Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Shalat

Shalat menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata shalla berarti do’a, dan doa adalah
sebuah permohonan. Sedangkan secara istilah (terminologi) shalat adalah perkataan dan
perbuatan tertentu atau khusus yang dimulai dengan takbir (takbiratul ihram) dan diakhiri
dengan salam. Shalat merupakan rukun perbuatan yang paling penting di antara rukun islam
yang lain sebab ia mempunyai pengaruh yang baik bagi kondisi akhlak manusia.
Dalam buku Shalat : Hikmah Falsafah dan Urgensinya Karya Abdul Aziz Salim
Basyarahil (1996 : 9) pengertian shalat adalah suatu ibadah yang meliputi peragaan tubuh
yang khusus dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (taslim). Shalat merupakan
ibadah yang mencakup berbagai ibadah didalamnya seperti zikir kepada Allah SWT, tilawah
kitabullah, berdiri menghadap Allah SWT, sujud, doa, tasbih dan takbir.
Shalat sendiri sebagai salah satu tiang agama Islam maka banyak dari ayat Alquran
yang memerintahkan kepada umat Islam untuk menjalankan ibadah shalat. Dimana setiap
muslim yang mukallaf wajib melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam seperti
firman Allah berikut ini :
َ‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َوارْ َكعُوْ ا َم َع الرَّا ِك ِع ْين‬

Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.(Al-
Baqarah : 43)

Syarat Shalat
Dalam menjalankan ibadah shalat terdapat beberapa syarat yang harus kita penuhi terlebih
dahulu diantaranya adalah :
1. Beragama Islam
2. Memiliki akal yang sehat dan tidak gila
3. Sudah dewasa (baligh)
4. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas dan sebagainya
Selian itu juga terdapat beberapa syarat agar sah shalat yang kita lakukan diantaranya adalah :
1. Waktunya telah tiba
2. Suci dari hadas besar dan hadas kecil
3. Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis
4. Menutup aurat
5. Menghadap kiblat
Shalat menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan shalat merupakan
menifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT.Dari sini maka, shalat dapat
menjadi media permohonan, pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang
ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya.
Di samping shalat wajib yang harus dikerjakan, baik dalam keadaan dan kondisi
apapun, diwaktu sehat maupun sakit, hal itu tidak boleh ditinggalkan, meskipun dengan
kesanggupan yang ada dalam menunaikannya, maka disyariatkan pula menunaikan shalat
sunah sebagai nilai tambah dari shalat wajib.
Macam-macam Shalat sunah antara lain;

1. Sholat Rawatib

Sholat sunah rawatib adalah sholat yang dikerjakan sebelum atau sesudah sholat fardu.
Sholat rawatib dibagi menjadi dua jenis, yaitu muakkad dan ghairu muakkad.
Sholat sunah rawatib muakkad selalu dikerjakan Rasulullah SAW. Sholat ini totalnya ada 10
atau 12 rakaat, yaitu 2 rakaat sebelum Subuh, 2 atau 4 rakaat sebelum Dzuhur, 2 rakaat
sesudah Dzuhur, 2 rakaat setelah Maghrib, dan 2 rakaat setelah Isya.

2. Sholat Dhuha

Sholat dhuha adalah sholat sunah yang dikerjakan di pagi hari, dari matahari terbit hingga
mendekati pukul 12.00. keutamaan sholat dhuha dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW:
"Barang siapa yang melakukan salat Dhuha dua belas rakaat, Allah SWT akan
membangunkan baginya istana dari emas di surga." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

3. Shalat Tahajud

Sholat tahajud adalah sholat sunah yang dikerjakan minimal dua rakaat dan maksimal
tidak terhingga jumlahnya. Sholat ini dikerjakan di sepertiga malam. Lakukan sholat tahajud
sebanyak dua rakaat, dengan dua kali sujud dan 1 kali salam. Kemudian lakukan pengulangan
sholat 2 rakaat sampai jumlah yang dikehendaki.

4. Shalat Witir

Sholat witir dikerjakan pada malam hari sebagai penutup sholat. Rasulullah mengajarkan
sholat witir dikerjakan dengan jumlah yang ganjil. Sholat witir biasanya dikerjakan dengan
tiga rakaat. Pertama, kerjakan dua rakaat seperti sholat sunah pada umumnya, kemudian
tambahkan satu rakaat dan akhiri dengan salam.
Dan masih banyak lagi, seperti shalat hajat, shalat Idul Fitri, dan lain-lain.

Visi Politik Shalat dalam Memberantas Maksiat

Manusia diciptakan menjadi mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan
membutukan bantuan orang lain, manusia hidup bermasyarakat dan didalam hidup
bermasyarakat ditemukan berbagai macam penyakit sosial dan maksiat yang sudah sangat
banyak terjadi dalam masyarakat sehingga sudah sulit untuk dihilangkan dan sangat
mengganggu. Diantaranya penyakit sosial itu adalah penyalahgunaan obat terlarang,
narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya (NAZA), pornografi, pornoaksi, perzinaan
(hubungan seks diluar nikah dan prostitusi) dan aborsi.
Penyalahgunaan NAZA sebagai penyakit sosial sangatlah berdampak buruk bagi
pengguna maupun bagi masyarakat yang ada disekitarnya,  karena pengguna NAZA akan
menjadi manusia yang antisosial, mengganggu keamanan dan ketertiban umum, bahkan jika
ini dibiarkan menyebar maka akan mengancam kelangsungan hidup suatu bangsa. Tidak
sedikit pengguna NAZA yang melakukan berbagai tindak kriminal seperti menjambret,
menodong, mencuri, menipu dan perbuatan jahat lainnya dikarenakan tidak memiliki uang
untuk dapat membeli obat-obatan terlarang tersebut. Pengguna NAZA pun dapat menjadi
penyebab kecelakaan lalu lintas karena mengemudi kendaraan dalam keadaan dibawah
pengaruh alkohol ataupun obat-obatan terlarang.Dan yang paling berbahaya adalah penularan
HIV/AIDS akibat penyalahgunaan NAZA dan akibat perzinaan.

Rasulullah SAW mencela buruknya akibat dari minuman khamar sebagai berikut :
·         “Jauhilah olehmu (minuman) khamar. Sesungguhnya khamar itu adalah pintu segala
kejahatan” (H.R. Al-Hakim)
·         “Khamar adalah induk segala kejahatan” (H.R At-Thabrani)
·         “Khamar merupakan pangkal segala kejahatan” (H.R Ahmad)
Penyebab munculnya pecandu khamar atau NAZA menurut Ahmad Sauqi al-Banjari
(dalam Prof. Dr. H. Yoyo Mulyana, M.Ed, 2004)adalah :
a.       Adanya kepercayaan dan pandangan dari sebagian orang bahwa khamar khamar dapat
merangsang nafsu makan, melancarkan (saluran) air kencing, menggairahkan seksual,
mengakrabkan pergaulan dan menghangatkan badan. Industri minuman keras, sejak dulu
sampai sekarang secara agresif berkampanye bahwa khamar atau minuman keras merupakan
tradisi indah yang harus dilestarikan.
b.      Ingin menyelamatkan diri dari kemelut hidup atau stres dan sebagai upaya melarikan diri
dari kenyataan. Hal ini, akibat tidak mempunyai hiburan untuk penyegaran, seperti olah raga,
teater atau organisasi.
c.        Problem rumah tangga, pengangguran, kefakiran, kesusahan, kejenuhan dan terisolasi dari
masyarakat.
Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan ketenangan batin, maka sebagian orang
memilih untuk menenangkan diri menggunakan khamar atau NAZA maka dalam hal ini
setiap orang perlu mendapatkan pendidikan agama dan penyuluhan kesehatan. Dalam hal ini
pendidikan agama berperan penting agar setiap individu dapat mengerti bagaimana cara
mendapatkan ketenagan batin yang sebenarnya. Selain itu penyuluhan kesehatan berperan
dalam pencegahan penyalahgunaan NAZA dengan cara memberikan argumen-argumen
tentang dampak kesehatan jika menggunakan NAZA ataupun khamar.
Adapun Cinebell (dalam Prof. Dr. H. Yoyo Mulyana, M.Ed, 2004) menegaskan bahwa
pada setiap individu terdapat kebutuhan dasar kerohanian (basic spiritual needs). Pemenuhan
kebutuhan ruhani ini akan memberikan rasa tenang, aman dan membebaskan diri dari rasa
cemas. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi orang-orang yang tidak mengerti agama dan
tidak mempercayai adanya tuhan akan mencarinya dengan jalan menyalah gunakan NAZA.
Maka dengan demikian hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan
NAZA atau khamar dengan cara meneguhkan komitmen agama, meningkatkan kehidupan
beragama dalam keluarga dan ketaatan menjalankan ibadah. Rasulullah SAW bersabdah,
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah duduk pada
hidangan disuatu rumah yang terdapat khamar didalamnya.”(Al-Bazzari dari Ibnu Umar).
Penyalahgunaan NAZA memunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dalam sudut
medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial. Secara singkat dapat diuraikan
bagaimana cara islam menaggulangi problem khamar atau NAZA melalui dua metode, yaitu :
1.      Pencegahan secara bertahap, sehingga tidak memberatkan mereka untuk meninggalkannya.
2.      Menghubungkan perintah-perintah itu dengan kasus yang terjadi, sehingga dapat terdeteksi
pengaruh psikologisnya.
Pada tahap pertama ayat Al-Quran yang diturunkan dalam hubungannya dengan khamar
adalah surat Al-Baqarah ayat 219, ayat ini turun sebagai jawaban atas permintaan Umar bin
Khattab : “Ya Allah, terangkanlah kepada kami perihal khamar dengan penjelasan yang
tegas.”

‫سأَلُونَكَ َما َذا‬


ْ َ‫س َوإِ ْث ُم ُه َما أَ ْكبَ ُر ِمنْ نَ ْف ِع ِه َما َوي‬
ِ ‫س ِر قُ ْل فِي ِه َما إِ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَافِ ُع لِلنَّا‬ ِ ‫سأَلُونَ َك َع ِن ا ْل َخ ْم ِر َوا ْل َم ْي‬ ْ َ‫ي‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُون‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫اآل‬
ِ َ ُ ُ ‫م‬ ُ
‫ك‬ َ ‫ل‬ ‫هَّللا‬ ُ‫ِّن‬ ‫ي‬ ‫ب‬‫ي‬ ‫ك‬َ ‫ل‬
َُ ِ َ َ َِ
‫ذ‬ َ
‫ك‬ ‫و‬ ْ
‫ف‬ ‫ع‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ل‬ُ ‫ق‬ َ‫ون‬ ُ ‫ق‬ِ ‫يُ ْن‬
‫ف‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
daripada manfaatnya” Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir. (QS. Al-Baqarah [2]: 219)
Pada tahap kedua turun ayat yang menjelaskan tentang khamar dalam surat An-Nisa ayat
43, sebagai berikut :
‫يل َحتَّى‬ َ ‫س َكا َرى َحتَّى تَ ْعلَ ُموا َما تَقُولُونَ َوال ُجنُبًا إِال عَابِ ِري‬
ٍ ِ‫سب‬ ُ ‫صالةَ َوأَ ْنتُ ْم‬ َّ ‫َيا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ال تَ ْق َربُوا ال‬
َ َ ِّ
َ ‫ستُ ُم الن‬
‫سا َء فل ْم ت َِجدُوا َما ًء‬ َ َ ْ ْ َ
ْ ‫سف ٍر أ ْو َجا َء أ َح ٌد ِمن ُك ْم ِمنَ الغائِ ِط أ ْو ال َم‬ َ َ َ ‫ضى أَ ْو َعلَى‬ َ ‫سلُوا َوإِنْ ُك ْنتُ ْم َم ْر‬ِ َ‫تَ ْغت‬
‫س ُحوا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُك ْم إِنَّ هَّللا َ َكانَ َعفُ ّوًا َغفُو ًرا‬
َ ‫ص ِعيدًا طَيِّبًا فَا ْم‬ َ ‫فَتَيَ َّم ُموا‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,  (jangan pula hampiri masjid),
sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan
jika kamu sakit, atau sedang dalam musafir, atau kembali dari tempat buang air, atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya, Allah Maha
Pemaaf, lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisa’ [4]: 43)
Setelah turun surat An-Nisa ayat 43, masih ada umat muslimin yang meminum khamar
jauh sebelum waktu shalat. Kemudian turunlah surat Al-Maidah ayat 90-91, yaitu :
ْ َ‫ش ْيطَا ِن ف‬
‫اجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم‬ َّ ‫س ِمنْ َع َم ِل ال‬ ْ ‫اب َو‬
ٌ ‫األزال ُم ِر ْج‬ ُ ‫ص‬ ِ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْي‬
َ ‫س ُر َواأل ْن‬
َ‫تُ ْفلِ ُحون‬

“Hai orang-orang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, berkorban untuk


berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. 
Maka jauhila perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS.5:90)
‫صال ِة‬ ِ ‫ص َّد ُك ْم عَنْ ِذ ْك ِر هَّللا ِ َوع‬
َّ ‫َن ال‬ ُ َ‫س ِر َوي‬ َ ‫ش ْيطَانُ أَنْ يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ا ْل َعدَا َوةَ َوا ْلبَ ْغ‬
ِ ‫ضا َء ِفي ا ْل َخ ْم ِر َوا ْل َم ْي‬ َّ ‫إِنَّ َما يُ ِري ُد ال‬
َ‫فَ َه ْل أَ ْنتُ ْم ُم ْنتَهُون‬

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian


diantara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS.
Al-Maidah (5):91).
Pada tahap ketiga rasul menegaskan bahwa khamar itu diharamkan karena menimbulkan
permusuhan dan persengketaan dan menyebabkan orang lupa melakukan shalat dan
mengingat Allah.
Dalam persoalan khamar ini ada 10 golongan yang dikutuk oleh Allah, yaitu orang yang:
1.      Memerahnya                                6. Mengairinya
2.      Menyuruh memerahnya               7. Penjualnya
3.      Meminumnya                               8. Memakan hasil penjualannya
4.      Membawanya                               9.  Membelinya
5.      Menanggungnya                          10. Membelikan untuknya
(H.R. Ibnu Majah dan Turmudzi)
Penanggulangan NAZA harus dilakukan melalui pendekatan pendidikan dan
penyuluhan, melalui penetapan UU pelarangan khamar atau NAZA dan menegakkan hukum
itu secara tegas tanpa pilih kasih di sisi lain.

Anda mungkin juga menyukai