Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN PADAT

UJI DISOLUSI

KELOMPOK 5
Neysa Demora Fitri 20210311040
Nabila Yogi Oktiana 20210311040
Adtrha Febri Saputra 20210311045
Yoni Putri Nabilah 20210311062

Program Studi Farmasi


Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul
Jakarta
2023
JURNAL TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN PADAT
TOPIK-6
EVALUASI TABLET-UJI DISOLUSI

I. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa mampu melakukan uji disolusi tablet
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pengujian dan mengidentifikasi
masala apa yang terjadi jika sediaan tidak memenuhi kriteria evaluasi

II. Dasar Teori


Uji disolusi merupakan salah satu parameter uji biofarmasetik yang dilakukan
untuk menjamin efektivitas obat pada saat digunakan dalam pengobatan. Disolusi
adalah pelarutan zat aktif dari sediaan obat pada satu waktu tertentu. Waktu yang
dibutuhkan sesuai persyaratan masing-masing monografi. Dalam Farmakope
Indonesia (FI), persyaratan parameter yang harus dipenuhi oleh suatu zat aktif atau
sediaan obat adalah uji waktu hancur atau uji disolusi atau keduanya. Untuk
menjamin efektivitas suatu sediaan obat, khususnya sediaan obat oral bentuk padat
seperti tablet dan kapsul dilakukan uji waktu hancur (disintegrasi) dengan kondisi
pengujian yang mensimulasikan (meskipun tidak sempurna) apa yang terjadi in vivo.
Suatu tablet atau kapsul dengan waktu hancur yang sudah memenuhi persyaratan
ternyata belum tentu menjamin efektivitas sediaan oral padat karena berbagai hasil
penelitian telah membuktikan bahwa dua sediaan obat oral padat yang setara secara
farmasetik (pharmaceutically equivalent) dapat menghasilkan efek terapeutik yang
berbeda.

Uji disolusi dilakukan dengan mengukur jumlah zat aktif yang terlarut dalam
media cair yang diketahui volumenya pada suatu waktu tertentu, menggunakan alat
tertentu yang didisain untuk menguji parameter disolusi. Jumlah zat aktif yang
terlarut dapat ditentukan atau diukur pada satu waktu tertentu saja, atau diukur
secara seri pada beberapa waktu tertentu, tergantung pada jenis informasi yang
diperlukan.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, metode disolusi terdapat dua macam


metode, yaitu metode basket dan metode dayung. Metode ini dapat dilakukan
dengan cara menyiapkan medium dapar phospat pH 5,8 sebanyak 900 ml dimasukan
ke dalam labu disolusi, pengaduk dayung diatur pada kecepatan 50 rpm. Tablet
ditimbang dan dimasukkan kedalam labu disolusi. Suhu labu dipertahankan 37 0C.
Kemudian sampel diambil pada menit ke 5, 10, 15, dan 30 setiap pengambilan
sampel diambil sebanyak 5 ml. Sampel diukur serapannya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang maximum parasetamol (Soedirman, 2010).

Syarat dalam penentuan uji disolusi ini adalah nilai zat aktif yang terlarut tidak
kurang dari 80%. Pada tahap 1 (S1), menggunakan 6 tablet uji. Bila pada tahap ini
tidak memenuhi syarat, maka akan dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap 2
(S2). Pada tahap ini 6 tablet tambahan diuji lagi. Bila tetap tidak memenuhi syarat,
maka pengujian dilanjutkan lagi ke tahap 3 (S3). Pada tahap ini 12 tablet tambahan
diuji lagi (Siregar, 2010).

Faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi sediaan obat :

1. Sifat fisikokimia sediaan obat


2. Formulasi sediaan obat
3. Metode/alat uji disolusi
4. Parameter uji disolusi
5. Faktor Miscellaneous

III. Alat dan Bahan


a. Alat
 Beaker glass
 Rotating basket
 Spuit
 Alat uji disolusi tipe dayung
 Suntikan 10 ml
 Erlenmever
 Gelas ukur
 Micropipet
 Vial
 Alumunium foil
 Label
 Tisu
 Lap kain

b. Bahan
 Tablet Paracetamol
 Aquadest

IV. Prosedur Kerja


 Penangas air pada alat disolusi disi dengan air suling. Alat dinyalakan dan diatur
pada suhu 37 °C.
 Isi labu disolusi dengan media disolusi, yaitu air suling sebanyak 900 ml. Inkubasi
terlebih dahulu media dalam penangas air hingga suhunya 37 °C.
 Bila suhu dalam labu disolusi sudah mencapai 37°C, masukkan tablet
paracetamol ke dalam wadah keranjang, lalu diaduk dengan kecepatan 70 rpm.
 Catat waktu pada saat basket yang berisi tablet dimasukkan dalam labu disolusi.
 Ambil media disolusi pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25, 30 masing masing sebanyak
10 ml. setiap pengambilan di ganti medianya dengan volume yang sama.
 Setelah di lakukan pengambilan semua sampel, di uji menggunakan
spektrofotometer uv vis
 Setelah data di dapatkan, di hitung kurva kalibrasinya.
V. Hasil

 Hasil absorbansi uji disolusi sample menit ke-15

Sample Absorbansi
A15 3,48705
B15 3,34868
C15 3,34023
D15 3,26215
E15 3,2669
F15 3,29047

 Hasil absorbansi uji disolusi sample menit ke-30

Sample Absorbansi
A30 3,75263
B30 3,78499
C30 3,7132
D30 3,57318
E30 3,87852
F30 3,74834

 Hasil absorbansi uji disolusi sample menit ke-30 setelah pengenceran

Sample Absorbansi
A30 0,404056
B30 0,29254
C30 0,352873
D30 0,249444
E30 0,292355
F30 0,350143
VI. Pembahasan
Daftar Pustaka

PEDOMAN UJI DAN TANYA JAWAB. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK
INDONESIA. 2014

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA. LABORATORIUM FARMASI FISIKA,


PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2018

Anda mungkin juga menyukai