Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PRA PERADILAN BADAN

NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


(TENGGARONG) OLEH PELAKU PENYALAHGUAAN NARKOTIKA
(Studi Penetapan Putusan Nomor 1/Pid.Pra/2023/PN.Tenggarong Terkait
Gugatan a.n Musliadi)

A. Latar Belakang Masalah

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis maupun semi

sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya

rasa, mengurangi nyeri sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan. Narkoba pada awalnya adalah sejenis obat-obatan tertentu yang

digunakan oleh kalangan kedokteran untuk terapi penyakit misalnya untuk

menghilangkan rasa nyeri, namun perkembangan obat-obatan itu disalahgunakan

sehingga menimbulkan ketergantungan.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain

narkotika, istilah yang di perkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika

Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza mengacu

pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi

penggunanya.

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA)

atau istilah yang popular dikenal masyarakat sebagai Narkoba (Narkotika dan

Bahan/Obat berbahaya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang

memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja


sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang

dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisren.

Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah

sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat

sosial ekonomi menengah bahwa sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang

ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15-24 tahun.

Tampaknya, generasi muda adalah sasaran strategis terhadap perdagangan gelap

NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya

terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan

memegang peranan penting dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan

narkotika.

Peredaran gelap narkoba yang melanda dunia juga telah menjadi salah satu masalah

dunia juga telah menjadi salah satu masalah yang menakutkan bagi masyarakat dan

bangsa Indonesia, Narkoba dan obat-obatan psikotropika sudah merambah ke

seluruh wilayah tanah air dan menyasar ke barbagai lapisan masyarakat tanpa

terkecuali.1

Penyalahgunaan narkoba terhadap para pelajar SMA dan SMP berawal dari

penawaran dari pengedar narkoba. Awalnya mereka diberi beberapa kali secara

cuma-cuma (gratis) dan setelah mereka merasa ketergantungan terhadap narkoba

yang diberikan, maka pengedar mulai menjualnya kepada para pelajar SMA dan

1
Hastina, Syarifuddin Yusuf, Henni Kumala Dewi Hengky. 2020. Analisis Faktor
Penyalahgunaan Narkotika Bagi Narapidana Di Rutan Kelas II B Sidrap. Manusia dan Kesehatan,
Vol. 3. No. 3. hlm. 2.
SMP tersebut. Setelah mereka mulai sering membeli narkoba, mereka akan disuruh

menjadi pengedar dan mengajak teman-temannya yang lain untuk mencoba obat-

obatan terlarang tersebut.

Penyalahgunaan narkotika adalah pola perilaku yang bersifat patalogik yang

dilakukan oleh remaja yang mempunyai kepribadian rentan atau mempunyai resiko

tinggi. Dampak dari penyalahgunaan narkotika yang dilakukan dalam jangka waktu

tertentu akan menimbulkan gangguan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pada

orang yang menggunakannya.

Narkotika terdapat perbedaan atau bisa dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:2

1. Kelompok Narkotika, pengaruhnya dapat menimbulkan rasa ngantuk berat,

mengecilnya pupil mata, dan sesak napas. Apa bila digunakan secara

berlebihan, narkoba dapat menimbulkan kejang-kejang, koma, napas lambat.

2. Kelompok Depresent adalah jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas

fungsional tubuh. Obat ini dapat membuat si pengguna merasa tenang dan

bahkan membuatnya tertidur pulas sehingga tidak sadarkan diri.

Permasalahan penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkotika adalah permasalahan

seluruh umat manusia yang penanggulangannya memerlukan kerjasama antar

Negara, antar Bangsa dan antar Umat. Juga merupakan permasalahan yang

kompleks dan berat yang penanganannya memerlukan pendekatan komprehensif,

terpadu dan berkelanjutan, serta partisipasi semua pihak terutama para pemuda.

2
Sofian Syaiful Rizal, Muh Irsyan. 2022. Konsepsi Pencegahan Bahaya Narkotika Serta
Konsekunsi Bagi Pengguna Dana Pengedar Dalam Perspektif Hukum Di Desa Alassumur Lor Kec.
Besuk Probolinggo. Legal Studies Journal, Vol. 2. No.2. hlm. 63.
Selama masyarakat memandang bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika merupakan tugas pemerintah, maka selama itu pula upaya

penanggulangannya tidak berhasil.

Penyalahgunaan narkotika saat inii merupakan salah satu kasus yang meresahkan

masyarakat dan peredarannya juga semakin meluas sampai kepada kalangan pemuda

dan pelajar, seakan-akan tidak lagi mampu diberantas walaupun upaya dari para

penegak hukum sudah cukup maksimal.

Sementara para pecandu tidak menyadari bahwa sebenarnya ia sudah diperas sang

bandar narkoba yang merusak kesehatan pribadi dan ekonomi keluarganya, tanpa

peduli bahwa ia telah masuk ke jurang kehancuran yang sangat dalam dan sulit

diobati. Kenikmatan sesaat yang dinikmati para pecandu narkotika telah merusak

sendi kehidupan yang normal dan mengarah kepada kerusakan mental sehingga

untuk mendapatkan barang haram ini tidak lagi memperdulikan cara-cara yang

benar atau salah, yang penting ia dapat memiliki dan mengkonsumsi barang haram

tersebut.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penulis

tertarik untuk mengangkat judul penelitian ini adalah Tinjauan Yuridis Terhadap

Putusan Pra Peradilan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan

Timur (Tenggarong) Oleh Pelaku Penyalahguna Narkotika (Studi Penetapan

Putusan Nomor 1/Pid.Pra/2023/PN.Tenggarong Terkait Gugatan a.n Musliadi).


B. Permasalahan Dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang ada dalam ruang lingkup penelitian

adapun ruang lingkup penelitian dari masalah di atas adalah terbatas pada kajian

hukum pidana khususnya:

a. Bagaimana putusan pra peradilan BNN Provinsi Kalimantan Timur

(Tenggarong) oleh penyalahgunaan narkotika berdasarkan putusan nomor

1/Pid.Pra/2023/PN.Tenggarong?

b. Apa saja kendala-kendala dalam putusan pra peradilan BNN Provinsi

Kalimantan Timur berdasarkan putusan nomor 1/Pid.Pra/2023/PN.Tenggarong?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian dari masalah di atas adalah terbatas pada kajian

hukum pidana kususnya:

a. Pra peradilan BNN Provinsi Kalimantan Timur (Tenggarong) oleh

penyalahgunaan narkotika berdasarkan putusan nomor

1/Pid.Pra/2023/PN.Tenggarong.

b. kendala-kendala dalam putusan pra peradilan BNN Provinsi Kalimantan Timur

berdasarkan putusan nomor 1/Pid.Pra/2023/PN.Tenggarong.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis, perlindungan hukum terhadap


kewenangan yang sah untuk melakukan penetapan pra peradilan terhadap

Musliadi.

b. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis, kendala-kendala dalam

putusan pra peradilan BNN Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan putusan

nomor 1/Pid.Pra/2023/PN.Tenggarong.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

praktis.

a. Teoritis

Penelitian ini diaharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang, kajian

teoritis, dan hukum pidana tentang putusan pra peradilan BNN Provinsi Kaltim

(Tenggarong).

b. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan/bahan refrensi bagi apparat penegak

hukum dalam pelaksanaan pra peradilan (judul) selain itu juga penelitian adalah

salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Bandar Lampung (UBL).

D. Kerangka Konsepsional

Pengertian narkotika berasal dari kata bahasa Yunani, Narkoun yang berarti

membuat lumpuh, membuat mati rasa. Remington’s Phemaceutical Sciences

mendefinisikan narkotika sebagai zat-zat yang mampu mengurangi kepekaan

terhadap rangsangan (Sensibilitas), menawarkan nyeri, menyebabkan lesu, kantuk

atau tidur.
Narkoba adalah zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara

oral/diminum, dihirup, maupun disuntukan, dapat mengubah pikiran, suasana hati

atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan

(adiksi) fisik dan psikologis.

Menurut pengaruh penggunaannya (effect), akibat kelebihan dosis (overdosis) dan

gejala bebas pengaruhnya (Withdrawal Syndrome) dan kalangan medis, obat-obatan

yang sering disalah gunakan. Zat atau obat sintesis juga dipakai oleh para dokter

untuk terapi bagi para pecandu narkoba.3

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Narkoba

dibagi 18 dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

1. Narkotika
Menurut Soerdjono Dirjosisworo (1986) bahwa pengertian narkotika adalah “Zat
yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan
memasukkan kedalam tubuh.” Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya
rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan.
Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis bertujuan
dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia di bidang pembedahan,
menghilangkan rasa sakit dan lain-lain.
2. Psikotropika
sikotopika (Soerdjono Dirjosisworo: 1986) adalah zat atau obat bukan narkotika,
baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada 19
aktivitas normal dan perilaku.

3
Maudy Pritha Amanda, Sahadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso. 2017.
Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Substance Abuse). Jurnal Penelitian &
PPM. Vol. 4. No. 2. hlm. 341.
3. Zat Adiktif Lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah:4
a. Rokok
b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan
c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin
yang bila dihirup akan dapat memabukkan.

Tindak pidana narkotika merupakan permasalahan internasional yang dihadapi oleh


banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Terjadinya tindak pidana ini
dipengaruhi berbagai faktor seperti kemajuan teknologi, globalisasi dan derasnya
arus informasi. Selain itu adanya keinginan para pelaku untuk memperoleh
keuntungan yang besar dalam jangka waktu cepat dalam situasi ekonomi yang
sulit menjadi pemicu tindak pidana narkotika. Salah satu institusi penegak
hukum yang memiliki peran penting dalam pemberantasan tindak pidana
narkotika adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan mengingat
peredaran gelap narkoba bersifat kompleks, maka diperlukan upaya pemberantasan
secara komprehensif, berkesinambungan dan dilaksanakan secara konsisten.5

Peredaran Narkotika di Indonesia saat ini telah bermanifestasi dalam berbagai


bentuk karena para pengedar Narkotika selalu berhasil menemukan celah untuk
menjalankan kegiatan peredaran Narkotika tersebut tanpa diketahui oleh aparat
penegak hukum. Pasal 35 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika menyatakan bahwa “Peredaran Narkotika meliputi setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan narkotika baik dalam rangka
perdagangan, bukan perdagangan, maupun pemindah tanganan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.” Peredaran gelap
Narkotika merupa kan suatu permasalahan yang harus mendapat perhatian khusus
dari pemerintah karena apabila hal ini tidak dapat teratasi, maka hal ini akan
mengancam masa depan dari negara Indonesia karena narkotika dapat merusak
generasi muda. Peredaran Narkotika merupakan perbuatan yang dilarang oleh
hukum pidana sehingga 2 bagi pelaku peredaran Narkotika dapat dijatuhi hukuman
pidana.6

4
Ibid.
5
Zainab Ompu Jainah. Suhery. 2022. Analisis Penanganan Tindak Pidana Narkotika Melalui
Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Berdasarkan Peraturan Polri Nomor 8 Tahun 2021 (Studi
Pada Satuan Reserse Narkoba Polres Metro). Jurnal Pendidikan dan Konseling. Vol. 4. No. 4. hlm.
1049.
6
Zainab Ompu Jainah. 2016. Analisis Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Kurir Narkotika (Studi Putusan Perkara Nomor: 414/PID-Sus/2014/PN.Kla). Jurnal
Keadilan Progresif. Vol. 7. No. 1. hlm. 1.
Oleh karena itu, seorang yang dijatuhi pidana ialah orang yang bersalah melanggar

suatu peraturan hukum pidana atau melakukan tindak kejahatan. Pelaku maupun

korban dalam tindak pidana narkotika itu sendiri dapat terdiri dari siapa saja dari

berbagai kalangan maupun kelompok umur, bahkan sampai anak-anak. Hal ini juga

tidak menutup kemungkinan bahwa yang melakukan tindak pidana narkotika itu

adalah orang yang mengalami gangguan jiwa.

Fakta sosial yang terjadi saat ini bahwa upaya penegakan hukum atas terjadinya
suatu tindak pidana dilakukan secara menyeluruh oleh aparat penegak hukum di
semua bidang. Sebagai contoh adalah upaya penegakan hukum terhadap tindak
pidana peredaran gelap Narkotika. Pada era sekarang ini masih banyak ditemui
kasus-kasus tindak pidana peredaran gelap Narkotika sehingga perlu
dioptimalisasikan penegakan hukum dalam lingkup bidang tersebut.7

Penegakan hukum merupakan suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan


hukum menjadi kenyataan. Keinginan hukum adalah pikiran badan pembuat
undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum. Proses
penegakan hukum menjangkau pula sampai pada pembuatan hukum. Perumusan
pikiean pembuat hukum yang dituangkan dalam peraturan hukum yang dituangkan
dalam peraturan hukum akan turut menentukan bagaimana penegakan hukum
dijalankan. Dalam implementasintya, proses penegakan hukum memuncak pada
pelaksanaannya oleh para penegak hukum.8

Dalam konteks penegakan hukum pidana, apabila ditelah secara teliti isi ketentuan

sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum

Acara Pidana. Penegak hukum pidana di Indonesia diistilahkan dengan “criminal

Justice Process” yang terdiri dari komponen kepolisian, kejaksaan, pengadilan

negeri, dan lembaga pemasyarakatan.

7
Ibid. hlm. 2.
8
Satjipto Rahardjo. 2009. Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologi. Yogyakarta. Genta
Publising. hlm. 24.
Mekanisme peradilan pidanan sebagai suatu proses (criminal Justice Process),

dimulai dari proses penangkapan, penggeladahan, penahanan, penuntutan dan

pemeriksaan di sidang pengadilan, diakhiri dengan pelaksanaan pidana di lembaga

pemasyarakatan. Salah satu ketentuan yang menarik untuk diamati dalam criminal

Justice Process adalah mengenai praperadilan. Apabila melihat istilah sebagaimana

dianut oleh KUHAP, praperadilan dapat dartikan sebagai pemeriksaan pendahuluan

di sidang pengadilan.

KUHAP menempatkan praperadilan sebagai salah satu bagian ruang lingkup

wewenang mengadili bagi pengadilan negeri. Dengan demikian ditinjau dari segi

struktur dan susunan peradilan, praperadilan bukan lembaga pengadilan yang berdiri

sendiri, dan bukan pula sebagai instansi tingkat peradilan yang mempunyai

wewenang memberi putusan akhir atas suatu kasus peristiwa pidana. Adapun

maksud dan tujuan yang hendak diwujudkan dari lembaga praperadilan adalah demi

tegak dan dilindunginya hukum serta perlindungan HAM dalam tingkat

pemeriksaan penyidikan dan penuntutan.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Masalah

a. Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan ini menggunakan pendekatan Yuridis Normatif yaitu, pendekatan

melalui Library Receach, Studi komperatif dan studi dokumen dengan cara

membaca, megutip, dan menelaah kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang

berhubungan dengan masalah yang akan di bahas. Pendektan tersebut dimaksudkan


untuk mengumpulkan berbagai macam peraturan perundang-undangan, teori-teori

dan literatur-literatur yang erat hubungannya dengan masalah dan pembahasan pada

penelitian ini.

2. Sumber dan Jenis Data

Dalam melakukan penelitian penulis memrlukan data-data yang terkait dengan

permasalahan yang diteliti, adapun jenis data yang diteliti yaitu:

a. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan dalam menjawab permasalahan pada

penelitian ini melalui studi kepustakaan (Library Research) dengan cara membaca,

mengutip, mempelajari, dan menelaah literatur. Data sekunder dalam penelitian ini,

terdiri dari:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat berupa peraturan

perundang-undagan. Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunkan

adalah:

a) Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 Hasil Amandemen Ke 4

b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP

c) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

d) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah diambil dari literatur yang berkaitan dengan pokok

permasalhan, karya-karya ilmiah, dan hasil-hasil penelitian para pakar sesuai dengan

objek pembahasan penelitian.


3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah antara lain berupa bahan yang bersifat hukum sekunder

seperti Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, artikel-

artikel pada surat kabar dan situs-situs yang terdapat pada internet yang berkaitan

dengan penelitian ini.

3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Untuk melengkapi data guna pengujian hasil penelitian ini, digunakan prosedur

pengumpulan data yang terdiri dari:

a. Studi Kepustakaan (Library Researh)

Studi kepustakaan (Library Researh) dimaksudkan untuk memperoleh arah

pemikiran dan tujuan penelitian yang dilakukan dengan car membaca, mengutip,

dan menelaah literatur-literatur yang menunjang, peraturan perundang-undangan

serta bahan-bahan becaan ilmiah lainnya.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi Lapangan (Field Research) dimaksudkan untuk memperoleh data primer yang

dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1) Pengamatan (Observation)

Pengamatan (Observation) yaitu pengumpulan data secara langsung terhadap objek

penelitian, untuk memperoleh data yang valid dengan menggunakan metode

pengamatan (Observation) yang dilaksanakan di Badan Narkotika Nasional RI.

Pengolahan data ini dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah

diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut.


a) Editing

Pengolahan data editing adalah kegiatan memeriksa kelengkapan dan meneliti data-

data yang telah dikumpulkan, terutama dari kelengkapan jawaban, keterbacaan

tulisan, kejelasan makna, kesesuaian dan relevansinya dengan data yang lain.

Yaitu memriksa dan memilih data sesuai dengan objek yang akan dibahas, juga

dengan mempelajari dan menelaah data yang diperoleh dari hasil penelitain

b) Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu data yang telah selesai diseleksi, selanjutnya dikelompokkan

menurut pokok bahasan sehingga sesuai dengan jenis dan berhubungan dengan

pokok bahasa dengan tujuan agar mudah menganalisis data yang akan ditentukan.

c) Sistemasi Data

Yaitu data yang telah diklasifikasikan kemudian ditempatkan sesuai dengan posisi

pokok permaslahan secara sistematis.

4. Analisis Data

Proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan

perihal didalam rumusan masalah serta hal-hal yang diperoleh dari suatu penelitian.

Dalam proses analisa ini, rangkaian data yang telah tersusun secara sistematis

menurut klasifikasinya, kemudian diuraikan dan dianalisis secara kualitatif, yakni

dengan memberikan pengertian terhadap data yang dimaksud, serta diuraikan dalam

bentuk kalimat perkalimat. Kemudian hasil analisa tersebut dinterprestasikan ke

dalama bentuk kesimpulan yang bersifat induktif yang merupakan gambaran umur

jawaban permasalahan berdasarkan hasil penelitian.


F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami isi penelitian ini, maka penulisannya terbagi

5 (Lima) Bab secara berurutan dan saling berkaitan hubungannya dapat memberikan

gambaran secara utuh hasil penelitian dengan rinci sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah,

Permasalahan, Ruang Lingkup Penelitian Tujuan dan Kegunaan Penelitian,

Kerangka Konsepsional, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tentang pengertian Hukum Pidana,

Pengertian Tindak Pidana, Pengertian Unsur-unsur Tindak Pidaa, Pengertian Tindak

Pidana Narkotika, Pengertian Penyalahgunaan Narkotika dan Pengertian Pra

Peradilan.

Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang Langkah-langkah/ metode

yang dilakukan dalam penelitian meliputi, Pendekatan Masalah, Sumber dan Jenis

Data, Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data serta Analisis Data.

Bab IV Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pra Peradilan Badan Narkotika

Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Timur (Tenggarong) Oleh Pelaku

Penyalahguna Narkotika (Studi Penetapan Putusan Nomor

1/Pid.Pra/2023/PN.Tenggarong Terkait Gugatan a.n Musliadi).

Bab ini memuat pembahasan berdasarkan hasil dari penelitian dari pokok

permasalahan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari putusan pra peradilan badan

narkotika nasional provinsi Kalimantan timur.


Bab V Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan yang berupa jawaban terhadap

permasalahan berdasarkan hasil penelitian dan saran-saran yang merupakan salah

satu alternatif penyelesaian permasalahan yang ada, guna perbaikan di masa

mendatang.

Anda mungkin juga menyukai