Kelas : VIII-I
BAB 1
A. Minuman Keras dalam Islam – Jenis dan Hukumnya
Islam mengatur segala jenis aspek kehidupan manusia tak terkecuali makanan
dan minuman. Dalam islam ada beberapa makanan dan minuman yang diharamkan
karena mudharatnya lebih besar daripada manfaatnya (baca makanan haram dan
makanan haram dalam islam). Beberapa jenis makanan yang diharamkan diantaranya
adalah daging babi, darah, bangkai hewan, binatang melata dan sebagainya sementara itu
jenis minuman yang diharamkan adalah minuman keras atau yang dikenal dengan
minuman beralkohol. Untuk lebih mengetahui tentang minuman keras dan bagaimana
hukumnya dalam islam. Simak penjelasan berikut ini mengenai minuman keras dalam
islam :
Proses fermentasi itu sendiri adalah proses perubahan karbohidrat menjadi gula
sederhana dan menghasilkan ethanol sebagai zat sampingan atau residu. Zat ethanol
inilah yang membuat seseorang menjadi mabuk karena zat ini mampu menekan sistem
saraf puasat dan membuat seseorang hilang kendali atau kesadarannya. Dalam islam
istilah minuman keras dikenal dengan nama khamr yang dalam bahasa arab berarti
menutupi akal dan menghilangkannya. (baca juga hukum memakai parfum beralkohol (
baca Hukum Memakai Parfum Beralkohol)
a. Golongan A
Golongan A adalah golongan pertama minuman keras yang memiliki kadar alkohol atau
ethanol terendah yakni hanya mengandung 1 – 5% alkohol. Minuman ini biasanya
banyak beredar dipasaran muali dari toko hingga minimarket atau supermarket.
Meskipun jika dikonsumsi tidak membawa efek memabukkan namun tetap saja
golongan ini berbahaya bagi kesehatan.
b. Golongan B
Golongan B atau golongan kedua adalah minuman keras yang memiliki kadar alkohol 5
hingga 20%. Contoh minuman keras golongan ini adalah wine atau anggur dengan
berbagai jenisnya seperti champagne, riesling, red wine dan lain sebagainya. Minuman
golongan kedua ini bisa menjadi sangat memabukkan jika diminum dengan takaran
tinggi dan bagi yang belum terbiasa meminumnya.
c. Golongan C
Golongan C atau golongan ketiga minuman keras adalah jenis minuman keras yang
paling tinggi kadar alkoholnya yakni mengandung 20 hingga 45%. Minuman keras yang
termasuk dalam golongan ini diantaranya adalah whisky, red label, vodka, bir dan lain
sebagainya.
c. Surat An nisa 43
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid)
sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu
mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang
air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
a. Menyebabkan kecanduan
Minuman keras mengandung alkohol dan alkohol termasuk dalam zat adiktif atau zat
yang dapat menyebabkan kecanduan. Jika tidak meminumnya dalam sehari seseorang
yang biasa mengkonsumsinya akan merasa gelisah dan tidak tenang sehingga sulit
mengatasi rasa kecanduan tersebut dan ia kan terus meminum alkohol.
b. Merusak kesehatan
Bahaya yang ditimbulkan minuman keras tidak hanya dalam jangka pendek saja
melainkan dalam jangka waktu yang panjang. Organ hati yang berfungsi menetralkan
racun dapat mengalami kerusaan jika seseorang terus menerus mengkonsumsi
alkohol.
Tidak sedikit orang yang meninggal karena kasus minuman keras seperti yang sering
kita dengan di media massa tentang orang yang mati setelah mengkonsumsi oplosan
atau minuman keras yang dicampur zat lain. Oleh sebab itulah islam menganjurkan
umatnya untuk menjauhi minuman keras dan berdosalah mereka yang meminumnya.
Islam sendiri mengibaratkan minuman keras sebagai air kencing setan dan tentunya
sama dengan kotoran. (baca juga hal-hal yang membatalkan puasa)
c. Menurunkan produktifitas
Minuman keras dapat menyebabkan seseorang mabuk dan menurunkan tingkat
produktifitas seseorang dalam segi ekonomi dan sosial (baca hukum bekerja di bank
dalam islam dan hukum wanita bekerja). Seseorang yang biasa meminum minuman
keras akan sulit berkonsentrasi pada apa yang dikerjakannya dan tentu saja ia akan
berlaku hidup boros karena uang yang ia miliki akan digunakan untuk membeli
minuman keras yang relatif mahal harganya.
BAB 2
Sebelum kita jelaskan bentuk–bentuk judi masa lalu dan kini ada baiknya kita renungi
sejenak pengertian judi menurut ulama fuqaha (ulama fiqh)dan dua ayat di dalam al-
qur’an surat al-Maidah ayat 90-91
A. PENGERTIAN JUDI :
Judi dalam hukum syar’i disebut maysir dan qimar adalah “transaksi yang
dilakukan oleh dua belah untuk pemilikan suatu barang atau jasa yang menguntungkan
satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut
dengan suatu aksi atau peristiwa”.
صابَُ َوال َمي ِس َُر الخَم َُر ِإنَّ َما آ َمنُواَ الَّذِينََ أَيُّ ََها يَا
َ ل ِ ِّمنَ ِرجسَ َواألَزالَ َُم َواألَن
َِ ان َع َم َّ تُف ِل ُحون لَ َعلَّ ُكمَ فَاجتَنِبُوَهُ ال
َ شي
َِ ط
طانَُ ي ُِري َُد ِإنَّ َما َّ ضا ََء ال َع َد َاوَة َ َبينَ ُك َُم يُوقِ ََع أَنَ ال
َ شي َ ص َّد ُكمَ َوال ََمي ِس َِر الخَم َِر فِي َوال َبغ ََِّ ن
ُ َللا ذِك َِر َعنَ َو َي َِ ع َّ أَنتُمَ فَ َهلَ ال
َ صالةَِ َو
ُمنتَ ُهون
Dengan kita ikut bermain maka kita juga ikut berperan aktif dalam meramaikan
perjudian itu sendiri. Dan Sarat suatu hal dikatakan sebagai sebuah judi menurut
agama adalah : 1. adanya harta yang dipertaruhkan. 2. adanya suatu permainan yang
digunakan untuk menentukan pihak yang menang dan pihak yang kalah. 3. pihak yang
menang akan mengambil harta (yang menjadi taruhan) dari pihak yang kalah
(kehilangan hartanya).
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi (Al-Maisir), katakanlah bahawa
pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya” (Al-Baqarah : 219)
Berdasarkan dalil-dali di atas dapat disimpulkan bahawa Islam menjadikan judi sebagai
satu kesalahan yang serius dan memandang hina apa jua bentuk judi. Ini dapat dilihat
dari petunjuk petunjuk berikut: Judi disebut dan diharamkan bersama dengan
perbuatan minum arak, berkorban untuk berhala (syirik) dan menenung nasib.
Kesemua ini adalah dosa besar di dalam Islam.
Oleh kerana itu pendirian seorang muslim dalam persoalan judi ialah untuk menerima
ketentuan Allah taala dengan yakin akan keburukan judi. Walau pun terdapat pelbagai
hujah dan kajian saintifik yang dibuat oleh berbagai pihak bagi menjustifikasikan judi
samada untuk tujuan ekonomi, sosial dan lain-lain. Babi tidak akan boleh menjadi halal
walau pun para saintis dapat membuktikan faedah yang ada padanya. Begitulah juga
judi. Seorang muslim wajib menolak judi dan membrantasnya walau pun ia tidak lihat
atau belum lihat tanda-tanda negatif dari perbuatan judi. Keimanan kita terhadap Allah
taala dan kebenaran Al-Quran dan As-Sunnah cukup bagi menolak judi samada sikit
atau banyak, untuk tujuan peribadi atau manfaat sosial. Ini sejajar dengan firman Allah
taala yang bermaksud :
“Alif Lam Mim, (Al-Quran) itu adalah kitab yang tiada keraguan padanya dan petunjuk
bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Baqarah : 1-2)
Walaupun begitu ini tidak bermaksud untuk menghalang umat Islam dari membuat
berbagai kajian berkaitan judi secara objektif. Seperti kajian mengenai kesan judi
terhadap masyarakat, individu dan psikologi penjudi. Hari ini judi sudah menjadi satu
amalan sosial yang biasa, Ia bahkan menjadi satu industri tersendiri yang memberi
pekerjaan pada ratusan tenaga manusia, pendapatan bilion dolar bagi pemerintah dan
syarikat judi, sumbangan bilion dolar juga kepada kerja kemasyarakatan. Begitu besar
manfaat ini, sehingga ia mengaburi mata dan menggoncang keyakinan adakah benar
judi itu hina dan tidak baik? Dalam hal ini suka dipertegaskan bahawa Islam tidak
menafikan kewujudan manfaat dari judi. Namun judi tetap diharamkan bukan kerana
ia tidak ada faedah tetapi kerana mudarat yang timbul dari berjudi lebih besar dari
faedah yang boleh diraih. Ini dengan jelas dinyatakan dalam Al-Baqarah : 219. Ini tidak
akan berubah walau pun pada hari ini ramai yang berjudi secara suka-suka atau kecil-
kecilan dan judi yang diinstitusikan tidak pula mencetus permusuhan, pergaduhan dan
ibadah kepada Allah taala.
“Ditanyakan kepada Anas Apakah kamu bertaruh di masa Rasulullah s.a.w? Apakah
Rasulullah s.a.w bertaruh? Anas menjawab Ya, beliau telah mempertaruhkan seekor
kuda yang dinamakan Sabhah, lalu taruhan itu dimenangkan oleh Rasulullah s.a.w.
Beliau senang terhadap hal itu dan mengaguminya.” (Riwayat Ahmad)
Apa juga permainan yang apabila seorang di antara yang bertaruh menang lalu
mendapatkan taruhan itu sedang bila kalah maka dia berhutang kepada temannya
dianggap sebagai judi yang diharamkan.
Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi menulis bahawa apa yang sekarang ini dinamakan dengan
‘loteri’ adalah semacam cabang dari perjudian juga, yang mana tidak seharusnya
dipandang remeh serat membolehkannya atas nama badan bantuan sosial dan kerana
tujuan-tujuan kemanusiaan. Sebenarnya orang-orang yang membolehkan bermain
loteri kerana tujuan-tujuna yang tersebut seperti orang-orang yang mengumpul dana
sumbangan kerana tujuan-tujuan khairat dnegan mengadakan majlis-majlis joget dan
pertunjukan seni yang haram. Sebaik-baiknya kita katakan kepada orang ini
sebagaimana yang disabdakan oleh nabi Muhammad s.a.w yang bermaksud
“Sesungguhnya Allah itu Baik, Dia tidak akan menerima kecuali yang baik-baik sahaja”
(Riwayat Muslim)[5]
“Sesungguhnya Allah itu Suci, tidak menerima melainkan yang suci.”(Riwayat Muslim)
Kesimpulan
Islam adalah agama yang sejajar dengan fitrah manusia. Oleh itu Islam mengharuskan
hiburan dan berbagai permainan. Mengikut prinsip hukum Islam, apa lagi hiburan dan
permainan adalah halal kecuali ada dalil yang menjadikannya haram. Atas dasar ini,
pada hakikatnya terdapat pelbagai hiburan dan permainan yang manusia boleh
menceburinya dibandingkan apa yang tidak dibenarkan. Oleh itu, adalah satu kesilapan
untuk mentohmah Islam sebagai satu agama yang sempit dan jumud kerana sikap
tegasnya terhadap judi. Islam melarang judi kerana ia menjadikan manusia
menggantungkan harapannya kepada nasib, keuntungan yang tiba-tiba serta cita-cita
kosong bukan kepada pekerjaan dan usaha melalui sebab musabab yang ditentukan
oleh Allah taala
BAB 3
Akibat Pertengkaran Dalam Islam dan Dalilnya
ads
Artinya: “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain.
Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya
Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam
beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah
menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah
rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan
tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di
antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-
bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. Al Baqarah: 253)
1. Timbul fitnah
Pertengkaran yang terjadi akan menimbulkan fitnah dalam Islam jika keduanya telah
dibakar api kemarahan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Tinggalkanlah
perbantahan, karena dengan perbantahan tidak akan di pahami hikmah dan tidak
akaan aman dari fitnah.” (H.R. Ath-Thabrani).
Rasulullah SAW bersabda : “Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka
akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun,
kecuali dua orang laki-laki yang terdapat permusuhan antara dia dengan saudaranya.
Maka dikatakan: ‘Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.
Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh
kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.’”(H.R. Bukhari).
Seseorang yang sering bertengkar dengan sesamanya sesungguhnya ialah orang yang
berakhlak jelek karena lebih mengutamakan nafsunya dibanding kebaikan yang ada
dalam dirinya. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada sesuatupun yang lebih berat di
dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat, dari akhlak yang baik. Dan
sesungguhnya Allah membenci orang yang berakhlak jelek, lagi al-badzii’.” (HR.
Tirmidzi, dan dia berkata, “Hadis ini hasan shahih”). Akhlak dalam Islam sepatutnya
dijaga dengan cara meningkatkan akhlak. Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya. Dan orang yang paling baik diantara kalian, adalah orang yang paling baik
terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata, “Hadis ini hasan shahih.”)
Baca juga:
Seseorang yang suka bertengkar tentunya akan jauh dari surga karena akhlaknya yang
buruk. Penghuni surga hanyalah orang yang memiliki akhlak yang baik, sebagaimana
sabda Rasul: “Sesungguhnya termasuk orang yang paling saya cintai diantara kalian,
dan paling dekat dengan saya tempat duduknya pada hari kiamat; adalah orang yang
paling baik akhlaknya.
Dan sesungguhnya termasuk orang yang paling saya benci diantara kalian, dan paling
jauh dengan saya tempat duduknya pada hari kiamat; adalah tsartsaarun (orang yang
banyak bicara dengan berlebih-lebihan dan keluar dari kebenaran), mutasyaddiqun
(orang yang banyak bicara dengan tidak hati-hati), dan mutafaihiqun.”
Para shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui makna tsartsaarun
dan mutasyaddiqun. Apakah makna darimutafaihiqun?”
Rasulullah bersabda, “(Mereka adalah) orang-orang yang sombong (yaitu orang yang
banyak bicara untuk menunjukkan kefasihan dan keutamaannya -pent).” (HR. Tirmidzi,
dan dia berkata, “Hadis ini hasan.”)
5. Mendatangkan musibah
َ َ صيبَةَ ِ ِّمن أ
ٓ صبَ ُكم َو َمَا َ َكثِيرَ َعن َويَعفُواَ أَيدِي ُكمَ َك
ِ سبَتَ فَبِ َما ُّم
Artinya: ” Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-
kesalahanmu)” (Q.S. Asy Syuura: 30)
Pertengkaran yang terjadi dapat memutuskan tali silaturahmi jika kedua pihak saling
kukuh dengan pendapatnya masing-masing dan tidak mau mengalah. Padahal hukum
memutuskan tali silaturahmi adalah dilarang. Sebagaimana sabda Rasul:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (HR.Bukhari)
Rasululla SAW bersabda: “Suatu kaum yang sudah diberi hidayah oleh Allah tidak akan
sesat, kecuali bila mereka suka bertengkjar (HR Tirmizi).”
8. Seolah makan bara api
Abu Hurairah RA, beliau berkata: “Ada seorang laki-laki yang menemui Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dan laki-laki itu berkata: Wahai Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam, aku mempunyai keluarga dan ketika aku berbuat baik kepada
mereka, mereka berbuat jelek terhadapku.
Mereka acuh terhadapku, padahal aku telah bermurah hati kepada mereka. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: Jika demikian, maka seolah-olah kamu
memberi makan mereka dengan bara api. Dan pertolongan Allah akan selalu
senantiasa menyertaimu selama kamu begitu (berusaha bersilaturahmi).” (HR. Muslim)
9. Dibenci Allah
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Allah adalah
orang yang sangat sengit dalam bertengkar” (H.R.Bukhari,At tirmidzi dan Nasa’i)
Baca juga:
Seseorang yang suka bertengkar, biasanya juga mempunyai perkataan yang buruk.
Sungguh bahaya lidah menurut agama Islam sangat banyak.
Ada seorang A’rabiy (pedalaman) meminta wasiat kepada Nabi : Sabda Nabi :
“Bertaqwalah kepada Allah, jika ada orang yang mencela kekuranganmu, maka jangan
kau balas dengan mencela kekurangannya. Maka dosanya ada padanya dan pahalanya
ada padamu. Dan janganlah kamu mencaci maki siapapun. Kata A’rabiy tadi : “Sejak itu
saya tidak pernah lagi mencaci maki orang”. (HR. Ahmad.)
Diriwayatkan dari Ziyad bin Hudair, ia berkata, “Umar pernah berkata kepadaku,
‘Tahukah engkau perkara yang merobohkan Islam?’ ‘Tidak! Jawabku.’ Umar berkata,
‘Perkara yang merobohkan Islam adalah ketergelinciran seorang alim, debat orang
munafik tentang Al-Qur’an dan ketetapan hukum imam yang sesat’.” (Shahih, HR Ad-
Darimi [I/71], al-Khatib al-Baghdadi dalam kitab al-Faqiih wal Mutafaqqih [I/234], Ibnul
Mubarak dalam az-Zuhd [1475], Abu Nu’aim dalam al-Hilyah [IV/196]).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah “Perdebatan SAW tentang Al-
Qur’an dapat menyeret kepada kekufuran.” (HR Abu Daud [4603], Ahmad [II/286, 424,
475, 478, 494, 503 dan 528], Ibnu Hibban [1464]). Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin
‘Amru r.a., ia berkata,
“Pada suatu hari aku datang menemui Rasulullah SAW pagi-pagi buta. Beliau
mendengar dua orang lelaki sedang bertengkar tentang sebuah ayat. Lalu beliau keluar
menemui kami dengan rona wajah marah. Beliau berkata, ‘Sesungguhnya, perkara
yang membinasakan ummat sebelum kalian adalah perselisihan mereka al-Kitab’.” (HR
Muslim [2666]).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhumaa “Cukuplah engkau sebagai orang zhalim bila engkau
selalu mendebat. Dan cukuplah dosamu jika kamu selalu menentang, dan cukuplah
dosamu bila kamu selalu berbicara dengan selain dzikir kepada Allah.” (al-Fakihi dalam
Akhbar Makkah).