Pernikahan adalah suatu ikatan yang dapat menyatukan dua insan antara
laki-laki dan wanita untuk hidup bersama. Tetapi untuk melaksanakan
pernikahan, ada rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Karena rukun dan syarat
menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang menyangkut dengan sah
atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata tersebut
mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu
yang harus diadakan.
Dalam suatu acara perkawinan umpamanya rukun dan syaratnya tidak
boleh tertinggal, dalam arti perkawinan tidak sah bila keduanya tidak ada atau
tidak lengkap. Dalam hal hukum perkawinan, dalam menempatkan mana yang
rukun dan mana yang syarat terdapat perbedaan, tetapi perbedaan di antara
pendapat tersebut disebabkan oleh karena berbeda dalam melihat fokus
perkawinan itu. Tetapi semua ulama sependapat dalam hal-hal yang terlibat dan
yang harus ada dalam suatu perkawinan salah satunya yaitu akad nikah atau
perkawinan.
Pada kesempatan kali ini kami pemakalah diberikan kepercayaan untuk
sedikit mengulas tentang rukun pernikahan dalam hal ini adalah akad nikah.
Semoga apa yang pemakalah sajikan dapat bermanfaat bagi pemakalah sendiri
dan umumnya untuk kita semua, hal-hal yang kurang sempurna dan banyak
kesalahan baik dalam penulisan maupun pembahasan kami memohon maaf yang
sebesar-besarnya dan kami menerima setiap komentar, kritik dan saran untuk
dapat memperbaiki makalah kami yang kami sadari penuh dengan kekurangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang
melangsungkan perkawinan dalam bentuk ijab dan qabul 3. Ijab adalah lafadz
yang berasal dari wali atau orang yang mewakilinya, sedangkan qabul adalah
lafadz yang berasal dari suami atau orang yang mewakilinya.
Akad nikah dilangsungkan setelah lewat 10 hari kerja terhitung sejak
tanggal pengumuman. Apabila akad nikah akan dilangsungkan kurang dari 10
hari tersebut karena suatu alasan yang pentingharus ada dispensasi dari camat
atas nama bupati kepala daerah. Tempat dilangsungkannya akad nikah dapat
dilaksanakan :
1. Di balai nikah atau Kantor Urusan Agama yang disediakan ruang khusus
lengkap dengan perlengkapannya, baik tempat duduk calon pengantin, wali
dan saksi maupun tempat para pengantar.
2. Di luar balai nikah, seperti di rumah calon istri atau masjid, yang
pengaturannya diserahkan kepada yang mempunyai hajat, asal tidak
menyalahi Hukum Islam dan peraturan yang berlaku, seperti tempat duduk
calon pengantin, wali/wakilnya/ saksi-saksi, PPN/Penghulu/Pembantu PPN
dan undangan.
a. Ijab
Salah satu contoh lafadz ijab oleh wali yaitu :
.............يا فال ن انكحتك و زوّجتك فالنة ابنتى بمهر
“Ananda/saudara ......., saya nikahkan .........,anak perempuan saya kepada
engkau dengan mahar berupa...... .”
b. Qabul
Adapun qabul oleh calon suami dari ijab di atas adalah :
........... قبلت نكا حها و تزويجها بمهر
“Saya terima nikah dan kawin dengan mahar tersebut”
6. Apabila Wali mewakilkan kepada PPN/Penghulu/Pembantu PPN maka wali
harus mengatakan : “bapak penghulu/naib (istilah yang lazi dipakai
setempat) saya mewakilkan kepada bapak untuk mewalikan dan
menikahkan ............. anak perempuan saya/ saudara perepuan saya
dengan ......................... dengan maskawin berupa ...........” Penghulu
menjawab : “saya terima untukmewalikan dan menikahkan ........
dengan ........”
7. Apabila yang menikahkan itu bukan walinya maka ijabnya sebgai berikut :
“saudara.................... saya nikahkan ............binti............. yang walinya
mewakilkan kepada saya dengan saudara dengan maskawin berupa..........”
8. Setelah ijab-qabul dilaksanakan, PPN/Penghulu/Pembantu PPN menanyakan
kepada saksi-saksi , apakah ijab qabul sudah sah atau belum. Apabila saksi-
saksi menyatakan belum sah maka ijab-qabul diulang kembali sampai ijab-
qabul dinyatakan sah. Apabila sudah sah maka dibacakan :
با رك هللا لي و لك و بارك عليك و جمع بينكما في خير.
9. Pembacaan do’a.
b. Penandatangan Surat-Surat yang Diperlukan.
1. Apabila akad nikah dilaksanakan di Balai Nikah maka penandatanganan
oleh suami,istri,wali,dua orang saksi dan PPN dibubuhkan pada buku Akta
Nikah (model N)
2. Apabila akad nikah diadakan di luar Balai Nikah maka penandatanganan
tersebut dibubuhkan pada halaman 4 Daftar Pemeriksaan Nikah (Model
NB)
c. Pembacaan Ta’lik Talak.
1. Setelah acara penandatangan akta nikah atau penandatanganan pada
halaman 4 model NB selesai, segera dilanjutkan dengan pembacaan ta’lik
talak oleh suami, bila suami telah menyataka kesediannya.
2. Untuk tidak menurangi kekhidmatan upacara akad nikah, pembacaan ta’lik
talak sebaiknya tidak memakai pengeras suara, kecuali apabila wali nikah
atau keluarga mempelai menghendakinya.
3. Setelah ta’lik talak selesai dibacakan , PPN atau Penghulu yang menghadiri
mempersilahkan kepada suami untuk menandatangani ikrar ta’lik talak
yang terdapat pada buku nikah.
4. Apabila suami tidak bersedia mengucapakan maka tidak boleh dipaksa,
tetapi harus diberitahukan kepada istri bahwa suaminya tidak
mengikrarkan ta’lik talak, meskipun tidak dibaca , kedua mempelai perlu
memahami maksud ikrar ta’lik talak tersebut.
d. Pengumuman Pernikahan Telah Selesai
PPN/Penghulu/Pembantu PPN menyatakn kepada hadirin bahwa upacaa
akad telah selesai dan kedua pengantin telah sah menurut hukum sebagai suami
istri. Jika perlu dapat ditambahkan penyuluhan/penasehatan, antara lain :
1) Yang berhubungan dengan masalah nikah.
2) Hak dan kewajiban suami istri.
3) Kehidupan rumah tangga bahagia.
e. Penyerahan Maskawin (Mahar)
1. Tiap-tiap perkawinan /pernikahan menimbulkan kewajiban bagi suami
untuk membayar maskawin atau mahar kepada istrinya , baik berupa
perhiasan , uang atau benda berharga lainnya
2. Sebaiknya kitab suci Al-Qur’an tidak dijadikan mahar.
3. Setelah akad nikah selesai suami langsung menyerahkan maskawin kepada
istrinya. Apabila istri tidak ikut hadir pada majelis akad nikah, maka
maskawin diserahkan melalui wali nikahnya.
f. Penyerahan Buku Nikah.
1. Setelah akad nikah PPN/Penghulu/Pembantu PPN segera menyerahkan
buku nikah kepada kedua mempelai.
2. Pada saat penyerahan buku nikah, agar lebih terkesan, sebainya PPN atau
Penghulu mengucapkan kalimat : “bersama ini kami serahkan Buku Nikah
kepada saudara sebagai bukti bahwa perkawinan saudara telah sah
tercatat di KUA kecamatan. Sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ,agar diterima dan disimpan dengan
sebaik-baiknya”. Penyerahan Kutipan Akta Nikah ini agar tidak diselingi
dengan kata-kata atau kalimat yang tidak perlu atau tidak pantas.
3. Setelah buku nikah diserahkan kepada kedua mempelai, PPN dan
penghulu yang menghadiri menyatakan kepada hadirin bahwa akad nikah
telah selesai dan kedua mempelai telah sah Menurut Undang-Undang dan
Hukum Agama Islam sebagai suami istri.
2.2 KHUTBAH NIKAH
ُستَ ْغفِ ُره ْ َ نَ ْح َم ُدهُ َون ِ إِنَّ ا ْل َح ْم َد هَّلِل
ْ َست َِع ْينُهُ َون
ت أَ ْع َمالِنَا
ِ سيِّئَاَ سنَا َو ِ ُش ُر ْو ِر أَ ْنف
ُ َْونَ ُع ْو ُذ بِاهللِ ِمن
َ ضلِ ْل فَالَ هَا ِد
ُي لَه ْ ُ َو َمنْ ي ُض َّل لَه ِ َمنْ يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم
َ َش َه ُد أَنْ الَ اِلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال
ُش ِر ْي َك لَه ْ َأ
ُ ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر
.ُس ْولُه ْ ََوأ
َسلِ ُمونْ ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموتُنَّ إِالَّ َوأَ ْنتُ ْم ُم َّ َيا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح
َ ِث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِي ًرا َون
سا ًء ْ ق ِم ْن َها
َّ َزَو َج َها َوب َ َس َوا ِح َد ٍة َو َخل ٍ اس اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِمنْ نَ ْف ُ َّيَا أَيُّ َها الن
سا َءلُونَ بِ ِه َواألَ ْر َحا َم إِنَّ هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا َ ََواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي ت
َ ًيَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْوال
س ِديدًا
سولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْوزًا ع َِظي ًما ُ صلِ ْح لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َمنْ يُ ِط ِع هَّللا َ َو َر
ْ ُي
ٌش َّر األُ ُم ْو ِر ُم ْح َدثَاتُ َها َو ُك َّل ُم ْح َدثَ ٍة بِ ْد َعة
َ َو ي ُم َح َّم ٍد
ُ ْي َه ْدِ َو َخ ْي َر ا ْل َهد ,َِاب هللاُ ِكت ث ِ ق ا ْل َح ِد ْيَ ص َد ْ َ فَإِنَّ أ ,أَ َّما بَ ْع ُد
ان إِلَى
ٍ س َ ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى أَلِ ِه َو
َ ص ْحبِ ِه َو َمنْ تَبِ َع ُه ْم بِإ ِ ْح َ َو ُك َّل ٌضالَلَة
َ اَللَّ ُه َّم ,ضالَلَ ٍة فِى النَّا ِر َ َو ُك َّل ِب ْد َع ٍة
.يَ ْو ِم ا ْلقِيَا َم ِة
Hadirin rahimakumullah,
Akad Nikah hakikatnya merupakan Janji agung di hadapan Yang Maha
Agung, yang harus dipertanggungjawabkan. Maka hendaknya janji agung ini kita
pegang dengan teguh. Allah telah mengingatkan dalam Al-Quran S. Al-Isra‘ : 34,
ْ َوأَ ْوفُوا بِا ْل َع ْه ِد إِنَّ ا ْل َع ْه َد َكانَ َم
ًسئُوال
“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya.“
Tentu saja seorang yang membangun mahligai rumah tangga, maka yang
menjadi dambaan dan cita-citanya adalah agar kehidupan rumah tangganya
kelak berjalan dengan baik, dipenuhi mawaddah war-rahmah, sarat dengan
kebahagiaan, adanya saling ta‘awun (tolong menolong), saling memahami dan
saling mengerti. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an S. Ar-Rum : 21,
ٍ س ُكنُوا إِلَ ْي َها َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َر ْح َمةً إِنَّ فِي َذلِكَ آليَا
ت لِقَ ْو ٍم ً س ُك ْم أَ ْز َو
ْ َاجا لِت ِ ُق لَ ُك ْم ِمنْ أَ ْنف
َ ََو ِمنْ آيَاتِ ِه أَنْ َخل
َيَتَفَ َّكرُون
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.”
Kondisi mawaddah war-rahmah tentu saja tidak datang begitu saja,
syarat untuk bisa mencapai mawaddah war-rahmah, salah satunya adalah,
hendaknya suami – istri itu saling melindungi, saling melengkapi dan menutupi
kekurangan pasangan masing-masing. Dalam Al-Qur’an S. Al-Baqarah : 187
Allah berfirman :
ٌ َاس لَ ُك ْم َوأَ ْنتُ ْم لِب
َّاس لَ ُهن ٌ َهُنَّ لِب
“Mereka (istri-istrimu) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian
bagi mereka.“
Dapat kita pahami, bahwa pakaian berfungsi menutup aurat dan
kekurangan jasmani manusia, jadi demikianlah pasangan suami – istri, masing-
masing pakaian bagi yang lain, artinya mereka harus saling melengkapi, saling
menutupi kekurangan dan aib pasangannya. Demikian juga, masing-masing
harus saling melindungi dari segala permasalahan pasangannya.
Apabila ada sepasang suami – istri yang saling membuka aib dan rahasia
pasangannya, maka mereka itulah sebenarnya orang-orang yang paling buruk
kedudukannya di sisi Allah kelak pada hari Kiamat. Sebagaimana sabda Nabi B,
hadits dari Abu Said al-Khudri :
س َم ْن ِزلَةً ِع ْن َد هَّللا ِ يَ ْو َم َ َّ إِن { سو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم
ِ ش َّر النَّا ُ قَا َل َر: قَا َل ي َ َوعَنْ أَبِي
ِّ س ِعي ٍد ا ْل ُخ ْد ِر
ْ أَ ْخ َر َجهُ ُم } س َّرهَا
. سلِ ٌم ُ ثُ َّم يَ ْن, ضي إِلَ ْي ِه
ِ ش ُر ِ ضي إِلَى اِ ْم َرأَتِ ِه َوتُ ْف ِ اَل َّر ُج ُل يُ ْف ; ا ْلقِيَا َم ِة
“Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari
Kiamat adalah seorang laki-laki yang menggauli istrinya dan Istri yang
mendatangi suaminya, kemudian ia membuka rahasia hubungan dengannya.“
Hadirin rahimakumullah,
Dambaan untuk meraih mawaddah war-rahmah dalam bahtera rumah
tangga hanya akan terwujud apabila Istri yang mendampingi hidupnya adalah
wanita shalihah. Karena hanya wanita shalihah yang dapat menjadi teman hidup
yang sebenarnya dalam suka maupun lara, yang akan membantu dan
mendorong suaminya untuk senantiasa taat kepada Allah Ta’ala. Dia akan
berupaya ta‘awun dengan suaminya untuk menjadikan rumah tangganya
bangunan yang kuat lagi kokoh, yang tidak mudah roboh oleh badai yang
menerpanya.
Sabda Rasulullah SAW :
َّ َو َخ ْي ُر َمتَا ِع َها ا ْل َم ْرأَةُ ال ال ُّد ْنيَا َمتَا ٌع
ُصالِ َحة