Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM PRA NERS

“DIABETES MELITUS”

Pada pasien: Ny. N

RSUD POLEWALI MANDAR

OLEH

HERLINDA B0218313

CI LAHAN CI INSTITUSI

PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik menahun akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin menurun.
Akibatnya, terjadi peningkatan glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (Kemenkes RI, 2014).
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci yang dipergunakan untuk membuka pintu sel, sehingga
glukosa di dalam darah dapat masuk ke dalam sel yang kemudian diubah menjadi energi untuk
kehidupan sel (Rudijanto, 2014).

Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan
menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat
dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Tarwoto dkk, 2012).

B. Etiologi

1. Etiologi penyakit DM tipe 2 diantaranya sebagai berikut (Wijaya & Putri, 2013).

 Obesitas Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target di seluruh tubuh,
insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik.

 Usia Cenderung meningkat di atas usia 65 tahun.

 Kelompok etnik

 Faktor genetic

Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi


insulin. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun
dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap
kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan
sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraseluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel.

Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan
reseptor.
Hal ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin
pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor
insulin dengan sistem transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan
dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya
sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia
(Rendi & Margareth, 2012).

2. Etiologi Intoleransi Aktivitas Pada Diabetes Melitus + Diabetic Foot

Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari


(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Penyebab terjadinya intoleransi aktivitas diantaranya adalah
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas,
serta gaya hidup monoton (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Penyebab terjadinya intoleransi aktivitas pada Diabetes Melitus + Diabetic Foot yaitu karena
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ke arah distal khususnya pada
ekstremitas bawah sehingga akan didapatkan beberapa gejala meliputi claudicatio intermittens,
jika diraba kaki terasa dingin, nadi teraba kecil atau hilang, perubahan warna kulit menjadi pucat
atau kebiruan, serta apabila mengalami luka menjadi sukar sembuh (Tarwoto dkk, 2012).

C. Patofisiologi Intoleransi Aktivitas Pada Diabetes Melitus + Diabetic Foot

Diabetes Melitus merupakan kumpulan gejala yang kronik dan bersifat sistemik dengan
karakteristik peningkatan glukosa atau hiperglikemia yang disebabkan karena menurunnya sekresi
atau aktivitas dari insulin sehingga mengakibatkan terhambatnya metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak. Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam darah dan sangat
dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan jaringan. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi, makanan yang masuk sebagian digunakan untuk kebutuhan energi dan sebagian lagi
disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan jaringan lainnya dengan bantuan insulin.

Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans pankreas yang
kemudian produksinya masuk dalam darah dengan jumlah sedikit kemudian meningkat jika terdapat
makanan yang masuk. Pada orang dewasa rata-rata diproduksi 40-50 unit, untuk mempertahankan
gula darah tetap stabil antara 70-120 mg/dL. Insulin disekresi oleh sel beta, yang merupakan hormon
anabolik yaitu hormon yang dapat membantu memindahkan glukosa dari darah ke otot, hati, dan sel
lemak.
Pada diabetes terjadi berkurangnya atau tidak adanya insulin berakibat pada gangguan tiga
metabolisme yaitu menurunnya penggunaan glukosa, meningkatnya mobilisasi lemak, dan
meningkatnya penggunaan protein. Pada DM tipe 2, masalah utama berhubungan dengan resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin menunjukkan penurunan sensitivitas jaringan
pada insulin. Normalnya insulin mengikat reseptor khusus pada permukaan sel dan mengawali
rangkaian reaksi meliputi metabolisme glukosa.

Pada DM tipe 2, reaksi intraseluler dikurangi sehingga menyebabkan efektivitas insulin


menurun dan menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan dan pada pengaturan pembebasan oleh
hati. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah penumpukkan glukosa dalam darah,
peningkatan sejumlah insulin harus disekresi dalam mengatur kadar glukosa darah dalam batas
normal atau sedikit lebih tinggi kadarnya. Namun, jika sel beta tidak dapat menjaga dengan
meningkatkan kebutuhan insulin, mengakibatkan kadar glukosa meningkat dan DM tipe 2
berkembang.

Pada DM tipe 2, reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya insulin yang berperan
dalam menstimulasi glukosa masuk ke jaringan dan pengaturan pelepasan glukosa di hati.
Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan potassium menjadi akibat pasien
merasa lemah dan mudah lelah (Tarwoto dkk, 2012).

D. Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes Association 2018 dibagi dalam 4 jenis
yaitu15 :

1. Diabetes Melitus Tipe 1 DM tipe 1

terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini
terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-
peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari
penyakit ini adalah ketoasidosis.

Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau rusaknya sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β
pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pada tipe I, pankreas tidak dapat
memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan hidup harus diberikan insulin dengan cara
disuntikan pada area tubuh penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka penderita akan tidak
sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis atau koma diabetic
2. Diabetes Melitus Tipe 2 Pada penderita DM

tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam
jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena
dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal
tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan
sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya
glukosa.

Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel β pankreas dan resisten insulin.
Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiesi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,
maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Gejala pada
DM tipe ini secara perlahan-lahan bahkan asimptomatik. Dengan pola hidup sehat, yaitu
mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olah raga secara teratur biasanya penderita
brangsur pulih. Penderita juga harus mampu mepertahannkan berat badan yang normal. Namun
pada penerita stadium akhir kemungkinan akan diberikan suntik insulin.

3. Diabetes Melitus Tipe Lain DM

tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan
sindrom genetik lain yang berkaitan dengan penyakit DM.17 Diabetes tipe ini dapat dipicu oleh
obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).

4. Diabetes Melitus Gestasional DM

tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali
pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan
dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih
besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.
E. PATWAY

DM Tipe I DM Tipe II
Reaksi outoimun Idiopatik, usia, genetic, dll

Sel β pancreas hancur Jumlah sel pancreas menurun

Defisinsi Insulin

hiperglikemia Katabolisme protein Liposis meningkat


meningkat

Pembatasan diet Penurunan BB

Fleksisibilitas darah Intake tidak adekuat Resiko Nutrisi Kurang


merah

Pelepasan O2 poliuria Deficit Volume


Cairan

Hipoksia Perifer Perfusi Jaringan


perifer

Nyeri
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

REKAMAN ASUHAN PENGKAJIAN AWAL


KEPERAWATAN KEPERAWATAN UMUM
DIRUANG RAWAT INAP MEDIKAL
BEDAH
A. IDENTITAS
Nama : Ny. Nuraeni saleh Ruang Rawat : Tulip
Umur : 57 Tahun No. Rekam Medik : 108660
Pendidikan : S1 Tgl/Jama Masuk : 12/10/2021 : 14.00 wita
Pekerjaan : PNS Tgl/Jam Pengambilan Data : 25/10/21 :10.00 wita
Suku : Mandar Diagnosa Masuk : DM
Agama : Islam Cara masuk : ( )Berjalan () Kursi Roda (√)
Brankar
Status perkawinan : Kawin
Pindahan Dari : rumah
Alamat : Wonomulyo
Sumber Informasi : melalui pengkajian dan
Rekam medik
B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama Lemas
Keluhan saat ini Pasien merasa lemas
Nafsu makan menurun
Batuk berdahak
Kaki kiri bengkak dibagian kiri riw, Dm (+)
Nampak luka diabetik di kaki kanan
( ) Tidak pernah opname (√) Pernah opname dengan sakit : DM Di RS : Provinsi Sul-Teng
Pernah mendapat pengobatan : ( ) Tidak (√ ) Ya

BB Sebelum Sakit : 45 Kg Pernah Operasi : () Tidak (√) Pasca Operasi Hari Ke :


C. KEADAAN UMUM
Kesadaran : (√ ) CM ( ) Somnolen ()
Apatis ( ) Soporos Koma ()
Koma Pasien Mengerti Tentang Penyakitnya : ( ) Tidak (√) Ya
D. KEBUTUHAN DASAR
RASA NYAMAN NYERI
-

- Suhu :37,4 c ( ) Gelisah () Nyeri ( ) Skala Nyeri : 5 (0-10)


- Gambaran nyeri : pedis
- Lokasi Nyeri : kaki kanan Frekuensi :
- Dirasakan nyeri seperti tertusuk-tusuk: - Durasi : 3 menit
- Respon Emosional : Baik Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
(√) Nyeri ( ) Hipertermia ( ) Hipotermia

NUTRISI KEBERSIHAN PERORANGAN


- TB : 156 Cm BB :44 kg - Kebiasaan mandi : badan di lap basah 2x sehari
- Kebiasaan makan :3 x/hari Teratur (√ ) Tidak - Cuci rambut : kulit kepala kering
teratur ( )
- Kebiasaan gosok gigi : 1 x/hari
- Keluhan saat ini :
- Kebersihan badan : (√) Bersih ( ) Kotor
( ) TAK (√) Tidak Nafsu makan () Mual ()
- Keadaan rambut : (√ ) Bersih ( ) Kotor
Muntah ( ) Sukar/Sakit Menelan ( ) Sakit - Keadaan kulit kepala : ( √) Bersih ( ) Kotor
gigi ( ) Stomatitis - Keadaan kuku : ( √) Pendek ( ) panjang (√ )
Bersih ( ) Kotor
( ) Nyeri ulu hati/salah cernah, yang
- Keadaan vulva/perineal : (√) Bersih ( ) Kotor :
berhubungan dengan pasien telat makan, Px privasi
- Di sembuhkan dengan : - Keluhan saat ini : ( ) TAK ( ) Eritema ( ) gatal-
- Pembesaran tiroid : tidak gatal (√ ) luka
- Penampilan lidah : Bising Usus : - Integritas kulit : ( ) TAK ( ) Jaringan parut (
) kemerahan ( ) laserasi ( ) userasi ( )
- ( √ ) terpasang Infus
ekimosis ( ) lepuh ( ) Drainase
(dimulai tgl : 14/10/21 Jenis cairan:
- Luka bakar :
aminofluid /16 tpm Dipasang di : Tangan
kanan (Derajat/Pers
- Porsi makan yang di habiskan : ¾ dari porsi en)
makan
- Tandai lokasi dengan menggambar bentuk
- Makanan yang di sukai :
depan dan belakang tubuh
- Diet :
- Keadaan Luka: (√) Bersih ( ) Kotor
- Lain-lain :
- Lain-lain
Masalah keperawatan : Masalah Keperawatan :
() Ketidak seimbangan nutrisi : kurang
( )Penurunan Rawat diri
dari kebutuhan
( ) Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari (√) Gangguan integritas kulit
kebutuhan
CAIRAN AKTIVITAS & LATIHAN
- Kebisaan minum : 200 - Aktivitas waktu luang :
cc/hari Jenis : Air mineral Aktivitas/Hoby : tidak ada

- Turgor kulit : ( ) Kering ( ) Tidak elastic (√ ) - Kesulitan bergerak : ( ) Tidak (√ ) Ya


Baik - Kekuatan otot : lemah
- Punggung kuku :Normal
- Tonus otot : Abnormal
Warna : Merah muda
- Keluhan saat ini : : ( ) Tidak ( )Ya
- Pengisian kapiler : <2 detik
() Nyeri Otot ( ) Kaku otot (√ ) Lemah
- Mata cekung : (√ ) Tidak () Ya : Ka/Ki
Otot
- Konjungtiva : pucat Sklera :
( ) Kelelahan ()
- Edema : ( ) Tidak ( √ ) Ya : Ka/Ki
Amputasi ( ) Deformitas Kelainan
- Terpasang infuse : ( ) Tidak (√ ) Ya: tts
bentuk ekstremitas :
20/menit di ; tangan kanan cairan
- Pelaksanaan aktivitas : ( ) Mandiri (√) Parsial ( )
: Nacl
Total
- Lain-lain : - Jenis aktifitas yang perlu dibantu : Lab badan,
BAB, BAK
-Lain-lain :
Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan
( ) Penurunan volume (√) Hambatan mobilitas fisik
cairan
( ) Kelebihan volume
cairan
ELIMIN OKSIGENIASI
ASI
- Kebisaan BAB : 1 x/hari B A K : 3 x / h a r i - Nadi :109 x/menit Pernafasan : 26
x/menit
- Menggunakan laxsan : (√)
- TD : 120/80 mmHg Bunyi Nafas
tidak ( ) ya. Jenis : :takikardi
- Menggunakan diuretik : ( ) - Sirkulasi oksigenasi : (√ )TAK ( )Pusing
tidak ( ) ya. Jenis : ( ) Sianosis ( ) akral dingin ( ) clubbing
- Keluhan BAK Saai ini : finger
( ) Retensi urin ( ) inkontinensia urin ( - Dada : (√) TAK ( ) retraksi dada ( ) nyeri dada
) disuria ( ) Keseringan ( ) Urgensi ( ) berdebar-debar ( ) defisiensi trackhea ( )
( ) Nocturia bunyi jantung Normal (frekwensi :
- Peristaltik usus : x/m ( )Mur-mur ( ) gallop
(√ ) tidak ada peristaltik ( ) Hiperperistaltik - Riwayat penyakit : ( ) bronchitis ( )Asma
- Keluhan BAB saat ini : ( ) Tuberkulosis ( ) Empisema ( )
( ) Belum pernah BAB selama di RS hipertensi ( ) demam rematik ( ) flebitis ( )
- Abdomen :
kesemutan
Lunak/keras : - Lain-lain :
lunak
Massa : Ukuran/lingkar Abdomen :
- Terpasang kateter urine : (√ )
Tidak ( ) ya (dimulai tgl : di :
- Pengguna alkohol : Jumlah/frekwensi :
- Lain-lain :
Masalah keperawatan Masalah keperawatan
( ) Diare ( ) Konstipasi ( ) Inkontinen ( ) Retensi ( ) Bersihan jalan nafas tidak efektif
urin
(√ ) Intoleran aktifitas ( ) Pola nafas tidak efektif
( ) Inkontinen Urin ( ) Disuria ( ) Keseringan ( ) ( ) Ggn pertukarn gas ( ) Penurunan
Urgensi
Curah Jantung
( ) Risiko ganguan perfusi
jaringan.......................
TIDUR DAN ISTIRAHAT PENCEGAHAN TERHADAP
BAHAYA
- Kebiasaan tidur : (√ ) Malam (√) Siang - Refleksi : (√) TAK ( ) kelumpuhan

- Lama Tidur : Malam : 7 jam Siang : 2 jam - Penglihatan : (√) TAK ( ) masalah :
- Kebiasaan tidur : - Pendengaran: (√ ) TAK ( ) masalah :
- Kebiasaan tidur : (√ ) tidak ( ) Ya, - Penciuman : (√) TAK ( ) masalah :
- dipengaruhi oleh faktor : - Perabaan : (√) TAK ( ) masalah :
- Lain-lain : - Lain-lain :
Masalah Masalah Keparawatan tidak ada
Keparawatan : ( ) Resiko Injury ( ) Resiko
trauma ( ) Gannguan
tidak ada presepsi sensorik
() gangguan pola
tidur

NEOROSENSORIS KEAMANAN
Status Mental : Alergi / sensitivitas : tidak ada
Kesadaran : (√) mengantuk ( ) letargi ( ) stupor Perubahan system imun

( ) koma ( ) kooperatif ( ) menyerang sebelumnya : Penyebab :

( ) delusi ( ) halusinasi afek Riwayat penyakit hubungan seksual

(gambarkan) : (tanggal/tipe) :privasi

- Memori : saat ini : baik yang lalu : Perilaku resiko tinggi : periksa :
- Kaca mata: tidak Transfuse darah/jumlah :tidak

- kontak lensa : tidak


- Alat bantu dengar : (√) tidak ( ) ya di : Kapan : Gambaran reaksi :

- Ukuran/reaksi pupil : mm ka/ki : isokor/an Riwayat cedera


isokor
kecelakaan : close
- Facial drop : (√) tidak ( ) kaku kuduk ( ) tidak ( ) fraktur tibia fibula
ya
Masalah punggung :
- Genggaman tangan/lepas : ka/ki : postur :
tidak ada
- Koordinasi :.....refleks patella ka/ki :
Pembesaran nodus :
- Refleks tendom dalam bisep/trisep :
Kekuatan umum :
- Kernig sign : (√ ) tidak ( ) ya
Cara berjalan :
- Babinsky : (√) tidak ( ) ya

- Chaddock : (√ ) tidak ( ) ya
- Brudinsky : (√) tidak ( ) ya
Masalah Keperawatan : tidak ada Masalah Keperawatan :
( ) Gangguan perfusi jaringan cerebral
( )Resiko injury b/d penurunan absorpsi VitK
( ) Risti perluasan infeksi (sepsis/serangan infeksi
oportunistik

baru).
SEKSUALITAS
- Aktif melakukan hubungan seksual : ( ) tidak () Pria
ya
- Gangguan Prostat :
- Penggunaan kondom :
- Sirkumsisi : ( ) tidak () ya Vasektomi : () Tidak
- Masalah-masalah/kesulitan seksual : ( ) Ya

- Perubahan terakhir dalam - Payudara/testis :

frekuensi /minat Wanita Tanda (

- Usia menarke : privasi Obyektif)

- Thn, lamanya siklus : Pemeriksaan :

- Durasi : payudara/Penis/Tes

- Periode menstruasi terakhir : tis : Kulit

- Perdarahan antar periode genetalia/Lest :

Masala Keperawatan :tidak ada ( ) Perdarahan ( ) Gangguan citra

tubuh ( ) Disfungsi seksualitas ( ) Gangguan pemenuhan kebutuhan seksualitas

KESEIMBANGAN & PENINGKATAN HUBUNGAN RESIKO


SERTA INTERAKSI SOSIAL
- Lama perkawinan : 20 tahun, hidup dengan:  Sosiologis : (√ ) TAK ( ) menarik diri
suami d
( ) komunikasi lancar ( ) komunikasi
- Masalah-masalah kesahatan/stress :
tidak lancar ( ) afasia ( ) isolasi diri ( )
- Cara mengatasi stress :
amuk
- Orang Pendukung Lain :
 Perubahan bicara : tidak ada
- Peran Dalam Struktur Keluarga :
 Adanya laringektomi :
- Masalah-masalah Yang berhubungan
 Komunikasi verbal/nonverbal dengan
Dengan Penyakit/Kondisi :
keluarga/orang terdekat lain : baik
- Psikologis : (√ )Tak ()gelisah ( )Takut
 Spiritual : (√ ) TAK
( )Sedih ( )Rendah diri ( )Hiperaktif ( )
 Kegiatan keagamaan : istigfar, dzikir
acuh tak acuh ( )Marah ( )Mudah
 Lain-lain :
Tersinggung
( ) Merasa Kurang sempurna ( )
Eurofik ( ) tidak Sabar
- Lain-lain :
Masalah keperawatan : tidak ada ( ) kecemasan ( ) ketakutan ( ) koping
individu tidak efektif ( ) isolasi diri
( ) hambatan komunikasi verbal ( ) spiritual distress ( ) resiko merusak diri
( ) harga diri rendah
E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN
1. Bahasa dominan (khusus) : bahasa indonesia
( ) Buta huruf : Ô Ketidakmampuan belajar khusus :
( ) Keterbatasan kognitif :
2. Informasi yang telah disampaikan :
( ) pengaturan jam besuk ( ) hak dan kewajiban klien (√ ) tim / petugas yang
merawat Ô lain-lain : informasi tentang sakit yang di derita
3. Masalah yang telah dijelaskan :
Ô perawatan diri dirumah sakit (√) obat-obatan yang diberikan
Ô lain- lain : Obat yang diresepkan (lingkari dosis yang terakhir) :

No
obat dosis waktu Diminum secara Tujuan
teratur
1. omeprazole 1 amp /12 jam teratur Untuk meringakan gejala
sakit maag

2. furosemide 1 amp / 12 jam Untuk mengeluarkan


kelebihan cairan dalam
dari dalam tubuh

3. farmavon 1 amp / 8 jam Sebagai pengencer dahak

4 biocombin 1 amp / 24 jam Mengobati kekurangan


vitamin B kompliks
didalam tubuh

Riwayat pengobatan, obat tanpa resep / obat-obatan bebas :


Obat-obatan jalanan / jamu :
Pemeriksaan fisik lengkap terakhir :
4. Factor resiko keluarga (tandai hubungan) :
Ô diabetes mellitus Ô tuberculosis Ô penyakit jantung Ô
stroke Ô TD tinggi Ô epilepsy Ô penyakit ginjal Ô kanker
Ô penyakit jiwa Ô lain-lain

F. DATA GENOGRAM

Keterangan :

= laki-laki

= perempuan

= meninggal

= pasien

= keturunan

= pernikahan

A. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG


(diagnostic & laboratorium)
DATA FOKUS

Nama Pasien : Ny. N Dx. Medik : DM


Umur : 57 Tahun Ruangan : Tulip
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 25/10/2021

DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF

 Pasien mengatakan sulit bergerak sulit bergerak, melakukan aktifitas


 Pasien merasa lemas dengan parsial
 Nafsu makan menurun Vital sign:
 Batuk berdahak TD= 120/80 mmH
 Kaki kiri bengkak dibagian kiri N = 109*/menit
riwayat, Dm (+) R = 26*/menit
 Nampak luka diabetik di kaki kanan S = 37,4˚C
 Pasien merasa lemas Gula darah : 291 mg/dL
 Nafsu makan menurun
 Batuk berdahak
 Kaki kiri bengkak dibagian kiri riw,
Dm (+)
 Nampak luka diabetik di kaki kanan
 tidak bisa jalan atau tidak bisa
melakukan aktivitas sendiri,
 Pasien mengatakan sulit bergerak
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. N Dx. Medik : DM


Umur : 57 Tahun Ruangan : Tulip
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 25/10/2021

MASALAH
No. DATA KEPERAWATAN
1 2 4
 Nafsu makan menurun 1. Gangguan mobilitas
 Pasien merasa lemas/lelah fisik
 Batuk berdahak 2. Gangguan integritas
 Kaki kiri bengkak dibagian kulit
kiri riw, Dm (+) 3. Defisit nutrisi
 Nampak luka diabetik di 4. Ketidakstabilan kadar
kaki kanan glukosa darah
 tidak bisa jalan atau tidak
bisa melakukan aktivitas sendiri,
 Pasien mengatakan sulit
bergerak
 Vital sign:
TD= 120/80 mmH
N = 109*/menit
R = 26*/menit
S = 37,4˚C
Gula darah : 291 mg/dL
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. N Dx. Medik : DM


Umur : 57 Tahun Ruangan : Tulip
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 25/10/2021

TGL TGL
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
1. Gangguan mobilitas fisik b.d 25/10/2021
penurunan kekuatan otot
2 Gangguan integritas kulit/jaringan b.d
. penurunan mobilitas
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan
mencerna makanan
4. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
b.d resistensi insulin
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. N Dx. Medik : DM


Umur : 57 Tahun Ruangan : Tulip
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 25/10/2021

PERENCANAAN
NO DIAGNOSA TUJUAN &
KEPERAWATA KRITERIA INTERVENSI RASIONA
N HASIL L
1 2 3 4 5
1. Gangguan mobilitas Setelah di lakukan Intervensi utama :  Membantu
fisik b.d penurunan tindakan Dukungan Ambulasi menentukan
kekuatan otot keperawatan 3x24 Observasi derajat kerusakan
jam, maka di - Monitor adanya dan kesulitan
harapkan mobilitas nyeri/keluhan fisik terhadap keadaan
fisik dapat - Observasi toleransi yang dialami
meningkat dengan fisik melakukan  Mengobservasi
kriteria: ambulasi kekuatan/kelema
- Pergerakan - Monitor frekuensi han dan dapat
ekstremitas jantung dan tekanan memberikan
meningkat darah sebelum informasi
- Kekuatan otot ambulasi mengenai
meningkat - Monitor kondisi pemulihan
- Nyeri menurun umum selama  Mengidentifikasi
- Kelemahan melakukan ambulasi adanya
fisik menurun Terapiutik perubahan
- Kaku sendi - Fasilitasi aktifitas tekanan darah
menurun ambulasi dengan alat dan frekuensi
bantu(mis, jantung sebelum
tongkat/kruk) dan sesudah
- Fasilitasi melakukan dilakukan
mobilisasi fisik, jika ambulasi
perlu  Mengetahui
- Libatkan keluarga kecenderungan
untuk membantu tingkat kesadaran
pasien dalam dan potensi
meningkatkan peningkatan
ambulasi tekanan darah
Edukasi  Meminimalkan
- Jelaskan tujuan dan otrofi otot
prosedur ambulasi meninmgkatkan
- Anjurkan melakukan sirkulasi
ambulasi dini mencegah
- Ajarkan ambulasi terjadinya
sederhana yang harus kontraktur
di lakukan ( sesuai  Memberikan
toleransi) pemahaman
mengenai tujuan
tindakan

2. Gangguan integritas Setelah dilakukan Intervensi utama  Mengetahui
kulit/jaringan b.d tindakan Perawatan luka tingkat keparahan
penurunan mobilitas keperawatan 3x24 Observasi luka
Jam, diharapkan,  monitor karakteriktik  Untuk mengetahui
Ekspektasi luka (mis,drainase, adanya infeksi
meningkat dengan warna,ukuran,bau).  Membersihkan
kriteria hasil :  Monitor tanda-tanda luka guna untuk
 elastisitas infeksi mencegah
meningkat Taraupetik terjadinya
 ferfusi  Lepaskan balutan keparahan dan
jaringan balutan dan plester infeksi pada luka
meningkat secara perlahan
 nyeri  Cukur rambut di
menurun sekitas daerah luka
 pendarahan jika perluh
menurun  Bersihkan dengan
 kemerahan cairan NaCl atau
menurun pembersih non toksik
sesuai kebutuhan
 Bersihkan jaringan
neukrotik
 Berikan salep yang
sesuai ke kulit/lesi
jika perluh
 Pasang balutan sesuai
jenis luka
 Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
 Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat
 Jadwalkan perubahan
setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
 berikan diet dengan
kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-
1,5gram/kgBB/hari
 berikan suplemen
vitamin dan mineral
(mis, vit A, C, Zinc
asam amino sesuai
indikasi
Edukasi
 jelaskan tanda dan
gejalah infeksi
 anjurkan
mengonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
 ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
 kolaborasi prosedur
debridement (mis.
Emzimatik, mekanis,
biologis, autolitik jika
perluh
 kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
3. Defisit nutrisi b.d Setelah di lakukan Manajemen Nutrisi 
ketidakmampuan tindakan Observasi
mencerna makanan keperawatan 1x 24  Identifikasi status
jam, di harapkan nutrisi
nutrisinya dapat  Identifikasi alergi dan
membaik dengan intoleransi makanan
kriteria hasil:  Identifikasi makanan
Keluhan seperti yang disukai
tidak nafsu makan  Identifikasi
dan mampu kebutuhan kalori dan
mencerna jenis nutrisi
makanan  Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
 Pantau asupan
makanan
 Pantau berat badan
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
 lakukan kebersihan
mulut sebelum
makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
 makanan secara
menarik dan suhu
yang sesuai
 Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan, jika perlu
 Menghentikan
pemberian makan
melalui selang
nasigastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
 pendidikan
 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 kolaborasi
mempersembahkan
medikasi sebelum
makan (mis. pereda
nyeri, antiemetik),
jika perlu
 kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan, jika perlu

4. Ketidakstabilan Setelah di lakukan Manajemen Hiperglikemia 


kadar glukosa darah tindakan Observasi
b.d resistensi insulin keperawatan 3 x  Identifkasi
24 jam, di kemungkinan
harapkan pola penyebab
tidur dapat hiperglikemia
membaik dengan  Identifikasi situasi
kriteria hasil: yang menyebabkan
kadar glukosa kebutuhan insulin
darah meningkat (mis.
rendah/membaik penyakit kambuhan)
 Monitor kadar
glukosa darah, jika
perlu
 Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia
(mis. poliuri,
polidipsia, polivagia,
kelemahan, malaise,
pandangan kabur,
sakit kepala)
 Monitor intake dan
output cairan
 Monitor keton urine,
kadar analisa gas
darah, elektrolit,
tekanan darah
ortostatik dan
frekuensi nadi
Terapeutik
 Berikan asupan
cairan oral
 Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
 Fasilitasi ambulasi
jika ada hipotensi
ortostatik
Edukasi
 Anjurkan olahraga
saat kadar glukosa
darah lebih dari 250
mg/dL
 Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
 Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika
perlu
 Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
penggunaan insulin,
obat oral, monitor
asupan cairan,
penggantian
karbohidrat, dan
bantuan professional
kesehatan)
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian insulin,
jika perlu
 Kolaborasi
pemberian cairan IV,
jika perlu
 Kolaborasipemberian
kalium, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai