicit traffic on
pokok dalam Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan
narkotika dan psikotropika dengan cara menetapkan sebagai kejahatan mulai dari
pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika 1988, pada tanggal 17-
26 juni 1987 digelar Konfrensi PBB yang membahas masalah mengenai masalah
konfrensi ke-93 itu, menetapkan beberapa butir kesepakatan dunia dalam usaha
menghadapi bahaya Narkoba, yaitu perlunya mengadopsi The Declaration and the
Salah satu butir Resolusi PBB tahun 1987 yang berkaitan dengan HANI adalah
berhubungan dengan masalah Narkoba digelar diseluruh penjuru bumi, baik berupa
kampanye massal anti Narkoba, pemusnahan barang bukti Narkoba, laporan kasus
Narkoba yang telah terjadi setahun sebelumnya, perenungan korban Narkoba, aksi
Narkoba secara nasional di Indonesia dilakukan melalui sarana hukum pidana dan
(Ordonansi Obat bius), Stb. 1927 No.2798 jo. No. 536. Ordonansi ini kemudian
dinyatakan berlaku sejak 26 juli 1976, yang didahului oleh lahirnya Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1976 tentang Pengesahan konvensi Tunggal narkotika 1961 serta
protokolnya.
1971 dan Undang-undang Nomor 7 tahun 1997 tentang pengesahan Konvensi PBB
785/Menkes/per/VII/1997).
pengobatan.
2. Penanggulangan Melalui Sarana Non-Penal
penyitaan aset yang berasal dari tindak pidana narkotika melalui penegakan
korban Narkoba.
Badan Koordinasi Pelasana (BAKOLAK) inpres Nomor 6 tahun 1971, yaitu sebuah
berkembang pesat.
yang sedemikian pesat terjadi. Pada saat itu, hampir diseluruh dunia setiap Negara
melakukan penegakan hukum di bidang Narkoba dan memiliki anggaran yang cukup
(BNN) tanggal 22 Maret 2002, BKNN berubah nama menjadi BNN. Adapun tugas
secara nasional, terutama yang dilakukan oleh lembaga Negara. Ketua BNN dijabat
khususnya yang menggunakan sarana hukum pidana diharapkan lebih efektif dan
efisien. Karena badan ini sesuai dengan tugasnya sebagai koordinasi yang dapat
Perundang-Undangan Indonesia.
Penggunaan Narkoba bukan untuk tujuan pengobatan atau lebih dikenal dengan
Dikatakan demikian, karena hampir semua Negara anggota PBB mengakui dan
Tahun 997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika.
berikut:
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) Tahun, paling lama 15
(lima belas) Tahun dan pidana denda paling sedikit Rp150.000.000,00 (seratus
lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah) (Pasal 59 ayat (1) huruf a. Undang-undang Nomor 5 Tahun
Tentang Narkotika).
Narkotika).
Tentang Narkotika).
psikotropika jika digunakan tanpa pengawasan dokter atau bukan untuk pengobatan.
golongan III dilarang digunakan jika bukan untuk tujuan pengobatan. Sebaliknya
Narkoba adalah obat atau zat yang dapat menenangkan syaraf, mengakibatkan
rasa mengantuk atau merangsang, dapat menimbulkan efek stupor, serta dapat
menimbulkan adiksi atau kecanduan, dan yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan
bagi ketahanan nasional, yakni dampak pada bidang pertahanan dan keamanan
Narkoba di Indonesia bukan saja tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat.
E. Kepustakaan
Arief, Barda Nawawi. 2005. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra
Aditya Bakti. Bandung
Desember 2017]
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/10/30/oymn2n423-bnn-27-
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/17/08/04/ou61xw354-bnn-
http://www.netralnews.com/news/megapolitan/read/121388/selama.2017..kasus.nark
https://news.okezone.com/read/2017/12/21/340/1834234/sepanjang-tahun-2017-
polda-babel-ungkap-286-kasus-penyalahgunaan-narkotika [Diakses 27
Desember 2017]
Mila. 2013. Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Remaja Kota Bandung. (Studi.