Anda di halaman 1dari 10

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA


13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
LIQUEFACTION SUSCEPTIBILITY ZONATION BASED ON CORRELATION OF WATER
TABLE WITH THE LIQUEFACTIONS OCCURRENCE CAUSE BY SEPTEMBER 2009
EARTHQUAKE IN PADANG CITY, WEST SUMATERA

Rido Fauzi1*
FarhaYussriah Fauzi2
M. Sapari Dwi Hadian3
1,2,3
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
*corresponding author: ridofauzi.rf@gmail.com

ABSTRAK
Gempa bumi dengan kekuatan 7,6 skala richter terjadi di kota padang pada 30 September 2009,
merusak infrastruktur, bangunan, menimbulkan korban jiwa dan mengakibatkan terjadinya proses
liquifaksi. Proses liquifaksi merupakan peristiwa hilangnya kekuatan tanah akibat terjadinya getaran
didalam tanah dimana terjadi peningkatan tekanan air pori. faktor yang menyebabkan liquifaksi
diantaranya adalah litologi dan kedalaman muka air tanah. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan di
Kota Padang Sumatera Barat dengan kondisi geologi terdiri dari litologi batuan vulkanik tersier,
batuan vulkanik Plio-plistosen dan endapan alluvial quarter. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeliniasi daerah yang memiliki potensi liquifaksi di daerah penelitian. Data kedalaman muka air
tanah sebagai data primer di korelasikan dengan data pengamatan terdahulu mengenai likuifaksi yang
terjadi setelah gempa bumi dan dihasilkan peta zonasi daerah yang berpotensi terjadinya likuifaksi.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan pita ukur untuk mengukur kedalaman muka air
tanah di sebanyak 95 sumur gali yang tersebar di 11 kecamatan di Kota Padang. Dari data tersebut,
daerah dengan kedalaman air tanah dangkal dengan posisi terjadinya likuifaksi memiliki korelasi yang
tinggi. Rata-rata kedalaman air tanah terjadinya likuifaksi adalah 1,56 m. Terdapat tiga kategori
tingkat daerah yang berpotensi terjadinya likuifaksi yaitu tinggi, sedang, rendah. dan sebagian besar
daerah penelitian menunjukkan potensi yang tinggi untuk terjadi likuifaksi.
Kata kunci : Kota Padang, Potensi Likuifaksi, Muka Air Tanah, Litologi

1. Pendahuluan
Bencana geologi merupakan ancaman bagi seluruh manusia yangakan menimbulkan
kerugianinfakstukturmaupunjiwa. Liquifaksi merupakan salah satu bencana geologi yang
dapat terjadi ketika guncangan (gempa bumi) sedang berlangsung pada suatu daerah yang
tersusun dari litologi pasir yang telah jenuh terhadap air (water saturated). Dampak yang
ditimbulkan dari kondisi seperti ini adalah amblesan permukaan tanah sehingga merusak
infrasutrukturbangunan.
Kota Padang secara geografis berada pada petemuan patahan Lempeng Indo dan Eurasia
sehingga tingkat seismik di kotaPadang sangat aktif. Gempa bumi pada tanggal 30 Septermber
2009 dengan kekuatan 7,6 skala richter yang terjadi di Kota Padang, Sumatera Barat.Bencana
tersebut memakan korban jiwa ± 1.195 jiwa dan kerusakan hingga kehancuran infrastruktur.
Selain terjadinya gempa bumi, akibat lainnya yang ditimbulkan yaitu terjadi likuifaksi di
beberapa lokasi di Kota Padang (AdrinTohari,dkk.,2011).
Berdasarkan kajian diatas, maka didapatkan perumusan masalah, yaitu.: 1) Daerah mana
saja yang memiliki potensi untuk terjadi likuifaksi? 2) Berapa kedalaman muka air tanah
yang berpotensi terjadinya likuifaksi?

100
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

2. Metode Penelitian
2.1.Pemetaan Hidrogeologi
Pengambilan data primer dilakukan dengan mengukur kedalaman muka air tanah pada
sumur gali warga yang masih terbuka dan dilakukan pengukuran secara langsung. Sampel
diambil secara acak di 11 kecamatan yang tersebar di Kota Padang pada bulan Januari sampai
Februari 2017 dengan jumlah total sampel 95 titik. Alat-alat yang digunakan untuk
pengukuran yaitu meter ukur, GPS handy, buku catatan, peta lapangan. Sumur gali diukur
menggunakan meter ukur untuk mengetahui kedalaman muka air serta dimensi dari sumur
tersebut. Hasilpengukuran kedalaman muka air tanah tersebut dibuat peta kedalaman muka air
tanah di Kota Padangmengunakan software map info.
2.2.Studi Literatur
Peta kedalaman muka air tanah selanjutnyadikorelasikan dengan data sekunder yang
didapatkan dari peneliti terdahulu yaitu lokasi terjadinya likuifaksi pada gempa 30 September
2009. Overlay antara data primer dan sekunder tersebut dilakukan dengan mendeliniasi daerah
yang memiliki potensi untuk terjadi likuifaksi.

3. Data
3.1.Kondisi Geologi dan Hidrogeologi
Berdasarkan peta geologi kotaPadang (Gambar 1), kota Padang terdiri dari tiga unit
litologi yaitu batuan vulkanik tersier (Tomv), Plio-Plistosen batuan vulkanik dan endapan
alluvial kuarter (Qa). Unit Tomvtebentang di bukit bagian tenggara kota Padang, yang terdiri
dari batuan alterasi dan mineralisasi batuan andesit mejadi tuff basalt, breksi dan lava.
Litologi Qtv berada pada perbukitan bagian utara yang terdiri dari riolit, dacit dan andesit tuff.
Sedangkan unit yang paling termuda adalah Qa yang terbentang sepanjang garis pantai
BaratkotaPadang dimana terdiri dari pasir,lanau dan gravel hasil endapan rawa.
Berdasarkan peta hidrogeologi kota Padang memiiki jenis akuifer produktif tinggi
hingga sedang, Akuiferjenis ini biasanya terdiri dari pasiran, kerikil dan tuffa (S.Arief,1990).
Jenis akuifer tersebut sesuai dengan peta geologi kotaPadang.Qal yang terdiri dari lanau,pasir
dan kerikil yang biasa di daerah endapan pantai. Sebagian besar kotaPadang terususun dari
lapisan batupasir. Data hasil pemborandiperoleh stratigrafi daerah pantai Barat kota Padang.
Lapisanbatupasirnya memiliki ketebalan 5 hingga 15 meter yang berada pada lapisan paling
atas. Kondisi ini yang membuat kotaPadang rawan mengalamilikuifaksi.

3.2.Lokasi PeritiwaLiquifaksi 2009


Peristiwa likuifaksi diamati dari beberapa fenomena yang terjadi pada saat atau
sesudah gempa berlangsung. Kejadian likuifkasi dapat diamati dengan adanya rembesan air
yang keluar dari rekahan tanah pada saat gempa berlangsung. Selain itu, peristiwalikuifaksi
dapat di amati dari kondisi kontruksi bangunan yang tenggelam atau miring yang merupakan
tanda-tanda terjadinya likuifaksi. Seluruh fenomena likuifaksi tersebut di plot pada peta kota
Padang (Gambar 2). Peristiwa likuifaksi secara umum terjadi pada area padat penduduk
dengan jarak 5km dari batas bibir pantai (Adrin Tohari,2011). Selain itu identifikasi lokasi
likuifaksi secara umum terjadi pada daerah tepi sungai (Hakam,Dajanto)

3.3.Data KedalamanMukaAir Tanah


Pengukuran dilakukan pada sumur gali warga yang ada di 11 kecamatan dengan teknik
pengambilan sampel secara acak. Kedalaman muka air tanah yang telah dikumpulkan

101
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

kemudian dimasukkan kedalam tabel (Tabel 1). Berdasarkan data primer yang di dapat
tersebut, menghasilkan peta kedalaman air tanah Kota Padang (Gambar 3).
4. Hasil dan Pembahasan
Pengukuran yang telah dilakukan pada sumur warga, bawa air tanah di Kota Padang
berada di kedalaman 0,2 hingga 4,8m dari permukaan tanah (Gambar 3). Kedalaman air tanah
dari 2 hingga 4.89m berada pada daerah Lubuk Minturun, Airpecah, Sungai sapih, Kuranji,
Marapalam, dan Proklamasi. Daerah tersebut memiliki kedalaman air tanah yang cukup dalam
karena berada di elevasi yang cukup tinggi yaitu di atas 50mdpl. Untuk daerah yang memiliki
kedalaman air tanah kurang dari 2 meter berada di Lubuk buaya, Linggarjati, Siteba, Air
Tawar, G.pangilun, Lolong, Purus, dan Jati.
Pada gambar 3 juga memperlihatkan korelasi antara kedalaman air tanah dengan lokasi
terjadinya likuifaksi di kotaPadang. Setiap lokasilikuifaksi secara umum terjadi pada daerah
yang memiliki kedalaman air tanahdangkal dibawah 1,54 m. Kondisi tersebut terjadi di daerah
Lubuk Buaya, Linggarjati, Air Tawar, Tunggul Hitam, Alai, Purus dan Sawahan.
Sehinggadilakukan delineasi wilayah yang memiliki potensi likuifaksi berdasarkan kesesuaian
kedalaman muka air tanah dengan lokasi terjadinya likuifaksi (Gambar 4). Wilayah potensi
terjadinya likuifaksi dibagi menjadi 3 yaitu berpotensi tinggi, sedang dan rendah. Untuk
wilayah yang berpotensi tinggi tediri dari beberapa kecamatan yaitu kecamatan Koto Tangah
(terdiri dari daerah Parak Baru, Lubuk Buaya, dan Linggarjati), Padang Utara, Nanggalo dan
Padang Barat. Daerah yang berpotensi sedang adalah kecamatan Koto Tangah (Kp.Jambak),
Nanggalo (Siteba), Kuranji (Kalawi), Padang Selatan, dan Lubuk Begalung. Sedangkan untuk
wilayah yang berpotensi rendah terjadinya likuifaksi yaitu di kecamatan Koto Tangah (Lubuk
Minturun dan Airpecah), Kuranji,dan Lubuk Kilangan.
Berdasarkan Gambar 4 bahwa hampir sepanjang bagian BaratkotaPadang berpotensi
tinggi mengalami likuifaksi.Potensi tersebut semakin berkurang mengarah ke Timur kota
Padang.

5. Kesimpulan
Kota Padang yang didominasi oleh endapan quarter alluvial (Qal) yang terdiri dari
litologi pasir, kerikil atau tuff yang menjadi akuifer yang produktif di kota Padang dan
merupakan tempat mengalirnya air bawah tanah pada kondisi dangkal. Kondisi seperti ini
sangat memberi pengaruh terhadap potensi terjadinya likuifaksi. Hal ini di tunjukan dengan
korelasi antara kedalaman muka air tanah dengan lokasi terjadinya likuifaksi pada tahun 2009.
Dimana kedalamanan air tanah yang kurang dari 1,54 m berpotensi terjadi likuifaksi.
Acknowledgements
Terimakasih kepada bpk Dr.M Sapari Dwi Hadian yang telah memberikan arahan untuk melakukan
penelitian, kepada warga kota Padang yang telah mengizinan melakukan peneltian di rumahnya.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada Universitas Padjadjaran dan Fakultas
Teknik Geologi yang telah memberi dukungan kepada kami dalam melaksanakan penelitian dan
mengikuti kegiatan ini.

Daftar Pustaka
Hartantyo E., BrotopuspitoKS.,Sismanto., Waluyo. (2013). Korelasi Muka Air Tanah
Dangkal dengan Kejadian Liquefaction Gempa Yogya Mei 2006 di Sedimen
Volkanik-klastik bagian Selatan, Area Yogyakarta, Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV
HFI Jateng & DIY, Surakarta, 23 Maret 2013.

102
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Iqbal P., Tohari A., Sadisun., Nugroho D. (2014): Fasies Sedimen Kuarter Berpotensi
Likuifaksi Pesisir Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan Data Inti Bor
Dan CPTU, Jurnal Lingkungan dan Bencana, 5(1): 1-18.
Lestari AS., Rahardjo PP., Hartadi MD., Kesuma A. (2014): Kajian Potensi Liquifaksi
Berdasarkan Konsep Critical State Dan Uji Piezocone Pada Sedimen Pasiran Kota
Padang, Engineering Science, 2: 1-23.
Lumbanbatu U M., Hidayat S. (2007): Evaluasi Kerentanan Pelulukan/Likuefaksi Daerah
Kendal Dan Sekitarnya Jawa Tengan, Jurnal Geologi Indonesia, 2(3): 159-176.
Rizalmi N. (2013): Estimasi Kedalaman Batuan Dasar Berdasarkan Nilai Tahanan Jenis
Menggunakan Metoda Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Di Universitas Negeri
Padang Kampus Air Tawar, Jurnal Pilar Of Physics, 2: 1-8.
S. Arief dan S. Ruchijat, 1990. Peta Hidrogeologi Lembar Padang, Sumatera. Direktorat
Geologi. Bandung.
Tohari A., SugiantiK., SoebowoEko. (2011). Liquefaction Potential at Padang City : A
Comparison of Predicted and Observed Liquefactions,Riset Geo Tambang,21(1): 7-9.
Warman H., Jumas DY. (2013): Kajian Potensi Likuifaksi Pasca Gempa Dalam Rangka
Mitigasi Bencana Di Padang, Jurnal Rekaya Sipil,9(2):1-19.

103
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 1. Peta hidrogeologikotaPadang. Warna dan simbol pada peta menunjukan jenis akuifer dan
jenis litologinya.(Sumber: S. Arief dan S. Ruchijat, 1990)

104
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 2. Peta kejadian likuifaksi pada saat gempa 30 September 2009

105
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Peta hasil Overlay kedalaman muka airtanah kota Padang dengan lokasi kejadian
likuifaksi September 2009

106
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Tabel 2. Sifat fisika dan kimia dari sampel batubara yang digunakan dalam penelitian ini
Koordinat Kedalaman
Titik Pengamatan
X Y MAT
PDG 1 100.3244 -0.83302 0.26
PDG 2 100.3133 -0.83562 0.9
PDG 3 100.3266 -0.8456 0.6
PDG 4 100.3268 -0.84542 1.92
PDG 5 100.3418 -0.82194 0.54
PDG 6 100.346 -0.87433 0.8
PDG 7 100.3454 -0.8755 1.62
PDG 8 100.3524 -0.95818 2.63
PDG 9 100.4637 -0.95624 1.26
PDG 10 100.4606 -0.95621 3.7
PDG 11 100.4769 -0.9625 1.53
PDG 12 100.4678 -0.96473 1.9
PDG 14 100.4217 -0.94722 2.74
PDG 15 100.4467 -0.94692 0.92
PDG 16 100.3751 -0.92211 1.1
PDG 17 100.397 -0.9252 1.63
PDG 18 100.3712 -0.85964 1.19
PDG 19 100.3856 -0.99635 2.3
PDG 20 100.4165 -1.02753 1
PDG 21 100.4133 -1.02464 1.25
PDG 22 100.4182 -1.03172 0.9
PDG 24 100.4155 -1.06071 1.25
PDG 25 100.4073 -1.07607 0.69
PDG 26 100.4073 -1.07578 0.4
PDG 27 100.3894 -0.96468 2.5
PDG 28 100.3931 -0.96773 2.3
PDG 29 100.3936 -0.96485 2.5
PDG 30 100.4019 -0.96015 4.32
PDG 31 100.4118 -0.96033 0.9
PDG 32 100.4055 -0.97446 1.15
PDG 33 100.3896 -0.97793 0.8
PDG 34 100.3754 -0.96305 4.9
PDG 35 100.3978 -0.96339 2.7
PDG 36 100.4194 -0.95341 2.2
PDG 37 100.3685 -0.99774 1.17
PDG 38 100.384 -0.98194 1.2
PDG 39 100.3633 -0.98896 0.95
PDG 40 100.3657 -0.9555 1.82
PDG 41 100.3812 -0.97567 0.83
PDG 42 100.3898 -0.93692 1.85
PDG 43 100.3827 -0.92884 1.82
PDG 44 100.3929 -0.90014 1.39
PDG 45 100.404 -0.90677 1.05
PDG 46 100.4022 -0.89168 3.4

107
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

PDG 47 100.4198 -0.89199 1.4


PDG 48 100.4105 -0.92835 3.9
PDG 49 100.4385 -0.87448 2.55
PDG 50 100.433 -0.93679 2.15
PDG 51 100.4518 -0.95712 0.5
PDG 52 100.3525 -0.94992 2.09
PDG 53 100.3538 -0.94436 1.2
PDG 54 100.3507 -0.92594 0.55
PDG 55 100.346 -0.90853 1.9
PDG 56 100.3536 -0.91123 1
PDG 57 100.361 -0.90775 1.1
PDG 58 100.3647 -0.91661 0.5
PDG 59 100.3648 -0.92396 1.02
PDG 60 100.3695 -0.93661 0.56
PDG 61 100.3551 -0.8928 1.04
PDG 62 100.358 -0.88295 1.16
PDG 63 100.3584 -0.88158 1.96
PDG 64 100.363 -0.8813 0.93
PDG 65 100.341 -0.88041 2.43
PDG 66 100.3404 -0.86822 1.5
PDG 67 100.3332 -0.8588 0.54
PDG 68 100.3215 -0.84375 0.98
PDG 69 100.322 -0.82579 0.83
PDG 70 100.3007 -0.8219 1.23
PDG 71 100.324 -0.81638 1.22
PDG 72 100.3267 -0.82367 0.58
PDG 73 100.3359 -0.83646 1.47
PDG 74 100.3449 -0.84855 1.9
PDG 75 100.4111 -0.9285 2.1
PDG 76 100.4458 -0.92336 1.48
PDG 77 100.4521 -0.92503 1.4
PDG 78 100.4545 -0.9258 1.45
PDG 79 100.4093 -0.94051 2.2
PDG 80 100.3779 -0.85118 3.6
PDG 81 100.3645 -0.91727 1.28
PDG 82 100.3616 -0.89254 1.08
PDG 83 100.3661 -0.8896 1.45
PDG 84 100.3672 -0.88958 1.12
PDG 85 100.3697 -0.88982 2
PDG 86 100.3478 -0.88851 1.35
PDG 87 100.3478 -0.8861 1.84
PDG 88 100.3428 -0.88438 2.52
PDG 89 100.3484 -0.90014 0.83
PDG 90 100.3514 -0.88912 1.4
PDG 91 100.3588 -0.887 1.8
PDG 92 100.3361 -0.8239 3.05

108
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

PDG 93 100.3394 -0.81772 1.73


PDG 94 100.3372 -0.80856 1.47
PDG 95 100.3393 -0.81465 1.09
PDG 96 100.3371 -0.80946 0.66
PDG 97 100.3469 -0.89103 0.14

109

Anda mungkin juga menyukai