Anda di halaman 1dari 3

PENGURUS RMI

( RABITHAH AL-MA'AHID AL-ISLAMIYYAH )


PCNU BAWEAN
Sekretariat : Pondok Pesantren Nurut Taqwa Duku

AS’ILAH BAHTSUL MASAIL


ANTAR SANTRI BAWEAN, JAWA DAN MADURA

1. Deskripsi Masalah
“Barangsiapa yang diundang dalam acara walimah, maka datangilah.” Demikian
pesan singkat dalam sebuah hadits yang dijadikan tendensi ulama’ untuk merumuskan
anjuran menghadiri walimah. Realita di masyarakat beraneka ragam cara mereka
menghadiri walimah, diantaranya :
A. Datang ke walimah dengan menemui tuan rumah, makan, kemudian langsung pamit
tanpa mengikuti acara secara penuh. Sebelum pulang, sebagian terlebih dahulu
menyempatkan diri untuk berfoto-foto bareng dengan kedua mempelai karena
beberapa pertimbangan, ada juga yang tidak pamit terlebih dahulu.
B. Sebagian menghadiri walimah dengan menemui penerima tamu, tanpa bertemu
langsung dengan pihak tuan rumah karna memandang shohibul hajah bukan orang
sembarangan seperti pejabat tinggi atau tokoh masyarakat, menikmati hidangan,
kemudian pamit pulang. Karena berbagai faktor, sebagian tidak pamit terlebih
dahulu.
C. Karna berbagai kendala, sebagian tidak bisa memasuki area acara walimah.
Biasanya hanya berada di masjid, mushalla, atau hanya di tempat parkir.

Pertanyaan :
1. Apakah model-model di atas sudah dianggap cukup dalam menghadiri walimah baik
yang wajib maupun sunnah?
2. Mempertontonkan mempelai wanita dalam majlis walimah apakah dapat
menggagalkan kewajiban menghadiri walimah?

2. Deskripsi Masalah
Bapak Suwoto memiliki putra yang diberi nama Muhammad Shofwan. Pada masa
kecilnya Muhammad Shofwan sering sakit-sakitan. Hingga suatu hari para tetangga
menganjurkan bapak Suwoto untuk menambah nama “Sholeh” pada nama anaknya.
Mereka beranggapan bahwa sakitnya Muhammad Shofwan disebabkan “kaberre’en
nyama” dan penambahan nama gudel dipercaya dapat menjadi solusi atas sakitnya
Muhammad Shofwan.
Atas usulan tetangga akhirnya nama gudel ditambahkan didepan Sholeh Muhammad
Shofwan. Dan sejak saat itu dia menjadi lebih sehat dan jarang sakit.

Pertanyaan :
1. Bolehkan bagi orang tua menambah nama gudel seperti kasus di atas?
2. Apakah dalam syari’at juga dikenal dengan istilah “kaberre’en nyama” dan gimana
solusinya?

Soal Bahtsul Masail Antar Santri Bawean, Jawa, dan Madura 1


3. Deskripsi Masalah
Banyak diperbagai pesantren membuat kalender atau poster yang menyangkut acara-
acara di pesantren tersebut. Yang mana lembaran-lembaran kalender atau poster tersebut
tertera foto yang kita ta’dzimi, seperti kiai dan para dzurriyyahnya, serta para habaib, dan
orang-orang sholeh.
Namun, ketika masanya sudah tidak berlaku lagi atau poster yang dibuat acaranya
sudah selesai, sering dijumpai teman-teman santri membuang kalender atau poster tersebut
ke tong sampah, digunting-gunting sebagai bahan dekor, dll.

Pertanyaan :
1. Apakah hukum membuang atau melakukan hal-hal yang tidak pantas pada foto yang
kita ta’dzimi?
2. Sebatas mana ta’dzim kita kepada mereka?

4. Deskripsi Masalah
Problematika Penggarapan Sawah
Pak Yahya adalah orang yang punya banyak sawah yang didapatnya sejak turun
temurun dari nenek moyangnya, hasil melimpah yang didapat dari hasil sawahnya membuat
Pak Yahya menjadi orang kaya, oleh karena itu Pak Yahya enggan menggarap sawahnya
sendiri hingga sawah yang ia punya digarap oleh tetangganya yang bernama Pak Misto.
Pak Misto menggarap sawah yang dimiliki Pak Yahya dengan imbalan nanti kalau sudah
panen memberikan hasil panen sawah yang dikelola kepada Pak Yahya.

Pertanyaan :
1. Apa bentuk penggarapan sawah yang dilakukan Pak Misto menurut pandangan
Fiqih?
2. Apa status hasil penggarapan yang diberikan Pak Misto pada Pak Yahya?
3. Bagaimana sebenarnya akad yang benar dalam hal mengelola persawahan?

5. Deskripsi Masalah
Di sebuah desa terdapat salah satu anak yatim yang bernama Umam, dia ditinggal
wafat oleh ayahnya sejak dia berusia 7 tahun. Kemudian dia hidup sebatangkara dengan
ibunya, keluh kesah senang duka dia lewati bersama ibundanya. Di samping rumah Umam,
juga terdapat anak yang bernasib sama dengan Umam, yang namanya Ahmad. Hanya saja
yang wafat dari Ahmad adalah ibunya.
Tibalah pada bulan Muharram tanggal 10. Dimana banyak simpatisan yang
menyantuni anak-anak yatim. Dan termasuk dalam undangan panitia itu Umam. Hingga
membuat Umam sedikit bahagia atas santunan tersebut. Tapi tidak bagi Ahmad, panitia
tidak memberikan undangan pada Ahmad, sehingga hal tersebut membuat Ahmad iri pada
Umam.

Pertanyaan :
1. Siapa saja sebenarnya yang termasuk anak yatim menurut pandangan fiqih?
2. Apakah Ahmad juga berhak mendapatkan santunan anak yatim di atas?
3. Bolehkan bagi kita memberikan santunan atas nama anak yatim, bagi seorang anak
yang ditinggal merantau bertahun-tahun oleh orang tuanya dengan alasan merasa
iba padanya?

Soal Bahtsul Masail Antar Santri Bawean, Jawa, dan Madura 2


6. Deskripsi Masalah
Syarif merupakan salah satu santri di pondok pesantren di Jawa Timur. Dia rela
meninggalkan keluarganya untuk menuntut ilmu, selama 10 bulan. Dan tibalah pada bulan
Sya’ban dimana semua santri diperkenankan pulang untuk menemui keluarganya di
kampung halaman.
Syarif pun memilih jalur laut untuk tiba di kampung halamannya. Untuk memperirit
uang saku yang ada. Ketika sampai di pelabuhan dia langsung menuju loket penjualan tiket.
Namun sial menimpa Syarif sebab tiket sudah ludes dua hari yang lalu. Hingga membuat
Syarif bingung.
Di tengah-tengah kebingungan yang menimpa Syarif tiba-tiba ada suara yang
memanggil yang ternyata suara itu berasal dari teman lamanya Syarif yaitu Muhib.
Kemudian Muhib menawarkan tiket pada syarif tapi dengan harga dua kali lipat lebih mahal
dari yang biasanya, namun dengan alasan dhorurat/kepepet maka Syarif pun membelinya
walaupun dengan perasaan kesal dan kecewa.

Pertanyaan :
1. Bagaimana hukum mu’amalah pada kasus di atas, mengingat prinsip jual beli dengan
prinsip ‫تراض‬ ‫? انما البيع عن‬
2. Bolehkan bagi Syarif membeli tiket pada Muhib dengan harga dua kali lipat lebih
mahal dengan alasan dhorurat/kepepet ?

7. Deskripsi Masalah
Dewasa ini kecanggihan teknologi semakin maju dan canggih, Al Qur’an bukan saja
berbentuk lembaran-lembaran, lebih dari itu sekarang sudah muncul teknologi yang
memungkinkan kita mendatangkan Al Qur’an dalam genggaman kita. Sudah marak
bermunculan beragam aplikasi yang berisi Al Qur’an baik berupa suara (mp3) / lembaran Al
Qur’an secara langsung. Sebut saja Oyek Pohong bin Syueb Al-Bothyl. Dia beranggapan
bahwa Al Qur’an seperti di atas tidak wajib dimuliakan karena bukan termasuk Al Qur’an.
“Al Qur’an model opo iki le? Iki mek HP seng onok gambar Al Qur’an, gosok en mari wes
aplikasine”.

Pertanyaan :
1. Apakah Al Qur’an yang ada di HP wajib dimuliakan? Sehingga ketika ingin
menyentuhnya harus mempunyai wudhu’?
2. Apakah bisa dibenarkan perkataan Oyek Pohong bin Syueb Al-Bothyl?

Soal Bahtsul Masail Antar Santri Bawean, Jawa, dan Madura 3

Anda mungkin juga menyukai