PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Page | 1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Reduksi Urine?
2. Apa tujuan Reduksi Urine?
3. Apa pengertian Diabetes Melitus?
4. Apa saja tanda – tanda adanya Diabetes Melitus?
5. Apa saja faktor – faktor penyebab Diabetes Melitus?
6. Bagaimana resiko pengaruh kadar gula dan cara penanganan untuk
penyakit Diabetes Melitus?
7. Bagaimana dasar teori mengenai Reduksi Urine?
C. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan.
2. Untuk mengetahui adanya reaksi - reaksi yang terjadi pada
identifikasi karbohidrat
3. Untuk mengetahui beberapa sifat kimia karbohidrat.
4. Untuk mengetahui kadar gula reduksi dalam suatu bahan.
Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Page | 3
2. Obesitas
3. Gaya hidup yang salah
4. Kurang olahraga
2.3.5. Penanganan DM :
1. Olahraga teratur.
2. Melakukan diet DM yaitu 3j ( jumlah tepat, jadwal tepat,
jenis tepat).
3. Makan secara teratur sesuai dengan porsi dan waktu
makan yang telah ditentukan oleh dokter atau ahli gizi.
4. Batasilah makanan sumber bertepung seperti nasi,
lontong, ketang, jagung, ubi, sagu, mie, bihun. Dan
makan-makanan yang dibuat dari tepung lainnya.
5. Hindari makan, makanan yang mengandung gula seperti
gula pasir, gula jawa, gula-gula, coklat dodol, selai, madu,
sirup, dan makanan yang lainnya mengandung gula.
6. Banyaklah makan buah-buhan dan sayuran.
. Penentuan status gizi menurut rumus IMT. Berat badan per tinggi badan kuadrat
2.3.6. Resiko Pengaruh kadar gula tinggi pada ibu hamil dan
janin :
1. Bayi besar (giant baby).
2. Peningkatan resiko keguguran pada trisemester
pertama 0-13 minggu.
3. Cacat bawaan atau kelainan pada bayi.
4. Kematian fetus, tiba-tiba janin meninggal.
Page | 4
glukosa darah melebihi nilai ambang ginjal. Ambang
ginjal tersebut dapat meninggi atau merendah,
peristiwa yang juga terdapat pada penyakit diabetes.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi
menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata.
Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau
keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na
karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk
mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi
negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/
keton bebas).
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan
reaksi reduksi, dikerjakan dengan menggunakan fehling,
benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan
dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes
glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode
carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-
kuantitatif dan kuantitatif (Subawa.2010).
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam
jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh
larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh
larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya
terlihat sedikit endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih
peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar
glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa
memberikan warna yang berlainan.
Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita
Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara
reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang
disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain
glukosa. Bahan reduktor yang dapat menimbulkan reaksi
positif palsu tersebut antara lain : galaktosa, fruktosa, laktosa,
pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti
streptomycin, salisilat, dan vitamin C.
Oleh karena itu, perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk
memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung dalam
sampel urine. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa
yang mengindikasikan keberadaan penyakit diabetes.
Penggunaan cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan
dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar
Page | 5
glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi
hanya sampai 250 mg/dl. Nilai ambang ginjal untuk glukosa
dalam keadaan normal adalah 160-180 mg.
2. Pemeriksaan Glukosa Urine Fehling
Tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan
metode fehling. Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian,
yaitu fehling A dan fehling B. Fehling A adalah larutan
CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran
larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling
dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut,
sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua.
Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion
kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap sebagai
larutan CuO.
3. PELAKSANAAN
3. Rak tabung
4. Pipet tetes
5. Corong
6. Pipet volume
Page | 6
7. Lampu spiritus/ bunsen
8. Beker glass
Bahan :
1. 5 cc larutan benedict
2. Urine patologis
d) Cara Pemeriksaan
Masukkan 5 ml atau 2,5 ml reagen benedict
Page | 7
Positif (+ + +) : bila warna larutan jingga atau
Page | 8
3. Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke
dalam tiga tabung reaksi tersebut
4. Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hingga
mendidih
5. Setelah dingin, diamati perubahan warna yang terjadi
pada ketiga tabung.
c. Interpretasi
(-) : warna biru / hijau keruh
(+) : larutan keruh dan hijau agak kuning
(++) : kuning kehijauan dengan endapan kuning
(+++) : kuning kemerahan dengan endapan
kuning merah
(++++) : merah jingga sampai merah bata
d. Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
Pengamatan Warna
Tabung Komposisi
No Sebelum Setelah Interpretasi
ke- Bahan
pemanasan Pemanasan
Fehling A +
Fehling B + Kuning
1. A Biru tua ++
Sampel urine kehijauan
1
Fehling A +
Fehling B + Kuning
2. B Biru tua +++
Sampel urine kemerahan
2
Fehling A +
3. C Fehling B + Biru tua Biru tua -
Sampel urine
Page | 9
3 (urine
normal)
Page | 10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada
tidaknya glukosa pada urine. Pada pemeriksaan sangat
dibutuhkan pada ibu hamil, karena pada pemeriksaan ini kita
dapat mengetahui resti pada ibu hamil, yaitu DM. Pada hasil
pemeriksaan yang mengandung Glukosa dan fruktosa maka
memiliki sifat pereduksi sehingga warna benedict berubah.
Sedangkan sukrosa tidak memperlihatkan perubahan berarti,
karena tidak mempunyai pereduksi.
3.2. Saran
Dari hasil pemeriksaan sampel urine untuk mengetahui ada
tidaknya glukosa pada urine,kami selaku penulis menyarankan
bahwa kita sebagai manusia harus selalu menjaga kesehatan
dan menjaga pola hidup kurangi makan yang manis-manis.
Page | 11
Daftar Pustaka
Page | 12