Anda di halaman 1dari 17

Alhamdulillahi rabbil’alamiin, segala puji bagi Allah 

 SWT. Tuhan sekalian


alam yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam kita hadiahkan
kepada kekasih Allah yakni Nabi Muhammad SAW yang telah mengenalkan ilmu
pengetahuan kepada kita.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah
memberikan saran-saran dan masukan dalam menyelesaikan makalah ini.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ” TATACARA
PELAKSANAAN AQAD NIKAH”.  Juga kepada Bapak Kepala Kemenag dan Kepala
Seksi Bimas Islam yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini mengenalkan kepada kita bagaimana manajemen nikah, yaitu
manajemen akad nikah dan manajemen walimatul ‘ursy.
                                                            

Pandeglang, 15 Mei 2021


BAB I
PENDAHULUAN

Pernikahan adalah suatu ikatan yang dapat menyatukan dua insan antara
laki-laki dan wanita untuk hidup bersama. Tetapi untuk melaksanakan
pernikahan, ada rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Karena rukun dan syarat
menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang menyangkut dengan sah
atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata tersebut
mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu
yang harus diadakan.
Dalam suatu acara perkawinan umpamanya rukun dan syaratnya tidak
boleh tertinggal, dalam arti perkawinan tidak sah bila keduanya tidak ada atau
tidak lengkap. Dalam hal hukum perkawinan, dalam menempatkan mana yang
rukun dan mana yang syarat terdapat perbedaan, tetapi perbedaan di antara
pendapat tersebut disebabkan oleh karena berbeda dalam melihat fokus
perkawinan itu. Tetapi semua ulama sependapat dalam hal-hal yang terlibat dan
yang harus ada dalam suatu perkawinan salah satunya yaitu akad nikah atau
perkawinan.
Pada kesempatan kali ini kami pemakalah diberikan kepercayaan untuk
sedikit mengulas tentang rukun pernikahan dalam hal ini adalah akad nikah.
Semoga apa yang pemakalah sajikan dapat bermanfaat bagi pemakalah sendiri
dan umumnya untuk kita semua, hal-hal yang kurang sempurna dan banyak
kesalahan baik dalam penulisan maupun pembahasan kami memohon maaf yang
sebesar-besarnya dan kami menerima setiap komentar, kritik dan saran untuk
dapat memperbaiki makalah kami yang kami sadari penuh dengan kekurangan.
BAB II
PEMBAHASAN

Menurut syari’at islam setiap perbuatan hukum harus memenuhi dua


unsur yaitu rukun dan syarat. Rukun adalah bagian dari hakikat sesuatu. Rukun
masuk didalam substansinya. Adanya sesuatu itu karena adanya rukun dan tidak
adanya karena tidak ada rukun. Berbeda dengan syarat, ia tidak masuk ke dalam
substansi dan hakikat sesuatu, sekalipun itu tetap ada tanpa syarat, namun
eksistensinya tidak diperhitungkan. Akad nikah mempunyai beberapa rukun yang
berdiri dan menyatu dengan substansinya[1], yaitu:
1. Calon pengantin pria, harus memenuhi syarat :
a) Beragama islam
b) Terang prianya
c) Tidak dipaksa
d) Tidak beristri 4 orang
e) Bukan mahram bakal istri
f) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan bakal istri
g) Mengetahui bakal istri tidak haram dinikahinya
h) Tidak sedang ihram haji atau umrah.

2. Calon pengantin wanita, harus memenuhi syarat :


a) Beragama islam
b) Terang wanitanya
c) Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya.
d) Tidak bersuami dan tidak dalam iddah
e) Bukan mahram bakal suami
f) Belum pernah dili’an oleh bakal suami
g) Terang orangnya
h) Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah.
3. Wali, harus memnuhi syarat :
a) Beragama islam
b) Baligh
c) Berakal
d) Tidak dipaksa
e) Terang laki-lakinya
f) Adil (bukan fasiq)
g) Tidak sedang ihram haji/umrah
h) Tidak dicabut haknya dalam menguasai harta bendanya oleh pemerintah
(mahjur bissaffah)
i) Tidak rusak pikirannya karena tua atau sebagainya.

4. Saksi, harus memenuhi syarat :


a) Beragama islam
b) Laki-laki
c) Baligh
d) Berakal
e) Adil
f) Mendengar
g) Melihat
h) Bisa bercakap-cakap
i) Tidak pelupa
j) Menjaga harga diri
k) Mengerti maksud ijab dan qabul
l) Tidak merangkap menjadi wali

5. Ijab dan qabul, syaratnya:


Ijab dan qabul harus terbentuk dari asal kata “inkah” atau “tazwij” atau
terjemahan dari kedua asal kata tersebut yang dalam bahasa indonesia berarti
menikahkan. Apabila wali nikah dan calon mempelai laki-laki berhalangan , ija
dan qabul dapat diwakilkan dengan surat kuasa yang disahkan oleh PPN
setempat atau perwakilan RI di luar negeri.

2.1 TATA CARA PELAKSANAAN AQAD NIKAH2

Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang
melangsungkan perkawinan dalam bentuk ijab dan qabul  3. Ijab adalah lafadz
yang berasal dari wali atau orang yang mewakilinya, sedangkan qabul adalah
lafadz yang berasal dari suami atau orang yang mewakilinya.
Akad nikah dilangsungkan setelah lewat 10 hari kerja terhitung sejak
tanggal pengumuman. Apabila akad nikah akan dilangsungkan kurang dari 10
hari tersebut karena suatu alasan yang pentingharus ada dispensasi dari camat
atas nama bupati kepala daerah. Tempat dilangsungkannya akad nikah dapat
dilaksanakan :
1. Di balai nikah atau Kantor Urusan Agama yang disediakan ruang khusus
lengkap dengan perlengkapannya, baik tempat duduk calon pengantin, wali
dan saksi maupun tempat para pengantar.
2. Di luar balai nikah, seperti di rumah calon istri atau masjid, yang
pengaturannya diserahkan kepada yang mempunyai hajat, asal tidak
menyalahi Hukum Islam dan peraturan yang berlaku, seperti tempat duduk
calon pengantin, wali/wakilnya/ saksi-saksi, PPN/Penghulu/Pembantu PPN
dan undangan.

Adapun yang mengahadiri akad nikah yaitu :


1) PPN/Penghulu/Pembantu PPN.
2) Wali Nikah atau wakilnya.
3) Calon suami atau wakilnya.
4) Calon istri (sesuai keadaan setempat).
5) Dua orang saksi yang memnuhi syarat.
6) pengantar atau undangan.
a. Pelaksanaan Akad Nikah
1. PPN/Penghulu/Pembantu PPN terlebih dahulu memeriksa ulang tentang
persyaratan dan administrasinya kepada calon pengantin dan wali, kemudian
menetapakan 2 orang saksi yang memenuhi syarat.
2. PPN/Penghulu/Pembantu PPN menanyakan kepada calon istri di hadapan 2
orang saksi, apabila dia bersedia dinikahkan dengan calon suaminya atau
tidak.
3. Jika calon istri bersedia dinikahkan dengan calon suaminya maka :
a) PPN/Penghulu/Pembantu PPN mempersilahkan walinya untuk
menikahkan atau mewakilkan anaknya.
b) Jika wali mewakilkan, maka PPN/Penghulu/Pembantu PPN mewakilinya.
c) Jika tidak ada wali nasab maka calon istri meminta kepada wali hakim
untuk bersedia menjadi wali.
4. Sebelum akad nikah dilaksanakan dapat didahului dengan :
a) Pembacaan ayat suci Al-Qur’an.
b) Pembacaan khutbah nikah. Khutbah nikah diawali dengan hamdalah,
syahadat, shalawat, beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits serta nasihat
yang berhubungan dengan perkawinan dan penjelasan tentang tujuan
perkawinan untuk mecapai rumah tangga yang bahagia (sakinah). Sejauh
yang memungkinkan disebutkan juga sedikitnya satu pasal dari undang-
undang perkawinan yang membaca khutbah nikah tidak mesti
PPN/Penghulu/Pembantu PPN, sebaiknya ditanyakan kepada pihak
keluarga pengantin, siapa yang diunjuk untuk membaca khutbah.
c) Pembacaan istighfar dan Syahadatain secara bersama-sam dipipin
oleh  PPN/Penghulu/Pembantu PPN  atau wali yang akan bertindak
melakukan ijab.
5. Akad nikah antara wali atau wakilnya dengan calon suami atau
wakilnya,yaitu :
Para Ulama Mazhab sepakat bahwa nikah itu sah bila dilakukan dengan
menggunakan redaksi “aku mengawinkan” atau “aku menikahkan” dari pihak
yang dilamar atau orang yang mewakilinya dan redaksi “aku terima” atau “aku
setuju” dari pihak yang melamar atau orang yang mewakilinya4.

a. Ijab
Salah satu contoh lafadz ijab oleh wali yaitu :
.............‫يا فال ن انكحتك و زوّجتك فالنة ابنتى بمهر‬
“Ananda/saudara ......., saya nikahkan .........,anak perempuan saya kepada
engkau dengan mahar berupa...... .”

b. Qabul
Adapun qabul oleh calon suami dari ijab di atas adalah :
........... ‫قبلت نكا حها و تزويجها بمهر‬
            “Saya terima nikah dan kawin dengan mahar tersebut”
6. Apabila Wali mewakilkan kepada PPN/Penghulu/Pembantu PPN maka wali
harus mengatakan : “bapak penghulu/naib (istilah yang lazi dipakai
setempat) saya mewakilkan kepada bapak untuk mewalikan dan
menikahkan ............. anak perempuan saya/ saudara perepuan saya
dengan ......................... dengan maskawin berupa ...........” Penghulu
menjawab : “saya terima untukmewalikan dan menikahkan ........
dengan ........”
7. Apabila yang menikahkan itu bukan walinya maka ijabnya sebgai berikut :
“saudara.................... saya nikahkan  ............binti............. yang walinya
mewakilkan kepada saya dengan saudara dengan maskawin berupa..........”
8. Setelah ijab-qabul dilaksanakan, PPN/Penghulu/Pembantu PPN menanyakan
kepada saksi-saksi , apakah ijab qabul sudah sah atau belum. Apabila saksi-
saksi menyatakan belum sah maka ijab-qabul diulang kembali sampai ijab-
qabul dinyatakan sah. Apabila sudah sah maka dibacakan :
‫ با رك هللا لي و لك و بارك عليك و جمع بينكما في خير‬.
9. Pembacaan do’a.
b. Penandatangan Surat-Surat yang Diperlukan.
1. Apabila akad nikah dilaksanakan di Balai Nikah maka penandatanganan
oleh suami,istri,wali,dua orang saksi dan PPN dibubuhkan pada buku Akta
Nikah (model N)
2. Apabila akad nikah diadakan di luar Balai Nikah maka penandatanganan
tersebut dibubuhkan pada halaman 4 Daftar Pemeriksaan Nikah (Model
NB)
c. Pembacaan Ta’lik Talak.
1. Setelah acara penandatangan akta nikah atau penandatanganan pada
halaman 4 model NB selesai, segera dilanjutkan dengan pembacaan ta’lik
talak oleh suami, bila suami telah menyataka kesediannya.
2. Untuk tidak menurangi kekhidmatan upacara akad nikah, pembacaan ta’lik
talak sebaiknya tidak memakai pengeras suara, kecuali apabila wali nikah
atau keluarga mempelai menghendakinya.
3. Setelah ta’lik talak selesai dibacakan , PPN atau Penghulu yang menghadiri
mempersilahkan kepada suami untuk menandatangani ikrar ta’lik talak
yang terdapat pada buku nikah.
4. Apabila suami tidak bersedia mengucapakan maka tidak boleh dipaksa,
tetapi harus diberitahukan kepada istri bahwa suaminya tidak
mengikrarkan ta’lik talak, meskipun tidak dibaca , kedua mempelai perlu
memahami maksud ikrar ta’lik talak tersebut.
d. Pengumuman Pernikahan Telah Selesai
PPN/Penghulu/Pembantu PPN menyatakn kepada hadirin bahwa upacaa
akad telah selesai dan kedua pengantin telah sah menurut hukum sebagai suami
istri. Jika perlu dapat ditambahkan penyuluhan/penasehatan, antara lain :
1) Yang berhubungan dengan masalah nikah.
2) Hak dan kewajiban suami istri.
3) Kehidupan rumah tangga bahagia.
e. Penyerahan Maskawin (Mahar)
1. Tiap-tiap perkawinan /pernikahan menimbulkan kewajiban bagi suami
untuk membayar maskawin atau mahar kepada istrinya , baik berupa
perhiasan , uang atau benda berharga lainnya
2. Sebaiknya kitab suci Al-Qur’an tidak dijadikan mahar.
3. Setelah akad nikah selesai suami langsung menyerahkan maskawin kepada
istrinya. Apabila istri tidak ikut hadir pada majelis akad nikah, maka
maskawin diserahkan melalui wali nikahnya.
f. Penyerahan Buku Nikah.
1. Setelah akad nikah PPN/Penghulu/Pembantu PPN segera menyerahkan
buku nikah kepada kedua mempelai.
2. Pada saat penyerahan buku nikah, agar lebih terkesan, sebainya PPN atau
Penghulu mengucapkan kalimat : “bersama ini kami serahkan Buku Nikah
kepada saudara sebagai bukti bahwa perkawinan saudara telah sah
tercatat di KUA kecamatan. Sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ,agar diterima dan disimpan dengan
sebaik-baiknya”. Penyerahan Kutipan Akta Nikah ini agar tidak diselingi
dengan kata-kata atau kalimat yang tidak perlu atau tidak pantas.
3. Setelah buku nikah diserahkan kepada kedua mempelai, PPN dan
penghulu yang menghadiri menyatakan kepada hadirin bahwa akad nikah
telah selesai dan kedua mempelai telah sah Menurut Undang-Undang dan
Hukum Agama Islam sebagai suami istri.
2.2 KHUTBAH NIKAH
ُ‫ستَ ْغفِ ُره‬ ْ َ‫ نَ ْح َم ُدهُ َون‬ ِ ‫إِنَّ ا ْل َح ْم َد هَّلِل‬
ْ َ‫ست َِع ْينُهُ َون‬
‫ت أَ ْع َمالِنَا‬
ِ ‫سيِّئَا‬َ ‫سنَا َو‬ ِ ُ‫ش ُر ْو ِر أَ ْنف‬
ُ ْ‫َونَ ُع ْو ُذ بِاهللِ ِمن‬
َ ‫ضلِ ْل فَالَ هَا ِد‬
ُ‫ي لَه‬ ْ ُ‫ َو َمنْ ي‬ ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫َمنْ يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬
َ َ‫ش َه ُد أَنْ الَ اِلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال‬
ُ‫ش ِر ْي َك لَه‬ ْ َ‫أ‬
ُ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬
.ُ‫س ْولُه‬ ْ َ‫َوأ‬
َ‫سلِ ُمون‬ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموتُنَّ إِالَّ َوأَ ْنتُ ْم ُم‬ َّ ‫َيا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
َ ِ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِي ًرا َون‬
‫سا ًء‬ ْ ‫ق ِم ْن َها‬
َّ َ‫زَو َج َها َوب‬ َ َ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخل‬ ٍ ‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِمنْ نَ ْف‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫سا َءلُونَ بِ ِه َواألَ ْر َحا َم إِنَّ هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ َ‫َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي ت‬
َ ً‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْوال‬
‫س ِديدًا‬
‫سولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْوزًا ع َِظي ًما‬ ُ ‫صلِ ْح لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َمنْ يُ ِط ِع هَّللا َ َو َر‬
ْ ُ‫ي‬
 ٌ‫ش َّر األُ ُم ْو ِر ُم ْح َدثَاتُ َها َو ُك َّل ُم ْح َدثَ ٍة بِ ْد َعة‬
َ ‫ َو‬    ‫ي ُم َح َّم ٍد‬
ُ ‫ْي َه ْد‬ِ ‫ َو َخ ْي َر ا ْل َهد‬  ,ِ‫َاب هللا‬ُ ‫ ِكت‬ ‫ث‬ ِ ‫ق ا ْل َح ِد ْي‬َ ‫ص َد‬ ْ َ‫ فَإِنَّ أ‬ ,‫أَ َّما بَ ْع ُد‬
‫ان إِلَى‬
ٍ ‫س‬ َ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى أَلِ ِه َو‬
َ ‫ص ْحبِ ِه َو َمنْ تَبِ َع ُه ْم بِإ ِ ْح‬ َ ‫ َو ُك َّل‬ ٌ‫ضالَلَة‬
َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬  ,‫ضالَلَ ٍة فِى النَّا ِر‬ َ ‫َو ُك َّل ِب ْد َع ٍة‬
.‫يَ ْو ِم ا ْلقِيَا َم ِة‬

Sebagaimana telah disebutkan di atas sebelum akad nikah dilaksanakan


lebih  baik didahului dengan membaca Al-Qur’an dan khutbah nikah. Adapun
contoh khutbah nikah salah satunya sebagai berikut :

Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah,  kami memuji-Nya,  seraya


memohon pertolongan dan ampunan-Nya,  dan kami memohon perlindungan
Allah dari keburukan-keburukan nafsu kami dan dari akibat buruk perilaku kami.
Barangsiapa yang telah diberi petunjuk oleh Allah kepadanya,  tidak ada yang
dapat menyesatkannya,  dan barangsiapa yang telah disesatkan,  tidak ada yang
dapat memberikan petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan
yang layak disembah melainkan  Allah saja,  tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku
bersaksi bahwa Muhammad  adalah hamba dan utusan-Nya.
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan
Islam. Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak,  dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar,  niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-
amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati
Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang
besar.
Ammaa ba’du,
Hadirin rahimakumullah,  khususnya kedua Mempelai yang diberkahi oleh
Allah,
Itulah khutbah Nikah dari Nabi ketika menikahkan putri tercintanya
Fatimah az-Zahra,  intinya adalah pesan Taqwa.  Kenapa Taqwa?   Karena orang
yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa.
‫إِنَّ أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم‬
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling taqwa di antara kamu.” (Q. S. Al-Hujurat : 13).
Taqwa dapat dipahami dengan pengertian yang sederhana,  yaitu
menjalani segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.  
Termasuk,  perintah melaksanakan pernikahan,  dan menjauhi pergaulan bebas
dan perzinahan.
Rasulullah B telah bersabda,  sesuai dengan hadits dari Abdullah bin Masud :
‫ست َِط ْع‬ َ ‫ َوأَ ْح‬, ‫ص ِر‬
ِ ‫صنُ لِ ْلفَ ْر‬
ْ َ‫ َو َمنْ لَ ْم ي‬   ‫ج‬ ُّ ‫ فَإِنَّهُ أَ َغ‬, ‫ستَطَا َع ِم ْن ُك ُم ا ْلبَا َءةَ فَ ْليَتَ َز َّو ْج‬
َ َ‫ض لِ ْلب‬ ْ ‫ب ! َم ِن ا‬ ِ ‫شبَا‬ َّ ‫ش َر ال‬
َ ‫يَا َم ْع‬
ٌ َ‫ ُمتَّف‬  .‫ص ْو ِم ; فَإِنَّهُ لَهُ ِو َجا ٌء‬
.  ‫ق َعلَ ْي ِه‬ َّ ‫فَ َعلَ ْي ِه ِبال‬
“Wahai para Pemuda,  barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah, 
menikahlah.  Karena sesungguhnya dengan menikah dapat menundukkan
pandangan dan menjaga kemaluan.  Barangsiapa yang belum mampu, 
hendaklah ia berpuasa,  karena sesungguhnya puasa dapat menjadi benteng
baginya.”
Jadi perintah menikah ini,  sekaligus perintah untuk selalu menjaga
pandangan dan menjaga kemaluan,  artinya jangan sekali-kali melakukan
perzinahan.   Dan perintah menikah ini,  tentunya bukan bagi jejaka saja,  tetapi
termasuk juga para Duda.   Justru kalau tidak menikah,  berarti termasuk kategori
orang yang membenci sunnah Nabi,  dan bagi yang membenci sunnah Nabi, 
maka tidak termasuk golongan Umatnya.
َ ُ‫ ” لَ ِكنِّي أَنَا أ‬: ‫ َوقَا َل‬, ‫ َوأَ ْثنَى َعلَ ْي ِه‬, َ ‫ أَنَّ النَّبِ َّي صلى هللا عليه وسلم َح ِم َد هَّللا‬ {  ‫س ْب ِن َمالِ ٍك‬
, ‫صلِّي َوأَنَا ُم‬ ِ َ‫َوعَنْ أَن‬
َ ‫سنَّتِي فَلَ ْي‬
ٌ َ‫ ُمتَّف‬ } ‫س ِمنِّي‬
.‫ق َعلَ ْي ِه‬ َ ِّ‫ َوأَتَ َز َّو ُج الن‬, ‫صو ُم َوأُ ْف ِط ُر‬
ُ ْ‫ فَ َمنْ َر ِغ َب عَن‬, ‫سا َء‬ ُ َ‫َوأ‬
Bahwasanya Nabi SAW setelah memuji Allah dan menyanjungnya,  lalu
bersabda : “Tetapi aku sholat dan juga tidur,  aku puasa dan juga tidak puasa, 
dan aku juga menikahi wanita.  Barangsiapa yang membenci sunnahku,  maka
bukanlah ia termasuk golonganku.“

Hadirin rahimakumullah,
Akad Nikah hakikatnya merupakan Janji agung di hadapan Yang Maha
Agung,  yang harus dipertanggungjawabkan.  Maka hendaknya janji agung ini kita
pegang dengan teguh.   Allah telah mengingatkan dalam Al-Quran S. Al-Isra‘ : 34,
ْ ‫َوأَ ْوفُوا بِا ْل َع ْه ِد إِنَّ ا ْل َع ْه َد َكانَ َم‬
ً‫سئُوال‬
“Dan penuhilah janji;  sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya.“
Tentu saja seorang yang membangun mahligai rumah tangga,  maka yang
menjadi dambaan dan cita-citanya adalah agar kehidupan rumah tangganya
kelak berjalan dengan baik, dipenuhi mawaddah war-rahmah, sarat dengan
kebahagiaan, adanya saling ta‘awun (tolong menolong), saling memahami dan
saling mengerti.   Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an S. Ar-Rum : 21,
ٍ ‫س ُكنُوا إِلَ ْي َها َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َر ْح َمةً إِنَّ فِي َذلِكَ آليَا‬
‫ت لِقَ ْو ٍم‬ ً ‫س ُك ْم أَ ْز َو‬
ْ َ‫اجا لِت‬ ِ ُ‫ق لَ ُك ْم ِمنْ أَ ْنف‬
َ َ‫َو ِمنْ آيَاتِ ِه أَنْ َخل‬
َ‫يَتَفَ َّكرُون‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.”
Kondisi mawaddah war-rahmah tentu saja tidak datang begitu saja, 
syarat untuk bisa mencapai mawaddah war-rahmah,  salah satunya adalah, 
hendaknya suami – istri itu saling melindungi,  saling melengkapi dan menutupi
kekurangan pasangan masing-masing.   Dalam Al-Qur’an S. Al-Baqarah : 187 
Allah berfirman :
ٌ َ‫اس لَ ُك ْم َوأَ ْنتُ ْم لِب‬
َّ‫اس لَ ُهن‬ ٌ َ‫هُنَّ لِب‬
“Mereka (istri-istrimu) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian
bagi mereka.“
Dapat kita pahami,  bahwa pakaian berfungsi menutup aurat dan
kekurangan jasmani manusia,  jadi demikianlah pasangan suami – istri,  masing-
masing pakaian bagi yang lain,  artinya mereka harus saling melengkapi,  saling
menutupi kekurangan dan aib pasangannya.  Demikian juga,  masing-masing
harus saling melindungi dari segala permasalahan pasangannya.
Apabila ada sepasang suami – istri yang saling membuka aib dan rahasia
pasangannya,  maka mereka itulah sebenarnya orang-orang yang paling buruk
kedudukannya di sisi Allah kelak pada hari Kiamat.   Sebagaimana sabda Nabi B, 
hadits dari Abu Said al-Khudri :
‫س َم ْن ِزلَةً ِع ْن َد هَّللا ِ يَ ْو َم‬ َ َّ‫ إِن‬ {   ‫سو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم‬
ِ ‫ش َّر النَّا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ قَا َل‬  ‫ي‬ َ ‫َوعَنْ أَبِي‬
ِّ ‫س ِعي ٍد ا ْل ُخ ْد ِر‬
ْ ‫ أَ ْخ َر َجهُ ُم‬ } ‫س َّرهَا‬
.   ‫سلِ ٌم‬ ُ ‫ ثُ َّم يَ ْن‬, ‫ضي إِلَ ْي ِه‬
ِ ‫ش ُر‬ ِ ‫ضي إِلَى اِ ْم َرأَتِ ِه َوتُ ْف‬ ِ ‫ اَل َّر ُج ُل يُ ْف‬ ; ‫ا ْلقِيَا َم ِة‬
“Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari
Kiamat adalah seorang laki-laki yang menggauli istrinya dan Istri yang
mendatangi suaminya,  kemudian ia membuka rahasia hubungan dengannya.“

Hadirin rahimakumullah,
Dambaan untuk meraih mawaddah war-rahmah dalam bahtera rumah
tangga hanya akan terwujud apabila Istri yang mendampingi hidupnya adalah
wanita shalihah.  Karena hanya wanita shalihah yang dapat menjadi teman hidup
yang sebenarnya dalam suka maupun lara, yang akan membantu dan
mendorong suaminya untuk senantiasa taat kepada Allah Ta’ala.   Dia akan
berupaya ta‘awun dengan suaminya untuk menjadikan rumah tangganya
bangunan yang kuat lagi kokoh,  yang tidak mudah roboh oleh badai yang
menerpanya.
Sabda Rasulullah SAW :
َّ ‫ َو َخ ْي ُر َمتَا ِع َها ا ْل َم ْرأَةُ ال‬ ‫ال ُّد ْنيَا َمتَا ٌع‬
ُ‫صالِ َحة‬

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia


adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim).
Sabdanya yang lain : ”Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-
baik perbendaharaan seorang lelaki?  Itulah istri shalihah yang bila dipandang
akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi,  si
istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud).
Akhirnya,  saya ingin menyampaikan suatu Doa yang diajarkan oleh
Rasulullah untuk disampaikan kepada Pengantin :
‫ َو َج َم َع بَ ْينَ ُك َما فِى َخ ْي ٍر‬ ‫ َوبَا َر َك َعلَ ْي َك‬ َ‫بَا َر َك هللاُ لَك‬
“Semoga Allah memberkahimu, dan semoga keberkahan atas kamu selamanya, 
serta menyatukan kamu sekalian dalam kebaikan.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu
Majah).
Hendaknya Doa ini kita panjatkan pada saat selesai Akad Nikah (ijab
kabul).
Dan ada satu Doa lagi yang hendaknya dibaca oleh Orang yang telah
mendapatkan pasangan hidupnya :
‫ َو َش ِّر َما َجبَ ْلتَهَا َعلَ ْي ِه‬،‫ك ِم ْن َش ِّرهَا‬
َ ِ‫ َوأَ ُعوْ ُذ ب‬،‫ َو َخ ْي َر َما َجبَ ْلتَهَا َعلَ ْي ِه‬،‫ك خَ ْي َرهَا‬
َ ُ‫اللَّهُ َّم إِنِّي أَسْأَل‬
“Ya Allah,  sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kabaikannya (istriku),  dan
kebaikan dari apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.   Dan aku
memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukannya (istriku) dan keburukan
dari apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.” (HR Abu Daud).

Demikianlah khutbah yang saya sampaikan,  semoga Allah senantiasa


membimbing kita,  agar dalam mengarungi kehidupan ini selalu mentaati rambu-
rambu-Nya.  Dan semoga pernikahan kedua mempelai,  mendapat ridha Allah, 
dan diberkahi oleh-Nya,  serta keduanya disatukan dalam kebaikan,  amin.

2.3 NASEHAT PERKAWINAN


Setiap mempelai perlu diberikan nasehat perkawinan untuk bekal mereka
dalam membina rumah tangga bahagia dan sejahtera. Nasehat perkawinan
sebaiknya diberikan setelah akad nikah selesai. Nasehat perkawinan yang
diberikan sebelum kad nikah, atau yang biasa disebut penyuluhan perkawinan,
bisa dilakukan perorangan oleh Korp Penasehatan BP4 kecamatan atau dilakukan
secara kolektif melalui suscaten.
Nasehat perkawinan yang diberikan setelah akad nikah selesai tidak harus
dilakukan oleh penghulu bahkan sebaiknya oleh ulama, tokoh masyarakata atau
dari kalangan keluarga pengantin sendiri, tergantung dari permintaan keluarga
mempelai. Apabila PPN/Penghulu/Pembantu PPN yang menghadiri pernikahan
tersebut diminta untuk memberikan nasehat perkawinan perlu diperhatikan hal-
hal berikut :
a. Isi nasehat perkawinan hal-hal yang berkaitan dengan nikah, hak dan
kewajiban suami istri dan tuntutan tentang membentuk rumah tangga
sakinah.
b. Dalam nasehat perkawinan agar menggunakan bahasa yang baik dan sopan,
hindari dari perkataan yang kurang etis, urakan,porno,atau yang
menyinggung perasaan orang lain, khususnya kedua mempelai.
BAB III
PENUTUP

Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan penting mengenai


makalah ini diantaranya tata cara pelaksanaan pernikahan prosedur
pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Penyerahan Buku Nikah.
2. Penyerahan Maskawin (Mahar).
3. Pengumuman Pernikahan Telah Selesai
4. Pembacaan Ta’lik Talak.
5. Penandatangan Surat-Surat yang Diperlukan
6. Pelaksanaan Akad Nikah
7. Pemberian nasehat perkawinan.
Dalam nasehat perkawinan hala hal yang harus diperhatikan antara lain:
a. Isi nasehat perkawinan hal-hal yang berkaitan dengan nikah, hak dan
kewajiban suami istri dan tuntutan tentang membentuk rumah tangga
sakinah.
b. Dalam nasehat perkawinan agar menggunakan bahasa yang baik dan sopan,
hindari dari perkataan yang kurang etis, urakan,porno,atau yang
menyinggung perasaan orang lain, khususnya kedua mempelai.         
DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdul Majid Khon, Fiqh Munakahat (Jakarta: AMZAH, 2009) hal.59.


[2] Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik
Indonesia, Pedoman Akad Nikah, 2006, hal. 9-19
[3] Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. (Jakarta: Kencana,
2007). Hal. 61
[4] Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab. (Jakarta: LENTERA, 2005).
Hal. 309.
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik
Indonesia. 2006. Pedoman Akad Nikah.
http://alhikmah.ac.id/2011/khutbah-nikah-1/
Khon ,Abdul Majid,  2009, Fiqh Munakahat ,Jakarta: AMZAH.
Mughniyah , Muhammad Jawad, 2005, Fiqih Lima Mazha, Jakarta: LENTERA.
Syarifuddin , Amir, 2007,  Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta:
Kencana.

Anda mungkin juga menyukai