Oleh :
Kelompok 1
Kelas : 1C
Dosen Pembimbing :
Wiwi Sartika, DCN.M,Biomed
Kelompok 1
Daftar Isi
BAB I ...............................................................................................................
PENDAHULUAN ............................................................................................
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................
BAB II ..............................................................................................................
PEMBAHASAN ...............................................................................................
A. Pengertian Diet Diabetes Melitus........................................................
B. Tujuan Terapi Diet Diabetes Melitus ....................................................
C. Indikasi Pemberian Diet Diabetes Melitus ..........................................
D. Prinsip Diet Diabetes Melitus ...............................................................
E. Syarat Diet Diabetes Melitus ................................................................
F. Perencanaan Makanan ........................................................................
G. Jenis-Jenis Diet Diabetes Melitus........................................................
H. Sistem Klasifikasi Makanan ..............................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Mengonsumsi bahan makanan serat terutama sayur dan buah serta beberapa jenis serat lain
seperti havermouth juga baik bagi penderita kolesterol tinggi. Untuk menurunkan kolesterol,
bisa mengkonsumsi vitamin E, vitamin C, dan berbagai zat lain seperti niasin dan lesitin yang
terkandung dalam beras, kedelai, gandum, kacang kedelai, dan bawang putih.
Untuk penderita penyakit diabetes mellitus pada prinsipnya harus melakukan pengaturan
makan dengan mengurangi karbohidrat kompleks. Makanan pokok yang banyak mengandung
serat seperti ubi sangat dianjurkan dibandingkan dengan nasi dan kentang.
Diet bagi penderita diabetes harus dikonsultasikan dengan dokter untuk mengatur jumlah,
jadwal, dan jenisnya. Jumlah kalori mesti pas sesuai kebutuhan, tak lebih atau kurang. Jadwal
harus dibuat tiga kali makan utama dan tiga kali makan antara dalam selang waktu tiga jam.
Penderita harus membatasi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, dan tinggi kolesterol.
Makanan yang dianjurkan adalah sayur dan buah yang kurang manis, seperti apel, pepaya,
tomat, kedondong, salak, dan pisang.
Dalam buku Kiat Mengatasi Penyakit yang ditulis Elvina Karyadi disebutkan, bawang merah,
bawang putih, dan buncis baik dikonsumsi penderita diabetes karena berefek menurunkan
lemak dan kadar glukosa darah.
Penyakit lain yang bisa dikurangi efeknya dengan mengatur pola makan adalah hipertensi dan
asam urat. Untuk penderita hipertensi, selain mengatur asupan kalori yang seimbang, juga
harus dibatasi makanan yang mengandung banyak lemak dan kolesterol. Asupan garam
(natrium klorida) juga mesti dikurangi.
Masalahnya, banyak makanan yang tanpa disadari mengandung banyak garam, mulai dari
camilan seperti biskuit dan mi instan sampai makanan diawetkan semisal ikan asin, serta
bumbu seperti kecap, terasi, dan taoco. Untuk mengurangi tekanan darah, dapat dengan
meningkatkan asupan kalium berbentuk suplemen atau lewat sayur yang mengandung banyak
mineral, seperti seledri, kol, jamur, dan kacang-kacangan.
Untuk penderita asam urat, terdapat sederetan makanan mengandung purin yang harus
dihindari, seperti jeroan, kacang-kacangan, dan makanan laut. Penderita asam urat sebaiknya
mengonsumsi makanan berkarbohidrat seperti nasi, terigu, roti, dan singkong. Namun,
karbohidrat sederhana seperti gula dan permen sebaiknya dihindari.
Beberapa penyakit, seperti diabetes mellitus dan asam urat, tak bisa disembuhkan secara
total. Namun, dengan pengaturan pola makan yang baik, perkembangan penyakit bisa
dihambat agar tak bertambah parah. Pengaturan pola makan ditambah dengan olahraga dan
istirahat cukup diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.Pengaturan makan
yang tepat sangat penting dalam pencegahan dan pengendalian diabetes melitus atau kencing
manis yang secara medis didefinisikan sebagai kumpulan gejala terkait metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak akibat kekurangan atau gangguan fungsi insulin. Pengobatan
dengan perencanaan makanan diit/terapi nutrisi medik masih merupakan pengobatan utama,
tetapi bila hal ini dilaksanakan bersama dengan latihan jasmani/kegiatan fisik dan ternyata
gagal maka diperlukan penambahan obat oral atau insulin. Untuk itu dalam merencanakan
makan bagi penderita diabetes harus dibicarakan bersama antar dokter, ahli gizi, penderita
dan keluarganya. Dengan demikian dalam membuat aturan makan tersebut harus disesuaikan
dengan kondisi penderita diabetes secaa individual.
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui makanan seimbang yang dapat diberikan pada pasien
dengan diabetes.
D. Identifikasi Masalah
1. Makanan Seimbang.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
2.1.2.Etiologi
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Konsumsi makan yang
berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang
memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya
akan menyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang
lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sembilan dari sepuluh orang
gemuk berpotensi untuk terserang diabetes melitus.
3. Faktor genetis
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab
diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes
melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun
resikonya sangat kecil.
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak
ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolism tubuh termasuk insulin.
Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat meningkatkan resiko
terkena diabetes melitus.
6. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes melitus. Jika orang
mals berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam
tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab
diabetes melitus selain disfungsi pankreas.
7. Kadar kortikosteroid yang tinggi
8. Kehamilan diabetes gestasional, kan hilang setelah melahirkan.
9. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas
10. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
2.1.3. Patofisiologi
2.1.4. Klasifikasi
Menurut Susilo & Wulandari (2011) terdapat 3 tipe diabetes melitus yaitu sebagai
berikut :
Kekurangan insulin dan memiliki kadar gula darah yang tinggi dalam darah
adalah beberapa gejala yang umum bagi penderita diabetes. Apabila orang
mengalami beberapa gejala tersebut, ada baiknya melakukan pengecekan untuk
mengetahui kadar gula darah. Secara umum, beberapa gejala yang terjadi yaitu
sering buang air kecil, sering merasa sangat haus, sering lapar, sering kesemutan
pada kaki dan tangan, mengalami masalah pada kulit seperti gatal atau borok, jika
mengalami luka butuh waktu lama untuk sembuh dan mudah merasa lelah (Fauzi,
2014).
2.1.6. Komplikasi
Menurut Krisnatuti dkk (2014) syarat umum yang harus dipenuhi dalam
penyusunan menu, diantaranya sebagai berikut :
a. Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pria sebesar 30 kal/kg BB dan wanita sebesar 25 kal/kg BB.
b. Umur
Diabetesi di atas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi yaitu usia 40-59 tahun
dikurangi 5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%, dan lebih 70 tahun dikurangi 20%.
c. Aktivitas Fisik
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intenssitas aktivitas fisik. Aktivitas
ringan ditambahkan 20%, aktivitas sedang ditambahkan 30%, dan aktivitas berat
dapat ditambahkan 50%.
d. Berat Badan
Bila kegemukan dikurangi 20-30% tergantung tingkat kegemukan. Bila kurus
ditambah 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.
e. Kondisi Khusus
Penderita kondisi khusus, misal dengan ulkus diabetika atau infeksi, dapat
ditambahkan 10-20%.
A. Jadwal
B. Jumlah
1. Makan pagi atau sarapan jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 20% dari total
kebutuhan kalori sehari.
2. Snack pertama jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10%dari total
kebutuhan kalori sehari.
3. Makan siang jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 25% dari total kebutuhan
kalori sehari.
4. Snack kedua jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total kebutuhan
kalori sehari.
5. Makan malam jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 25% dari total
kebutuhan kalori sehari.
6. Snack ketiga jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total kebutuhan
kalori sehari.
C. Jenis
Jenis makanan menentukan kecepatan naik atau turunnya kadar gula darah.
Kecepatan suatu makanan dalam menaikkan kadar gula darah disebut indeks
glikemik. Semakin cepat menaikkan kadar gula darah sehabis makan tersebut
dikonsumsi, maka semakin tinggi indeks glikemik makanan tersebut.
b. Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, tempe, tahu
dan kacang-kacangan.
c. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah
dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus,
direbus dan dibakar.
b. Mengandung banyak lemak seperti : cake, makan siap saji (fast food), goreng-
gorengan.
c. Mengandung banyak natrium, seperti : ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan.
a. Pemahaman tentang intruksi Tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia
salah paham tentang intruksi yang diberikan kepadanya. Ley dan Spelmen ( 1967
dalam Niven 2002) menemukan bahwa lebih dari 60%yang diwawancarai setelah
bertemu dengan dokter salah mengerti tentang intruksi yang diberikan pada
mereka. Kadang – kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan prefesional
kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah –
istilah medis dan memberikan banyak intruksi yang harus diingat oleh pasien.
b. Kualitas interaksi
Interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting
dalam menentukan derajat kepatuhan. Korsch & Negrete (1972 dalam Niven 2002)
telah mengamati 800 kunjungan orangtua dan anak – anaknya ke rumah sakit anak di
Los Angeles. Selama 14 hari mereka mewawancarai ibu-ibu tersebut untuk
memastikan apakah ibu-ibu tersebut melaksanakan nasihat-nasihat yang diberikan
dokter, mereka menemukan bahwa ada kaitan yang erat antara kepuasan ibu terhadap
konsultasi dengan seberapa jauh mereka mematuhi, nasihat dokter tidak ada kaitan
antara lamanya konsultasi dengan kepuasan ibu. Jadi konsultasi yang pendek tidak
akan menjadi tidak produktif jika diberikan perhatian untuk meningkatkan kualitas
interaksi.
Becker et al (1979 dalam niven 2002) telah membuat suatu usulan bahwa model
keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan.
The Medical Outcomes Study Short Form (SF-36) digunakan untuk menilai
status kesehatan sesuai dengan tujuan yang di inginkan. SF-36 menggunakan 8
subvariabel kualitas hidup menurut Ware & Sherbourne (1992) yang meliputi:
1. Fungsi Fisik
Kondisi atau masalah yang berkaitan dengan pekerjaan atau dengan aktifitas
sehari-hari sebagai dampak dari kesehatan fisik seperti:
3. Rasa Sakit
Kondisi atau rasa sakit secara fisik selama empat minggu terakhir dan
seberapa jauh rasa sakit mengganggu pekerjaan rutin (termasuk pekerjaan diluar
rumah dan pekerjaan rumah tangga).
dengan orang lain, saya sama sehatnya dengan setiap orang yang saya kenal,
sekali.
5. Vitalitas
Pertanyaan - pertanyaan ini adalah tentang bagaimana anda merasa dan
terakhir. Untuk setiap pertanyaan, berikan sebuah jawaban yang paling dekat
7. Keterbatasan Emosional
Yang perlu ditanyakan dalam konsep keterbatasan emosional seperti
selama empat minggu terakhir, masalah yang dialami dengan pekerjaan atau
dengan aktifitas sehari- hari sebagai dampak dari masalah emosional (seperti
dari apa yang di inginkan dan melakukan pekerjaan atau aktifitas lainnya tidak
8. Kesehatan Mental
Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kesehatan mental ini
selama empat minggu terakhir seperti: seberapa sering selama empat minggu
a. Usia
Menurut Smeslter & Bare (2008 dalam Silaban, 2013), DM tipe 2
merupakan jenis DM yang paling banyak jumlahnya yaitu sekitar 90 – 95% dari
seluruh penyandang DM dan banyak dialami oleh dewasa diatas 40 tahun. Hal ini
disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung meningkat pada usia (45-
Wanita memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien
pernikahan
kondisi kesehatannya, maka pasien akan merasa lebih optimis dalam menjalani
hidupnya. Oleh karena itu, kualitas hidup pasien dengan status menikah
(mempunyai pasangan) lebih baik (Kodriati 2004 dalam Utami, Karim & Agrina,
2014).
d. Lama menderita DM
Rusli ( 2011 dalam Utami, Karim & Agrina, 2014) menyatakan bahwa seseorang
yang sedang mengalami penyakit kronis dalam waktu yang lama akan
DM.
e. Tingkat pendidikan
Kualitas hidup (QOL) yang rendah juga signifikan berhubungan dengan
tingkat pendidikan yang rendah dan kebiasaan aktifitas fisik yang kurang baik
pasien DM untuk dapat memahami dan mengatur dirinya sendiri. f. Status sosial
ekonomi
Kualitas hidup yang rendah juga berhubungan dengan sosial ekonomi yang
rendah dan tingkat pendidikan yang rendah (Gautam et al 2009 dalam Silaban,
2013).