Anda di halaman 1dari 21

NAMA : Azizah Seprianti

NIM : 19137005

JURUSAN : Teknik Pertambangan

MATA KULIAH : Pendidikan Agama Islam (Jumat,07.00-09.40)

TUGAS RESUME TENTANG HALAL DAN HARAM DALAM ISLAM

A. Konsep Makanan dalam Islam

1. Makanan Halal dan Landasannya

Secara sederhana, makanan halal adalah makanan yang dapat dikonsumsi oleh
manusia yang dibenarkan oleh syariat Islam, sehingga makanan yang diharamkan
oleh Islam tidak boleh dikonsumsi oleh manusia.

Bila mengacu pada definisi oleh Departmen Agama, makanan halal adalah suatu
barang yang dimaksudkan untuk  dimakan atau diminum manusia dan serta bahan
yang digunakannya adalah halal.

Landasan terkait makanan halal terdapat pada Q.S. Al-Maidah ayat 88 yang artinya,
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rezekikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada Nya.”

2. Kriteria Makanan Halal

Sebuah makanan tergolong dalam makanan halal bila ia memenuhi beberapa


kriteria. Tentunya kriteria tersebut dilandaskan pada Qur’an dan Sunnah. Lalu, apa
saja kriteria makanan yang tergolong halal?

Pertama, Halal Li Zatihi atau Halal dari sisi zat, yaitu sebuah makanan dan
minuman tergolong halal apabila ia merupakan makanan yang bahan dasarnya
berasal dari hewan atau tumbuhan yang tidak diharamkan dalam Islam. Maka dalam
hal ini seperti Babi, Alkohol, dan segala makanan lainnya yang diharamkan tidak
akan masuk pada kriteria ini.
Kedua, Cara memperolehnya halal, yaitu proses untuk mendapatkan makanan
tersebut tidak boleh melalui proses yang diharamkan dalam Islam seperti mencuri,
menipu dan sebagainya. Meskipun makanan tersebut secara zat tergolong halal
namun apabila ia berasal dari hasil mencuri atau menipu maka makanan tersebut
tidak masuk kategori ini.

Ketiga, Cara memprosesnya halal, yaitu cara menuju makanan itu menjadi siap
makan haruslah melalui proses yang halal. Seperti ketika melakukan penyembelihan
harus mengucapkan bismilah atau tidak menambahkan apapun yang berbahaya
seperti bahan pewarna tekstil dan sebagainya.

Keempat, Cara menyajikan, mengantarkan, serta menyimpan harus hala.


Maksudnya adalah bahwa makanan tersebut meskipun dari segi zat, cara
memperoleh dan memprosesnya sudah dilakukan secara benar sesuai syariat Islam
tapi ketika ia disajikan dengan cara yang salah maka tetap tidak tergolong makanan
halal. Seperti disajikan ke piring yang terbuat dari emas atau disimpan di tempat
yang berbahaya bila kemudian akan dikonsumsi.

Kelima, Cara menyajikan, mengantarkan, serta menyimpan harus hala. Maksudnya


adalah bahwa makanan tersebut meskipun dari segi zat, cara memperoleh dan
memprosesnya sudah dilakukan secara benar sesuai syariat Islam tapi ketika ia
disajikan dengan cara yang salah maka tetap tidak tergolong makanan halal. Seperti
disajikan ke piring yang terbuat dari emas atau disimpan di tempat yang berbahaya
bila kemudian akan dikonsumsi.

3. Makanan yang Tergolong Haram

Makanan halal dalam Islam secara umum jumlahnya lebih banyak dibandingkan
makanan yang diharamkan. Selama mengandung keempat kriteria di atas maka
tidak akan masalah untuk mengkonsumsinya. Namun, ada beberapa jenis makanan
yang memang diharamkan meskipun ada beberapa yang diperbolehkan baik dari
segi zat ataupun dari segi situasi dan kondisi alias dharuriyat. Apa saja makanan
tersebut?

 Bangkai

Secara umum bangkai adalah potongan tubuh atau hewan yang mati karena sebab
tertentu dan bukan mati karena disembelih dengan nama Allah. Sehingga bila ada
hewan yang mati karena sebuah insiden seperti kecelakaan, jatuh dari ketinggian
ataupun tenggelam maka ia dilarang untuk dikonsumsi. Meskipun dalam hal ini ada
pengecualian yaitu bangkai ikan yang halal untuk dikonsumsi.

 Daging Babi

Jenis makanan yang satu ini agaknya sudah familiar diketahui bahwa ini tergolong
makanan haram. Karena Babi adalah makhluk kotor. Bahkan ia memakan
kotorannya sendiri. Babi juga memiliki cacing pita yang membahayakan tubuh
manusia. Daging babi hanya boleh dimakan apabila keadaan sudah pada kondisi
yang darurat. Seperti tidak ada makanan lagi dan satu-satunya yang ada adalah
daging babi. Apabila ia tidak makan maka akan mempertaruhkan nyawanya
sehingga dalam kasus ini mengkonsumsi daging babi diperbolehkan. Tapi, konsumsi
daging babi tersebut hanya sebatas menghilangkan lapar saja bukan untuk
dinikmati.

 Darah

Zat yang satu ini memang diharamkan dalam Islam sehingga dilarang untuk
dikonsumsi. Darah diharamkan karena tergolong dalam kategori najis. Namun, bila
darah difungsikan untuk melakukan penyembuhan atas suatu penyakit maka hal
tersebut pengecualian sehingga diperbolehkan meskipun lebih baik dihindarkan.

 Binatang yang disembelih tidak menyebut nama Allah

Bila seekor hewan atau binatang tidak disembelih dengan nama Allah maka ia
tergolong haram untuk dikonsumsi. Dalil atas larangan ini terdapat pada Q.S. Al-
An’am ayat 121 yang artinya, “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang
yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan
yang semacam itu adalah suatu kefasikan“.

B. Konsep Minuman dalam Islam


1. Dalil Tentang Minuman Halal
Dalam alquran Allah menjelaskan minuman apa yang halal lagi baik untuk manusia.
Meskipun dalam kitab tersebut  tidak semua ayat yang menyebutkan secara jelas
nama dan jenis minumannya, namun  para ulama telah menafsirkan.

Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 168

Bismillahirahmanirahim
“Hai orang-orang yang beriman makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat dibumi. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (QS.Al Baqarah:168)
Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya.
Dalam ayat diatas Allah menyerukan agar manusia memakan yang terbaik.
Makanan yang terbaik maksudnya tidak hanya halal namun juga baik. Makanan
yang halal saja belum tentu baik atau cocok dimakan untuk semua orang. Meskipun
dalam ayat diatas menyebutkan tentang makanan saja namun dalil ini juga bisa
menjadi dalil tentang minuman juga.

Ayat lain Allah berfirman :

Bismillahirahmanirahim
“Hai orang-orang yang beriman makanlah dari rezki yang baik-baik yang kami
berikan kepada kamu, dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepada Allah
kamu menyembah”(QS. Al Baqarah: 172)
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya
Dalam ayat diatas Allah menyuruh manusia agar makan dan minum yang baik-baik
dan setelah itu bersyukurlah sebagai bentuk penghambaan kita kepada-Nya.

Dalam Alquran telah dikatakan dengan jelas, bahwa minuman yang halal lagi baik
adalah minuman yang tidak memabukan. Ini berarti  minuman keras dalam
islam seperti khamar adalah haram hukumnya, sebagaimana ayat di bawah ini:
Bismillahhirahmanirahim
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi (berkorban untuk
berhala) dan mengundi nasib adalah perbuatan yang keji, perbuatan syaitan maka
jauhilah perbuatan tersebut agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al Maidah :
90)
Dalam hadist Nabi SAW bersabda:

“Sesuatu yang memabukan dalam keadaan banyak maka dalam keadaan sedikit
juga haram”. (HR. An Nasai, Abu Daud, At Thurmuzi)
Dari hadist di atas jelas disebutkan bahwa minuman yang halal lagi baik adalah
minuman yang tidak memabukan. Baik dalam kadar yang banyak maupun yang
sedikit.

Syarat Minuman yang Halal


Pada dasarnya minuman itu adalah baik dan halal untuk dikosumsi, asalkan sesuai
dengan syarat dan ketentuannya. Minuman halal adalah tidak mendekatkan kita
pada syaitan, atau  bukan untuk hal yang tidak diridai Allah. Allah berfirman dalam
Alquran:

“Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di muka bumi dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi mu.(QS: Al Baqarah: 168)
Apa saja minuman halal dalam islam tersebut, berikut katagorinya:

 Minuman yang tidak memabukan


sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Alquran: “Mereka bertanya kepada mu
tentang khamar dan judi , katakanlah pada keduanya itu terdapat dosa besar dan
beberapa manfaat pada manusia namun dosa dari keduanya lebih besar dari
menfaatna”.(QS. Al Baqarah 219)
 Minuman halal zat dan prosesnya
Minuman halal adalah minuman yang zat maupun proses mendapatkannya sesuai
aturan islam. Contoh minuman yang halal zatnya adalah: tidak najis, bukan darah,
dan lainnya. Kedua, halal cara mendapatkannya, contohnya: minuman curian atau
sejenisnya. Misalnya teh atau susu, pada dasarnya itu adalah minuman halal,
namun jika didapat dengan cara yang haram maka hukummnya haram.

 Minuman yang tidak membahayakan


Minuman yang tidak membahayakan baik jasmani, rohani maupn akidah, contohnya:
alkohol, atau minuman yang dijampi-jampi untuk merusak aqidah seseorang.

menjaga diri dari dosa besar dalam islam adalah cara menjaga kesehatan hati dan


kesehatan jiwa agar senantiasa berzikir serta meraih tingkatan iman dalam islam.
Manfaat Minuman Halal
Allah mengatur dan menyuruh hambaNYA untuk meminum dan makan yang halal
lagi baik tentu dengan maksud dan tujuan yang baik juga bagi manusia itu sendiri.
Karena makanan yang haram dan tidak bersih tidak saja merusak kesehatan namun
juga merusak hati dan jiwa. Sehingga orang tersebut jauh dari Allah dan sebaliknya
dekat dengan syaitan. Sedangkan syaitan adalah musuh yang nyata.

Minuman yang baik dan halal akan menjaga tubuh dan jiwa dari hal buruk yang akan
menjauhkan manusia dengan sang penciptanya. Minuman sejatinya menyehatkan
dan berguna untuk kebutuhan tubuh dalam mengolah energi sehingga tubuh bisa
berproses dengan sempurna dan menyehatkan organ-organ yang terdapat dalam
tubuh manusia itu sendiri. Beberapa manfaat yang bisa didapat dari  mengosumsi
minuman halal lagi baik adalah :

1. Menyehatkan badan jasmani dan rohani.


2.  Membuat fikiran jernih sehingga bertambah kedekatan dengan sang
pencipta.
3. Mendapat rida Allah SWT. Karena orang yang senantiasa menjauhi
laranganNYA dan melakukan perintahNYA akan selalu dicintai Allah.
4. Memiliki akhlaq dalam islam yang baik karena jauh dari hal yang kotor dan
najis serta sebagai obat hati dalam islam. Hati yang bersih melahirkan akhlak yang
terpuji.
Efek negatif dari minuman haram dan kotor tentu berakibat buruk pada kesehatan,
seperti:
 Menimbulkan penyakit hati menurut islam serta jauh dari tuhan
 Mendekatkan manusia pada keburukan dan kerugian
 Merusak hati, jiwa dan fikiran serta mendapat dosa yang besar dari allah
SWT
Nauzubillah min zalik, semoga Allah melindungi kita dari hal yang demikian.

C. NAZA (Narkotika dan zat Adiktif lainnya) menurut Islam

Dalil Pengaharaman Narkoba


Islam diturunkan langsung oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai agama
yang rahmatan lil alamin, agama yang sempurna dan membawa kita pada
jalan kebenaran. Artinya, Islam telah mengatur segala urusan, baik urusan
duniawi, maupun urusan akhirat agar umatnya tidak tersesat dan salah
bertindak dalam menjalankan kehidupannya.

Islam menggunakan Al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar pedoman hidup


seluruh umatnya. Segala urusan, baik urusan yang kecil hingga urusan yang
besar, baik hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
penciptanya, bahkan hubungan manusia dengan makhluk lainnya telah diatur
didalam Al-Qur’an dan Hadis.

Masalah narkoba, walaupun tidak secara detail diatur dalam Al-Qur’an, tetapi
tetap diatur dalam hukum Islam berdasarkan kajian-kajian ulama besar Islam
yang memang mengerti dan memahami tata cara menentukan halal dan
haram dengan menyamakan atau menetapkan hukum suatu perkara yang
baru, yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan
sebab, manfaat, bahaya dengan perkara terdahulu sehingga dihukum sama
(Qiyas).

Para ulama sepakat haramnya mengkonsumsi narkoba ketika bukan dalam


keadaan darurat. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Narkoba sama halnya
dengan zat yang memabukkan diharamkan berdasarkan kesepakatan para
ulama. Bahkan setiap zat yang dapat menghilangkan akal, haram untuk
dikonsumsi walau tidak memabukkan.”
Dalil-dalil yang mendukung haramnya narkoba:

Pertama: Allah Ta’ala berfirman,
َ ‫يل هَّللا ِ َواَل ُت ْلقُوا ِبأ َ ْيدِي ُك ْم إِلَى ال َّت ْهلُ َك ِة ۛ َوأَحْ سِ ُنوا ۛ إِنَّ هَّللا َ ُيحِبُّ ْالمُحْ سِ ن‬
‫ِين‬ ِ ‫َوأَ ْنفِقُوا فِي َس ِب‬

Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah


kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs.
Al-Baqarah: 195)
َ ‫اض ِم ْن ُك ْم ۚ َواَل َت ْق ُتلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم ۚ إِنَّ هَّللا َ َك‬
‫ان‬ ٍ ‫ار ًة َعنْ َت َر‬ َ ‫ِين آ َم ُنوا اَل َتأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْالبَاطِ ِل إِاَّل أَنْ َت ُك‬
َ ‫ون ت َِج‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
‫ِب ُك ْم َرحِيمًا‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (Qs. An-Nisa: 29).
Dua ayat di atas menunjukkan akan haramnya merusak diri sendiri atau
membinasakan diri sendiri. Yang namanya narkoba sudah pasti merusak
badan dan akal seseorang. Sehingga dari ayat inilah kita dapat menyatakan
bahwa narkoba itu haram.

Kedua, dari Ummu Salamah, ia berkata:


‫ َعنْ ُك ِّل مُسْ ك ٍِر َو ُم َف ِّت ٍر‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َن َهى َرسُو ُل هَّللا‬

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari segala yang


memabukkan dan mufattir (yang membuat lemah).” (HR. Abu Daud).
Dalam istilah para ulama, narkoba termasuk dalam
pembahasan mufattirot (pembuat lemah) atau mukhoddirot (pembuat mati rasa).
Ketiga, dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

‫ َو َمنْ َت َحسَّى ُسمَّا َف َق َت َل َن ْف َس ُه َف ُس َّم ُه‬,‫ار َج َه َّن َم َي َت َردَّى فِي َها َخالِ ًدا م َُخلَّ ًدا في َها اَ َب ًدا‬
ِ ‫َمنْ َت َردَّى مِنْ َج َب ٍل َف َق َت َل َن ْف َس ُه َفه َُو في َن‬
ْ ُ َ
ِ ‫ و َمنْ َق َت َل َن ْف َس ُه ِب َح ِد ْي َد ٍة َف َح ِد ْي َد ُت ُ{ه فِي َي ِد ِه َي َت َوجَّ أ في َبط ِن ِه فِيْ َن‬,‫ار َج َه َّن َم َخالِ ًدا م َُخلَّ ًدا في َها أ َب ًدا‬
‫ار‬ ِ ‫في َي ِد ِه َي َت َحسَّاهُ في َن‬
‫َج َه َّن َم َخالِ ًدا م َُخلَّ ًدا فِ ْي َها أَ َب ًدا‬

Artinya: “Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga


mati, maka dia di neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di
(gunung dalam) neraka itu, kekal selama lamanya. Barangsiapa yang
sengaja menenggak racun hingga mati maka racun itu tetap ditangannya dan
dia menenggaknya di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama
lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi
itu akan ada ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka Jahannam
dalam keadaan kekal selama lamanya.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Hadis ini menunjukkan akan ancaman yang amat keras bagi orang yang
menyebabkan dirinya sendiri binasa. Mengkonsumsi narkoba tentu menjadi
sebab yang bisa mengantarkan pada kebinasaan karena narkoba hampir sama
halnya dengan racun. Sehingga hadits ini pun bisa menjadi dalil haramnya
narkoba.

Keempat, Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

D. ‫رار‬
َ ِ‫ض َر َر وال ض‬
َ ‫ال‬

Artinya: “Tidak boleh memberikan dampak bahaya, tidak boleh memberikan


dampak bahaya.” (HR. Ibnu Majah).
Maksud hadis diatas adalah tidak boleh menimbulkan kemudharatan dan
bahaya terhadap diri sendiri atau orang lain. Oleh karena itu, seseorang tidak
boleh membahayakan dirinya sendiri atau orang lain tanpa alasan yang benar
dan tanpa adanya tindak kejahatan sebelumnya. Wallahu ‘alam. (ima/R02)

Menurut ajaran Islam, mengenakan pakaian ganti untuk pakaian aurat, dan
perhiasan untuk memperindah jasmani seseorang. Sejauh yang telah ditegaskan
Allah Swt, dalam firman-ya:

ً
ِ ‫ي َبنِيْ ~ ا َد َم َق ْداَ ْن َز ْل َنا َعلَ ْي ُك ْم لِ َباثاي َُو‬
ُ‫اريْ َس ْوا ِت ُك ْم َو ِر ْي ًش َاولِ َباس‬

٢ :‫ت هللا لَ َعلَّ ُه ْم َي َّذ َُّكر ُْو َن﴿ األءاف‬ َ ِ‫ذل َِك َخ ْي ٌر ْطذل‬
ِ ‫ك ِم ْنااي‬

Berarti:

“Wahai anak Adam! Kami benar-benar telah menyiapkan pakaian untuk membeli


auratmu dan untuk perhiasan yang sudah ditentukan. Begitulah sebagian besar
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-perjuangan mereka selalui ingat. ” (QS Al-
A'raf: 26)

Ayat tersebut telah memberikan referensi cara menempatkan dituntut oleh sifat
takwa, yaitu untuk menutup aurat dan menutup rapi, sehingga tampak simpati dan
berwibawa serta anggun untuk dilihatnya, bukan menggiurkan dibuatnya.

Berikut ini adalah contoh atau cara Pakaian yang harus digunakan atau digunakan
oleh seorang Wanita

PAKAIAN WANITA

Seorang wanita menghargai berbusana baik dan serasi jika mereka senantiasa
menggunakan pakaian yang cocok dengan usia dan kepribadiannya masing-masing.

Pegangan utama yang perlu diperhatikan di dalamnya adalah tidak perlu berlebihan
dan lebih baik dari yang bisa diterima.
Menurut ajaran islam, aurat wanita islam adalah seluruh badannya, kecuali muka
dan telapak tangan jadi wajib bagi wanita islam yang menggantikan beberapa
bagian badannya dan menutup dadanya dengan kerudung.

Contoh adabaliknya Didalam ajaran Isalam, hanya memilih kain penutup badan,
bukan hanya mode atau tren yang hanya mengikuti perkembangan zaman.

Islam mengajarkan tata cara atau adabaliknya yang sesuai dengan agama, baik
moral, indah dilihat dan nyaman digunakan serta tidak dapat mengumbar nafsu
lawan jenis.

Berikut ini penjelasan tentang Islam:

a) Harus dapat mempertimbangkan persyaratan-persyaratan pakaian yang islami,


yaitu yang dapat disetujui aurat, terutama wanita

b) Pakailah pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak akan menimbulkan kesan
kumal dan dekil, yang akan berdampak terhadap pergaulan dengan wijen

c) Hendaklah mendahulukan anggota badan sebelah kanan, kemudian anggota


badan sebelah kiri

d) Tidak dapat mengubah pakaian wanita untuk pria, atau pakaian pria untuk wanita

e) Tidak cocok dengan pakaian Pendeta Yahudi atau Nasrani, dan atau
melambangkan pakaian kebesaran agama lain

f) Tidak terlalu ketat dan transparan, begitu terkesan ingin selalu membalikkan kulit
atau mempertontonkan kelembutan kulitnya

g) Tidak terlalu berlebihan atau sengaja melampaui lebar kainnya, sehingga


terkesan berat dan rikuh dibutuhkan, disamping dapat mengurangi nilai kepantasan
dan keindahan pemakainya

h) Sebelum memakai pakaian, lanjutkan doa terlebih dahulu, lanjutkan ini adalah
contoh doa sebelum kita pakai pakaian:

Berikut adalah Syarat-syarat berpakaian bagi seorang  wanita antara lain sebagai
berikut :

 Kainnya tidak tipis maupun tembus pandang


 Potongannya tidak ketat atau pas dibadan
 Tertutup aurat atau badannya, kecuali pada muka dan tangannya.
Berikut adalah Fungsi pakaian (khusus bagi wanita) antara lain :
 Menjauhkan wanita dari gangguan atau pelecehan oleh kaum adam.
 Membedakan antara wanita yang berakhlak hina dengan wanita berakhlak
mulia.
 Mencegah timbulnya suatu fitnah bagi kaum wanita.
 Memelihara kesucian diri dan agama wanita yang telah bersangkutan

ADAB BERPAKAIAN LAKI-LAKI

Ilmu fikih menegaskan bahwa aurat laki-laki yaitu diantara pusar sampai lutut
sehingga pakaian pria tidak sama dengan pakaian wanita dalam menutupi auratnya.
Pakaian lelaki pada umumnya adalah sebagai berikut:
 Kemeja dan celana panjang disertai dengan dasi.
 Jas (jika untuk pakaian resmi).
 Kemeja batik usahakan lengan panjang
 Pakaian bergaya timu, seperti gamis, kemudian disertai sorban.
 Ulama mengharamkan kaum lelaki menggunakan perhiasan emas dan
pakaian sutra.
Tidak dibolehkan menggunakan sutera dan emas bagi kaum lelaki berdasarkan
hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana beliau Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil kain sutera dan memegangnya
dengan tangan kanannya sedangkan emas dipegang dengan tangan kirinya
kemudian Beliau bersabda :

ْ‫ْن َح َرا ٌم َعلَى ُذ ُك ْو ِر أَ َّمتِي‬


ِ ‫إِنَّ ه َذي‬.
“Sesungguhnya keduanya adalah haram atas kaum lelaki dari ummatku.” [HR. Abu
Dawud no.
Untuk dapat mebiasakan diri mempraktikkan adab berpakaian secara Islami,
hendaklah terlebih dahulu untuk memperhatikan hal berikut ini :
a) Tanamkan keimanan yang kuat didalam hati kalian semua, agar niat niat yang
baik tidak tergoyahkan
b) Yakinkan dalam hati bahwa menutup aurat bagi seorang muslim dan muslimah
merupakan wajib hukumnya, sehingga akan mendapat dosa bagi yang telah
meninggalkannya
c) Tanamkan keyakinan bahwa Islam tidak bermaksud untuk memberatkan umatnya
dalam berpakaian, bahkan sebaliknya memberikan kebebasan dan juga
perlindungan bagi harkat dan martabat umatnya.
Tanamkan rasa bangga kepada kita karena telah berpakaian sesuai ajaran Islam,
sebagai perwujudan keimanan yang kuat dri diri seorang muslim/muslimah
d) Ayo, mulailah dari sekarang cara berpakain sesuai dengan ajaran agama islam.
PAKAIAN TIDAK DIPERBOLEHKAN OLEH KAUM LAKI-LAKI

Berikut ini adalah adab yang tidak dibolehkan oleh laki-laki - laki-laki tanpa
perempuan secara umum.
1. Tidak dibolehkan untuk laki-laki untuk memanjangkan pakaian atau celana
panjang, burnus (sejenis mantel yang bertudung kepala) atau jubah sampai melebihi
mata kaki. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam:

ِ ‫ار َففِي ال َّن‬


‫ار‬ ِ ‫ َما أَسْ َف َل م َِن ْال َكعْ َبي‬.
ِ ‫ْن م َِن ْاإلِ َز‬
"Kain yang menutupi mata dan tempatnya di Neraka." [SDM. Al-Bukhari no. 5787
dan an-Nasa-i VIII / 207 no. 5331]
2. Dipakai untuk wanita muslimah untuk bisa memanjangkan pakaiannya hingga
bisa dipakai untuk kedua kalinya dan ingin menjulurkan kain kerudung jilbab pada
saat bisa digunakan untuk memastikan leher dan dadanya, perlu firman Allah Azza
wa Jalla:
“Hai Nabi ucapkanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mukmin: 'Dapatkan mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka.' Yang demikian itu mendorong mereka lebih mudah diketahui, karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Maha penyanyand dan Maha Pengampun.
" [Al-Ahzaab / 33: 59]
Dan firman Allah Azza wa Jalla:
“Ucapkanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka yang memegang
pandangan mereka, dan yang mendukung mereka, dan janganlah yang mereka
bahas perhiasan mereka yang biasanya. Dan mendekatlah mereka menutupkan
kain kudung ke dada mereka, dan membuka menampakkan perhiasan mereka,
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka
punyai atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memiliki tekad (terhadap wanita)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.
Dan dari mereka memukulkan kaki mereka agar dapat diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. Dan mohon maaflah kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman meminta kamu beruntung. [An-Nuur / 24: 31]
Seorang muslim tidak dibenarkan untuk menutup kain ke seluruh mantel dan tidak
menyisakan tempat keluar untuk kedua karena Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam meminjam hal ini dan tidak boleh menggunakan sandal, hal ini karena
Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam :
"Janganlah salah seorang di antara kalian berjalan dengan satu sandal saja. Hanya
butuhnya saja menggunakan semua atau melepaskannya sama sekali." [SDM. Al-
Bukhari no. 5856 dan Muslim no. 2097 (68)]
4. Seorang Pria Muslim laki-laki tidak diperbolehkan menggunakan busana
muslimah dan seorang wanita Muslim tidak diperbolehkan menggunakan busana
laki-laki. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
Dia Bersabda:
ِ َ‫ال َو ْال ُم َت َرجِّ ال‬
‫ت م َِن ال ِّن َسا ِء‬ ِ ‫لَ َع َن هللاُ ْالم َُخ َّن ِثي َْن الرِّ َج‬.
"Allah melaknat laki-laki yang berbusana layaknya wanita dan wanita yang
berbusana layaknya laki-laki." [1]
Dan sabda oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang lainnya:
“Allah melaknat laki-laki yang menggunakan busana wanita dan wanita yang
menggunakan busana laki-laki.” [2]
5. Bagi seorang muslim, jika menggunakan sandal maka haruslah memulainya
dengan kaki kanan dan jika perlu melepaskan memulai dengan kaki kiri. Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Jika salah satu di antara kamu menggunakan sandal (sepatu), maka mulailah
dengan yang kanan dan lepaskanlah mulailah dengan yang kiri." [SDM. Al-Bukhari
no. 5855 dan Muslim no. 2097]
 
6. Hendaknya
ُُُ menggunakani baju dari bagian kanan mengizinkan hadits Nabi
ُMuhammad
ُُُ Shallallahu 'alaihi wa sallam katanya bersabda:
ُُُ
َُ َ
‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ُيحِبُّ ال َّت َيم َُّن فِي َت َن ُّعلِ ِه َو َت َر َِج‬
َ ‫هللا‬ َ ‫َك‬
ِ ‫ان َرسُو ُل‬
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memilih mendahulukan yang tepat
kompilasi menggunakan sandal, menyisir, bersuci dan dalam semua
urusannya." [SDM. Al-Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268 (67)]
 
7. Hendaknya kompilasi meggunakan baju baru, sorban (kopiah atau peci) baru, dan
jenis pakaian lain yang baru untuk disetujui do'a. Dan berikut adalah doa nya
kompilasi:
ِّ‫ك مِن‬ َ ُ‫هللا اَل ٰلّ ُه َّم ِا ِّنى اَسْ أَل‬
َ ‫ك مِنْ َخي ِْر ِه َو َخي ِْر َماه َُو لَ ُه َواَع ُْو ُذ ِب‬ ِ ‫ِّ بسْ ِم‬
ِ َ َ َ َ
“Ya Allah, hanya bagimu segala pujian, Engkaulah yang telah menghadiahkanku
pakaian, aku memohon kepada-Mu untuk menjumpai kebaikannya dan manfaat dari
tujuan dibuatnya pakaian ini. Aku berlindung pada-Mu dari kejelekannya dan
kejelekan dari tujuan dibuatnya pakaian ini. ”[3]
Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulisnya adalah 'Abdul Hamid bin'
Abdirrahman as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim
Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Contoh-
Contoh Shafar 1427H - Maret 2006M]
 Lafazh di atas merupakan lafazh yang keliru karena tidak ditemukan lafazh la'ana
Allah, namun yang benar-benar adalah la'ana Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam, yaitu:
ِ َ‫ال َو ْال ُم َت َرجِّ ال‬
‫ت ِّم َنن‬ ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْالم َُخ َّن ِثي َْن م َِن الرِّ َج‬
َ ُّ‫لَ َع َن ال َّن ِبي‬
"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat orang laki-laki yang mengenakan
busana wanita dan wanita-wanita yang mengenakan busana laki-laki." [SDM. Al-
Bukhari no. 5886, 6834, Abu Dawud no. 4930] -pent.
 Berikut ini adalah salah satu yang tercantum pada daftar berikut: (Allah melaknat),
ِ ‫( لَ َع َن َرس ُْو ُل‬Rasulullah melaknat) dan ini adalah Imam al-
padahal yang benar adalah ‫هللا‬
Bukhari, pada saat ini. Abu Dawud
"Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam akan melaknat laki-laki yang
mengenakan busana wanita dan wanita yang menggunakan busana laki-
laki." [SDM. Abu Dawud no. 4098] -penj.
 SDM. Abu Dawud no. 4020, at-Tirmidzi no. 1822, al-Hakim IV / 192 yang telah
menshahihkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabi dari Abu Sa'id al-Khudri
Radhiyallahu anhu.-penj.
Itulah sedikit pembahasan singkat tentang adab Berpakain sesuai dengan agama
islam, yang mana dari pembahasan dapat membuat contoh atau suri tauladan untuk
kamu semua.
Dan berikut adalah adab Berhias yang sesuai dengan ajaran islam. Yuk simak
langsung ya pembahasannya.
Judi, Mencuri, Seap Menyuap,dan Korupsi dalam Islam
1. Judi
Judi dalam hukum syar’i disebut maysir dan qimar adalah “transaksi yang dilakukan
oleh dua belah untuk pemilikan suatu barang atau jasa yang menguntungkan satu
pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan
suatu aksi atau peristiwa”.
 
‫ان َفاجْ َت ِنبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِحُون‬ َ َ ‫ِين آ َم ُنو ْا إِ َّن َما ْال َخمْ ُر َو ْال َميْسِ ُر َواألَن‬
َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
ِ ‫صابُ َواأل ْزالَ ُم ِرجْ سٌ مِّنْ َع َم ِل ال َّش ْي َط‬
‫ص َّد ُك ْم َعنْ ذ ِْك ِر هَّللا ِ َو َع ِن الصَّال ِة َف َه ْل أَ ْن ُت ْم‬
ُ ‫ضا َء فِي ْال َخم ِْر َو ْال َميْسِ ِر َو َي‬ َ ‫إِ َّن َما ي ُِري ُد ال َّش ْي َطانُ أَنْ يُوق َِع َب ْي َن ُك ُم ْال َعد‬
َ ‫َاو َة َو ْال َب ْغ‬
‫ُم ْن َتهُون‬

Hai orang–orang yang beriman sesungguhnya arak,judi,berhala dan mengundi nasib


adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. sesungguhnya syaitan itu
bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran arak
dan berjudi itu, menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka
berhentilah kamu .(Q.S; Al –Maidah: 90-91)
       Sebenarnya kalau dinalar berjudi memang merugikan karena secara
matematika peluang untuk menang berjudi itu sangat kecil, apalagi kalau
pemainnya banyak. Memang banyak alasan logis (dan ilmiah) di balik larangan
maupun anjuran dalam agama Islam. Allah SWT telah memperingatkan dgn tegas
mengenai bahaya judi ini di dalam surat Al-Maidah ayat 90 – 91 yang saya telah
sebutkan di atas tadi,  Allah Swt berfirman Dalam Surat Al Maidah ayat 2  yang
artinya “…..Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Dengan kita ikut bermain maka kita juga ikut berperan aktif dalam meramaikan
perjudian itu sendiri.  Dan Sarat suatu hal dikatakan sebagai sebuah judi menurut
agama adalah : 1. adanya harta yang dipertaruhkan. 2. adanya suatu permainan
yang digunakan untuk menentukan pihak yang menang dan pihak yang kalah. 3.
pihak yang menang akan mengambil harta (yang menjadi taruhan) dari pihak yang
kalah (kehilangan hartanya).
 “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi (Al-Maisir), katakanlah
bahawa pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya” (Al-Baqarah : 219)
Berdasarkan hadits nabi “Barangsiapa berkata kepada saudaranya marilah kita
bermain judi, maka hendaklah dia bersedekah.” (Riwayat Al-Bukhari & Muslim)
 Berdasarkan dalil-dali di atas dapat disimpulkan bahawa Islam menjadikan judi
sebagai satu kesalahan yang serius dan memandang hina apa jua bentuk judi. Ini
dapat dilihat dari petunjuk petunjuk berikut:  Judi disebut dan diharamkan bersama
dengan perbuatan minum arak, berkorban untuk berhala (syirik) dan menenung
nasib. Kesemua ini adalah dosa besar di dalam Islam.

Judi disifatkan sebagai najis untuk menggambarkan kekejiannya.

Kehinaan judi diperkuatkan dengan pernyataan bahawa ia adalah amalan syaitan.

Allah menggunakan perkataan ‘Jauhilah’ untuk menunjukkan pengharamannya.


Perintah menjauhi judi lebih keras dari mengatakan bahawa ia adalah haram. artinya
umat Islam bukan hanya dituntut untuk tidak berjudi tetapi juga tidak mendekatinya
atau apa jua jalan kepadanya. Ini sama seperti larangan dari mendekati zina.

Allah sertakan dalam ayat pengharaman itu, akibat-akibat buruk dari berjudi.

Akibat buruk yang dinyatakan berkaitan dengan perkara yang dianggap penting
dalam Islam iaitu menjaga kesatuan, persaudaraan dan mendirikan solat. Oleh
kerana perkara ini adalah penting dalam Islam, maka apa jua yang boleh
merosakkannya adalah suatu yang dipandang berat.
Dalam Al-Maidah : 90-91, Allah bukan hanya perintah agar menjauhi judi bahkan
Ia memperkuatkan perintah tersebut dengan seruan agar meninggalkannya
sebagai penegasan.

Siapa yang mengajak saudaranya berjudi sahaja, diperinthkan oleh Rasulullah


s.a.w bersedekah sebagai kafarah terhadap dosanya apa lagi jika melakukannya.

2. Mencuri
Mencuri berarti mengambil sesuatu yang bukan haknya secara sembunyi-sembunyi
tanpa sepengetahuan pemiliknya. Secara hukum, mencuri adalah perbuatan yang
dilarang oleh negara. Begitupun dalam pandangan islam. Mencuri merupakan dosa
dan tidak sesuai rukun iman, rukun islam, dan fungsi agama. Allah Ta’ala berfirman
dalam Al-Quran yang artinya:X
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.” (QS.al-
Baqarah: 188).

Mencuri Menurut Ajaran Islam


Dari Amr bin Al Ash bahwasahnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  pernah
ditanya tentang buah yang tergantung diatas pohon, lalu beliau bersabda:
“Barangsiapa yang mengambil barang orang lain karena terpaksa untuk
menghilangkan lapar dan tidak terus- menerus, maka tidak dijatuhkan hukuman
kepadanya. Dan barangsiapa mengambil sesuatu barang, sedang ia tidak
membutuhkannya dan tidak untuk menghilangkan lapar, maka wajib atasnya
mengganti barang tersebut dengan yang serupa dan diberikan hukuman ta’zir. Dan
barangsiapa mengambil sesuatu barang sedangkan ia tidak dalam keadaan
membutuhkan, dengan sembunyi-sembunyi setelah diletaknya di tempat
penyimpanannya atau dijaga oleh penjaga, kemudian nilainya  seharga perisai
maka wajib atasnya dihukum potong tangan.” (HR. Abu Daud).
Dari hadist diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa terdapat 3 hukuman yang
bisa diperlakukan bagi pencuri. Diantaranya:
1. Dimaafkan
Ini berlaku apabila pencuri berada dalam kondisi terpaksa (misal kelaparan) dan
tidak dilakukan secara terus-menerus. Dalam hadist dijelaskan: “Tangguhkan  hudud
(hukuman) terhadap orang-orang islam sesuai dengan kemampuanmu. Jika ada
jalan keluar maka biarkanlah mereka menempuh jalan itu. Sesungguhnya penguasa
tersalah dalam memaafkan, lebih baik dari tersalah dalam pelaksanaan hukuman.”
(HR. Al- Tirmidzi)
Serta dalam Al-Quran:
“Dan sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kalian apa yang Dia haramkan,
kecuali yang terpaksa kalian makan.”(QS. Al-An’am: 119)
“Siapa yang dalam kondisi terpaksa memakannya sedangkan ia tidak menginginkannya
dan tidak pula melampaui batas, maka ia tidak berdosa. Sesungguhnya Allah Maha
pengampun lagi Maha penyayang.”(QS.Al-Baqarah: 173)
Siapa yang terpaksa mengonsumsi makanan yang diharamkan karena lapar, bukan
karena ingin berbuat dosa, maka sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” ( Al-Ma’idah: 3).
2. Ta’zir (dipenjara)
Hukuman ini berlaku bagi seseorang yang mencuri benda namun nilainya tidak
terlalu tinggi. Misalnya menemukan benda di jalan atau mengambil buah di pohon
tepi jalan, maka ia wajib mengembalikan benda tersebut atau dipenjara.
3. Dipotong tangan
Hukuman ini diberlakukan pada seorang pencuri yang mengambil barang dari
penyimpanan atau penjagaan, barang tersebut bernilai jual tinggi dan ia memang
memiliki niat mencuri tanpa ada paksaan.

Dalil-Dalil yang Menjelaskan Hukum Potong Tangan Kepada Pencuri

Pada dasanya hukum mencuri adalah dosa. Tidak dianjurkan dan dilarang secara
agama. Sebab perbuatan mencuri ini merugikan pihak lain. Bahkan dapat
menyebabkan pertumpahan darah. Maka itu, untuk memberikan efek jera maka
islam memberikan hukuman pada seorang pencuri berupa potong tangan. Tentu
saja hukuman ini tidak serta-merta dibuat begitu saja. Namun mengacu ayat Al-
Quran yang artinya:

“Lelaki yang mencuri dan wanita yang mencuri,potonglah tangan keduanya


(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah.Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.Maka barangsiapa bertaubat (di
antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki
diri,maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya.Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Maidah: 38-39).

3. Suap meyuap

1.PENGERTIAN RISYWAH (SUAP):

Yang dimaksud risywah (suap/sogok) adalah pemberian sesuatu dengan tujuan


membatalkan suatu yang haq atau untuk membenarkan suatu yang batil. (Lihat Al-
Mausû’ah Al-Fiqhiyyah II/7819).

Al-Fayyumi rahimahullah mengatakan bahwa risywah (suap/sogok) secara


terminologis berarti pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau
selainnya untuk memenangkan perkaranya memenuhi apa yang ia inginkan.
(Lihat Al-Misbah Al-Munir I/228).

Sedangkan Ibnu Al-Atsir rahimahullah mengatakan bahwa risywah (suap/sogok)


ialah sesuatu yang bisa mengantarkan seseorang pada keinginannya dengan cara
yang dibuat-buat (tidak semestinya). (Lihat An-Nihayah Fi Gharibil Hadits II/546).

Dari beberapa pengertian di atas, bisa kita simpulkan bahwa suap adalah harta yang
diperoleh karena terselesaikannya suatu kepentingan manusia (baik untuk
memperoleh keuntungan maupun menghindari kerugian atau bahaya) yang
semestinya harus diselesaikan tanpa imbalan.

Atau bisa juga kita katakan, risywah (suap-menyuap) ialah pemberian apa saja


berupa uang atau yang lain kepada penguasa, hakim atau pengurus suatu urusan
agar memutuskan perkara atau menangguhkannya dengan cara yang bathil.

2. HUKUM SUAP DALAM TINJAUAN SYARIAH

Praktik suap menyuap di dalam agama Islam hukumnya haram berdasarkan dalil-
dalil syar’i berupa Al-Qur’an, Al-Hadits, dan ijma’ para ulama. Pelakunya dilaknat
oleh Allah dan Rasul-Nya.

Terdapat banyak dalil syar’i yang menjelaskan keharaman suap menyuap, di


antaranya adalah sebagai berikut:

1. Dalil dari Al-Qur’an Al-Karim, firman Allah Ta’ala:

ْ ‫اح ُكم َب ْي َن ُه ْم أَ ْو أَ ْع ِر‬


‫ض َع ْن ُه ْم‬ ْ ‫ت َفإِن َجآ ُءو َك َف‬ ُّ ‫ب أَ َّكالُونَ لِل‬
ِ ‫س ْح‬ ِ ‫س َّما ُعونَ لِ ْل َك ِذ‬
َ

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak
memakan yang haram. jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk
meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau
berpalinglah dari mereka……”. (QS. Al-Maidah: 42).

Di dalam menafsirkan ayat ini, Umar bin Khaththab, Abdullah bin


Mas’ud radliyallahu’anhuma dan selainnya mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan as-suhtu (sesuatu yang haram) adalah
risywah (suap-menyuap). (Lihat Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an karya imam Al-
Qurthubi VI/119).

Berkenaan dengan ayat di atas, Hasan dan Said bin


Jubair rahimahullah menyebutkan di dalam tafsirnya, bahwa yang dimaksud adalah
pemakan uang suap, dan beliau berkata: “Jika seorang Qodhi (hakim) menerima
suap, tentu akan membawanya kepada kekufuran”. (Lihat Al-Mughni, karya Ibnu
Qudamah XI/437).

Penafsiran ini semakna dengan firman Allah Ta’ala di dalam surat Al-Baqarah ayat
188 yang menjelaskan haramnya memakan harta orang lain dengan cara yang
bathil.

Allah Ta’ala berfirman:
)188( َ‫اس ِباإل ْث ِم َوأَ ْن ُت ْم َت ْعلَ ُمون‬ ِ ‫َوال َتأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِبا ْل َباطِ ِل َو ُتدْ لُوا ِب َها إِلَى ا ْل ُح َّك ِام لِ َتأْ ُكلُوا َف ِري ًقا مِنْ أَ ْم َو‬
ِ ‫ال ال َّن‬
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-
Baqarah: 188).

3. KAPAN MEMBERIKAN SUAP MENJADI HALAL?

Pada dasarnya memberikan suap kepada siapapun hukumnya haram berdasarkan


ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam yang telah
kami sebutkan di atas. Hal ini karena terkandung di dalamnya banyak unsur
kezholiman, seperti menzholimi hak orang lain, mengambil sesuatu yang bukan
haknya, menghalalkan yang haram atau sebaliknya, mempengaruhi keputusan
hakim yang merugikan pihak lain dan lain sebagainya.

Akan tetapi hukum suap akan berbeda dan berubah menjadi halal apabila tidak
mengandung unsur kezholiman terhadap hak orang lain sedikit pun. Seperti
memberikan suap untuk mengambil sesuatu dari haknya yang terhalang atau
dipersulit oleh pihak tertentu, atau melakukan suap karena untuk mencegah bahaya
yang lebih besar atau mewujudkan manfaat (yang sesuai dengan syariat) yang
besar. Dalam keadaan seperti ini maka si pemberi suap tidak berdosa dan tidak
terlaknat. Dosa suap menyuap dan laknat Allah tersebut hanya ditimpakan kepada
penerima suap.

Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Tentang memberikan uang suap, jika


seorang itu menyuap hakim agar hakim memenangkan perkaranya padahal dia
bersalah atau agar hakim tidak memberikan keputusan yang sejalan dengan realita,
maka memberi suap hukumnya haram. Sedangkan suap dengan tujuan agar
mendapatkan hak, hukumnya tidaklah haram (halal) sebagaimana uang tebusan
untuk menebus tawanan.” (Lihat Raudhatu Ath-Thalibin wa Umdatu Al-
Muftin IV/131).

Maka dari itu, sebagai contoh, apabila ada seseorang sudah ikut proses penerimaan
PNS dengan benar kemudian ia diterima, atau ada seseorang telah mengajukan
permohonan KTP, SIM, PASPOR kepada pihak yang berwenang dengan syarat-
syarat administrasi yang lengkap. Namun pada saat pengambilan hak nomor NIP
tidak bisa keluar, atau SIM, KTP, dan PASPOR tidak dapat diperoleh karena pihak
berwenang meminta sejumlah uang. Dalam keadaan seperti ini, hendaknya ia
melaporkan kasus tersebut kepada pihak-pihak terkait yang berwenang mengawasi,
menegur dan menjatuhkan sanksi kepada mereka serta memberikan hak kepada
para pemilik hak. Akan tetapi jika seseorang hidup di suatu Negara yang tidak bisa
memberikan jaminan hak kepada yang berhak menerimanya, maka pada kondisi
seperti ini dibolehkan bagi calon PNS, dan orang yang mengajukan permohonan
SIM, KTP dan PASPOR tersebut untuk membayar sejumlah uang kepada pihak
berwenang agar Ia bisa mempunyai NIP dan memperoleh KTP, SIM dan PASPOR.
Ia tidak menzhalimi siapapun, suap tersebut ia lakukan karena terpaksa dan hanya
untuk mengambil hak dia saja. Ia tidak berdosa. Dosa hanya ditimpakan kepada
pihak berwenang. Wallahu a’lam bish-showab.
4. HUKUM GAJI DARI PEKERJAAN YANG DIPEROLEH KARENA SUAP

Kita semua telah sepakat bahwa mendapatkan pekerjaan dengan jalan suap
padahal ia tidak berhak mendapatkannya adalah haram hukumnya. Karena
terkandung di dalamnya perbuatan menzholimi hak orang lain yang semestinya
diterima dan mendapatkan pekerjaan itu namun ia terhalang dan tertolak lantaran
ada orang lain yang menyuap panitia atau pihak penerimaan para karyawan atau
pegawai.

Namun yang menjadi permasalahan di sini, apakah gaji dari pekerjaan yang
diperoleh dengan suap itu juga selamanya haram bagi si pemberi suap atau bisa
berubah menjadi halal? Atau dengan kata lain, apakah suap itu merupakan sesuatu
yang terpisah dan dosanya tidak berpengaruh terhadap status gajinya?

Maka kita katakan, bahwa jika orang yang memberi suap itu adalah orang yang
berhak dan tepat terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya itu, maka gaji
yang didapatnya adalah HALAL karena gaji itu merupakan imbalan bagi
pekerjaannya. Dan disyaratkan untuk kehalalan gajinya itu adalah ia bekerja dengan
baik dan melakukan tuntutan pekerjaannya. Apabila ia tidak melaksanakan tuntutan
kerja dan tidak bekerja dengan baik, maka hukum gajinya adalah haram. Karena ia
telah menyia-nyiakan amanah pekerjaan yang dibebankan kepada dirinya.

Namun sebaliknya, jika si pekerja yang mendapatkan pekerjaan dengan jalan suap
itu tidak berhak diterima karena tidak professional terhadap pekerjaannya dan
selama mengemban amanah kerja, ia tidak pernah menunaikannya dengan baik dan
benar, maka hukum gaji yang diperolehnya itu HARAM.

Demikian penjelasan singkat seputar hokum suap-menyuap menurut pandangan


Islam yang dapat kami sampaikan pada edisi kali ini. Semoga menjadi tambahan
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.

4.Korupsi
Korupsi ialah menyalahgunakan atau menggelapkan uang/harta kekayaan umum
(negara,rakyat atau orang banyak) untuk kepentingan pribadi. Praktik korupsi
biasanya dilakukan oleh pejabat yang memegang suatu jabatan pemerintah. Dalam
istilah politik Bahasa arab, korupsi sering disebut “al-fasad atau riswah”. Tetapi yang
lebih spesifik adalah “ikhtilas atau “nahb al-amwal al-ammah”.

Islam diturunkan Allah SWT adalah untuk dijadikan pedoman dalam menata
kehidupan umat manusia, baik dalam berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara.
Tidak ada sisi yang tidak diatur oleh islam. Aturan atau konsep itu bersifat mengikat
bagi  setiap orang yang mengaku muslim. Konsep islam juga bersifat totalitas dan
komprehensif, tak boleh dipilah-pilah seperti yang dilakukan kebanyakan pada
zaman sekarang. Mengambil sebagian dan membuang bagian lainnya, adalah sikap
yang tercela  dalam pandangan islam sebagaimana disebutkan dalam surat al-
baqoroh:85.

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akan arti kesucian, sehingga sangatlah
rasional jika memelihara keselamatan (kesucian) harta termasuk menjadi tujuan
pokok hukum (pidana) islam. Karena mengingat harta mempunyai dua dimensi,
yakni dimensi halal dan dimensi haram. Perilaku korupsi adalah masuk pada
dimensi haram Karena korupsi menghalalkan sesuatu yang haram, dan korupsi
merupakan wujud manusia yang tidak memanfaatkan keluasan dalam memperoleh
rezeki Allah SWT. Dan islam membagi istilah korupsi kedalam beberapa dimensi.
Yaitu risywah (suap), saraqah (pencurian) al gasysy (penipuan) dan khianat
(penghianatan). Yang pertama, korupsi dalam dimensi suap (risywah) dalam
pandangan hukum islam merupakan perbuatan tercela dan juga merupakan dosa
besar serta Allah sangat melaknatnya. Islam tidak menentukan apa hukuman bagi
pelaku suap, akan tetapi menurut fuquha bagi pelaku suap-menyuap ancaman
hukumannya berupa hukuman ta’zir yang disesuikan dengan peran masing-masing
dalam kejahatan.yang kedua, korupsi dalam dimensi pencurian (saraqah), yang
berarti mengambil harta orang lain dalam keadaan sembunyi-sembunyi, artinya
mengambil tanpa sepengetahuan pemiliknya, jadi saraqah adalah mengambil
barang orang lain dengan cara melawan hukum atau melawan hak dan tanpa
sepengetahuan pemiliknya.

Korupsi dalam islam terdapat pengungkapan “ghulul” dan “akhdul amwal bil bathil”,
sebagaimana disebutkan oleh al-qur’an dalam surat al-baqarah:188.

َ ‫اس ب ِاالِ ِثم َوأَن ُتم َتعلَم‬


 ‫ُون‬ ِ ‫لي ال ُح َّك ِام لِ َتأ ُكلُوا َف ِري ًقا مِن أَمواَ ِل ال َّن‬
َ ِ‫أموالَ ُكم ِبالبَاطِ ِل َو ُتدلُوا ِب َها إ‬
َ ‫َتأ ُكلُو‬

“dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa urusan harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui”.

Dalam hadist ubadah bin ash shamit radhiyallahu anhu, bahwa nabi SAW bersabda
yang artinya: “......(karena) sesunggunhya ghulul (korupsi) itu adalah kehinaan, aib
dan api neraka bagi pelakunya

Sedangkan dalam hadist lebih kongret lagi, dinyatakan bahwa rasulullah SAW
bersabda: “Allah melaknat penyuap, penerima suap dalam proses hukum.”

Tidaklah Allah SWT melarang sesuatu, melainkan di balik itu terkandung keburukan
dan mudharat (bahaya) bagi pelakunya. Begitu pula dengan perbuatan ghulul
(korupsi),  tidak luput dari keburukan dan mudharat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai