Anda di halaman 1dari 8

ANALISA SINTESA KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

PADA Ny. L DENGAN DIAGNOSA MEDIS DYSPNEU


DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RSUP Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

OLEH:

NININ HANDAYANI

B0323701

CI LAHAN CI INSTITUSI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN 2023
ANALISA SINTESA

Nama mahasiswa : Ninin Handayani Ruang : IGD


NIM : B03 23 701 Tanggal : 12 Sep 2023

1. Identitas pasien
Nama : Ny. L. M
Tanggal lahir : 08 Mei 1972
Jenis kelamin : Perempuan
No. RM : 11 16 68

2. Diagnose medis
Dyspneu

3. Diagnose keperawatan
Pola nafas tidakefektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai
dengan mengeluh pasien mengatakan sesak sejak dua hari yang lau
DS : Pasien mengatakan sesak nafas dua hari yang lalu
DO : Tampak terpasang nasal kanul, gelisah, N: 110 x/I, TD : 174/90 mmHg,
RR : 30 x/i,
4. Tindakan keperawatan dan rasional
Pola nafas tidakefektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai
dengan mengeluh pasien mengatakan sesak sejak dua hari yang lau
Manajemen Jalan Nafas
Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis: gungling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tift dan chin-lift
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/ hari, jika tidak kontra indikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian karbonkordilator

5. Prosedur tindakan keperawatan


a. Prosedur tindakan duduk semi fowler atau fowler
1) Tahap orientasi
- Salam
- Memperkenalkan diri
- Kontrak dengan menyampaikan tujuan dan menyepakati waktu
2) Tahap kerja
- Atur posisi senyaman pasien duduk atau semi fowler
- Tinggikan kepala tempat kepala tempat tidur 45 – 60 derajat
- Topangkan kepala diatas tempat tidur atau bantal kecil
- Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak
dapat mengontrolnya secara sadar atau tidak dapat menggunakan tangan
dan lengan
- Tempatkan bantal tipis dipunggung bawah
- Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk dibawah pergelangan kaki
- Tempatkan papan kaki di dasar telapak kaki pasien
- Turunkan tempat tidur
3) Tahap terminasi
- Evaluasi hasil
- Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
b. Prosedur tindakan injeksi selang infus
1) Tahap orientasi
- Memberikan salam
- Mengklarifikasi pemberian obat
- Menjelaskan tujuan pemberian obat
- Mendekatkan alat ke pasien
2) Tahap kerja
- Perawat mencuci tangan
- Memakai sarung tangan bersih
- Menyiapkan obat dengan prinsip 6 benar
- Mengecek kelancaran tetesan infus sebelum obat dimasukkan
- Memastikan tidak ada udara pada spuit disposibel ang berisi obat
- Memastikan untuk mengklaim infus
- Melakukan disinfektan pada area karet saluran infus set
- Menusukkan jarum di area karet saluran infus set dengan hati-hati dengan
kemiringan 15-45
- Melakukan aspirasi untuk memastikan bahwa obat masuk ke saluran
vena dengan baik. Jika saat aspirasi keluar darah ke selang infus maka
obat siap untuk dimasukkan
- Masukkan obat secara perlahan dengan mendorong pegangan spuit
sampai obat habis
- Mencabut jarum dari bagian karet saluran infus
- Membuka klem infus dan mengobservasi kelancaran tetesan aliran infus
- Membuang spuit kebengkok
- Mengitung tetesan sesuai program pemberian cairan
- Membereskan pasien
- Melepaskan sarung tangan
- Mencuci tangan
3) Tahap terminasi
- Mengevaluasi respon pasien
- Menyimpulkan hasil kegiatan
- Memberi pesan (menjaga posisi dan kelancaran)
6. Analisa sintesa tindakan keperawatan b/d diagnose keperawatan

Penurunan Ekspansi Paru Sesak Nafas Pola nafas tidak efektif

Pemberian Oksigen : 3 LPM


Duduk semi fowler

7. Efek yang timbul dari tindakan keperawatan


a. Semi Fowler merupakan posisi berbaring dengan posisi setengah dudk 30 - 45
derajat
b. Pemberian Oksigen : Iritasi pada mukosa hidung, iritasi kulit sekitar hidung,
serta hiperoksia dan hiperkapnia
8. Evaluasi
- Obat yang diberikan melalui intravena dengan penusukan melaui selang infus :
sesak menurun
- Memberikan teknik semi fowler : sesak menurun
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Nyeri abdomen adalah sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di
abdomen. Nyeri perut adalah gejala yang penting dari proses patologis perut akut.
Nyeri abdomen ada dua, yaitu : nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis
1. Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan
onset mendadak dan durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi
nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri
Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.
Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau diluar
abdomen seperti toraks.
2. Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berl
anjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri
kronis dapat berhubungan dengan ekserbasi akut (Nurarif, 2015).

B. Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau diberbagai bagian abdomen berupa :
1. Ulkus yang mengalami perforasi
2. Irritable bowel syndrome (gangguan jangka panjang pada sistwm pencernaan
yang umum terjadi)
3. Apendisitis
4. Pankreasitis
5. Batu empedu

C. Manifestasi Klinik
Nyeri abdomen, mual, muntah tidak nafsu makan, lidah dan mukosa bibir
kering, turgor kulit tidak elastis, urin sedikit dan pekat, lemah dan kelelahan (Tanto,
2014).
D. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada : visera abdomen (organ yang ada di abdomen), organ lain di luar
abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik.
Rasa nyeri pada abdomen berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke
seluruh peritoneum ke ujung saraf, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan
lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula
bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri
visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum
terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa
mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeriabdomen dapat timbul
karena adanya rangsangan nervus frenikus ( syaraf diafragma), misalnya pada
pneumonia.

Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen bagian
atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian bawah
abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf
yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jarak
syaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih
menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut
saraf A. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, danberbatas tak jelas serta
sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomenatas (lambung, duodenum,
pankreas, hati, dan sistem empedu), mencapaimedula spinalis pada segmen
torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul
dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika
memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon
distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genetalia perempuan, impuls nyeri
mencapai segmentorakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan
pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum.Jika
proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkanoleh serabut
aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyeri yan disebabkan oleh
kelainan metabolik sep erti pada keracunan timah, danporfirin belum jelas
patofisiologi dan patogenesisnya. Jadi permasalahan keperawatannya adalah nyeri
dan ketika nyeri muncul akan mengakibatkan pola tidur pasien terganggu
(Nurarif, 2015)

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan DL
3. Amylase kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostic
pankreatitis
4. Hcg (serum) : kehamilan ektopik (kadar hcg dalam serum lebih akurat dari pada
dalam urine)
5. Gas darah arteri : asidosis metabolic (iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
6. Urin
7. EKG : infark miokard
8. Rontgen thorak
9. Rontgen abdomen
10. Ultrasonografi
11. CT scan
12. IVU (urografi intravena)
F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nurarif, 2015 yaitu :
1. Pemberian analgetik
2. Pembedahan

Anda mungkin juga menyukai