Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Menghindari Minuman Keras, Judi, dan


Pertengkaran

Disusun oleh: 1. Alda Zaitun

2. Alfin Ajib Ibrahin

3. Aliya Rashyeeda Hafiz

4. Alyssa Keysha Putri

5. Bimo Dwi Putro

6. Daffa Nur Aziz

Kelas : VIII-I
BAB 1
A. Minuman Keras dalam Islam – Jenis dan Hukumnya

Islam mengatur segala jenis aspek kehidupan manusia tak terkecuali makanan
dan minuman. Dalam islam ada beberapa makanan dan minuman yang diharamkan
karena mudharatnya lebih besar daripada manfaatnya (baca makanan haram dan
makanan haram dalam islam). Beberapa jenis makanan yang diharamkan diantaranya
adalah daging babi, darah, bangkai hewan, binatang melata dan sebagainya sementara itu
jenis minuman yang diharamkan adalah minuman keras atau yang dikenal dengan
minuman beralkohol. Untuk lebih mengetahui tentang minuman keras dan bagaimana
hukumnya dalam islam. Simak penjelasan berikut ini mengenai minuman keras dalam
islam :

1. Pengertian Minuman keras

Minuman keras atau minuman beralkohol adalah minuman yang didalamnya


terkandung zat alkohol atau ethanol (baca alkohol dalam islam). Minuman ini dihasilkan
dari proses fermentasi atau penambahan zat alkohol didalamnya dan apabila dikonsumsi
dapat menyebabkan hilangnya kesadaran atau mabuk.minuman keras dapat dibuat
secara alami maupun kimiawi dan biasanya debuat dari bahan-bahan alami seperti
anggur, beras, gandum, dan buah-buahan lain yang difermentasi.

Proses fermentasi itu sendiri adalah proses perubahan karbohidrat menjadi gula
sederhana dan menghasilkan ethanol sebagai zat sampingan atau residu. Zat ethanol
inilah yang membuat seseorang menjadi mabuk karena zat ini mampu menekan sistem
saraf puasat dan membuat seseorang hilang kendali atau kesadarannya. Dalam islam
istilah minuman keras dikenal dengan nama khamr yang dalam bahasa arab berarti
menutupi akal dan menghilangkannya. (baca juga hukum memakai parfum beralkohol (
baca Hukum Memakai Parfum Beralkohol)

2. Jenis Minuman Keras


Kebiasaan meminum minuman keras telah ada sejak zaman dahulu dan
disebutkan dalam sejarah (baca sejarah agama islam dan sejarah islam di arab) seperti
pada masa rasulullah SAW (baca kisah teladan nabi muhammad SAW). Ada banyak
jenis minuman keras yang beredar di seluruh dunia dan minuman ini dapat dibagi
dalam tiga golongan utama yakni :

a. Golongan A
Golongan A adalah golongan pertama minuman keras yang memiliki kadar alkohol atau
ethanol terendah yakni hanya mengandung 1 – 5% alkohol. Minuman ini biasanya
banyak beredar dipasaran muali dari toko hingga minimarket atau supermarket.
Meskipun jika dikonsumsi tidak membawa efek memabukkan namun tetap saja
golongan ini berbahaya bagi kesehatan.
b. Golongan B
Golongan B atau golongan kedua adalah minuman keras yang memiliki kadar alkohol 5
hingga 20%. Contoh minuman keras golongan ini adalah wine atau anggur dengan
berbagai jenisnya seperti champagne, riesling, red wine dan lain sebagainya. Minuman
golongan kedua ini bisa menjadi sangat memabukkan jika diminum dengan takaran
tinggi dan bagi yang belum terbiasa meminumnya.

c. Golongan C
Golongan C atau golongan ketiga minuman keras adalah jenis minuman keras yang
paling tinggi kadar alkoholnya yakni mengandung 20 hingga 45%. Minuman keras yang
termasuk dalam golongan ini diantaranya adalah whisky, red label, vodka, bir dan lain
sebagainya.

3. Hukum dan Dasar Larangan Minuman keras


Islam melarang dengan keras segala jenis minuman beralkohol untuk dikonsumsi umat
muslim karena mudharat atau keburukan yang didapatkan. Adapun perkara mengenai
minuman keras ini disebutkan dalam alqur’an dan hadits yang menjadi dasar
diharamkannya minuman keras atau khamr (baca manfaat membaca alqur’an dalam
kehidupan dan manfaat membaca alqur’an setiap hari). Dalil tersebut antara lain

a. Surah An-Nahl ayat 67.


Dan daribuah korma dan anggur, kamubuatminimuman yang memabukkandanrezki
yang baik. Sesunggguhnyapada yang demikianitubenar-benarterdapattanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.

b. Surat Al-Baqarah Ayat 219


Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya…..”.

c. Surat An nisa 43
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid)
sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu
mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang
air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

d. Surat Al maidah ayat 90


Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Hadits rasulullah SAW
“Allah melaknat (mengutuk) khamar, peminumnya, penyajinya, pedagangnya,
pembelinya, pemeras bahannya, penahan atau penyimpannya, pembawanya, dan
penerimanya.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar).

4. Akibat Buruk Minuman Keras


Minuman keras dilarang dalam islam karena memiliki banyak mudharat atau akibat
buruk yang dapat ditimbulkan. Berikut ini adalah beberapa akibat yang ditimbulkan
apabila seseorang rutin mengkonsumsi minuman keras :

a. Menyebabkan kecanduan
Minuman keras mengandung alkohol dan alkohol termasuk dalam zat adiktif atau zat
yang dapat menyebabkan kecanduan. Jika tidak meminumnya dalam sehari seseorang
yang biasa mengkonsumsinya akan merasa gelisah dan tidak tenang sehingga sulit
mengatasi rasa kecanduan tersebut dan ia kan terus meminum alkohol.

b. Merusak kesehatan
Bahaya yang ditimbulkan minuman keras tidak hanya dalam jangka pendek saja
melainkan dalam jangka waktu yang panjang. Organ hati yang berfungsi menetralkan
racun dapat mengalami kerusaan jika seseorang terus menerus mengkonsumsi
alkohol.

Tidak sedikit orang yang meninggal karena kasus minuman keras seperti yang sering
kita dengan di media massa tentang orang yang mati setelah mengkonsumsi oplosan
atau minuman keras yang dicampur zat lain. Oleh sebab itulah islam menganjurkan
umatnya untuk menjauhi minuman keras dan berdosalah mereka yang meminumnya.
Islam sendiri mengibaratkan minuman keras sebagai air kencing setan dan tentunya
sama dengan kotoran. (baca juga hal-hal yang membatalkan puasa)

c. Menurunkan produktifitas
Minuman keras dapat menyebabkan seseorang mabuk dan menurunkan tingkat
produktifitas seseorang dalam segi ekonomi dan sosial (baca hukum bekerja di bank
dalam islam dan hukum wanita bekerja). Seseorang yang biasa meminum minuman
keras akan sulit berkonsentrasi pada apa yang dikerjakannya dan tentu saja ia akan
berlaku hidup boros karena uang yang ia miliki akan digunakan untuk membeli
minuman keras yang relatif mahal harganya.

d. Merusak keamanan dan ketertiban masyarakat


Sering kita mendengar berita tentang seseorang yang melakukan perbuatan kriminal
dalam keadaan mabuk dan tidak sadarkan diri. Orang-orang yang mabuk terutama
yang berkelompok sering membuat keributan dalam masyarakat seperti memicu
perkelahian dan tawuran antar warga. Perilaku ini sebenarnya dapat dihindari jika
seseorang menjauhi minuman keras. lebih parahnya lagi jika perilaku mabuk dapat
menjerumuskan seseorang pada perbuatan zina (baca cara menghapus dosa zina dan
amalan penghapus dosa zina)

e. Merusak generasi bangsa


Alkohol hampir sama efeknya dengan obat-obatan terlarang atau narkoba yang dapat
menyebabkan kecanduan meskipun berbeda efeknya. Perilaku mengkonsumsi alkohol
yang dilakukan generasi muda atau para remaja dapat merusak moral dan pikirannya.
Hindari jauh-jauh minuman keras terutama dari jangkauan anak-anak dan remaja.
(baca pendidikan anak dalam islam dan mendidik anak dalam islam sejak dini)

BAB 2

Sebelum kita jelaskan bentuk–bentuk judi masa lalu dan kini ada baiknya kita renungi
sejenak pengertian judi menurut ulama fuqaha (ulama fiqh)dan dua ayat di dalam al-
qur’an surat al-Maidah ayat 90-91

A. PENGERTIAN JUDI :

Judi dalam hukum syar’i disebut maysir dan qimar adalah “transaksi yang
dilakukan oleh dua belah untuk pemilikan suatu barang atau jasa yang menguntungkan
satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut
dengan suatu aksi atau peristiwa”.

‫صابَُ َوال َمي ِس َُر الخَم َُر ِإنَّ َما آ َمنُواَ الَّذِينََ أَيُّ ََها يَا‬
َ ‫ل ِ ِّمنَ ِرجسَ َواألَزالَ َُم َواألَن‬
َِ ‫ان َع َم‬ َّ ‫تُف ِل ُحون لَ َعلَّ ُكمَ فَاجتَنِبُوَهُ ال‬
َ ‫شي‬
َِ ‫ط‬

‫طانَُ ي ُِري َُد ِإنَّ َما‬ َّ ‫ضا ََء ال َع َد َاوَة َ َبينَ ُك َُم يُوقِ ََع أَنَ ال‬
َ ‫شي‬ َ ‫ص َّد ُكمَ َوال ََمي ِس َِر الخَم َِر فِي َوال َبغ‬ ََِّ ‫ن‬
ُ ‫َللا ذِك َِر َعنَ َو َي‬ َِ ‫ع‬ َّ ‫أَنتُمَ فَ َهلَ ال‬
َ ‫صالةَِ َو‬
‫ُمنتَ ُهون‬

Hai orang–orang yang beriman sesungguhnya arak,judi,berhala dan mengundi nasib


adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. sesungguhnya syaitan itu
bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran arak
dan berjudi itu, menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah
kamu .(Q.S; Al –Maidah: 90-91)

Sebenarnya kalau dinalar berjudi memang merugikan karena secara matematika


peluang untuk menang berjudi itu sangat kecil, apalagi kalau pemainnya banyak.
Memang banyak alasan logis (dan ilmiah) di balik larangan maupun anjuran dalam
agama Islam. Allah SWT telah memperingatkan dgn tegas mengenai bahaya judi ini di
dalam surat Al-Maidah ayat 90 – 91 yang saya telah sebutkan di atas tadi, Allah Swt
berfirman Dalam Surat Al Maidah ayat 2 yang artinya “…..Dan tolong menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.”

Dengan kita ikut bermain maka kita juga ikut berperan aktif dalam meramaikan
perjudian itu sendiri. Dan Sarat suatu hal dikatakan sebagai sebuah judi menurut
agama adalah : 1. adanya harta yang dipertaruhkan. 2. adanya suatu permainan yang
digunakan untuk menentukan pihak yang menang dan pihak yang kalah. 3. pihak yang
menang akan mengambil harta (yang menjadi taruhan) dari pihak yang kalah
(kehilangan hartanya).

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi (Al-Maisir), katakanlah bahawa
pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya” (Al-Baqarah : 219)

Berdasarkan hadits nabi “Barangsiapa berkata kepada saudaranya marilah kita


bermain judi, maka hendaklah dia bersedekah.” (Riwayat Al-Bukhari & Muslim)

Berdasarkan dalil-dali di atas dapat disimpulkan bahawa Islam menjadikan judi sebagai
satu kesalahan yang serius dan memandang hina apa jua bentuk judi. Ini dapat dilihat
dari petunjuk petunjuk berikut: Judi disebut dan diharamkan bersama dengan
perbuatan minum arak, berkorban untuk berhala (syirik) dan menenung nasib.
Kesemua ini adalah dosa besar di dalam Islam.

1. Judi disifatkan sebagai najis untuk menggambarkan kekejiannya.


2. Kehinaan judi diperkuatkan dengan pernyataan bahawa ia adalah amalan syaitan.
3. Allah menggunakan perkataan ‘Jauhilah’ untuk menunjukkan pengharamannya.
Perintah menjauhi judi lebih keras dari mengatakan bahawa ia adalah haram.
artinya umat Islam bukan hanya dituntut untuk tidak berjudi tetapi juga tidak
mendekatinya atau apa jua jalan kepadanya. Ini sama seperti larangan dari
mendekati zina.
4. Allah sertakan dalam ayat pengharaman itu, akibat-akibat buruk dari berjudi.
5. Akibat buruk yang dinyatakan berkaitan dengan perkara yang dianggap penting
dalam Islam iaitu menjaga kesatuan, persaudaraan dan mendirikan solat. Oleh
kerana perkara ini adalah penting dalam Islam, maka apa jua yang boleh
merosakkannya adalah suatu yang dipandang berat.
6. Dalam Al-Maidah : 90-91, Allah bukan hanya perintah agar menjauhi judi bahkan Ia
memperkuatkan perintah tersebut dengan seruan agar meninggalkannya sebagai
penegasan.
7. Siapa yang mengajak saudaranya berjudi sahaja, diperinthkan oleh Rasulullah s.a.w
bersedekah sebagai kafarah terhadap dosanya apa lagi jika melakukannya.
Oleh karena itu pengaharaman judi adalah sesuatu yang tsabit dengan dalil qat’ii sama
seperti pengharaman ke atas babi. artinya dalam apa jua keadaan dan tempat, judi
adalah haram sehingga hari Kiamat. Larangan terhadapnya tidak dapat ditafsirkan
dengan pengertian lain. Apa yang tidak tsabit secara qat’ii ialah bentuk-bentuk
permainan yang dikategorikan sebagai judi. Dalam aspek ini sememangnya terdapat
khilaf dikalangan ulama kerana permainan selalunya berkembang dari masa ke semasa
dan berbeza-beza antara dahulu dan sekarang dan antara kalangan kaum.

Oleh kerana itu pendirian seorang muslim dalam persoalan judi ialah untuk menerima
ketentuan Allah taala dengan yakin akan keburukan judi. Walau pun terdapat pelbagai
hujah dan kajian saintifik yang dibuat oleh berbagai pihak bagi menjustifikasikan judi
samada untuk tujuan ekonomi, sosial dan lain-lain. Babi tidak akan boleh menjadi halal
walau pun para saintis dapat membuktikan faedah yang ada padanya. Begitulah juga
judi. Seorang muslim wajib menolak judi dan membrantasnya walau pun ia tidak lihat
atau belum lihat tanda-tanda negatif dari perbuatan judi. Keimanan kita terhadap Allah
taala dan kebenaran Al-Quran dan As-Sunnah cukup bagi menolak judi samada sikit
atau banyak, untuk tujuan peribadi atau manfaat sosial. Ini sejajar dengan firman Allah
taala yang bermaksud :

“Alif Lam Mim, (Al-Quran) itu adalah kitab yang tiada keraguan padanya dan petunjuk
bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Baqarah : 1-2)

“Demi tuhankau (Muhammad), sesungguhnya mereka belum beriman sehingga


mereka menjadikan kau sebagai hakim dalam perkara yang mereka berselisih dan tidak
merasa keberatan atas apa yang kamu putuskan dan menerima dengan sepenuhnya”
(An-Nisa’ : 65)

Walaupun begitu ini tidak bermaksud untuk menghalang umat Islam dari membuat
berbagai kajian berkaitan judi secara objektif. Seperti kajian mengenai kesan judi
terhadap masyarakat, individu dan psikologi penjudi. Hari ini judi sudah menjadi satu
amalan sosial yang biasa, Ia bahkan menjadi satu industri tersendiri yang memberi
pekerjaan pada ratusan tenaga manusia, pendapatan bilion dolar bagi pemerintah dan
syarikat judi, sumbangan bilion dolar juga kepada kerja kemasyarakatan. Begitu besar
manfaat ini, sehingga ia mengaburi mata dan menggoncang keyakinan adakah benar
judi itu hina dan tidak baik? Dalam hal ini suka dipertegaskan bahawa Islam tidak
menafikan kewujudan manfaat dari judi. Namun judi tetap diharamkan bukan kerana
ia tidak ada faedah tetapi kerana mudarat yang timbul dari berjudi lebih besar dari
faedah yang boleh diraih. Ini dengan jelas dinyatakan dalam Al-Baqarah : 219. Ini tidak
akan berubah walau pun pada hari ini ramai yang berjudi secara suka-suka atau kecil-
kecilan dan judi yang diinstitusikan tidak pula mencetus permusuhan, pergaduhan dan
ibadah kepada Allah taala.

Dalam mengklasifikasikan sesuatu permainan sebagai judi, para ulama telah


mensyaratkan ciri-ciri berikut:
1. Ia disertai oleh dua orang atau lebih atau dua kumpulan manusia atau lebih.
2. Setiap pihak mempertaruhkan sesuatu harta atau manfaat.
3. Mana-mana pihak yang menang akan memperolehi harta atau manfaat dari pihak
yang kalah di samping menyimpan harta dan mafaat yang ia pertaruhkan.
Berdasarkan ini para ulama berpendapat bahawa mana-mana permainan yang
mana pemenangnya memperolehi manfaat yang disediakan oleh pihak ketiga, bukan
dari pihak-pihak yang terlibat dalam permainan itu. Permainan seperti ini dinamakan
sebagai pertandingan dan manfaat yang diperolehi dianggap sebagai hadiah. Satu
permainan juga tidak dianggap sebagai judi sekiranya manfaat yang diperolehi berasal
dari satu pihak seperti sekiranya seorang berkata kepada temannya “Jika kamu boleh
mengalahkan saya, saya akan memberimu hadiah. Akan tetapi jika kamu kalah, tiada
kewajipan atas kamu terhadap saya.” Ini berdasarkan kepada sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Daud yang mana Rasulullah s.a.w diajak oleh seorang kafir
Quraisy bernama Rukanah untuk bergusti dengan hadiah beberapa kambing, jika
Rasulullah s.a.w menang. Rasulullah s.a.w menerima cabaran itu dan beliau menang
dalam pertandingan.

Di dalam sebuah hadits juga diriwayatkan dari Anas

“Ditanyakan kepada Anas Apakah kamu bertaruh di masa Rasulullah s.a.w? Apakah
Rasulullah s.a.w bertaruh? Anas menjawab Ya, beliau telah mempertaruhkan seekor
kuda yang dinamakan Sabhah, lalu taruhan itu dimenangkan oleh Rasulullah s.a.w.
Beliau senang terhadap hal itu dan mengaguminya.” (Riwayat Ahmad)

Apa juga permainan yang apabila seorang di antara yang bertaruh menang lalu
mendapatkan taruhan itu sedang bila kalah maka dia berhutang kepada temannya
dianggap sebagai judi yang diharamkan.

Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi menulis bahawa apa yang sekarang ini dinamakan dengan
‘loteri’ adalah semacam cabang dari perjudian juga, yang mana tidak seharusnya
dipandang remeh serat membolehkannya atas nama badan bantuan sosial dan kerana
tujuan-tujuan kemanusiaan. Sebenarnya orang-orang yang membolehkan bermain
loteri kerana tujuan-tujuna yang tersebut seperti orang-orang yang mengumpul dana
sumbangan kerana tujuan-tujuan khairat dnegan mengadakan majlis-majlis joget dan
pertunjukan seni yang haram. Sebaik-baiknya kita katakan kepada orang ini
sebagaimana yang disabdakan oleh nabi Muhammad s.a.w yang bermaksud
“Sesungguhnya Allah itu Baik, Dia tidak akan menerima kecuali yang baik-baik sahaja”
(Riwayat Muslim)[5]

“Sesungguhnya Allah itu Suci, tidak menerima melainkan yang suci.”(Riwayat Muslim)

Kesimpulan
Islam adalah agama yang sejajar dengan fitrah manusia. Oleh itu Islam mengharuskan
hiburan dan berbagai permainan. Mengikut prinsip hukum Islam, apa lagi hiburan dan
permainan adalah halal kecuali ada dalil yang menjadikannya haram. Atas dasar ini,
pada hakikatnya terdapat pelbagai hiburan dan permainan yang manusia boleh
menceburinya dibandingkan apa yang tidak dibenarkan. Oleh itu, adalah satu kesilapan
untuk mentohmah Islam sebagai satu agama yang sempit dan jumud kerana sikap
tegasnya terhadap judi. Islam melarang judi kerana ia menjadikan manusia
menggantungkan harapannya kepada nasib, keuntungan yang tiba-tiba serta cita-cita
kosong bukan kepada pekerjaan dan usaha melalui sebab musabab yang ditentukan
oleh Allah taala

BAB 3
Akibat Pertengkaran Dalam Islam dan Dalilnya

Islam mengajarkan untuk menjalin hubungan yang baik di masyarakat. Pergaulan


dalam Islam diatur dengan sangat baik. Namun terkadang terdapat gesekan-gesekan
yang menimbulkan sifat marah dalam Islam dan pertengkaran dalam hubungan
tersebut. Pertengkaran dapat terjadi pada siapa saja, baik itu dengan pasangan sendiri,
tetangga, teman, atau saudara. Sebagaimana firman Allah SWT:

ads

ََ‫ل تِلك‬ َُ ‫س‬


ُ ‫ٱلر‬ ُّ ‫ض ُهمَ فَضَّلنَا‬ َ ‫ٱّللُ َكلَّ ََم َّمن ِِّمن ُهم ۘ بَعضَ َعلَىَ بَع‬ ََّ ۘ ‫ض ُهمَ َو َرفَ ََع‬ َ ‫سى َو َءاتَينَا ۘ َد َر َجتَ بَع‬ َ ‫َمريَ ََم ٱبنََ ِعي‬
َِ َ‫وحِ َوأَيَّدنَ َهُ ٱلََب ِيِّن‬
‫ت‬ َ ِ ‫شا ٓ ََء َولَوَ ۘ ٱلقُد‬
َ ‫ُس ِب ُر‬ َ ُ‫ٱّلل‬ ََ َ ‫ن ٱل َب ِيِّنَتَُ َجا ٓ َءت ُه َُم َما َبع َِد ِ ِّمنَ َبع ِدهِم ِمنَ ٱلَّذِينََ ٱقتَت‬
ََّ ‫ل َما‬ َِ ‫فَ ِمن ُهم ٱختَلَفُواَ َولَ ِك‬
َ‫شا ٓ ََء َولَوَ ۘ َكفَ ََر َّمن َو ِمن ُهم َءا َمنََ َّمن‬ َ ُ‫ٱّلل‬ ََّ ‫ن ٱقتَتَلُواَ َما‬ََّ ‫ٱّلل َولَ ِك‬ َُ َ‫ي ُِري َُد َما يَفع‬
َََّ ‫ل‬

Artinya: “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain.
Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya
Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam
beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah
menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah
rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan
tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di
antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-
bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. Al Baqarah: 253)

Allah telah memberitahukan bahwa perselisihan atau pertengkaran merupakan salah


satu ujian untuk mengetahui mana yang beriman dan tidak beriman. Berikut adalah 13
akibat pertengkaran dalam Islam yang mungkin terjadi:

1. Timbul fitnah

Pertengkaran yang terjadi akan menimbulkan fitnah dalam Islam jika keduanya telah
dibakar api kemarahan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Tinggalkanlah
perbantahan, karena dengan perbantahan tidak akan di pahami hikmah dan tidak
akaan aman dari fitnah.” (H.R. Ath-Thabrani).

2. Tidak mendapat ampunan

Rasulullah SAW bersabda : “Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka
akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun,
kecuali dua orang laki-laki yang terdapat permusuhan antara dia dengan saudaranya.
Maka dikatakan: ‘Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.
Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh
kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.’”(H.R. Bukhari).

Padahal terdapat pengampunan dosa pada rasa sabar ketika terjadi


pertengkaran.Jangan sampai pertengkaran menjadi dosa yang tak terampuni. “Tidak
ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih,
gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di badannya,
kecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab pengampunan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari
5641).

3. Akhlak menjadi jelek

Seseorang yang sering bertengkar dengan sesamanya sesungguhnya ialah orang yang
berakhlak jelek karena lebih mengutamakan nafsunya dibanding kebaikan yang ada
dalam dirinya. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada sesuatupun yang lebih berat di
dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat, dari akhlak yang baik. Dan
sesungguhnya Allah membenci orang yang berakhlak jelek, lagi al-badzii’.” (HR.
Tirmidzi, dan dia berkata, “Hadis ini hasan shahih”). Akhlak dalam Islam sepatutnya
dijaga dengan cara meningkatkan akhlak. Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya. Dan orang yang paling baik diantara kalian, adalah orang yang paling baik
terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata, “Hadis ini hasan shahih.”)

Baca juga:

ciri-ciri aliran sesat menurut islam


amalan ketika mendengar adzan
amalan penghapus dosa maksiat
dosa besar dalam islam
bacaan doa dan zikir setelah sholat
etika berbicara dalam islam
4. Jauh dari surga

Seseorang yang suka bertengkar tentunya akan jauh dari surga karena akhlaknya yang
buruk. Penghuni surga hanyalah orang yang memiliki akhlak yang baik, sebagaimana
sabda Rasul: “Sesungguhnya termasuk orang yang paling saya cintai diantara kalian,
dan paling dekat dengan saya tempat duduknya pada hari kiamat; adalah orang yang
paling baik akhlaknya.

Dan sesungguhnya termasuk orang yang paling saya benci diantara kalian, dan paling
jauh dengan saya tempat duduknya pada hari kiamat; adalah tsartsaarun (orang yang
banyak bicara dengan berlebih-lebihan dan keluar dari kebenaran), mutasyaddiqun
(orang yang banyak bicara dengan tidak hati-hati), dan mutafaihiqun.”

Para shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui makna tsartsaarun
dan mutasyaddiqun. Apakah makna darimutafaihiqun?”

Rasulullah bersabda, “(Mereka adalah) orang-orang yang sombong (yaitu orang yang
banyak bicara untuk menunjukkan kefasihan dan keutamaannya -pent).” (HR. Tirmidzi,
dan dia berkata, “Hadis ini hasan.”)

5. Mendatangkan musibah

Pertengkaran yang berkepanjangan hanya akan mendatangkan musibah. Jadikanlah


sabar sebagai cara mengatasi pertengkaran dan cara menghadapi musibah dalam
Islam.

َ َ ‫صيبَةَ ِ ِّمن أ‬
ٓ ‫صبَ ُكم َو َمَا‬ َ ‫َكثِيرَ َعن َويَعفُواَ أَيدِي ُكمَ َك‬
ِ ‫سبَتَ فَبِ َما ُّم‬

Artinya: ” Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-
kesalahanmu)” (Q.S. Asy Syuura: 30)

6. Putusnya tali silaturahmi

Pertengkaran yang terjadi dapat memutuskan tali silaturahmi jika kedua pihak saling
kukuh dengan pendapatnya masing-masing dan tidak mau mengalah. Padahal hukum
memutuskan tali silaturahmi adalah dilarang. Sebagaimana sabda Rasul:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (HR.Bukhari)

7. Menjadi orang yang sesat

Rasululla SAW bersabda: “Suatu kaum yang sudah diberi hidayah oleh Allah tidak akan
sesat, kecuali bila mereka suka bertengkjar (HR Tirmizi).”
8. Seolah makan bara api

Abu Hurairah RA, beliau berkata: “Ada seorang laki-laki yang menemui Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dan laki-laki itu berkata: Wahai Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam, aku mempunyai keluarga dan ketika aku berbuat baik kepada
mereka, mereka berbuat jelek terhadapku.

Mereka acuh terhadapku, padahal aku telah bermurah hati kepada mereka. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: Jika demikian, maka seolah-olah kamu
memberi makan mereka dengan bara api. Dan pertolongan Allah akan selalu
senantiasa menyertaimu selama kamu begitu (berusaha bersilaturahmi).” (HR. Muslim)

9. Dibenci Allah

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Allah adalah
orang yang sangat sengit dalam bertengkar” (H.R.Bukhari,At tirmidzi dan Nasa’i)

Baca juga:

etika menggauli istri dalam islam


adab hubungan suami istri dalam islam
pentingnya mengenal rasulullah saw
tips sehat ala rasulullah
dasar hukum islam
10. Menambah dosa

Seseorang yang suka bertengkar, biasanya juga mempunyai perkataan yang buruk.
Sungguh bahaya lidah menurut agama Islam sangat banyak.

Ada seorang A’rabiy (pedalaman) meminta wasiat kepada Nabi : Sabda Nabi :
“Bertaqwalah kepada Allah, jika ada orang yang mencela kekuranganmu, maka jangan
kau balas dengan mencela kekurangannya. Maka dosanya ada padanya dan pahalanya
ada padamu. Dan janganlah kamu mencaci maki siapapun. Kata A’rabiy tadi : “Sejak itu
saya tidak pernah lagi mencaci maki orang”. (HR. Ahmad.)

11. Jauh dari Islam

Diriwayatkan dari Ziyad bin Hudair, ia berkata, “Umar pernah berkata kepadaku,
‘Tahukah engkau perkara yang merobohkan Islam?’ ‘Tidak! Jawabku.’ Umar berkata,

‘Perkara yang merobohkan Islam adalah ketergelinciran seorang alim, debat orang
munafik tentang Al-Qur’an dan ketetapan hukum imam yang sesat’.” (Shahih, HR Ad-
Darimi [I/71], al-Khatib al-Baghdadi dalam kitab al-Faqiih wal Mutafaqqih [I/234], Ibnul
Mubarak dalam az-Zuhd [1475], Abu Nu’aim dalam al-Hilyah [IV/196]).

12. Dapat menjerumuskan pada kekufuran

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah “Perdebatan SAW tentang Al-
Qur’an dapat menyeret kepada kekufuran.” (HR Abu Daud [4603], Ahmad [II/286, 424,
475, 478, 494, 503 dan 528], Ibnu Hibban [1464]). Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin
‘Amru r.a., ia berkata,

“Pada suatu hari aku datang menemui Rasulullah SAW pagi-pagi buta. Beliau
mendengar dua orang lelaki sedang bertengkar tentang sebuah ayat. Lalu beliau keluar
menemui kami dengan rona wajah marah. Beliau berkata, ‘Sesungguhnya, perkara
yang membinasakan ummat sebelum kalian adalah perselisihan mereka al-Kitab’.” (HR
Muslim [2666]).

13. Menjadi orang yang dzholim

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhumaa “Cukuplah engkau sebagai orang zhalim bila engkau
selalu mendebat. Dan cukuplah dosamu jika kamu selalu menentang, dan cukuplah
dosamu bila kamu selalu berbicara dengan selain dzikir kepada Allah.” (al-Fakihi dalam
Akhbar Makkah).

Anda mungkin juga menyukai