Anda di halaman 1dari 20

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK

PENYALAHGUNA NARKOBA
(Studi Di Badan Narkotika Nasional Kabupaten Temanggung)

Proposal Skripsi
Dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Oleh:

TRIA AULIA ZAHRA


NIM: 2015090024
PROGRAM STUDI: ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

TAHUN 2019
i

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ) JAWA TENGAH DI WONOSOBO


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
Program Studi :
Hukum Keluarga/Ahwal Syakhshiyah (S.1), Hukum Ekonomi Syari’ah/Mu’amalah (S.1),
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (S.1), Ilmu Hukum (S.1), Perbankan Syari’ah (S.1)
Alamat Kampus : Jln. KH. Hasyim Asy'ari KM. 03 Kalibeber Wonosobo Jawa Tengah 56351
Telp : (0286) 321873, Fax : (0286) 324160, Website : http//www.unsiq.ac.id, Email : fshunsiq@gmail.com

PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI


Nama : Tria Aulia Zahra
NIM : 2015090024
Program Studi : Ilmu Hukum
Judul :PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK
PENYALAHGUNA NARKOBA (Studi di Badan Narkotika
Nasional Kabupaten Temanggung)
Telah diujikan dihadapan dewan reviewer pada tanggal 29 Maret 2019 dan
dinyatakan lulus serta telah melakukan perbaikan. Selanjutnya dapat diterima
sebagai rencana pembuatan skripsi pada fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo.
Wonosobo, 02 Oktober 2019
MAJELIS REVIEWER
Reviewer I Reviewer II

Herman Sujarwo, SH., MH Nila Amania, SH., MH


NIDN. 0611078104 NIDN. 0606088803

Dekan/Ketua Sidang

Dr. H. Mahfudz Junaedi, MH


NIDN.0610106505
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

JUDUL PROPOSAL SKRIPSI.......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 6
D. Kajian Pustaka........................................................................................... 7
E. Kerangka Teori.......................................................................................... 9
F. Metode Penelitan ....................................................................................... 14
G. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

2
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK
PENYALAHGUNA NARKOBA
(Studi di Badan Narkotika Kabupaten Temanggung)

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu dan teknologi serta modernisasi memiliki
pengaruh yang besar terhadap perkembangan kualitas sumber daya manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk teknologi informasi
mengantarkan umat manusia pada kehidupan yang “serba” mudah, dampak
positif dan negatif dari kemajuan iptek telah merambah dalam setiap sisi
kehidupan manusia.
Salah satu dampak negatif dari kemajuan iptek adalah meningkatnya
jumlah penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya). Narkoba menjadi masalah yang serius tidak hanya karena
mematikan, tetapi juga menimbulkan masalah-masalah sosial dimasyarakat.1
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan kedalam golongan-golongan. Nakotika digolongkan kedalam 3
golongan yaitu: 1). Narkotika Golongan I, 2). Narkotika Golongan II, 3).
Narkotika Golongan III.2 Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya
adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius
pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun
kini presepsi itu disalahartikan akibat pemakaian diluar peruntukan dan dosis
yang semestinya.3
Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat jumlah penyalahguna
narkoba di Tanah Air diperkirakan telah mencapai sekitar 3,5 juta orang pada

1
Agung Sukalaksana, “Katakan Tidak Pada Narkoba”, (Bandung: Sinergi Pustaka
Indonesia, 2010), hal. 3
2
Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
3
Juliana Lisa, “Narkoba, Psikotropika, dan Gangguan Jiwa”, (Yogyakarta: Nuha
Medika, 2017), hal. 3

3
2017, di mana 1,4 juta adalah pengguna biasa dan hampir satu juta orang
diantaranya telah menjadi pecandu narkoba. Selain itu ada lebih 12 juta
kematian setiap tahunnya akibat penggunaan narkoba.4
Dewasa ini tingkat penyalahgunaan narkoba sudah semakin
memperihatinkan, karena telah mampu masuk dan menggerogoti segala
lapisan kehidupan masyarakat dan berbagai usia dan yang memprihatinkan
sekali adalah penyalahgunaan narkoba dilakukan oleh anak, yang mana
narkoba itu sendiri dapat merusak moral dan fisik generasi penerus bangsa
yang pada akhirnya akan menghambat proses pembangunan menuju
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang dicita-citakan. Sehingga
tidak jarang anak harus berhadapan dengan proses hukum.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat dari 87 juta
populasi anak di Indonesia, sebanyak 5,9 juta di antaranya menjadi pecandu
narkoba. Mereka jadi pecandu narkoba karena terpengaruh dari orang-orang
terdekat. KPAI menyebutkan menangani 2.218 kasus terkait masalah
kesehatan dan napza yang menimpa anak-anak. Sebanyak 15,69 persen di
antaranya kasus anak pecandu narkoba dan 8,1 persen kasus anak sebagai
pengedar narkoba.5
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, batasan tentang
usia anak tidak selalu sama. Perbedaan tersebut didasarkan pada perspektif
dan tujuan pembentukan peraturan perundang-undangan (Politik Hukumnya).
Dalam Pasal 1 angka 8 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan,
intinya diatur bahwa pengertian anak adalah orang yang belum berusia 18
tahun. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, Pasal 1 ayat (1) diatur bahwa anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang

4
Muhammad Radityo Priyasmoro, “BNN: Pemakai Narkoba di Indonesia Capai 3,5 Juta
Orang Pada 2017”, diakses dari https://www.liputan.com/news/read/3570000/bnn-pemakai-
narkoba-di-indonesia-capai-35-juta-orang-pada-2017 pada 18 Januari 2019
5
Anissa Ulva Damayanti “5,9 Juta Anak Indonesia Jadi Pecandu Narkoba”, diakses dari
https://news.okezone.com/read/2018/03/06/337/1868702/5-9-juta-anak-indonesia-jadi-pecandu-
narkoba, pada18 Januari 2019

4
Sistem Peradilan Pidana Anak, Pasal 1 angka 3, 4, 5 pada dasarnya mengatur
bahwa anak adalah anak yang belum mencapai umur 18 tahun. Namun
khusus usia anak yang dapat diajukan atau diproses melalui sistem pradilan
pidana adalah orang yang usianya telah mencapai 12 tahun tetapi belum
berusia 18 tahun.6 Dalam usia anak yang demikian, anak cenderung selalu
mau untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Misalnya terlibat
pergaulan bebas, mencoba minum-minuman keras, dan bahkan mencoba
untuk memakai bahan-bahan terlarang lain seperti Narkoba. Tentang hal
terakhir yang disebutkan ini, acap kali terjadi dalam praktek hidup bahwa
anak di bawah umur banyak yang menjadi pemakai, bahkan pengedar barang
haram narkoba.7
Oleh karena anak adalah penerus generasi muda bangsa yang perlu
kita lindungi agar memiliki budi pekerti yang luhur, maka sudah sepatutnya
hak-hak seorang anak harus dilindungi baik ia sebagai pelaku tindak pidana
ataupun tidak. Perlindungan hukum anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar tetap hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Perlindungan dan jaminan kepastian hukum diberikan oleh
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak harus
mempertimbangkan kepentingan terbaik anak tidak hanya terhadap anak
sebagai korban tindak pidana melainkan terhadap anak yang sedang
berkonflik dengan hukum. Dan dalam menangani kasus anak yang
berhadapan dengan proses hukum harus bertumpu pada ketentuan-ketentuan
dalam Undang-Undang No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.8

6
Widodo, “Problematika Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Dalam Perspektif
Hukum Pidana”, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hal. 1
7
Dalam jurnal Oktafianus Tampi, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak di Bawah
Umur Dalam Tindak Pidana Narkotika”, (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 2015), hal. 29
8
Dalam jurnal I Wayan Karika Setiawan, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang
Melakukan Tindak Pidana Narkotika (Studi Kasus Di Pengadilan Denpasar)”, (Bali: Universitas
Udayana), hal. 2

5
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti bermaksud
melakukan penelitian dengan judul: “Perlindungan Hukum Terhadap Anak
Penyalahguna Narkoba (Studi di Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Temanggung)”

B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas,
maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perlindungan hukum bagi anak penyalahguna narkoba dalam
peraturan perundang-undangan di Indonesia?
2. Bagaimana penanganan anak penyalahguna narkoba oleh Badan
Narkotika Nasional Kabupaten Temanggung?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi anak penyalahgunaan
narkoba dalam peraturan perundang-undangan di indonesia
khususnya anak penyalahguna narkoba di Kabupaten Temanggung .
b. Untuk mengetahui penanganan anak penyalahguna narkoba yang
dlakukan oleh BNN Kabupaten Temangung.
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan mafaat
sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan pertimbangan atau
rujukan dan sumbangan pemikiran baru bagi peneliti yang ingin
mengetahui tentang perlindungan hukum tarhadap anak
penyalahguna narkoba khususnya di Kabupaten Temanggung
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pembaca tentang pengaturan hukum terkait mengenai perlindungan

6
hukum bagi anak, penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh
anak dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi peneliti,
pembaca dan masyarakat pada umumnya mengenai perlindungan
hukum serta penanganan anak penyalahguna narkoba oleh BNN
Kabupaten Temanggung.

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada dasarnya memuat keterangan-keterangan dan
penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya dan memuat
permasalahan, prosedur penelitian dan hasil-hasil yang dicapai.9
Tujuan dan kegunaan kajian pustaka pada dasarnya adalah menunjukan
jalan pemecahan pemasalahan penelitian. Apabila peneliti mengetahui apa
yang telah dilakukan oleh peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan
pengetahuan yang lebih dalam dan lengkap.10
Adapun kajian pustaka dalam penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya sebagai landasan berfikir yang penulis gunakan diantaranya
sebagai berikut:
a. Skripsi tentang upaya kepolisian dan BNNK Sukoharjo dalam
menanggulangi penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja yang ditulis
oleh Dedi Setiana dengan judul “penyalahgunaan narkotika dan obat-obat
terlarang dikalangan remaja serta upaya penanggulangannya oleh
kepolisian dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sukoharjo”. Skripsi
ini menunjukkan bahwa: 1). Narkotika yang sering digunakan oleh
remaja di kabupaten Sukoharjo adalah jenis shabu. 2). Faktor individu
dan lingkungan menjadi dua faktor yang menyebabkan remaja di
kabupaten sukoharjo mengkonsumsi narkotika. 3). Penegakan hukum
yang bersifat preventif dan represif meupakan upaya yang dilakukan

9
Fakultas Syariah dan Hukum, “Panduan Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum” (Wonosobo: Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2018), hal. 16
10
Bambang Sunggono, “Metodologi Penelitian Hukum” (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1998), hal. 115

7
pihak kepolisian Sukoharjo dalam menanggulangi penyalahgunaan
narkotika dan obat-obatan terlarang pada remaja.11
b. Skripsi tentang penegakan hukum terhadap penyalahgunaan narkotika
oleh anak yang ditulis oleh Muhammad Alvin Khoiru dengan judul
“penegakan hukum terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika
oleh anak dibawah umur di kota Yogyakarta tahun 2014” skripsi ini
menunjukan bahwa proses penanganan oleh polresta Yogyakarta
terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak diantaranya
sebagai berikut: 1). Polresta yogyakarta memberikan penanganan secara
khusus mulai dari penangkapan, pemerikasaan hingga ruang
pemerikasaan. 2). Selama proses penanganan anak didampingi oleh
orang tua sesuai dengan SOP agar tidak menimbulakan stigma buruk dan
hak anak terlindungi. 3). Anak yang berhadapan dengan hukum mulai
dari proses penangkapan, penyidikan hingga proses pengadilan di
Pengadilan Negeri Yogyakarta sudah sesuai dengan UU No. 11 tahun
2012 dan UU No. 23 tahun 2002.12
c. Penelitian yang dilakukan oleh Rima Homesty dengan judul
“perlindungan hukum terhadap anak pengguna narkotika (studi di
pengadilan negeri banyumas). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa:
1). Dari hasil penelitian, hakim di pengadilan negeri banyumas selalu
manjatuhkan putusan pidana penjara terhadap anak yang melakukan
tindak pidana narkotika. 2). Dan menurut peneliti, hakim pengadilan
negeri banyumas belum optimal dalam upaya perlindungan hukum
terhadap anak yang melakukan tindak pidana narkotika.13

Dari beberapa literatur yang telah dikemukakan diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa kajian mengenai perlindungan hukum terhadap anak
11
Dedi Setiana, “Penyalahgunaan Narkotika Dan Obat-Obat Terlarang Dikalangan
Remaja Serta Upaya Penanggulangannya Oleh Kepolisian Dan Badan Narkotika Nasional
Kabupaten Sukoharjo” (Surakarta: Fakultas Hukum, 2011).
12
Muhammad Alvin khoiru, “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur di Kota Yogyakatta Tahun 2014”
(Yogyakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2017), hal. 2
13
Rima Homesty, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana
Narkotika (Studi di Pengadilan Negeri Banyumas)”, (Purwokerto: Fakultas Hukum, 2012), hal. 6

8
penyalahguna narkoba studi di BNNK Temanggung dalam penelitian ini dan
penelitian sebelumnya terdapat perbedaan yaitu: 1). Penelitian ini
memfokuskan untuk mengetahui sejauh mana perlindungan hukum terhadap
anak penyalahguna narkoba dalam peraturan perundang-undangan indonesia.
2). Studi penelitian di BNN Kabupaten Temanggung.

E. Kerangka Teori
1. Teori Tujuan Hukum
Ada beberapa teori tujuan hukum. Tujuan hukum mempunyai sifat
universal seperti ketertiban, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan
kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya
hukum maka tiap perkara dapat di selesaikan melaui proses pengadilan
dengan prantara hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,
selain itu Hukum bertujuan untuk menjaga dan mencegah agar setiap
orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.
Di kalangan para ahli hukum dikenal tiga buah teori dalam
menggambarkan tujuan hukum, yaitu:14
1) Teori Etis
Teori etis menekankan kepada tujuan hukum yang bernuansa
moral-etis baik bagi individu maupun masyarakat secara
keseluruhan. Di teori inilah keadilan dititikberatkan sebagai tujuan
hukum. Hal ini dikarenakan isi hukum dianggap ditentukan oleh
keyakinan etis terhadap apa yang adil (justice) dan yang tidak adil
(unjustice).
2) Teori Utilitas
Teori utilitas menekankan kepada tujuan hukum yang
memberikan kebahagian yang sebesar-besarnya (the greatests
happiness the greatest number). Teori inilah yang dianut oleh aliran

14
I Dewa Gede Atmaja, “filsafat Hukum: Dimensi Tematis Dan Historis” (Malang:
SetaraPress, 2013), hal. 11

9
utilitatianisme yang menitikberatkan kepada kemanfaatan sebagai
tujuan hukum.
3) Teori Campuran
Teori Campuran merupakan teori yang menggabungkan teori
etis dan teori utilitas, dimana teori campuran berusaha mencari
keseimbangan di antara tujuan hukum

2. Teori Pemidanaan
Istilah teori pemidanaan berasal dari inggris, yaitu comdemnation
theory. Teori pemidanaan meupakan teori-teori yang mengkaji dan
menganalisis mengapa negara menjatuhkan pidana kepada pelaku yang
telah melakukan tindak kejahatan, apakah karena adanaya unsur
pembalasan atau mengikuti masyarakat, dan atau melindungi atau
memperbaiki masyarakat.15
Menurut pandangan para ahli hukum, ada 3 jenis teoti pemidanaan
yaitu:
a. Teori Absolut atau Teori Pembalasan (retributive/vergeldings
theorien)
Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata-mata karena orang
telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana. Pidana
merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan
kepada orang yang melakukan kejahatan. Jadi, dasar pembenaran
dari pidana terletak pada adanya atau terjadinya kejahatan itu
sendiri.16
Dalam bentuk yang asli, teori absolut berpijak pada pemikiran
pembalasan, yaitu prinsip pembalasan kembali. Misal, mata dengan
mata, gigi dengan gigi, dan lain-lain. Teori ini mengedepankan
bahwa sanksi dalam hukum pidana dijatuhkan semata-mata karena
orang yang telah melakukan sesuatu kejahatan yang merupakan

15
Salim, “Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum”, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2012), hal. 149
16
Muladi dan Barda Nawawi, “Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana”, (Bandung: Penerbit
Alumni, 1992), hal. 10

10
akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada
orang yang melakukan kejahatan sehingga sanksi bertujuan untuk
memuaskan tuntutan keadilan.17
b. Teori Relatif atau Teori Tujuan (utilitarian/deoltheorieen)
Penganut teori pemidanaan relatif berpendapat bahwa suatu
kejahatan tidak mutlak harus diikuti dengan pidana, melainkan harus
dipersoalkan terlebih dahulu manfaat suatu pidana bagi masyarakat
atau bagi penjahat sendiri pada masa kini maupun masa yang akan
datang. Maksudnya, pemidanaan harus bertujuan mencegah,
mendidik, memperbaiki, dan melindungi.18
Menurut teori ini memidana bukanlah untuk memuaskan
tuntutan absolut dari keadilan. Pembalasan itu sendiri tidak
mempunyai nilai, tetapi hanya sebagai sarana untuk melindungi
kepentingan masyarakat.
Pidana bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan atau
pengimbalan kepada orang yang telah melakukan suatu tindak
pidana, tetapi mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat.
Oleh karena itu teori inipun sering juga disebut teori tujuan
(utilitarian theory). Jadi dasar pembenaran adanya pidana menurut
teori ini adalah terletak pada tujuannya. Pidana dijatuhkan bukan
“quia peccatum est” (karena orang membuat kejahatan) melainkan
“ne peccatum” (supaya orang jangan melakukan kejahatan).19
c. Teori Gabungan (gemengdetheorie)
Teori gabungan (gemengdetheorie) merupakan teori yang
menggabungkan antara teori absolut dengan teori relatif. Teori ini
dikemukakan oleh Algra dan kawan-kawan, dan L.J. van Apeldoorn.
Algra dan kawan-kawan mengemukakan pandangannya
tentang teoti gabungan sebagai berikut: “biasanya hukuman

17
Salim, “Perkembangan.,” hal. 149
18
Muhammad Siddiq Tgk. Armia, “Perkembangan Pemikiran Teori Ilmu Hukum”,
(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2008), hal. 181
19
Muladi dan Barda Nawawi, “Teori-Teori.,”, hal. 16

11
memerlukan suatu pembenaran ganda. Pemerintah mempunyai hak
untuk menghukum, apabila orang berbuat kejahatan (apabila
seseorang melakukan tingkah laku yang pantas dihukum) dan
apabila dengan itu kelihatannya akan dapat mencapai tujuan
bemanfaat”. Hak pemerintah menghukum penjahat yang melakukan
kejahatan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki dan melindungi
masyarakat.
L.J. van Apeldoorn mengemukakan pandangannya tentang
teori gabungan atau persatuan. Ia berpendapat bahwa: “hukuman
diberikan, baik quia pacratum ne pecceatum”. Hukuman yang
dijatuhkan kepada pelaku, baik terhadap pelaku yang melakukan
kejahatan dan juga supaya orang lain jangan melakukan kejahatan.20

3. Teori Penanggulangan Kejahatan


Penanggulangan kejahatan merupakan upaya menanggulangi
kejahatan yaitu suatu reaksi yang diberikan kepada pelaku kejahatan,
berupa sarana pidana (penal) maupun non hukum pidana (non penal),
yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana
pidana dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan
dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk
mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan
dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.21
Upaya penanggulangan kejahatan yang biasa dikenal dengan istilah
“politik kriminal” (criminal policy) pada hakekatnya dapat ditempuh
dengan:
a. Penerapan Hukum Pidana (ciminal law application),
b. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment), dan
c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat media massa (influency views of society).

20
Salim, “Perkembangan.,” hal. 159
21
Sudarto, “Kapita Selekta Hukum Pidana”, (Bandung: Alumni, 2006), hal. 7

12
Upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat ditempuh
melalui jalur “penal” yang berorientasi pada upaya untuk
memberantas/menumpas sesudah kejahatan terjadi (repressive) dan
melalui jalur “non-penal”, yang berorientasi pada upaya untuk
mencegah/menangkal sebelum kejahatan terjadi (preventive).22
1) Jalur Penal
Upaya penanggulangan lewat jalur penal ini bisa juga disebut
sebagai upaya yang dilakukan melalui jalur hukum pidana. Upaya ini
merupakan upaya penanggulangan yang lebih menitikberatkan pada
sifat represif, yakni tindakan yang dilakukan sesudah kejahatan
terjadi dengan penegakan hukum dan penjatuhan hukuman terhadap
kejahatan yang telah dilakukan. Selain itu, melalui upaya penal ini,
tindakan yang dilakukan dalam rangka menanggulangi kejahatan
sampai pada tindakan pembinaan maupun rehabilitasi.
2) Jalur Non Penal
Upaya penanggulangan lewat jalur non penal ini bisa juga disebut
sebagai upaya yang dilakukan melalui jalur di luar hukum pidana.
Upaya ini merupakan upaya penanggulangan yang lebih
menitikberatkan pada sifat preventif, yakni tindakan yang berupa
pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Melalui upaya non penal
ini sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif
penyebab terjadinya kejahatan, yakni meliputi masalah-masalah atau
kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung
dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan.

22
Kusno Adi, “Kebijakan Kriminal Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika
Oleh Anak”, (Malang: UMM Press, 2009), hal. 100

13
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu urutan atau tata cara pelaksanaan
penelitian dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan penelitian yang
diajukan.23
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode Pendekatan
Dalam Penelitian ini metode pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan yuridis empiris. Pendekatan ini dilakukan dengan melihat
kenyataan hukum di masyarakat, pendekatan ini digunakan untuk melihat
aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial di dalam masyarakat.24 Atau
dengan kata lain yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan
sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat dengan
maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan data yang
dibutuhkan, setalah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju
kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada
penyelesaian masalah.25
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
yaitu melakukan penelitian dengan maksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa.26
Data yang diperoleh berdasarkan pada hasil studi lapangan yang
kemudian dipadukan dengan dengan data yang diperoleh dari studi
kepustakaan. Dalam hal ini penulis mangambil informasi data dengan
wawancara terhadap narasumber yang berasal dari BNN Kabupaten
Temanggung.
3. Sumber Data

23
Fakultas Syariah dan Hukum, “Panduan.,” hal. 17
24
Zainudin Ali, “ Metode Penelitian Hukum” (Jakarta: Sinar Grafika, 2015) hal. 105
25
Bambang Waluyo, “Penelitian Hukum Dalam Praktek”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002),
hal. 16
Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT Remaja
26

Rosdakarya, 2017), hal. 6

14
a. Sumber Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui
wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak
resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.
b. Sumber Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku
yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam
bentuk laporan, skrpsi, tesis disertasi dan peraturan perundang-
undangan. Data sekunder tersebut, dapat dibagi menjadi:
a) Bahan Hukum Primer
Bahan-bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan objek penelitian.
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah buku-buku dan tulisan-tulisan
ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian ini.
c) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai
bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal
dari kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan
sebagainya.27
4. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis penelitian dan sumber data yang tersedia maka
metode pengumpulan data yang penulis menggunakan metode:
a. Observasi
Tujuan dari observasi adalah untuk mendiskripsikan setting,
kegiatan yang terjadi, orang yang terlibat didalam kegiatan, waktu
kegiatan dan makna yang diberikan oleh pelaku yang diamati
tentang peristiwa yang bersangkutan.28 Dengan metode
pengamatan yang dilakukan didalam penelitian ilmiah biasanya

27
Zainudin Ali, “Metode.,” hal. 106
28
Burhan Ashshofa. “ Metode Penelitian Hukum” (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) hal. 58.

15
dibantu oleh konsep-konsep yang dapat membuat peneliti lebih
sensitif terhadap gejala yang diamati.. Data yang ingin diperoleh
dari teknik observasi ini adalah bagaimana perlindungan hukum
terhadap anak pengguna narkoba dan penanganan anak pengguna
narkoba oleh BNN Kabupaten Temanggung.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan
mananyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau
responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap
muka.29 Wawancara pada hakikatnya bukan semata-mata
merupakan proses tukar menukar pembicaraan, akan tetapi
merupakan proses untuk mendapatkan informasi, dan wawancara
tidak terbatas antara dua orang saja (dapat lebih jumlahnya).30
5. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Dalam penelitian ini digunakan analisa data yang sudah diperoleh
dengan cara mendeskripsikan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat
untuk menjawab permasalahan yang ada.

G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, setiap
bab terdiri dari sub-sub bab yang dapat penulis gambarkan sebagai berikut:
BAB I : Bab ini merupakan pola dasar yang memberikan gambaran
secara umum dari keseluruhan skripsi yang melatar belakangi penulisan

29
Afifidin dan Beni Ahmad Saebani, “Metodologi Penelitian Kualitatif” (Bandung:
Pustaka Setia, 2012) hal.131
30
Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum” (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), 2015) hal. 24

16
diantaranya meliputi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan fungsi
maanfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
BAB II: Dalam bab ini penulis menjelaskan secara lengkap mengenai
tindak pidana, definisi anak, tindak pidana anak, serta jenis pidana dan
tindakan bagi anak. Selain itu di bab ini juga akan dijelaskan mengenai
definisi narkoba, jenis-jenisnya, faktor-faktor penyalahguna serta akibat
penyalahgunaan narkoba.
BAB III: Memuat tentang gambaran umum mengenai Badan
Narkotika Nasional, tugas, fungsi dan wewenang. Dan lebih dalam lagi
penulis akan memberikan gambaran mengenai Badan Narkotika Nasional
Kabupaten Temanggung sebagai tujuan penelitian.
BAB VI: Memuat tentang hasil penelitian dan pembahasan terkait
perlindungan hukum terhadap anak pengguna narkoba dan penanganan anak
pengguna narkoba yang dilakukan oleh BNN Kabupaten Temanggung,
kemudian menganalisis tentang penelitian tersebut.
BAB V: Merupakan bab penutup berupa kesimpulan yang merupakan
jawaban atas rumusan masalah dari penelitian ini serta saran serta masukan-
masukan dari penulis tentang penegakan hukum terhadap anak pengguna
narkoba.

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Adi, Kusno. 2009. Kebijakan Kriminal Dalam Penanggulangan Tindak Pidana
Narkotika Oleh Anak. Malang: UMM Press.

Armia, Muhammad Siddiq, Tgk. 2008. Perkembangan Pemikiran Teori Ilmu


Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita.

Ashshofa, Burhan. 2001. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Gede Atmaja, I Dewa. 2013. filsafat Hukum: Dimensi Tematis Dan Historis.
Malang: SetaraPress.

Hukum. dan Fakultas Syariah 2018. Panduan Penulisan Skripsi fakultas Syariah
dan Hukum. Wonosobo: Fakultas Syari’ah dan Hukum.

Lisa, Juliana. 2017. Narkoba, Psikotropika, dan Gangguan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Nawawi, Barda dan Muladi. 1992. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana

Saebani, Beni ahmad dan Afifidin. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Pustaka Setia.

Salim. 2012. Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Soekanto, Soerjono. 2015. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Penerbit


Universitas Indonesia (UI-Press).

Sudarto. 2006. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

Sukalaksana, Agung. 2010. Katakan Tidak Pada Narkoba. Bandung: Sinergi


Pustaka Indonesia.

Sunggono, Bambang. 1998. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Waluyo, Bambang. 2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar


Grafika.

18
Widodo. 2015. Problematika Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Dalam
Perspektif Hukum Pidana. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Zainudin Ali, Zainudin. 2015. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Jurnal:
Setiawan, I Wayan Karika. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang
Melakukan Tindak Pidana Narkotika (Studi Kasus Di Pengadilan
Denpasar. Bali: Universitas Udayana.

Tampi, Oktafianus. 2015. Perlindungan Hukum Terhadap Anak di Bawah Umur


Dalam Tindak Pidana Narkotika. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Perundang-undangan:
Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Skripsi:
Homesty, Rima. 2012. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak
Pidana Narkotika (Studi di Pengadilan Negeri Banyumas). Purwokerto:
Fakultas Hukum.

Khoiru, Muhammad Alvin. 2017. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana


Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur di Kota Yogyakatta
Tahun 2014. Yogyakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum

Setiana, Dedi. 2011. Penyalahgunaan Narkotika Dan Obat-Obat Terlarang


Dikalangan Remaja Serta Upaya Penanggulangannya Oleh Kepolisian Dan
Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: Fakultas
Hukum

Internet:
Priyasmoro, Muhammad Radityo. BNN: Pemakai Narkoba di Indonesia Capai 3,5
Juta Orang Pada 2017. diakses dari
https://www.liputan.com/news/read/3570000/bnn-pemakai-narkoba-di-
indonesia-capai-35-juta-orang-pada-2017 pada 18 Januari 2019

Ulva Damayanti, Anissa. 5,9 Juta Anak Indonesia Jadi Pecandu Narkoba. diakses
dari https://news.okezone.com/read/2018/03/06/337/1868702/5-9-juta-anak-
indonesia-jadi-pecandu-narkoba, pada18 Januari 2019

19

Anda mungkin juga menyukai