Anda di halaman 1dari 5

JAWABAN LO PBL 1 BLOK 3

CINTA NIRVANA NUGRAS

KG’23

1. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak akan dapat menyerap kembali
semua glukosa yang telah disaring. Oleh karena itu ginjal tidak dapat menyerap semua
glukosa yang disaring. Akibatnya, muncul dalam urine (kencing manis). Saat glukosa berlebih
diekskresikan dalam urine, limbah ini akan disertai dengan ekskreta dan elektrolit yang
berlebihan. Kondisi ini disebut diuresis osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan buang air kecil (poliuria) dan haus (polydipsia)
2. Glikolisis
Mengubah c6 glukosa menjadi c3 asam piruvat
“Glikolisis menjadi proses yang sangat penting dalam mendukung kerja organ, jaringan,
dan sel pada tubuh. Inilah mengapa, terganggunya proses ini bisa memicu munculnya
berbagai gangguan kesehatan.”
1. Perubahan glukosa menjadi fruktosa
Tahapan awal ini terjadi melalui tiga fase, yaitu fosforilasi, isomerisasi, dan fosforilasi kedua.
Prinsipnya, glukosa pada sel akan diubah menjadi atom karbon yang selanjutnya diubah
kembali menjadi bentuk yang lebih sederhana, dalam hal ini molekul piruvat.
2. Pemecahan fruktosa
Pada tahapan ini, fruktosa dipecah menjadi molekul piruvat dengan tiga buah atom karbon.
Ini adalah hasil akhir proses glikolisis yang berupa energi yang diperlukan untuk metabolisme
tubuh.
3. Pemanfaatan ATP
Saat glikolisis berlangsung tanpa bantuan oksigen melalui proses oksidasi, akan muncul
energi dalam bentuk zat kimia lain yang dikenal dengan adenosin tripospat atau ATP. Zat
kimia ini menjadi sumber energi tubuh, misalnya ketika otot berkontraksi.
Hasil dari proses ini berupa molekul ATP dan nikotinamida adenin dinukleotida plus hidrogen
atau NADH. Setiap 1 molekul NADH akan menghasilkan 3 molekul ATP.
HUBUNGAN DENGAN DIABETES?
2. Diabetes
Glikolisis bisa berlangsung pada bagian sel mana saja, termasuk hepatosit yang berperan
terhadap peran utama organ hati pada proses metabolisme. Glikolisis bertugas untuk
mengatur pembentukan glukosa pada hepatosit.
Apabila produksi gula berlebihan, maka tubuh akan berada pada kondisi kelebihan kadar
gula darah atau hiperglikemia. Kondisi inilah yang meningkatkan risiko tubuh mengalami
diabetes atau ketoasidosis diabetik sebagai komplikasi serius pada pengidap diabetes.
Hiperglikemia juga dapat muncul saat glikolisis berlangsung terlalu aktif pada bagian
pankreas dan adiposit. Kondisi ini dapat memicu terjadinya resistensi insulin pada tubuh
yang turut meningkatkan risiko diabetes.

3. PROSES INSULIN DALAM PANKREAS


Contoh Makronutrien
4. Ada tiga jenis makronutrien atau zat gizi makro yakni karbohidrat, protein, dan
lemak. Energi dari zat gizi makro ini berasal dari jumlah gram makanan yang
dimakan. Selain energi, makronutrien juga memiliki peran khusus dalam tubuh untuk
membantunya berfungsi dan bekerja dengan baik

5. pasien dengan d iabetes mellitus lama yang tidak terkontrol berpengaruh pada karies gigi,
karena be rt ambahnya ka rbohidr a t yang dapa t difermentasikan di dalam saliva penderita
dan merupakan medium yang sesuai untuk pembentukan asam sehingga memudahkan
terjadinya karies. . Pasien yang terkontrol baik pada anak maupun usia dewasa mengalami
karies yang tidak berarti dibanding dengan orang normal

6. KADAR GULA DARAH


7.

1. Tes Gula Darah Sewaktu


Tujuan tes ini dilakukan adalah untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu
secara acak. Untuk menjalani tes ini, pengidap tidak perlu berpuasa terlebih dahulu. Bila hasil
tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, maka pengidap bisa
dikatakan positif mengidap diabetes.

2. Tes Gula Darah Puasa


Sedangkan tes gula darah puasa, bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pengidap
diabetes melitus dalam kondisi puasa. Untuk menjalani tes ini, pengidap akan diminta untuk
berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam. Setelah itu, baru akan diambil sampel darahnya untuk
mengetahui kadar gula darahnya.

Bila hasil tes gula darah puasa menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL, maka
kadar gula darah masih normal. Namun, bila hasil tes gula darah berada di antara 100–125
mg/dL, maka pengidap mengalami kondisi yang dinamakan prediabetes. Sedangkan hasil tes
gula darah puasa yang berada di angka 126 mg/dL atau lebih, menunjukkan bahwa pengidap
positif mengidap diabetes.

3. Tes Toleransi Glukosa


Pengidap juga perlu berpuasa terlebih dahulu selama semalam untuk menjalani tes ini.
Kemudian, pengidap diabetes melitus akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa.
Setelah tes tersebut selesai dilakukan, pengidap akan diminta meminum larutan gula khusus.
Kemudian, sampel gula darah akan kembali diambil setelah 2 jam minum larutan gula.

Bila hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL, berarti kadar gula darah masih normal.
Sedangkan hasil tes toleransi glukosa yang berada di antara 140–199 mg/dL menunjukkan
kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih
berarti pengidap positif mengidap diabetes.

4. Tes HbA1C (Glycated Haemoglobin Test)


Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pengidap selama 2–3 bulan ke
belakang. Melalui tes ini, petugas akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada
hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke
seluruh tubuh.

Untuk menjalani tes HbA1C, pengidap tidak perlu berpuasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C
di bawah 5,7 persen menunjukkan kondisi normal. Sedangkan hasil tes HbA1C yang berada
di antara 5,7–6,4 persen, menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes HbA1C di atas 6,5
persen berarti pengidap mengalami diabetes.

8. Bau mulut pada pengidap diabetes juga bisa terjadi karena adanya gangguan insulin.
Orang yang mengidap penyakit ini memang tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh
akan insulin. Padahal, tubuh manusia membutuhkan cukup insulin sebagai bahan
bakar untuk menghasilkan energi. Pada pengidap diabetes, tubuh kemudian beralih
membakar lemak.

Pembakaran lemak tubuh kemudian menghasilkan keton. Sayangnya, proses


pembakaran lemak dalam tubuh ini seringnya menghasilkan dampak berupa napas
berbau. Kondisi ini dikenal dengan istilah ketoasidosis diabetik (DKA). Selain bau
mulut, kondisi ini juga ditandai dengan frekuensi buang air kecil yang lebih tinggi,
sakit perut, mual dan muntah, sesak atau sulit bernapas, merasa linglung, pusing, serta
kadar gula dalam darah tinggi.

Kabar buruknya, DKA adalah kondisi yang berbahaya sehingga tidak boleh diabaikan
begitu saja. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang mengidap penyakit diabetes
tipe 1 dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol. Segera lakukan pemeriksaan
atau hubungi dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat serta menghindari
kondisi yang lebih buruk.

Baca juga: 5 Efek Samping Diabetes yang Tidak Terduga

Cara Mencegah Bau Mulut


Bau mulut pada pengidap diabetes bisa dicegah dengan menjalani pola hidup sehat.
Orang dengan kondisi ini disarankan untuk mengonsumsi jenis makanan yang sehat
serta rutin berolahraga. Agar risiko bau mulut menurun, cobalah untuk mengurangi
asupan karbohidrat berlebih dan perbanyak konsumsi makanan yang kaya kandungan
serat dan protein.

Selain itu, pastikan untuk menjaga kebersihan gigi dengan baik, yaitu rutin sikat gigi
setidaknya dua kali dalam sehari. Banyak minum air putih juga bisa membantu
menghindari risiko bau mulut pada pengidap diabetes sehingga mulut dan
tenggorokan tidak kering. Hindari merokok dan menjaga kadar gula tetap normal juga
bisa membantu mengurangi risiko bau mulut pada pengidap diabetes.

9. 9. Gangguan metabolisme makronutrien


Diabetes,galaktosemia, Sindrom McArdle (karbo)
protein
 Fenilketonuria
Fenilketonuria terjadi ketika kadar asam amino (protein) fenilalanin dalam darah
terlalu tinggi.
 Maple syrup urine disease (MSUD)
Penyakit urine sirup mapel terjadi ketika tubuh tidak mampu menyerap asam amino.
 Alkaptonuria
Alkaptonuria terjadi ketika tubuh tidak mampu memecah asam amino tirosin dan
fenilalanin dengan baik sehingga urine penderitanya berwarna hitam kecoklatan
ketika terpapar udara.
 Ataksia Friedreich
Ataksia Friedreich terjadi saat protein jenis frataksin di dalam tubuh berkurang dan
memicu kerusakan pada saraf yang mengendalikan kemampuan berjalan dan kerja
jantung.

Lemak
 Penyakit Gaucher
Penyakit Gaucher menyebabkan tubuh tidak bisa memecah lemak sehingga lemak
menumpuk di hati, limpa, dan sumsum tulang. Gangguan ini dapat memicu kerusakan
tulang.
 Penyakit Tay-Sachs
Penyakit Tay-Sachs mengakibatkan penumpukan lemak di otak.
 Xanthoma
Xanthoma adalah gangguan pada kulit yang muncul akibat adanya penumpukan
lemak di bawah permukaan kulit.

10.siklus krebs
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA-NC

Anda mungkin juga menyukai