43. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan
junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika
kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air
atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat
air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah
mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha
Pengampun.
[301] Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan
untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi.
Dalam Tafsir Al-Azhar dijelaskan bahwa Asbab an-Nuzul ayat ini ialahkasus
seorang muslim yang mengerjakan shalat padahal dia sedang
dalamkeadaan mabuk, sehingga ia mengucapkan kata-kata yang salah
sehingga maknanyapun jadi salah.
Kasus ini merupakan pengantar bagi diharamkannya minum khamaritu
secara final dan setelah ini pulalah Allah mengharamkannya secara
tuntasmelalui ayat yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya meminumkhamar,
berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundinasib dengan panah
adalah perbuatan-perbuatan keji yangtermasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah
perbuatanperbuatanitu
agar
kamu
mendapat
keberuntungan.Sesungguhnya
syaitan
itu
bermaksud
hendak
menimbulkanpermusuhan
dan
kehencian
di
antara
kamu
lantaranmeminum khamer dun berjudi itu dan menghalangi kamudari
mengingat Allah dan sembahyang. Maku berhentilahkamu mengerjakan
perbuatan ilu. (Surat Al-Maidah ayat 90-91)
Dari larangan di atas nyatalah, bahwa Allah Swt. mengkategorikan, judi,
berkorban untuk berhala dan bertenung (mengundi nasib) sama
dengankhamar. Oleh Allah Swt. semua hal ini dihukumkan sebagai
berikut:
1. Keji dan menjijikkan, sehingga harus dihindari oleh setiap orang
yang mempunyai pikiran waras
2. Perbuatan, godaan dan tipu daya syaitan.
BAB II
ISI
dokter
muslimmempunyai
tanggung
jawab
moral,
untuk
menggantikan obat bebasalkohol, selama upaya di atas belum
berhasil.
4. Untuk memudahkan konsumen/pasien memilih sediaan obat
dankosmetika bebas alkohol, adanya alkohol dalam sediaan obat
dankosmetika harus dicantumkan dalam daftar bahan.
5. Pemakaian alkohol untuk obat luar dan kosmetika dapat diterima,
karenaia segera lenyap/menguap setelah diaplikasikan.
HUKUM ALKOHOL DALAM MAKANAN DAN MINUMAN
Hukum pemanfaatan alkohol dalam makanan
Jika dilihat dari penggunaannya, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kriteria sebagai berikut;
a) Jika makanan atau buah-buahan mengandung alkohol alami, maka
hukumnya boleh diminum. Seperti dalam buah duren, jeruk, nangka,
dsb. Akan tetapi jika difermentasikan dengan membiarkan sehingga
alkoholnya
meningkat
dan
memabukkan,
maka
hukum
meminumnya haram.
Syaikh Yusuf Qardhawi menerangkan: Makanan-makanan yang
disebutkan dalam hadits seperti anggur, korma, madu, jagung, serta
gandum bukanlah benda-benda haram. Kemubahan benda-benda
semacam ini juga berdasarkan keumuman nash-nash al-Quran
yang membolehkan manusia menikmati apa saja yang ada di muka
bumi ini, kecuali makanan-makanan yang diharamkan untuk
dikonsumsi. Sehingga lahir kaedah ushul fiqh, Asal segala sesuatu
adalah mubah, selama tidak ada dalil yang mengharamkannya.
Akan tetapi ketika makanan-makanan yang mubah ini (jagung,
korma, jagung, dan lain-lain) diproses dengan proses tertentu, ia
menghasilkan benda lain yang memabukkan (khamer). Maka Allah
mengharamkannya karena sudah berubah menjadi dzat yang
memabukkan.
b) Makanan yang mengandung alkohol tinggi (khamr). Maka Hal ini
jelas kedudukan hukumnya haram, karena termasuk dalam kategori
khamr. Seperti roti yang dibuat dari adonan yang dicampur dengan
rhum dengan kandungan alkohol 30%. Contohnya di kue-kue ultah
impor semisal Butter Rhum Cake.
c) Alkohol yang termasuk dalam kategori khamr jika digunakan
sebagai campuran berbagai macam aneka makanan olahan, maka
DAFTAR PUSTAKA
http://mui.or.id/wp-content/uploads/2014/11/29.-Hukum-Alkohol.pdf
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/26/jtptiain-gdl-s1-2006rojafaozan-1272-bab2_210-4.pdf
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/26/jtptiain-gdl-s1-2006rojafaozan-1272-bab2_210-4.pdf
http://www.kiblat.net/2014/03/27/hukum-alkohol-dalam-makanan-danminuman/
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/198111092005011SAEPUL_ANWAR/Artikel,_dll/MAKANAN_DAN_MINUMAN_DALAM_ISLAM.pdf
Fatwa MUI no 4 tahun 2003. MUI menggunakan dasar dengan sandaran
kaedah: Al washilatu ilal haram haramun (segala sesuatu jalan menuju
haram adalah haram)