Anda di halaman 1dari 10

Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dan Khamr Menurut Prespektif Pidana

Islam

Omar Muhammad Arkaan


20220610085
Mata kuliah: Pidana Islam
Pendahuluan

Latar belakang

Penyalahgunaan narkoba dan alkohol telah menjadi masalah serius yang mengancam
kelangsungan hidup masyarakat di mana pun, terutama di negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Dunia globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini telah
menyebabkan peningkatan penyalahgunaan zat-zat terlarang seperti alkohol dan obat-obatan.
Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu yang terdampak, namun keluarga,
komunitas, dan masyarakat luas juga terkena dampaknya.

Dalam kerangka hukum Islam, konsumsi dan distribusi narkotika dan alkohol tidak
hanya dianggap melanggar hukum, namun juga dipandang sebagai pelanggaran berat
terhadap doktrin agama. Al-Qur'an dan Hadits memberikan petunjuk eksplisit mengenai
larangan penggunaan bahan kimia yang berpotensi merusak sifat fisik, mental, dan moral
seseorang. Penyalahgunaan narkotika dan khamr tidak sejalan dengan keyakinan Islam yang
mengutamakan menjaga kesucian jasmani dan rohani, serta menghindari tindakan yang dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat terlarang merupakan
zat adiktif yang mengandung bahan berbahaya. Narkoba berasal dari kata Yunani narkoun
atau narke yang berarti terbius; dungu tidak merasakan apa-apa; atau menyebabkan
kelumpuhan bagi penggunanya.1 Dalam konteks pembahasan ini, istilah “Khamr” mengacu
pada beberapa minuman beralkohol seperti Arak, tuak, atau tuak. Dalam konteks terminologi,
frasa "persembahan anggur anggur" mengacu pada minuman atau zat yang menyebabkan
keracunan atau mengganggu penilaian rasional, biasanya berasal dari fermentasi buah
anggur2. Pengamatan ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bahasa dan terminologi
ketika mengacu pada minuman beralkohol dan Khamr.Pengertian khamr lebih menunjukan

1
Purbanto, Hardy, and Bahril Hidayat. “Systematic Literature Review: Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan
Remaja Dalam Perspektif Psikologi Dan Islam.” Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan 20, no. 1
(2023): 1–13. https://doi.org/10.25299/al-hikmah:jaip.2023.vol20(1).11412.
2
Firdausy, M. H. (2016). Minuman Beralkohol Golongan “A” Dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor
20 Tahun 2014 Menurut Tinjauan Hukum Islam.
kearah pengertian tentang minuman yang memiliki sifat memabukkan. Sehingga bisa
dikatakan meskipun minuman itu tidak mengandung alkohol apabila mengakibatkan efek
mabuk bagi peminumnya maka itu dinamakan khamr. Minuman yang banyak mengandung
alkohol bisa menyebabkan orang mabuk bila terlalu banyak diminum.Ini menunjukan bahwa
minuman beralkohol merupakan minuman yang dapat menyebabkan mabuk termasuk
sebagai khamr.

Dalam konteks latar belakang ini, penelitian mendalam tentang perspektif pidana
Islam terhadap penyalahgunaan narkotika dan khamr menjadi sangat relevan. Dengan
memahami landasan hukum Islam yang mengatur tindak pidana ini, dapat dikembangkan
strategi penegakan hukum yang lebih efektif dan rehabilitasi yang lebih manusiawi. Melalui
penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan solusi yang lebih baik dalam menangani masalah
penyalahgunaan narkotika dan khamr dalam kerangka nilai-nilai Islam, yang pada gilirannya
akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih sehat, aman, dan berkeadilan sesuai
dengan ajaran Islam.

Pembahasan

Di Indonesia, penyalahgunaan narkoba merupakan permasalahan yang mendesak dan


kompleks yang ditandai dengan peningkatan jumlah pecandu narkoba, banyaknya kasus
kejahatan narkoba yang teridentifikasi, serta semakin beragamnya model dan jaringan
distribusi. Narkoba saat ini juga menyerang anak muda yang memasuki usia remaja.
Penyalahgunaan narkoba terjadi pada kelompok tertentu seperti kelompok umur tertentu atau
kelompok ekonomi rendah. Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga negara yang
berfokus pada pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba serta peredaran,
mencatat jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia sebanyak 3,3 juta orang di tahun 2017
yang berada pada usia 10-59 tahun. Pada tahun 2018, penyalahgunaan narkoba di Indonesia
juga terjadi di kalangan pelajar sebesar 2,29 juta orang. Generasi muda (usia 15-35 tahun)
memang merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko lebih tinggi terkena dampak
penyalahgunaan narkoba dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Ini artinya bahwa
generasi muda lebih rentan terpapar penyalahgunaan narkoba3

Pengaruh narkoba pada remaja dapat berdampak buruk pada kemampuan kognitif
mereka, menghambat fokus dan produktivitas mereka dalam upaya pendidikan. Selain itu,
penggunaan narkoba dapat merusak penilaian moral mereka, sehingga sulit bagi mereka
untuk membedakan antara tindakan yang benar dan salah. Selain itu, individu mungkin
mengalami perubahan perilaku yang menyebabkan keengganan untuk terlibat dalam
interaksi sosial. Terlebih lagi, penyalahgunaan narkoba meningkatkan kerentanan terhadap
berbagai penyakit dan gangguan jiwa. Terakhir, keterlibatan dalam kegiatan kriminal
cenderung meningkat di kalangan remaja penyalahguna narkoba.

Tidak hanya narkoba, minuman beralkohol pun harus di hindari karena sama saja
yang mempunyai sifat merusak baik secara jasmani atau rohani, dan alcohol pun sudah
banyak merajalela di kalangan Masyarakat muslim, perlu patut disadari bahwa meminum
miras dapat merusak banyak bagian dari tubuh seperti menimbulkan kanker hati ,kanker
pancreas, kebutaan hingga kematian. Alcohol saat ini sangat mudah di dapatkan karena
banyak nya tempat yang melegalkan hal ini.

Pengharaman narkotika dan alcohol tidak lepas dari ijtihad para ulama yang
mempunyai dasar al quran dan hadist. Dalam menentukan pengharaman zat ini ulama
terlebihdahulu melihat Sejarah bagaimana pengharaman khamr pada awal masa kerasulan
Nabi Muhammad SAW. Saat awal masa kerasulan allah menurun kan ayat An – Nahl yang
berbunyi :

ِ ‫سنًا ا َِّن فِ ي ٰذلِكَ لَْ ْٰ َيةً ِل ِِّْقَوم يَّع‬


‫ النحل‬٦٧ ( ‫ق لون‬ َ ُ‫ب تَتَّخِ ذُونَ مِ نه‬
َ ‫سك ًَرا َّو ِرزقًا َح‬ ِ ‫َومِ ن ث َ َم ٰر‬
ِ ‫ت النَّخِ ي ِل َوالَْْ عنَا‬

Artinya: "Dan dari buah kurma dan anggur, kamu membuat minuman yang memabukkan dan
rezeki yang baik. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang mengerti". (an – nahl 67)

3
Op,cit. Purbanto, Hardy, and Bahril Hidayat
Ayat ini turun sebelum diharamkannya khamar dan menjadi awal mula diharamkannya.
Sebagian ulama juga berpendapat, bahwa bagi yang membaca ayat ini dengan kedalaman
instingnya akan datang ketetapan atau hukum dari Allah SWT terkait memabukkan.Pada ayat
diatas allah sama sekali tidak menyinggung tentang dosa dan keharaman bagi peminum
khamr, dengan kata lain pada saat awal islam yang dibawa oleh nabi muhammad SAW
dengan khamr bukanlah minuman yang haram untuk dikonsumsi. Imam Ibnu Katsir mencatat
dari riwayat Abdullah bin Abbas radliyallahu‘anhu, bahwa tafsir dari lafal “minuman yang
memabukkan” adalah hal yang haram dikonsumsi dari kurma maupun anggur, sedangkan
“rezeki yang halal” adalah minuman atau produk turunan yang halal dikonsumsi dari
keduanya. Pernyataan Ibnu Abbas ini dinilai terjadi setelah khamar telah diharamkan dalam
Alquran, karena sebelumnya khamar masih dihalalkan.4

Saat seiring berjalannya masa, setelah turun ayat ini Masyarakat pada zaman itu
mereka sering minum khamr Ketika hendak menunai kan shalat dan akibat dari itu Ketika
hendak melaksanakan shalat orang – orang yang minum menjelang waktu shalat mereka
melakukan shalat dengan sempoyongan.

Allah berfirman:

ُ ‫صالةَ َوأَ ْنت ُ ْم‬


‫سكارى‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا لَََ تَ ْق َربُوا ال‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian salat, sedang kalian dalam keadaan
mabuk.
Allah Swt. melarang orang-orang mukmin melakukan salat dalam keadaan mabuk
yang membuat seseorang tidak menyadari apa yang dikatakannya. Dan Allah melarang pula
mendekati tempat salat (yaitu masjid-masjid) bagi orang yang mempunyai jinabah (hadas
besar), kecuali jika ia hanya sekadar melewatinya dari suatu pintu ke pintu yang lain tanpa
diam di dalamnya. Jadi ayat ini menjelaskan bahwa tidak sepenuhnya khamr akan tetapi
khamr di haramkan ketika seperti, seseorang akan melakukan solat karena sesorang yang
mabuk tidak bisa mengontrol ucapan dan tidak tau apa yang dia ucapkan ketika solat

4
ibid.
Setelah masa pengharaman pada waktu tertentu khamr di haramkan secara total, hal
ini dampak dari pada umat muslim yang sudah meninggalkan tradisi minum – minum maka
turun surat al maidah ayat 90 yang berbunyi :
‫ان َفا ْجتَنِبُوهُ لَعَلَّ ُك ْم‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬َّ ‫ع َم ِل ال‬ َ ‫َاب َو ْاْل َ ْز ََل ُم ِرجْس مِ ْن‬ُ ‫س ُر َو ْاْل َ ْنص‬ ِ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا إِنَّ َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْي‬
ِ َّ ‫ص َّد ُك ْم ع َْن ِذك ِْر‬
‫ّللا‬ َ ‫طا ُن أ َ ْن يُو ِق َع َب ْينَ ُك ُم ا ْل َعد‬
ُ ‫َاوةَ َوا ْل َب ْغضَا َء فِي ا ْل َخ ْم ِر َوا ْل َم ْيس ِِر َو َي‬ َ ‫ش ْي‬َّ ‫) ِإنَّ َما يُ ِري ُد ال‬90( َ‫ت ُ ْف ِل ُحون‬
91( َ‫َوع َِن الص ََّال ِة َف َه ْل أ َ ْنت ُ ْم ُم ْنت َ ُهون‬
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah dosa besar termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu .” (QS. Al-Maidah: 90-91).
Setelah turun ayat ini para sahabat pun berhenti minum khamr karena Allah SWT telah
melarang nya di samping itu, minuman keras dan judi itu menghalang-halangi dari mengingat
Allah dan melaksanakan salat, karena pikiranmu menjadi kusut, hatimu menjadi kusam, dan
jiwamu menjadi kotor; maka tidakkah kamu mau berpikir jernih dan sadar, serta bertekad
untuk berhenti dari kebiasaan meneguk minuman keras dan berjudi.
Setelah masa kenabian munculah banyak zat yang memabukan, maka dari itu
metodologi qiyas di pakai untuk menentukan keharaman zat tersebut. Metode qiyas di pakai
karena zaman terdahulu telah ada nash yang menunjukan pengharaman suatu zat , maka dari
itu terdapat kesamaan antara khamr dan narotika yaitu sama sama bersifat merusak pikiran,
membuat tak sadar diri dan merusak tubuh maka dari itu munculah pengharaman narkotika
untuk dipakai karena sama sifat nya yang merusak. Dan ini sesuai hadist yang berbunyi:
Dari ibnu umar r.a bahwa rasullullah saw bersabda:
‫كل مسكر خمراء و كل مسكر حرام‬
Artinya : "setiap yang memabukan adalah arak, dan setiap yang memabukan adalah
haram"(HR.Muslim).
Dan dari jabir r.a bahwa rasul saw bersabda :
‫ماأسكر كثيره فقليله حرام‬
Artinya:" sesuatu yang banyaknya memabukan maka sedikitnya haram."
Penyalahgunaan obat didefinisikan sebagai penggunaan obat secara ilegal atau
bertentangan dengan perintah dokter. Hal ini mencakup penggunaan obat-obatan tanpa resep,
melebihi dosis atau jenis yang disetujui, atau untuk tujuan yang tidak tepat. Berbagai macam
masalah sosial, hukum, dan kesehatan dapat diakibatkan oleh penggunaan narkoba.
Perundang-undangan narkoba di Indonesia dimulai sejak berlakunya Verdoovende
Middelen Ordonnantie, Stbl. 1927 No.278 jo. No.536. Ordonansi ini kemudian diganti
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika yang dinyatakan berlaku
sejak 26 Juli 1976. Dalam perkembangan terakhir, UU No.9/1996 ini pun diganti dengan UU
No.22/1997. Sementara itu, juga telah dikeluarkan UU No.5/1997 tentang Psikotropika.
Dalam Undang- Undang Psikotropika dan Undang-Undang Narkotika tersebut merupakan
lex specialis derogate lex generalis dari Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP).5
Kehadiran Undang-Undang Psikotropika dan Undang-Undang Narkotika
mencerminkan respons pemerintah terhadap semakin kompleksnya permasalahan
penyalahgunaan narkotika dan zat-zat psikotropika di Indonesia. Kedua undang-undang ini
memiliki ketentuan-ketentuan khusus dan hukuman yang tegas terhadap pelaku kejahatan
narkotika, serta memberikan dasar hukum bagi aparat penegak hukum dalam menindak tegas
para pelaku tindak pidana tersebut. Dalam konteks hukum pidana, Undang-Undang
Psikotropika dan Undang-Undang Narkotika merupakan lex specialis derogate lex generalis
dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang menguatkan posisi mereka sebagai
hukum yang mengatasi ketentuan umum dalam KUHP dalam penanganan tindak pidana
narkotika di Indonesia.
Di Indonesia, pelaku pemakai narkotika dapat dihukum sesuai dengan ketentuan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Menurut undang-
undang ini, pelaku pemakai narkotika dikenai sanksi pidana yang beragam, tergantung pada
jumlah dan jenis narkotika yang digunakan. Jika pelaku pemakai memiliki narkotika dalam
jumlah tertentu, ia dapat dijerat dengan hukuman penjara minimal empat tahun dan denda
minimal 800 juta rupiah. Selain itu, pelaku pemakai juga dapat dijatuhi hukuman rehabilitasi
secara wajib melalui keputusan hakim. Pada tingkat yang lebih serius, jika pelaku pemakai
dinyatakan sebagai pengguna narkotika yang rentan kambuh (recidivist) atau terlibat dalam
tindak pidana narkotika lainnya, hukuman yang diberikan bisa mencapai hukuman seumur
hidup atau hukuman mati, tergantung pada beratnya kasus.
Dalm konteks hukum pidana bagi pelaku tindakan yang melanggar akan di kenai
hukuman dan pada delik ini dikenai berupa jarimah Di dalam hukum Islam, pelaku peminum
khamr atau minuman keras dikenai hukuman yang disebut hadd al-sharab, yang artinya
"hukuman bagi orang yang minum minuman keras". Hukuman ini merupakan bentuk jarimah
atau hukuman pidana yang dijatuhkan atas pelanggaran hukum syariah terkait konsumsi
minuman keras. Hukuman ini memiliki dasar hukum yang kuat dalam Al-Qur'an dan Hadis,
dan bertujuan untuk memberikan efek jera kepada pelaku dan masyarakat, serta melindungi
kesehatan dan moralitas masyarakat.
Berdasarkan interpretasi hukum Islam yang berasal dari sumber-sumber primer,
hukuman bagi pelaku peminum khamr mencakup berbagai tahap. Pertama, pelaku biasanya

5
Ahmad, Syafi’i. “Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Islam.” HUNAFA:
Jurnal Studia Islamika 6, no. 2 (2009).
diberi peringatan dan peluang untuk bertaubat. Jika pelaku tetap melanjutkan perbuatannya,
hukuman tersebut dapat berupa cambuk atau deraan sebagai bentuk hukuman fisik. Hukuman
ini bertujuan untuk menyadarkan pelaku akan kesalahan yang dilakukannya dan sebagai
upaya mendidik moralitas individu serta masyarakat.
Hukuman penyalahgunaan narkoba pada remaja yaitu hukuman ta’zir berupa
rehabilitasi. Rehabilitasi adalah upaya menyembuhkan remaja pecandu narkoba dari
ketergantungan obat-obatan terlarang. Rehabilitasi pada remaja pecandu narkoba dapat
berupa program-program yang ditujukan untuk membantu remaja tersebut untuk kembali ke
jalur yang benar dan mengatasi masalah yang mendasar yang menyebabkan remaja tersebut
terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.6
Rehabilitasi dapat berupa terapi, kounseling dan program-program pendidikan yang
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan remaja tersebut dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya. Terapi dapat berupa terapi individu atau kelompok yang ditujukan untuk
mengatasi masalah emosional, sosial, atau psikologis yang mendasar. Konseling dapat
berupa kounseling individu atau keluarga yang ditujukan untuk membantu remaja tersebut
dalam mengatasi masalah yang dihadapinya dan membangun dukungan dari keluarga.
Program-program pendidikan dapat berupa program-program yang ditujukan untuk
meningkatkan keterampilan remaja tersebut dan meningkatkan kesempatan untuk memasuki
dunia kerja.
Sanksi bagi pelaku penyalahgunaan narkoba dalam perspektif hukum pidana Islam,
mempunyai kesamaan dengan sanksi hukum tindak pidana penyalahgunaan narkoba dalam
perspektif hukum pidana Republik Indonesia, yaitu keduanya sama-sama menjadi wewenang
pemerintah/hakim untuk menentukan sanksi hukumannya. Fatwa Majelis Ulama Indonesia
(MUI) mengatakan bahwa sanksi bagi pelaku penyalahgunaan narkoba adalah ta’zir. Yang
menjadi pertimbangan fatwa ini adalah bahwa untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan
narkoba yang mengakibatkan kerugian jiwa dan harta benda yang sangat mengganggu
pikiran7
Memberikan hukuman yang tegas dan adil kepada pelaku penyalahgunaan narkotika
dan khamr adalah langkah penting dalam upaya memerangi permasalahan ini. Dengan
memberlakukan hukuman yang keras, pelaku penyalahgunaan narkotika dan khamr dapat
merasakan konsekuensi nyata atas tindakan mereka, yang diharapkan dapat menjadi efek jera
dan memperingatkan masyarakat lainnya.

6
Reni Surya, “Klasifikasi Tindak Pidana Hudud Dan Sanksinya Dalam Perspektif Hukum Islam,” Samarah 2, no.
2 (2018): 530–47, https://doi.org/10.22373/sjhk.v2i2.4751.
7
Lewiaro Laia and Khairul Azwar Anas, “Pemidanaan Pelaku Tindak Pidana Khamar Dan Narkoba Dalam
Hukum Pidana Islam Dibandingkan Dengan Hukum Pidana Positif Indonesia (Crimination Of Criminal Acts Of
Khamar and Drugs In Islamic Criminal Law Compared To Indonesian Positive Criminal Law)” 3, no. 2 (2021):
311–26.
Hukuman yang tegas juga berperan sebagai penegakan hukum yang efektif,
menunjukkan bahwa negara serius dalam melawan penyalahgunaan narkotika dan khamr.
Dalam konteks pidana Islam, hukuman ini bertujuan untuk menjaga moralitas dan
kesejahteraan masyarakat, serta melindungi individu dari bahaya penyalahgunaan substansi
terlarang. Selain itu, hukuman yang adil juga penting untuk mencegah penyalahgunaan
kebijakan hukuman yang berlebihan atau diskriminatif.
Namun, penting juga untuk memastikan bahwa hukuman yang diberikan berada
dalam kerangka hukum yang adil, menghormati hak asasi manusia, dan didasarkan pada
bukti yang kuat. Selain hukuman, pendekatan yang holistik termasuk rehabilitasi,
pendidikan, dan dukungan sosial juga diperlukan untuk membantu para pelaku mengatasi
masalah penyalahgunaan narkotika dan khamr serta memperbaiki perilaku mereka. Dengan
demikian, pemberian hukuman yang tegas dan adil harus sejalan dengan upaya pencegahan,
pendidikan, dan rehabilitasi untuk mencapai hasil yang berkelanjutan dalam mengatasi
masalah penyalahgunaan narkotika dan khamr di masyarakat.\
Kesimpulan
Penyalahgunaan narkotika dan minuman keras merupakan permasalahan serius di
Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Pelaku penyalahgunaan narkotika dan khamr
berasal dari berbagai kelompok usia dan latar belakang ekonomi, tetapi generasi muda
menjadi kelompok rentan yang terkena dampak paling besar. Dampak dari penyalahgunaan
ini sangat merugikan, termasuk kerusakan kognitif, gangguan moral, isolasi sosial, dan
peningkatan risiko terhadap penyakit dan gangguan mental.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah serius untuk melawan
penyalahgunaan narkotika dan minuman keras dengan memberlakukan hukuman yang tegas
dan adil, sejalan dengan nilai-nilai hukum Islam yang melarang konsumsi zat-zat yang
memabukkan. Undang-undang yang ada memberikan dasar hukum bagi aparat penegak
hukum untuk menindak para pelaku kejahatan narkotika dan khamr, dan memberikan sanksi
yang serius termasuk hukuman pidana yang berat, rehabilitasi wajib, dan dalam beberapa
kasus, hukuman mati.
Dalam konteks hukum Islam, penyalahgunaan narkotika dan minuman keras
dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap moralitas dan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, penegakan hukum dan pemberian sanksi yang adil merupakan langkah yang
diperlukan. Namun, aspek-aspek lain seperti pendidikan dan rehabilitasi juga harus
diberdayakan untuk mencapai hasil yang berkelanjutan dalam memerangi permasalahan ini.
Dengan pendekatan yang komprehensif, diharapkan masyarakat dapat terhindar dari bahaya
penyalahgunaan narkotika dan khamr, serta membangun generasi muda yang sehat,
produktif, dan berdaya saing. Dan untuk memeberi upaya rehabilitasi supaya para pengguna
dapat kembali ke jalan yang benar
Daftar Pustaka

Ahmad, Syafi’i. “Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Hukum
Islam.” HUNAFA: Jurnal Studia Islamika 6, no. 2 (2009).
Firdausy, M. H. (2016). Minuman Beralkohol Golongan “A” Dalam Peraturan Menteri
Perdagangan RI Nomor 20 Tahun 2014 Menurut Tinjauan Hukum Islam.
Lewiaro Laia and Khairul Azwar Anas, “Pemidanaan Pelaku Tindak Pidana Khamar Dan
Narkoba Dalam Hukum Pidana Islam Dibandingkan Dengan Hukum Pidana Positif
Indonesia (Crimination Of Criminal Acts Of Khamar and Drugs In Islamic Criminal
Law Compared To Indonesian Positive Criminal Law)” 3, no. 2 (2021): 311–26.
Purbanto, Hardy, and Bahril Hidayat. “Systematic Literature Review: Penyalahgunaan
Narkoba Di Kalangan Remaja Dalam Perspektif Psikologi Dan Islam.” Al-Hikmah:
Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan 20, no. 1 (2023): 1–13.
https://doi.org/10.25299/al-hikmah:jaip.2023.vol20(1).11412.
Reni Surya, “Klasifikasi Tindak Pidana Hudud Dan Sanksinya Dalam Perspektif Hukum
Islam,” Samarah 2, no. 2 (2018): 530–47, https://doi.org/10.22373/sjhk.v2i2.4751.

Anda mungkin juga menyukai