NIM : 19137005
Secara sederhana, makanan halal adalah makanan yang dapat dikonsumsi oleh
manusia yang dibenarkan oleh syariat Islam, sehingga makanan yang diharamkan
oleh Islam tidak boleh dikonsumsi oleh manusia.
Bila mengacu pada definisi oleh Departmen Agama, makanan halal adalah suatu
barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau diminum manusia dan serta bahan
yang digunakannya adalah halal.
Landasan terkait makanan halal terdapat pada Q.S. Al-Maidah ayat 88 yang artinya,
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rezekikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada Nya.”
Pertama, Halal Li Zatihi atau Halal dari sisi zat, yaitu sebuah makanan dan
minuman tergolong halal apabila ia merupakan makanan yang bahan dasarnya
berasal dari hewan atau tumbuhan yang tidak diharamkan dalam Islam. Maka dalam
hal ini seperti Babi, Alkohol, dan segala makanan lainnya yang diharamkan tidak
akan masuk pada kriteria ini.
Kedua, Cara memperolehnya halal, yaitu proses untuk mendapatkan makanan
tersebut tidak boleh melalui proses yang diharamkan dalam Islam seperti mencuri,
menipu dan sebagainya. Meskipun makanan tersebut secara zat tergolong halal
namun apabila ia berasal dari hasil mencuri atau menipu maka makanan tersebut
tidak masuk kategori ini.
Ketiga, Cara memprosesnya halal, yaitu cara menuju makanan itu menjadi siap
makan haruslah melalui proses yang halal. Seperti ketika melakukan penyembelihan
harus mengucapkan bismilah atau tidak menambahkan apapun yang berbahaya
seperti bahan pewarna tekstil dan sebagainya.
Makanan halal dalam Islam secara umum jumlahnya lebih banyak dibandingkan
makanan yang diharamkan. Selama mengandung keempat kriteria di atas maka
tidak akan masalah untuk mengkonsumsinya. Namun, ada beberapa jenis makanan
yang memang diharamkan meskipun ada beberapa yang diperbolehkan baik dari
segi zat ataupun dari segi situasi dan kondisi alias dharuriyat. Apa saja makanan
tersebut?
Bangkai
Secara umum bangkai adalah potongan tubuh atau hewan yang mati karena sebab
tertentu dan bukan mati karena disembelih dengan nama Allah. Sehingga bila ada
hewan yang mati karena sebuah insiden seperti kecelakaan, jatuh dari ketinggian
ataupun tenggelam maka ia dilarang untuk dikonsumsi. Meskipun dalam hal ini ada
pengecualian yaitu bangkai ikan yang halal untuk dikonsumsi.
Daging Babi
Jenis makanan yang satu ini agaknya sudah familiar diketahui bahwa ini tergolong
makanan haram. Karena Babi adalah makhluk kotor. Bahkan ia memakan
kotorannya sendiri. Babi juga memiliki cacing pita yang membahayakan tubuh
manusia. Daging babi hanya boleh dimakan apabila keadaan sudah pada kondisi
yang darurat. Seperti tidak ada makanan lagi dan satu-satunya yang ada adalah
daging babi. Apabila ia tidak makan maka akan mempertaruhkan nyawanya
sehingga dalam kasus ini mengkonsumsi daging babi diperbolehkan. Tapi, konsumsi
daging babi tersebut hanya sebatas menghilangkan lapar saja bukan untuk
dinikmati.
Darah
Zat yang satu ini memang diharamkan dalam Islam sehingga dilarang untuk
dikonsumsi. Darah diharamkan karena tergolong dalam kategori najis. Namun, bila
darah difungsikan untuk melakukan penyembuhan atas suatu penyakit maka hal
tersebut pengecualian sehingga diperbolehkan meskipun lebih baik dihindarkan.
Bila seekor hewan atau binatang tidak disembelih dengan nama Allah maka ia
tergolong haram untuk dikonsumsi. Dalil atas larangan ini terdapat pada Q.S. Al-
An’am ayat 121 yang artinya, “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang
yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan
yang semacam itu adalah suatu kefasikan“.
Bismillahirahmanirahim
“Hai orang-orang yang beriman makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat dibumi. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (QS.Al Baqarah:168)
Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya.
Dalam ayat diatas Allah menyerukan agar manusia memakan yang terbaik.
Makanan yang terbaik maksudnya tidak hanya halal namun juga baik. Makanan
yang halal saja belum tentu baik atau cocok dimakan untuk semua orang. Meskipun
dalam ayat diatas menyebutkan tentang makanan saja namun dalil ini juga bisa
menjadi dalil tentang minuman juga.
Bismillahirahmanirahim
“Hai orang-orang yang beriman makanlah dari rezki yang baik-baik yang kami
berikan kepada kamu, dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepada Allah
kamu menyembah”(QS. Al Baqarah: 172)
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya
Dalam ayat diatas Allah menyuruh manusia agar makan dan minum yang baik-baik
dan setelah itu bersyukurlah sebagai bentuk penghambaan kita kepada-Nya.
Dalam Alquran telah dikatakan dengan jelas, bahwa minuman yang halal lagi baik
adalah minuman yang tidak memabukan. Ini berarti minuman keras dalam
islam seperti khamar adalah haram hukumnya, sebagaimana ayat di bawah ini:
Bismillahhirahmanirahim
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi (berkorban untuk
berhala) dan mengundi nasib adalah perbuatan yang keji, perbuatan syaitan maka
jauhilah perbuatan tersebut agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al Maidah :
90)
Dalam hadist Nabi SAW bersabda:
“Sesuatu yang memabukan dalam keadaan banyak maka dalam keadaan sedikit
juga haram”. (HR. An Nasai, Abu Daud, At Thurmuzi)
Dari hadist di atas jelas disebutkan bahwa minuman yang halal lagi baik adalah
minuman yang tidak memabukan. Baik dalam kadar yang banyak maupun yang
sedikit.
“Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di muka bumi dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi mu.(QS: Al Baqarah: 168)
Apa saja minuman halal dalam islam tersebut, berikut katagorinya:
Minuman yang baik dan halal akan menjaga tubuh dan jiwa dari hal buruk yang akan
menjauhkan manusia dengan sang penciptanya. Minuman sejatinya menyehatkan
dan berguna untuk kebutuhan tubuh dalam mengolah energi sehingga tubuh bisa
berproses dengan sempurna dan menyehatkan organ-organ yang terdapat dalam
tubuh manusia itu sendiri. Beberapa manfaat yang bisa didapat dari mengosumsi
minuman halal lagi baik adalah :
Masalah narkoba, walaupun tidak secara detail diatur dalam Al-Qur’an, tetapi
tetap diatur dalam hukum Islam berdasarkan kajian-kajian ulama besar Islam
yang memang mengerti dan memahami tata cara menentukan halal dan
haram dengan menyamakan atau menetapkan hukum suatu perkara yang
baru, yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan
sebab, manfaat, bahaya dengan perkara terdahulu sehingga dihukum sama
(Qiyas).
Pertama: Allah Ta’ala berfirman,
َ يل هَّللا ِ َواَل ُت ْلقُوا ِبأ َ ْيدِي ُك ْم إِلَى ال َّت ْهلُ َك ِة ۛ َوأَحْ سِ ُنوا ۛ إِنَّ هَّللا َ ُيحِبُّ ْالمُحْ سِ ن
ِين ِ َوأَ ْنفِقُوا فِي َس ِب
َو َمنْ َت َحسَّى ُسمَّا َف َق َت َل َن ْف َس ُه َف ُس َّم ُه,ار َج َه َّن َم َي َت َردَّى فِي َها َخالِ ًدا م َُخلَّ ًدا في َها اَ َب ًدا
ِ َمنْ َت َردَّى مِنْ َج َب ٍل َف َق َت َل َن ْف َس ُه َفه َُو في َن
ْ ُ َ
ِ و َمنْ َق َت َل َن ْف َس ُه ِب َح ِد ْي َد ٍة َف َح ِد ْي َد ُت ُ{ه فِي َي ِد ِه َي َت َوجَّ أ في َبط ِن ِه فِيْ َن,ار َج َه َّن َم َخالِ ًدا م َُخلَّ ًدا في َها أ َب ًدا
ار ِ في َي ِد ِه َي َت َحسَّاهُ في َن
َج َه َّن َم َخالِ ًدا م َُخلَّ ًدا فِ ْي َها أَ َب ًدا
D. رار
َ ِض َر َر وال ض
َ ال
Menurut ajaran Islam, mengenakan pakaian ganti untuk pakaian aurat, dan
perhiasan untuk memperindah jasmani seseorang. Sejauh yang telah ditegaskan
Allah Swt, dalam firman-ya:
ً
ِ ي َبنِيْ ~ ا َد َم َق ْداَ ْن َز ْل َنا َعلَ ْي ُك ْم لِ َباثاي َُو
ُاريْ َس ْوا ِت ُك ْم َو ِر ْي ًش َاولِ َباس
٢ :ت هللا لَ َعلَّ ُه ْم َي َّذ َُّكر ُْو َن﴿ األءاف َ ِذل َِك َخ ْي ٌر ْطذل
ِ ك ِم ْنااي
Berarti:
Ayat tersebut telah memberikan referensi cara menempatkan dituntut oleh sifat
takwa, yaitu untuk menutup aurat dan menutup rapi, sehingga tampak simpati dan
berwibawa serta anggun untuk dilihatnya, bukan menggiurkan dibuatnya.
Berikut ini adalah contoh atau cara Pakaian yang harus digunakan atau digunakan
oleh seorang Wanita
PAKAIAN WANITA
Seorang wanita menghargai berbusana baik dan serasi jika mereka senantiasa
menggunakan pakaian yang cocok dengan usia dan kepribadiannya masing-masing.
Pegangan utama yang perlu diperhatikan di dalamnya adalah tidak perlu berlebihan
dan lebih baik dari yang bisa diterima.
Menurut ajaran islam, aurat wanita islam adalah seluruh badannya, kecuali muka
dan telapak tangan jadi wajib bagi wanita islam yang menggantikan beberapa
bagian badannya dan menutup dadanya dengan kerudung.
Contoh adabaliknya Didalam ajaran Isalam, hanya memilih kain penutup badan,
bukan hanya mode atau tren yang hanya mengikuti perkembangan zaman.
Islam mengajarkan tata cara atau adabaliknya yang sesuai dengan agama, baik
moral, indah dilihat dan nyaman digunakan serta tidak dapat mengumbar nafsu
lawan jenis.
b) Pakailah pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak akan menimbulkan kesan
kumal dan dekil, yang akan berdampak terhadap pergaulan dengan wijen
d) Tidak dapat mengubah pakaian wanita untuk pria, atau pakaian pria untuk wanita
e) Tidak cocok dengan pakaian Pendeta Yahudi atau Nasrani, dan atau
melambangkan pakaian kebesaran agama lain
f) Tidak terlalu ketat dan transparan, begitu terkesan ingin selalu membalikkan kulit
atau mempertontonkan kelembutan kulitnya
h) Sebelum memakai pakaian, lanjutkan doa terlebih dahulu, lanjutkan ini adalah
contoh doa sebelum kita pakai pakaian:
Berikut adalah Syarat-syarat berpakaian bagi seorang wanita antara lain sebagai
berikut :
Ilmu fikih menegaskan bahwa aurat laki-laki yaitu diantara pusar sampai lutut
sehingga pakaian pria tidak sama dengan pakaian wanita dalam menutupi auratnya.
Pakaian lelaki pada umumnya adalah sebagai berikut:
Kemeja dan celana panjang disertai dengan dasi.
Jas (jika untuk pakaian resmi).
Kemeja batik usahakan lengan panjang
Pakaian bergaya timu, seperti gamis, kemudian disertai sorban.
Ulama mengharamkan kaum lelaki menggunakan perhiasan emas dan
pakaian sutra.
Tidak dibolehkan menggunakan sutera dan emas bagi kaum lelaki berdasarkan
hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana beliau Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil kain sutera dan memegangnya
dengan tangan kanannya sedangkan emas dipegang dengan tangan kirinya
kemudian Beliau bersabda :
Berikut ini adalah adab yang tidak dibolehkan oleh laki-laki - laki-laki tanpa
perempuan secara umum.
1. Tidak dibolehkan untuk laki-laki untuk memanjangkan pakaian atau celana
panjang, burnus (sejenis mantel yang bertudung kepala) atau jubah sampai melebihi
mata kaki. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam:
Allah sertakan dalam ayat pengharaman itu, akibat-akibat buruk dari berjudi.
Akibat buruk yang dinyatakan berkaitan dengan perkara yang dianggap penting
dalam Islam iaitu menjaga kesatuan, persaudaraan dan mendirikan solat. Oleh
kerana perkara ini adalah penting dalam Islam, maka apa jua yang boleh
merosakkannya adalah suatu yang dipandang berat.
Dalam Al-Maidah : 90-91, Allah bukan hanya perintah agar menjauhi judi bahkan
Ia memperkuatkan perintah tersebut dengan seruan agar meninggalkannya
sebagai penegasan.
2. Mencuri
Mencuri berarti mengambil sesuatu yang bukan haknya secara sembunyi-sembunyi
tanpa sepengetahuan pemiliknya. Secara hukum, mencuri adalah perbuatan yang
dilarang oleh negara. Begitupun dalam pandangan islam. Mencuri merupakan dosa
dan tidak sesuai rukun iman, rukun islam, dan fungsi agama. Allah Ta’ala berfirman
dalam Al-Quran yang artinya:X
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.” (QS.al-
Baqarah: 188).
Pada dasanya hukum mencuri adalah dosa. Tidak dianjurkan dan dilarang secara
agama. Sebab perbuatan mencuri ini merugikan pihak lain. Bahkan dapat
menyebabkan pertumpahan darah. Maka itu, untuk memberikan efek jera maka
islam memberikan hukuman pada seorang pencuri berupa potong tangan. Tentu
saja hukuman ini tidak serta-merta dibuat begitu saja. Namun mengacu ayat Al-
Quran yang artinya:
3. Suap meyuap
Dari beberapa pengertian di atas, bisa kita simpulkan bahwa suap adalah harta yang
diperoleh karena terselesaikannya suatu kepentingan manusia (baik untuk
memperoleh keuntungan maupun menghindari kerugian atau bahaya) yang
semestinya harus diselesaikan tanpa imbalan.
Praktik suap menyuap di dalam agama Islam hukumnya haram berdasarkan dalil-
dalil syar’i berupa Al-Qur’an, Al-Hadits, dan ijma’ para ulama. Pelakunya dilaknat
oleh Allah dan Rasul-Nya.
“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak
memakan yang haram. jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk
meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau
berpalinglah dari mereka……”. (QS. Al-Maidah: 42).
Penafsiran ini semakna dengan firman Allah Ta’ala di dalam surat Al-Baqarah ayat
188 yang menjelaskan haramnya memakan harta orang lain dengan cara yang
bathil.
Allah Ta’ala berfirman:
)188( َاس ِباإل ْث ِم َوأَ ْن ُت ْم َت ْعلَ ُمون ِ َوال َتأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِبا ْل َباطِ ِل َو ُتدْ لُوا ِب َها إِلَى ا ْل ُح َّك ِام لِ َتأْ ُكلُوا َف ِري ًقا مِنْ أَ ْم َو
ِ ال ال َّن
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-
Baqarah: 188).
Akan tetapi hukum suap akan berbeda dan berubah menjadi halal apabila tidak
mengandung unsur kezholiman terhadap hak orang lain sedikit pun. Seperti
memberikan suap untuk mengambil sesuatu dari haknya yang terhalang atau
dipersulit oleh pihak tertentu, atau melakukan suap karena untuk mencegah bahaya
yang lebih besar atau mewujudkan manfaat (yang sesuai dengan syariat) yang
besar. Dalam keadaan seperti ini maka si pemberi suap tidak berdosa dan tidak
terlaknat. Dosa suap menyuap dan laknat Allah tersebut hanya ditimpakan kepada
penerima suap.
Maka dari itu, sebagai contoh, apabila ada seseorang sudah ikut proses penerimaan
PNS dengan benar kemudian ia diterima, atau ada seseorang telah mengajukan
permohonan KTP, SIM, PASPOR kepada pihak yang berwenang dengan syarat-
syarat administrasi yang lengkap. Namun pada saat pengambilan hak nomor NIP
tidak bisa keluar, atau SIM, KTP, dan PASPOR tidak dapat diperoleh karena pihak
berwenang meminta sejumlah uang. Dalam keadaan seperti ini, hendaknya ia
melaporkan kasus tersebut kepada pihak-pihak terkait yang berwenang mengawasi,
menegur dan menjatuhkan sanksi kepada mereka serta memberikan hak kepada
para pemilik hak. Akan tetapi jika seseorang hidup di suatu Negara yang tidak bisa
memberikan jaminan hak kepada yang berhak menerimanya, maka pada kondisi
seperti ini dibolehkan bagi calon PNS, dan orang yang mengajukan permohonan
SIM, KTP dan PASPOR tersebut untuk membayar sejumlah uang kepada pihak
berwenang agar Ia bisa mempunyai NIP dan memperoleh KTP, SIM dan PASPOR.
Ia tidak menzhalimi siapapun, suap tersebut ia lakukan karena terpaksa dan hanya
untuk mengambil hak dia saja. Ia tidak berdosa. Dosa hanya ditimpakan kepada
pihak berwenang. Wallahu a’lam bish-showab.
4. HUKUM GAJI DARI PEKERJAAN YANG DIPEROLEH KARENA SUAP
Kita semua telah sepakat bahwa mendapatkan pekerjaan dengan jalan suap
padahal ia tidak berhak mendapatkannya adalah haram hukumnya. Karena
terkandung di dalamnya perbuatan menzholimi hak orang lain yang semestinya
diterima dan mendapatkan pekerjaan itu namun ia terhalang dan tertolak lantaran
ada orang lain yang menyuap panitia atau pihak penerimaan para karyawan atau
pegawai.
Namun yang menjadi permasalahan di sini, apakah gaji dari pekerjaan yang
diperoleh dengan suap itu juga selamanya haram bagi si pemberi suap atau bisa
berubah menjadi halal? Atau dengan kata lain, apakah suap itu merupakan sesuatu
yang terpisah dan dosanya tidak berpengaruh terhadap status gajinya?
Maka kita katakan, bahwa jika orang yang memberi suap itu adalah orang yang
berhak dan tepat terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya itu, maka gaji
yang didapatnya adalah HALAL karena gaji itu merupakan imbalan bagi
pekerjaannya. Dan disyaratkan untuk kehalalan gajinya itu adalah ia bekerja dengan
baik dan melakukan tuntutan pekerjaannya. Apabila ia tidak melaksanakan tuntutan
kerja dan tidak bekerja dengan baik, maka hukum gajinya adalah haram. Karena ia
telah menyia-nyiakan amanah pekerjaan yang dibebankan kepada dirinya.
Namun sebaliknya, jika si pekerja yang mendapatkan pekerjaan dengan jalan suap
itu tidak berhak diterima karena tidak professional terhadap pekerjaannya dan
selama mengemban amanah kerja, ia tidak pernah menunaikannya dengan baik dan
benar, maka hukum gaji yang diperolehnya itu HARAM.
4.Korupsi
Korupsi ialah menyalahgunakan atau menggelapkan uang/harta kekayaan umum
(negara,rakyat atau orang banyak) untuk kepentingan pribadi. Praktik korupsi
biasanya dilakukan oleh pejabat yang memegang suatu jabatan pemerintah. Dalam
istilah politik Bahasa arab, korupsi sering disebut “al-fasad atau riswah”. Tetapi yang
lebih spesifik adalah “ikhtilas atau “nahb al-amwal al-ammah”.
Islam diturunkan Allah SWT adalah untuk dijadikan pedoman dalam menata
kehidupan umat manusia, baik dalam berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara.
Tidak ada sisi yang tidak diatur oleh islam. Aturan atau konsep itu bersifat mengikat
bagi setiap orang yang mengaku muslim. Konsep islam juga bersifat totalitas dan
komprehensif, tak boleh dipilah-pilah seperti yang dilakukan kebanyakan pada
zaman sekarang. Mengambil sebagian dan membuang bagian lainnya, adalah sikap
yang tercela dalam pandangan islam sebagaimana disebutkan dalam surat al-
baqoroh:85.
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akan arti kesucian, sehingga sangatlah
rasional jika memelihara keselamatan (kesucian) harta termasuk menjadi tujuan
pokok hukum (pidana) islam. Karena mengingat harta mempunyai dua dimensi,
yakni dimensi halal dan dimensi haram. Perilaku korupsi adalah masuk pada
dimensi haram Karena korupsi menghalalkan sesuatu yang haram, dan korupsi
merupakan wujud manusia yang tidak memanfaatkan keluasan dalam memperoleh
rezeki Allah SWT. Dan islam membagi istilah korupsi kedalam beberapa dimensi.
Yaitu risywah (suap), saraqah (pencurian) al gasysy (penipuan) dan khianat
(penghianatan). Yang pertama, korupsi dalam dimensi suap (risywah) dalam
pandangan hukum islam merupakan perbuatan tercela dan juga merupakan dosa
besar serta Allah sangat melaknatnya. Islam tidak menentukan apa hukuman bagi
pelaku suap, akan tetapi menurut fuquha bagi pelaku suap-menyuap ancaman
hukumannya berupa hukuman ta’zir yang disesuikan dengan peran masing-masing
dalam kejahatan.yang kedua, korupsi dalam dimensi pencurian (saraqah), yang
berarti mengambil harta orang lain dalam keadaan sembunyi-sembunyi, artinya
mengambil tanpa sepengetahuan pemiliknya, jadi saraqah adalah mengambil
barang orang lain dengan cara melawan hukum atau melawan hak dan tanpa
sepengetahuan pemiliknya.
Korupsi dalam islam terdapat pengungkapan “ghulul” dan “akhdul amwal bil bathil”,
sebagaimana disebutkan oleh al-qur’an dalam surat al-baqarah:188.
“dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa urusan harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui”.
Dalam hadist ubadah bin ash shamit radhiyallahu anhu, bahwa nabi SAW bersabda
yang artinya: “......(karena) sesunggunhya ghulul (korupsi) itu adalah kehinaan, aib
dan api neraka bagi pelakunya
Sedangkan dalam hadist lebih kongret lagi, dinyatakan bahwa rasulullah SAW
bersabda: “Allah melaknat penyuap, penerima suap dalam proses hukum.”
Tidaklah Allah SWT melarang sesuatu, melainkan di balik itu terkandung keburukan
dan mudharat (bahaya) bagi pelakunya. Begitu pula dengan perbuatan ghulul
(korupsi), tidak luput dari keburukan dan mudharat tersebut.