Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu

Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS

Dosen Pengampuh: Irna Megawaty, S.Kep.Ns,M.Kep

Oleh :

NURAENI

NIM.B0218314

Prodi Keperawatan/ Kelas C/ Semester IV

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sulawesi barat

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah pencipta alam semesta atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang merupakan
persyaratan wajib bagi setiap mahasiswa yang ingin menyelesaikan studi mata kuliah
Keperawatan HIV-AIDS semester VI Universitas Sulawesi Barat.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah


Muhammad SAW, para keluarga, para sahabat serta para pengikutnya, semoga kita
menjadi golongan yang meraih syafaat beliau di hari kemudian.

Ucapan terima kasih penulis kepada pihak – pihak yang telah membantu dan
mendukung selama proses penyusunan :

1. Irna Megawaty, S.Kep.Ns,M.Kep dosen mata kuliah Keperawatan HIV-


AIDS Universitas Sulawei Barat.

2. Ibu yang telah memberikan semangat, motivasi, nasehat serta do’a yang
selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

3. Rekan – rekan yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada


penulis dalam penyelesaian makalah ini.

Tidaklah mudah untuk membalas kebaikan mereka, semoga Allah SWT


melimpahkan kasih sayang dan anugrah-nya untuk bisa membalas kebaikan mereka
dan penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan.

Majene, 11 April 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................................

C. Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Jumlah penderita HIV/AIDS Indonesia dan Global.............................

B. Trending Issue mengenai cara peluran HIV/AIDS...............................

C. Family Centered Care pada ODHA......................................................

D. Sintesi Grid...........................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immune Deficiency Syndrome) telah sejak lama menjadi isu bersama yang
terus menyita perhatian berbagai kalangan di seluruh dunia, terutama sektor
kesehatan. HIV/ AIDS adalah masalah global yang melanda dunia banyak
dibanding dengan yang diketahui, apalagi orang yang terinfeksi HIV tidak
secara langsung akan menunjukkan gejala apapun. Hal ini ditambah lagi
dengan semakin meningkatnya penularan HIV melalui penggunaan jarum
suntik pada pengguna NAPZA (Injecting Drug User/IDU) secara bergantian.
(Pratikno, 2008).
Di Indonesia secara kumulatif pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS
dari 1 Juli 1987 sampai dengan Maret 2013 terdapat sebanyak 147.106 orang,
dengan perincian sebanyak 103.759 orang pengidap HIV dan 43.347 orang
penderita AIDS, di mana dari jumlah tersebut sebanyak 8.288 orang di
antaranya telah meninggal. Namun jumlah tersebut diyakini masih jauh dari
jumlah yang sebenarnya dan masih akan terus meningkat. Dilihat dari jenis
kelamin sebagian besar kasus AIDS yakni 55,4% adalah laki-laki, 28,8%
perempuan dan 15,8% tidak menyebutkan jenis kelaminnya. Jika dilihat dari
kelompok umur, 81,7% berusia 20–49 tahun yang merupakan umur seksual
aktif dan usia produktif. Sementara berdasarkan kasus AIDS yang dilaporkan
Departemen Kesehatan sampai dengan bulan Maret 2013, Jumlah AIDS
tertinggi adalah pada wiraswasta (5.098), diikuti ibu rumah tangga (4.943),
tenaga nonprofesional/karyawan (4.467), buruh kasar (1.723), penjaja seks
(1.708), petani, peternak, nelayan (1.645), dan anak sekolah/mahasiswa
(1.086) (Dirjen P2PL Kemenkes RI, 2013).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang
menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan
menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia. HIV termasuk golongan
retrovirus yang terutama ditemukan di dalam cairan tubuh seperti darah,
cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu.1 AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat
turunnya kekebalan tubuh akibat HIV.2 Seseorang yang tertular virus HIV
tidak langsung ke tahap AIDS karena membutuhkan waktu yang cukup lama
tergantung dari pola hidup orang itu sendiri.
AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di Amerika Serikat.
Secara global orang yang hidup terinfeksi HIV sebesar 36,9 juta pada tahun
2017.3 Kasus AIDS di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 di
Bali. Jumlah kumulatif individu yang dilaporkan terinfeksi HIV sampai tahun
2017 adalah 242.699 orang, sedangkan untuk penderita AIDS tahun 2017
adalah 673 orang.4 Di Jawa Tengah, jumlah kumulatif penderita HIV yang
dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 11.754 orang, sedangkan untuk jumlah
kumulatif penderita AIDS yang dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 9.576
orang.5 Jumlah kumulatif penderita HIV sampai maret 2018 sebesar 4741
orang, sedangkan jumlah kumulatif penderita AIDS sampai maret 2018
sebesar 578 orang.6 Di Indonesia yang dilaporkan sampai maret tahun 2017
adalah pada kelompok Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 12.302 orang.7 Di
Jawa Tengah, kasus Ibu Rumah Tangga yang terkena AIDS 276 orang pada
tahun 2017.8 Di Kota Semarang menurut status pekerjaan penderita AIDS
golongan ibu rumah tangga menduduki peringkat kedua yaitu sebesar 97
orang.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaiman cara mengetahui penderita HIV/AIDS di Indonesia dan secara
Global ?
b. Bagaiamana itu family centered care pada ODHA ?
c. Bagaiman cara membuat sintesis Grid ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui penderita HIV/AIDS di Indonesia dan secara global
b. Untuk mengertahui trend issue terkait HIV/AIDS
c. Untuk mengetahui bagaimana itu family centered care pada ODHA
d. Dan mengetahui cara membuat sintesis Grid

BAB II
PEMBAHASAN
A. Jumlah penderita HIV/AIDS Indonesia dan secara Global
Berdasarkan data dari UNAIDS, terdapat 36,9 juta masyarakat
berbagai negara hidup bersama HIV/AIDS pada 2017. Dari total penderita
yang ada, 1,8 juta diantaranya adalah anak-anak berusia dibawah15 tahun.
Selebihnya adalah orang dewasa, sejumlah 35,1 juta penderita. Masi
bersumber dari data tersebut, penderita HIV/AIDS lebih banyak diderita oleh
kaum wanita, yakni sebanyak 18,2 juts penderita. Sementara laki-laki
sebanyak 16,9 juta penderita. Tetapi 25% diantaranya, sekitar 9,9 juta
penderita, tidak mengetahui bahwa mereka terserang HIV atau bahkan
mengidap AIDS. Dan data per juni 2019, jumlah penderita HIV/AIDS di
Indonesia sebanyak 349,883. Melalui akun resmi twitter @kemenkesRI yang
dikutip infopublik senin (2/12), tahun 2016 estimasi jumlah orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) sebanyak 640.433 dengan penyebaran keseluruh profinsi
di Indonesia. Antara tahun 2000-2018, infeksi HIV/AIDS turun 37%, dan
kematian terkait HIV/AIDS turun 45%, dan debanyak 13,6 juta jiwa selamat
karena konsumsi (ARV).
Sejak pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 diprovinsi
bali hingga desember 2018, HIV/AIDS melalui SIHA telah dilaporkan oleh
460 (89,9%) dari 514 kabupaten/kota diseluruh provinsi Indonesia. Hal ini
mengalami peningkatan dari laporan Triwulan IV pada 2017 pada desember
2017 yang baru mengjangkau 421 (81,9%) dari 514 kabupaten/kota diseluruh
Indonesia.
Jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005sampai dengan
tahun 2018 mengalami kenaikan tiap tahunnya, jumlah komulatif intefensi
HIV yang dilaporkan sampai dengan desember 2018 sebanyak 327.282
(51,1% dari estimasi odha tahun 2016 sebanyak 640.443).

NO Tahun Jumlah Kasus HIV


1 s.d 2005 859
2 2006 7.195
3 2007 6.048
4 2008 10.362
5 2009 9.793
6 2010 21.591
7 2011 21.031
8 2012 21.511
9 2013 29.037
10 2014 32.711
11 2015 30.935
12 2016 41.250
13 2017 48.300
14 2018 46.659
Total 327.282
Jumlah kasus HIV yang ditemukan dan dilaporkan masi jauh dari jumlah
kasus HIV yang diperkirakan. Estimasi ODHA tahun 2016 sebesar 640.443
sementara yang dilaporkan sampai dengan desember 2018 sebanyak
327.282(51,1%). Berdasarkan kategori perilaku resiko, terdapat trend
perubahan kategori perilaku beresiko di Indonesia.
Negara yang paling teringggi yang terkena HIV/AISD yaitu pada
tahun 2015, diperkirakan terdapat 36,7 juta pengidap HIV diseluruh dunia.
Pandemik yang paling parah terjadi di Afrika Sub-Sahara dengan tingkat
prevalensi yang melebihi 6% prevalensi HIV pada orang dewasa bahkan
melebihi 20% di Swaziland, Botswana, dan Lesotho. Diluar Afrika, Bahama
merupakan negara dengan prevalensi terbesar (3,3%). Berdasarkan angka
absolut, negara-negara dengan jumlah kasus HIV/AIDS terbesar adalah Afrika
selatan (7.1 juta), Nigeria (3.2 juta) dan India (2.1 juta) (berdasarkan data
akhir tahun 2016). Sementara itu, kepulauan Svalbard sama sekali tidak
memiliki pengidap HIV/AIDS, sementara Bhutan memiliki populasi yang
besar tetapi hanya terdapat 246 kasus HIV/AISD pada tahun 2011.

B. Trending Issue mengenai cara penularan HIV/AIDS


Tren HIV/AIDS sejak awal epidemic hampir 75 juta orang, telah
terinfeksi virus HIV dan sekitar 36 juta orang telah meninggal karena HIV
secara global 35,5 juta orang hidup dengan HIV. Tren HIV di Indonesia
cenderung meningkat sejak tahun 1987 hingga data terakhir pada tahun 2014
diketahui terdapat 150.296 jumlah kasus HIV, dan 55. 799 jumlah kasus
AIDS yang dilaporkan (ditjen pp& pt. kemenkes RI,2014). Di Indonesia
inveksi HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang turut
mempengaruhi angaka kematian ibu dan anak HIV/AIDS dapt ditularkan
melalui inveksi horizontal maupun vertical. Inveksi horizontal yaitu inveksi
yang ditularkan melalui seks, transfuse darah, atau saling berbagi penggunaan
jarum suntik dan orang yang positif HIV/AIDS, sedangkan inveksi vertical
yaitu infeksi yang ditularkan oleh ibu yang positif HIV/AIDS kepada anaknya
melalui proses kelahiran maupun menyusui (vorbes & barnes,2013).
HIV (Human immunodeficiency virus) dapat ditularkan melalui
melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinteksi seperti
darah, air susu ibu, air mani, dan cairan vagina. Tetapi pendekatan dengan
ODHA tidak akan tertular HIV lewat hubungan sehari-hari seperti berciuman,
berpelukan, berbagi barang pribadi, berbagi makanan, dan berbagi minuman.
Menurut dr Teguh Karyadi, SpPD, KAI, dari RS Cipto Mangunkusumo, perlu
kedekatan yang luar biasa antara seorang pengidap dengan orang lain agar
bisa terinfeksi karena hanya paparan cairan tubuh seperti darah dan cairan
kelamin saja yang bisa menularkan virus. “Penularan HIV itu tidak mudah.
Harus betul-betul yang terpercik cairan tubuh atau karena sesuatu invasif
karena perilaku kita sendiri,” papar dr Teguh kepada detikHealth beberapa
waktu lalu.
Selain itu HIV juga termasuk virus yang rentan, bila memang virus keluar dari
lewat cairan tubuh, ia tak bisa bertahan lama dan dalam waktu dekat akan
segera mati.
Beberpa hoax terkait penularan HIV/AIDS:
1. Terompet tahun baru
Pergantian tahun identik dengan pesta kembang api dan tiup-tiup
terompet. Beberapa waktu lalu pun ramai beredar pesan berantai yang
menyebutkan bahwa virus HIV bisa menyebar lewat terompet. Hal ini
ditepis oleh praktisi kesehatan dari Klinik Cempaka Putih, dr Ayu Yuni
Andini.
Menurutnya, HIV tidak menular melalui air liur. Penularan virus ini
memang terjadi melalui kontak cairan tubuh, tetapi bukan melalui mulut.
Darah dan sperma paling sering menularkan virus tersebut.
2. Baju bekas
Pada sekitar tahun 2015, Menteri Perdagangan saat itu, Rachmat Gobel,
sempat mendapat kecaman dari aktivis Indonesia AIDS Coalition (IAC).
Gobel menyebut pakaian bekas impor berbahaya karena bisa menularkan
HIV (Human Imunodeficiency Virus).
Dalam rilisnya, IAC menyebut pernyataan Gobel tersebut menyesatkan
dan ‘berbau hoax’ karena HIV hanya menular melalui kontak cairan
tubuh. Salah paham tentang cara penularan virus mematikan tersebut,
dikhawatirkan akan menciptakan stigma negatif terhadap upaya
penanggulangan HIV.
3. Makanan kalengan
Pernah beredar kabar bahwa ada virus HIV-AIDS di dalam kemasan
makanan kalengan impor. Pesan yang dikirim melalui broadcast message
blackberry messenger tersebut mengatakan bahwa para pekerja positif
HIV-AIDS tempat makanan tersebut dibuat memasukkan darah mereka ke
dalam kemasan makanan tersebut.
Lalu apakah benar seperti itu? Menanggapi hal tersebut, dr Roy Sparringa
yang kala itu menjabat sebagai Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) mengatakan bahwa berita tersebut hoax dan
menyesatkan. “Itu berita hoax. Sudah lama beredar, tidak benar dan
menyesatkan. Tolong hal ini diluruskan kepada masyarakat,” tutur dr Roy
ketika dihubungi detikHealth. dr Roy mengatakan bahwa BPOM tidak
pernah menemukan hal-hal seperti yang disebutkan dalam pesan berantai
tersebut, termasuk kandungan darah dan virus HIV. Selain itu menurut dr
Roy, virus HIV tidak akan mampu bertahan hidup jika sudah keluar dari
host atau tubuh manusia.
4.  Pembalut
Salah satu benda yang disebut-sebut bisa menjadi media penularan HIV-
AIDS dan sempat ramai dibicarakan adalah pembalut. Masyarakat kala itu
diminta berhati-hati karena ada produk pembalut yang sudah ‘disisipi’
oleh virus HIV. Lagi-lagi sangat tidak masuk akal virus HIV bisa menular
melalui produk pembalut yang dijual di pasaran. Lagipula jika pembalut
yang dibelinya kotor, terdapat bercak darah seperti pembalut yang sudah
pernah dipakai, tentu tidak ada orang yang mau menggunakannya.“Isu-isu
seperti makanan atau pembalut yang terkontaminasi HIV seperti itu tidak
masuk akal sama sekali,” ungkap Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi SpPD-
KAI, FACP beberapa waktu lalu.
5. Bangku bioskop
Selain di toilet umum, jarum suntik yang disebut-sebut berisi virus HIV
juga pernah dipasang di bangku bioskop. Jika ada orang yang duduk di
bangku tersebut, maka ia otomatis akan tertular oleh virus tersebut. dr
Sarsanto Wibisono Sarwono, SpOG menyebutkan bahwa rasanya sulit
menularkan virus HIV-AIDS. Ini karena darah yang terinfeksi harus
benar-benar masuk ke dalam pembuluh darah seseorang. “Kalau beneran
ada jarum di kursi bioskop, misal ada yang menduduki, jarumnya kan
tertahan sama kain bajunya. Kalau celana juga kan biasanya tebal, itu juga
udah susah kena ke kulit,” imbuh dr Sarsanto.

C. Family centered care pada ODHA


Menurut Association for the care of Childrens Health (ACCH) yaitu
filosofi dimana pemberi perawatan mementingkan dan melibatkan peran
penting dari keluarga, dukungan keluarga akan membangun kekuatan
membantu untuk membuat suatu pilihan yang trerbaik, dan meningkatkan
pola normal yang ada dalam kesehariaanya selama anak sakit dan menjalani
penyembuhan. Gill (1993, dalam Fiane, 2012) yang menyebutkan bahwa
Family Centered Care marupakan kolaborasi bersama antara orangtua dengan
tenaga profesional. Kolaborasi orang tua dan tenaga profisional dalam
membentuk mendukung keluarga terutama dalam aturan perawatan yang
mereka lakukan merupakan filosofi family Centred Care. Kemudian secara
lebih sfesifik dijelaskan bahwa filosofi family centered care yang
dimaksudkan merupakan dasar pemikiran dalam keperawatan anak yang
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan
melibatkan keluarga sebagai focus utama perawatan. Kutipan defenisi dari
para ahli diatas memberikan bahwa dalam penerapan family centered care
sebagai suatu pendekatan holistic dan filosofi dalam keperawatan anak.
Perawatan sebagai tenaga profesional perlu mel;ibatkan orang tua dalam
perawatan anak. Adapun peran perawat dalam penerapan family centered care
adalah sebagai mitra dan pasilitator dalam perawatan anak dirumah sakit.
Family centered care sangat penting karena keluarga merupakan
lingkungan sosial terdekat, dan sangat signifikan berpengaruh terhadap
perkembangan dan kehidupan secara umum. Keluarga adalah suatu sistem
sosial independen dimana didalamnya terdapat hubungan yang saling
mempengaruhi dan timbale balik antara anggota dalam sistem tersebut.
Dukungan keluarga pada ODHA yaitu dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan materi, dukungan informs, dan dukungan
bersosialisasi.
Mengapa perlu dilakukan famylicentered care pada ODHA yaitu :
1. Membangun sistem kolaborasi dari kontrol atau penyembuhan pada
ODHA
2. Berfokus pada kekuatan dan sumber keluarga dari pada kelemahan
keluarga
3. Mengakui keahlian keluarga dalam merwat ODHA seperti bagaiamana
profesional
4. Membangun pemberdayaan dari pada ketergantungan
5. Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien ODHA,
keluarga, dan pemberi pelayanan informasi prefesional
6. Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku
Dan family centerd care yaitu sebagai filosofi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dirumah sakit merupakan merupakan pendekatan
yang bisa dilakukan karena dalam pendekatan ini terjadi hubungan timbale
balik antara penyedia pelayanan, pasien dan keluarga sehingga akan
meminimlkan konflik.

D. Sintesis Grid HIV/AIDS pada lansia

N Autor Tahun Design Tujuan Komponen


O negara Program/Intervensi
1 Nur Ainun, Terapi Untuk Intervensi yang diberikan
Evy antiretrovira mengetahui yaitu dengan cara
Yunihastuti l penderita melakukan pendekatan
dan Arya HIV pada terhadap pasien usia lanjut,
Govinda lansia dengan cara dibutuhkan
Rooshereo, pengkajian menyeluruh
2016,Amerik dalam menangani pasien
a HIV usia lanjut untuk
mencegah atau menunda
disabilitas. Setelah
diketahui bahwa pasien
menderita HIV, harus
dilakukan pengkajian
mengenai beban penyakit
yang ada, termasuk
penyakit diluar HIV, dan
status fungsional.
2 Sudarsono, Cross Untuk Intervensi yang diberikan
2015, sectional mengidentif yaitu dengan cara
Indonesia ikasi melakukan pendekatan
hubungan terhadap ODHA. dengan
jarakteristik cara dibutuhkan
tenaga pengkajian menyeluruh
kesehatan dalam menangani ODHA.
dipuskesma Berdasarkan hasil studi
s dengan pendahuluan yang peneliti
stigma lakukan kepada 8 orang
terhadap tenaga perawat dan bidan
ODHA dipuskesmas talun ternyata
dikecamata 5 orang diantaranya masi
n Talun mempunyai stigma dalam
Blitar bemberikan pelayanan
kepada ODHA.
3 Susana Desain Tujuan untuk melakukan
Nurtanti dan penelitian penelitian pengobatan agar
Nita Yunianti ini adalah ini adalah melakukan kunjungan ke
Ratnasari, penelitian untuk klinik VCT melalui
2019, kuantitatif mengetahui penelitian kuantitatif.
Indonesia deskriptif tingkat Kepada usia 41 sampai
dengan dimensi dengan lebih dari 50 tahun
pendekatan konsep diri dan usia lansia akhir dan
cross- dari aspek lama dilakukan yaitu pada
sectional. usia, jenis bulan Januari sampai
kelamin, dengan Februari 2019 pada
pendidikan pasien HIV/AIDS yang
dan berkunjung secara rutin di
pekerjaan Klinik VCT.
pada
ODHA di
Klinik VCT
RSUD dr.
Soediran
Mangun
Sumarso
Wonogiri.

LANJUTAN

Responden Instrumen dan Hasil Kesimpulan


Follw-up
Sebanyak 44% dari 1. pada Jumlah pasien Pasien berusia
pasien HIV usia tua penelitian yang HIV berusia tua lanjut
tersebut berumur dilakukan oleh meningkat dari merupakan
50-54 tahun. Greene, ddk. tahun ke tahun. kelompok
Diperkirakan pada Hal ini selain pasien yang
2. ditemukan kompleks yang
tahun 2015, disebabkan oleh
rentang waktu memerlukan
setengah dari angka kejadian
terpanjang dari pendekatan
populasi HIV yang
pasien tersendiri dalam
diamerik akan meningkatakan,
peneganannya.
terdiagnosis HIV
berusia diatas 50 juga disebabkan Seiring dengan
hingga saat
tahun. oleh terapi meningkatkan
penelitian
antiretroviral jumlah pasien
dilakukan
yang efektif HIV yang
mencapai 21
sehingga angka berusia lanjut
tahun
harapan hidup karena
bertambah meningkatnya
3. belum
harapan hidup
diketahui pasti dan diagnosis
penyebabnya, HIV pada
namun pasien usia
diperkirakan lanjut. Klinis
perhatian yang harus siap

kurang terhadap dalam

kepatuhan penanganan
pasien tersebut.
berobat, interaksi
Kecepatan
obat dan
diagnosis,
toksistas, serta
pertrimbangan
komorbit
proses penuaan
multipel yang lebih cepat
memiliki serta komorbid
pengaruh. yang ada pada
pasien harus
Dengan demikian diperhatikan
dibutuhkan, dengan
perdekatan pendekatan,
tersendiri dalam tailor-mode
menangani yang

pasien HIV usia disesuaikan


pada setiap
lanjut
pasien dapat
membabntu
menurunkan
angka
morbiditas dan
mortalitas
pasien HIV usia
lanjut.

Populasi dan Evaluasi yang Dari hasil uji Berdasarkan


sample dalam dilakukan yaitu statistik hasil
penelitian ini adalah bagaimanakah menunjukkan penelitian dan
bahwa ada
semua perawat dan hubungan pembahasan
hubungan yang
bidang dipuskesmas karakteristik maka dapat
signifikan antara
talun dikabupaten perawat dan dirumuskan
pengetahuan
blitar sebanyak 36 bidan dengan kesimpulan
tentang
responden yang stigma pada HIV/AIDS dengan sebagai
dipilih dengan orang dengan stigma pada berikut: 1)
tehnik total HIV/AIDS ODHA. Oleh Tidak ada
sampling (ODHA) dan karena itu perlu hubungan
dilakukan di ditekankan antara
Puskesmas Talun pentingnya pendidikan
kabupaten Blitar. kampanye dengan stigma
Istrumennya pendidikan HIV/ pada ODHA
yaitu mengetahui AIDS untuk di Puskesmas
menghilangkan
hubungan Talun
stigma. Program
karakteristik kabupaten
peningkatan
perawat dan Blitar, dengan
pengetahuan
bidan dengan nilai p =
melalui pelatihan
stigma pada juga sudah 0.367. 2) Ada
ODHA di dilaksanakan oleh hubungan
Puskesmas Talun Pemerintah. antara lama
kabupaten Blitar Tetapi masih perlu bekerja
terus dengan stigma
dilaksananakan pada ODHA
secara di Puskesmas
berkesinambungan
Talun
secara merata
kabupaten
kepada seluruh
Blitar, dengan
petugas kesehatan.
nilai p = 0.046
dan pearson
correlation =
0.335. 3) Ada
hubungan
antara
pengetahuan
HIV/AIDS
dengan stigma
pada ODHA
di Puskesmas
Talun
kabupaten
Blitar, dengan
nilai p = 0.035
dan pearson
correlation =
0.352.
Hasil analisis 1. sesuai dengan Berdasarkan total Hasil analisis
karakteristik penelitian Marni, hasil persentase, karakteristik
responden dkk bahwa karakteristik responden
berdasarkan usia responden
wanita dengan berdasarkan
menggambarkan berdasarkan usia
HIV/AIDS usia
jumlah tertinggi menggambarkan
terinfeksi oleh menggambark
responden adalah usia jumlah tertinggi
suami mereka an jumlah
41 sampai dengan responden adalah
lebih dari 50 tahun,
karena suaminya usia 41 – lebih tertinggi

berjenis kelamin yang mempunyai dari 50 tahun yaitu responden


perempuan, pasangan yang 60% dan terendah adalah usia 41
berpendidikan lain. “Women di usia 20 - 40 sampai dengan
sekolah dasar dan with HIV/AIDS tahun yaitu 40%. lebih dari 50
bekerja sebagai were infected by Dalam hal usia tahun, berjenis
karyawan/buruh. their husbands masuk ke dalam kelamin
Sebagian besar tahap
because the perempuan,
responden perkembangan
husbands have sebagian besar
berdasarkan usia lansia awal dan
other partners”. berpendidikan
mempunyai dimensi akhir. Usia tua
sekolah dasar,
konsep diri yang adalah periode
2. Hal ini sesuai
tinggi yaitu pada usia penutup dalam bekerja
dengan laporan
lansia akhir, berjenis rentang hidup sebagai petani.
UNAIDS yang
kelamin perempuan. seseorang, yaitu Sebagian
menyebutkan 90
Pada bagian dimensi suatu periode besar
kritik diri sebagian dimana seseorang responden
besar yang memiliki % perempuan telah “ beranjak
berdasarkan
kritik diri tinggi yang hidup jauh” dari periode
usia
adalah laki laki. dengan HIV terdahulu yang
mempunyai
Berdasarkan tingkat positif di Asia lebih
dimensi
pendidikan tertular dari menyenangkan
konsep diri
menunjukkan bahwa suami atau atau beranjak dari
yang tinggi
dimensi konsep diri waktu yang penuh
pasangan seksual.
responden dengan dengan manfaat.
yaitu pada usia
Data juga
pendidikan SD lebih Pada masa ini lansia akhir
menunjukkan
tinggi pada dimensi seseorang tidak
bahwa transmisi
diri moral etik, diri lagi bersifat
pribadi, diri sosial dari pria evolusional, akan

dan kritik diri. pengidap tetapi mereka


Responden dengan HIV/AIDS mulai mengalami
pendidikan SMU kepada wanita kemunduran
mempunyai dimensi pasangannya bertahap yang
konsep diri yang lebih sering disebut dengan
tinggi pada dimensi terjadi menua. Perubahan
diri fisik dan diri tersebut meliputi
dibandingkan
keluarga. fisik, mental,
dari wanita
maupun
pengidap HIV
psikologisnya.
kepada pria
pasangannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari total penderita yang ada, 1,8 juta diantaranya adalah anak-anak
berusia dibawah15 tahun. Selebihnya adalah orang dewasa, sejumlah 35,1
juta penderita. Masi bersumber dari data tersebut, penderita HIV/AIDS
lebih banyak diderita oleh kaum wanita, yakni sebanyak 18,2 juts penderita.
Sementara laki-laki sebanyak 16,9 juta penderita. Tetapi 25% diantaranya,
sekitar 9,9 juta penderita, tidak mengetahui bahwa mereka terserang HIV
atau bahkan mengidap AIDS. Dan pada tahun 2019 jumlah penderita
HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 349,883.
Jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005sampai dengan tahun
2018 mengalami kenaikan tiap tahunnya, jumlah komulatif intefensi HIV
yang dilaporkan sampai dengan desember 2018 sebanyak 327.282 (51,1%
dari estimasi odha tahun 2016 sebanyak 640.443).

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini saya berharap kepada para pembaca
dapat memberikan saran dan kritik yang membangun agar saya dapat
membuat makalah yang lebih baik dari makalah sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://infopublik.id/kategori/sosial-budaya/390058/data-juni-2019-penderitahiv-
aids-di-indonesia-sebanyak-349-883

https://id.m.wikipedia.org/wiki/daftar_negara_menurut_prevalensi_HIV/AIDS_
pada_orang_dewasa
https://turnbackhoax.id/2018/01/04/edukasi-isu-isu-mengenai-media-
penyebaran-hiv-aids/

www.kemkes.go.id infodation AIDS

https://id.scribd.com/presentation/376552186/KELOMPOK-5-family-centered-
pada-ODHA

http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/laporan_Triwulan_IV_2018.pdf,
diakses pada 4 juli 2019

Anda mungkin juga menyukai