Anda di halaman 1dari 15

Pembahasan

Uji Disolusi dan Uji Disolusi Terbanding (UDT)


UJI DISOLUSI

• Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan.
• Uji disolusi sendiri merupakan suatu metode fisika-kimia yang digunakan dalam
pengembangan produk dan pengendalian mutu sediaan obat berdasarkan pengukuran
parameter kecepatan pelepasan dan melarut zat berkhasiat dari sediaannya yang
menentukan bioavailabilitas obat.
UJI DISOLUSI

• Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis
prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP).
• Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-
antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual
bebas). Lusiana (2002)
Pembuatan Kurva Baku

• 100 mg serbuk paracetamol dilarutkan dalam 100 ml dapar fosfat 5,8 untuk membuat larutan
baku. Kemudian dibuat seri pengenceran dengan konsentrasi 9 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 5 ppm,
dan 4 ppm. Dari seri pengenceran tersebut dicari panjang gelombang maksimum pada
spektrometer UV-Vis kemudian diukur absorbansi tiap kadar dan dibuat kurva baku.

• Hasil scanning spektrometer UV-Vis didapatkan hasil bahwa larutan baku Parasetamol dalam
medium dapar fosfat pH 5,8 mempunyai serapan maksimum 243 nm. Ini berarti bahwa hasil
scanning sama dengan yang tertera pada USP Monograph Acetaminophen (USP 39, 2016).
• Data yang didapat pada kurva baku menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi
maka serapannya juga semakin besar (Sugiyono, 2006:373).
• Persamaan kurva baku yang diperoleh dari beberapa seri konsentrasi larutan
parasetamol yaitu:
Y = 0,0765 x +0,0692
R= 0,9712
• Perhitungan harga R adalah 0.9712 sehingga persamaan kuva baku diatas merupakan
persamaan garis linear karena harga R mendekati 1 dan dapat digunakan untuk
menentukan kadar parasetamol dalam sampel .
Uji Disolusi Sampel
• Pada penelitian ini uji disolusi digunakan secara in vitro karena tidak secara
langsung mengukur avaibilitas obat dalam tubuh.
• Medium yang digunakan adalah dapar fosfat pH 5,8. Larutan dapar
digunakan untuk mempertahankan pH dari medium.
• Medium dapar phospat pH 5,8 sebanyak 900 ml dimasukan ke dalam
chamber yang berjumlah enam, pengaduk dayung diatur pada kecepatan 50
rpm.
• Enam tablet dimasukkan kedalam chamber. Suhu chamber dipertahankan 37o
C + 0,5o C. Kemudian setiap chamber diambil sampel pada menit ke 30
sebanyak 10 ml. Sampel diukur serapannya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang maximum parasetamol yang sudah diukur pada kurva
baku yaitu 243 nm (USP 39, 2016).
Uji Disolusi Tablet Parasetamol
• Jumlah persen terdisolusi parasetamol 900 ml dapar phospat pH 5,8 pada menit ke-30 adalah:
1. Chamber 1=9123,15%
2. Chamber 2= 12917,36%
3. Chamber 3=9911,84%
4. Chamber 4=-341,05%
5. Chamber 5=7758,94%
6. Chamber 6= 12874,73%.
• Menurut Farmakope Indonesia IV(1995) uji dissolusi memiliki persyaratan range penerimaan yaitu tidak boleh
kurang dari Q+5%.
• Q untuk parasetamol adalah 80% (USP)
• Sehingga untuk tablet paracetamol 500 mg persyaratanya adalah bobot zat aktif yang telah terdisolusi tidak boleh
kurang dari 425 mg atau tidak boleh kurang dari 85%.
• Hasil uji disolusi pada percobaan ini menunjukkan chhamber 1,2,3,5, dan 6 lebih dari 100% dan pada chamber 4
memiliki persen disolusi yang negatif. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan yang tertera pada farmakope,
sehingga tablet paracetamol pada percobaan ini tidak lulus uji disolusi.
Perbedaan yang cukup jauh dengan literatur yang ada dapat disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya yaitu:
• Kesalahan dalam proses pembacaan pada spektrofotometer UV-Vis yang dapat
disebabkan oleh cuvet yang tidak bersih sehingga berakibat pada pembacaan
absorbansi yang tidak valid dan mengahsilkan perbedaan hasil yang cukup
signifikan
• Ketidaktelitian dalam preparasi medium dissolusi
• Ketidaktelitian dalam pengambilan sampel.
Uji Disolusi Terbanding (UDT)
Namun, bagi produk obat generic
Uji disolusi terbanding atau (obat copy)  dipersyaratkan
uji ekivalensi secara in vitro hanya memenuhi persyaratan uji
merupakan suatu uji produk ekivalensi baik secara in vitro
copy terhadap produk maupun in vivo.
inovator.

Syarat produk inovator :


Tujuan :
produk inovator, harus dilakukan evaluasi bertujuan untuk membandingkan
mengenai safety (keamanan), efficacy profil disolusi antara produk uji
(kemanjuran), dan quality (kualitas) terhadap produk inovator. Uji ini juga
secara komprehensif serta menyeluruh merupakan studi awal sebelum uji
dimulai dari uji pre-klinik, uji klinik ekivalensi secara in vivo dilakukan
sampai post-marketing surveillance (Izzati, 2017)
dengan biaya yang besar.
• Metode uji disolusi terbanding untuk tablet parasetamol sama
dengan metode uji disolusi biasa hanya saja tablet yang digunakan
adalah 12 tablet bukan 6 tablet.
• Pengujian dilakukan dengan menggunakan tiga medium disolusi
sebanyak 900 mL dengan suhu 37±0,5°C
• menggunakan alat uji disolusi tipe 2 (paddle) dengan kecepatan 50
rpm selama 60 menit.
• Pada percobaan ini medium yang digunakan adalah buffer pospat pH
5,8 sesuai dengan persyaratan USP Monograph Acetaminophen
(2007).
• Sampel diambil sebanyak 5±0,1 mL secara manual pada menit ke
10,15,30,45 dan 60 serta cairan diganti dengan volume yang sama
untuk memastikan volume disolusi selalu konstan. Sampel kemudian
akan diukur kadarnya dengan menggunakan spektrofotometer UV.
Untuk setiap produk tablet dilakukan pengujian sebanyak 12 unit
sediaan pada masing-masing medium uji (FDA,2000).
• Sampel yang diambil pada percobaan ini adalah dengan
menggunakan spuit sebanyak 10 mL dan ditampung dalam kuvet
untuk selanjutnya dibaca pada spektro UV-Vis dengan panjang
gelombang 245 nm.
• Analisis data uji disolusi terbanding dapat menggunakan metode F-
factors. F-factors terbagi menjadi dua yaitu faktor perbedaan (f1) dan
faktor kesamaan (f2).
• Pada percobaan ini hanya dilakukan perhitungan f2 untuk mengetahui
kesamaan profil disolusi tablet parasetamol generik dengan tablet
parasetamol uji.
• Menurut FDA (2000) nilai f2 lebih besar dari 50 (50-100) dapat
memastikan kesamaan atau kesetaraan dari dua produk.
• Hasil yang diamati pada percobaan UDT tablet parasetamol adalah
pada sampling t=30 menit sesuai dengan persyaratan USP (2007).
Persen disolusi (%) C1-C6 tablet parasetamol generik berturut-turut
adalah 383,68; -298,42; 1364,21; 6821,05; -895,26; dan 213,15.
Sedangkan untuk persen disolusi (%) C1-C6 tablet parasetamol uji
berturut-turut adalah 9123,12; 12917,36; 9911,84; -341,005;
7758,94; dan 12874,73.
• Sehingga dari nilai tersebut dengan menggunakan rumus perhitungan
nilai f2 akan didapatkan nilai f2 adalah 292,007.
Perbedaan yang signifikan dapat disebabkan oleh :
• Pembacaan spektro yang hasilnya selalu berbeda sehingga hasilnya
menjadi tidak akurat;
• Pengambilan sampel tidak dilakukan dengan baik sehingga hasilnya
pun tidak menggambarkan keadaan sebenarnya.
• Tablet parasetamol reference dan tablet parasetamol uji akan
dihitung jumlah parasetamol yang terlarut dalam media. Data jumlah
parasetamol reference dalam media 900 mL pada menit ke 30 untuk
C1-C6 berturut-turut adalah 1918,42 mg; -1492,10 mg; 6821,05 mg;
34105,26 mg; -4476,31 mg; dan 1065,78 mg. Sedangkan data jumlah
parasetamol uji dalam media 900 mL pada menit ke 30 untuk C1-C6
berturut-turut adalah 45615,7 mg; 64586,82 mg; 49559,21 mg; -
1705,26 mg; 38794,72 mg; dan 64373,68 mg.
• Persyaratan dalam FI IV (1995) uji disolusi memiliki persyaratan range
penerimaan yaitu tidak boleh kurang dari Q+5%. Sehingga untuk
tablet parasetamol 500 mg persyaratannya adalah bobot API
parasetamol yang belum terdisolusi tidak boleh kurang dari 425 mg.
• Q parasetamol = 80% (USP,2007).
• Penggunaan cuvet juga berpengaruh terhadap pembacaan
absorbansi.
• Pembacaan spektro yang hasilnya selalu berbeda sehingga hasilnya
menjadi tidak akurat.
• Pengambilan sampel tidak dilakukan dengan baik sehingga hasilnya
pun tidak menggambarkan keadaan sebenarnya.
• Preparasi media yang berbeda menyebabkan kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai