Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM SIFAT FISIK DAN INDRAWI

ACARA I
UJI AMBANG RANSANGAN

OLEH
Rita Hidayati

J1A016092

Kelompok 8

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
ACARA I
UJI AMBANG RANSANGAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia pada umumnya mempunyai kemampuan membedakan apakahsuatu produk


mempunyai sifat sensoris yang sama atau tidak, namun akansangat sulit apabila diminta untuk
mengidentifikasinya. Hal ini disebabkanhampir semua sifat sensoris suatu produk terdiri dari
banyak jenis senyawa. Produk pangan sendiri memiliki sifat yang dapat dinilai berdasarkan
respons obyektif dari instrument fisik, dan sebagai sifatsubyektif atau respons pribadi manusia
atau biasa disebut sifat organoleptik atau evaluasi sensori. Dalam penilaiannya, organoleptik
didasarkan pada rangsangan saraf sensoris pada alat indera manusia.
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan.
Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan
alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal
dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra
mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya
rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai
akan benda penyebab rangsangan (Erina,2010).
Dalam analisa ambang rangsang dikenal dua macam rangsangan yaitu ambang mutlak
atau absolute threshold dan ambang pengenalan atau recognition threshold. Ambang mutlak
adalah kesan atau tanggapan tentang produk yang dirasakan, namun belum mengetahui rasa
apa. Ambang pengenalan adalah kesan / tanggapan tentang produk yang dirasakan dan sudah
mengetahui rasa apa produk tersebut. Evaluasi sensoris ini sangat penting untuk memilih
makanan sehat yang bermutu dan bergizi. Kita sebagai konsumen tentunya menginginkan
pangan yang terbaik untuk dikonsumsi. Bagi pihak produsen evaluasi sensoris ini juga sangat
penting dalam sebuah industri pangan. Oleh karena itu, perlu dilakukannya praktikum ini untuk
dapat menentukan nilai ambang batas, ambang pembedaan, ambang pengenalan dan ambang
mutlak dari rasa asin dan manis.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan ambang ransang produk
(sukrosa, asam sitrat, NaCl dan jamu).

2
TINJAUAN PUSTAKA

Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan kesukaan dan


kemauan untuk mempergunakan suatu produk. Organoleptik yaitu dengan menggunakan salah
satu indera pencicip. Indera pencicip ini berfungsi untuk menilai taste dan food, indera
pencicip ini terdapat dalam rongga mulut (permukaan lidah dan sebagian langit-langit lunak).
Dalam penilaian bahan pangan, sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu produk
berdasarkan sifat indrawi. Penilaian indrawi ini terdiri dari enam tahap yaitu pertama menerima
bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan, mengingat kembali bahan
yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut (Kusmiadi, 2008).
Adanya kebiasaan makan bisa jadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
preferensi preferensi rasa dasar. Variasi kultural memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
bagaimana persepsi atau preferensi terhadap makanan serta komponen rasa dan flavor.
Berdasarkan studi mengenai preferensi anak-anak di delapan negara Eropa terhadap rasa dasar
manis, pahit, asin, dan gurih dalam matriks makanan yang berbeda-beda. Hasil studi tersebut
menunjukkan bahwa negara asal merupakan faktor terkuat yang memengaruhi preferensi
terhadap keempat rasa tersebut. Sebagai contoh, anak-anak dari Jerman dan Spanyol menyukai
rasa gurih dengan intensitas yang tinggi, sementara anak-anak dari Siprus dan Belgia menyukai
rasa gurih dengan intensitas yang lebih rendah. Perbedaan konsentrasi rasa antara tertinggi dan
terendah mencapai lebih dari dua kali lipat (Hasanah, 2014).
Threshold atau ambang rangsangan adalah konsentrasi terkecil dari suatu rangsangan
yang mulai dapat menimbulkan kesan. Ambang rangsangan terdiri dari ambang mutlak
(absolute threshold), ambang pengenalan (recognition threshold), ambang perbedaan
(difference threshold) dan (terminal threshold). Ambang mutlak adalah jumlah benda rangsang
terkecil yang sudah mulai menimbulkan kesan. Ambang pengenalan sudah mulai dikenali jenis
kesannya, ambang pembedaan, perbedaan terkecil yang sudah dikenali dan ambang batas
adalah tingkat rangsangan terbesar yang masih dapat dibedakan intensitas (Agustina,2016).
Pencicipan merupakan proses penginderaan yang terjadi karena adanya rangsangan
yang sesuai dengan reseptor alat indera. Jadi, rangsangan adalah suatu penyebab yang
menggertak proses penginderaan dan menyebabkan tanggapan, kesan atau kesadaran.
Hubungan antara rangsangan fisik dan kesan atau tanggapan psikologis tidak selalu mudah
mengukurnya. Hal ini disebabkan oleh karena besaran tanggapan psikologis tidak selamanya
mudah diukur. Tanggapan psikologis dihasilkan dari kemampuan fisio-psikologis seorang

3
panelis. Kemampuan-kemampuan inilah yang menjadi andalan seseorang untuk menjadi
panelis (Rahayu. 2011).
Uji ambang rangsangan dilakukan dengan cara subjektif atau organoleptik
(menggunakan alat indera). Alat indera yang digunakan yaitu indera pencicipan yang berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana tingkat besaran kesan panelis terhadap suatu sampel uji. Untuk
mengetahui kepekaan panelis yaitu dengan melihat penilaian yang dilakukan terhadap sampel
yang disajikan yaitu sampel rasa manis. Dalam hal ini yang harus diberikan panelis terhadap
sampel adalah penilaian konsentrasi dari yang terendah ke yang tertinggi. Pada pengujian rasa
manis diketahui bahwa panelis belum mampu mencapai taraf peka dan konsisten. Karena
kemampuan seseorang berbeda-beda dalam melakukan penilaian secara organoleptik, orang-
orang yang berkelebihan di bidang ini dalam beberapa hal tidak bisa ditiru oleh orang
kebanyakan (Setyaningsih,2010).

4
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat, 22 Maret 2019 di Laboratorium
Pengendalian Mutu Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sendok, gelas, kertas label
dan piring.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air mineral, roti
tawar, larutan gula dengan konsentrasi (0%; 2%; 5%; 7% dan 10%) dan larutan garam
dengan konsentrasi (0%; 1%; 2%; 3% dan 4%).

Prosedur Kerja
Disiapkan alat dan bahan

Diberi kode masing-masing gelas

Dituang larutan ±20 ml pada gelas

Disiapkan sendok untuk setiap gelas

Dicicipi sampel oleh panelis

Dicatat dan dihitung panelis yang merespon positif pada hasil pengamatan

Dibuat grafik

5
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan organoleptik Uji Ambang Rangsangan Rasa Asin
No Panelis Kode Sampel

512 (0%) 701 (1%) 445 (2%) 673 (3%) 981 (4%)

1 Ahyan 0 1 2 3 4

2 Mega 0 2 2 3 0,5

3 Ashabil 0,5 2 3 3 4

4 Maulinda 0,5 2 2 3 3

5 Nadia 0 2 2 3 0,5

6 Azani 0 2 3 3 4

7 Dian 0 2 2 3 4

8 Ghalib 0 2 3 3 4

9 Ulva 0 3 2 3 4

10 Saras 0 2 3 3 4

11 Suli 0 2 2 3 3

12 Dioq 0,5 1 2 3 3

13 Rita 0 1 2 3 3

14 Rafika 0 2 2 3 4

15 Tiwi 0 1 3 2 4

16 Ria 0 1 3 3 4

17 Sanila 0 2 3 4 4

18 Yulia 0 1 2 2 3

19 Vinni 0 1 3 3 4

20 Ami 0 3 2 3 4

21 Amri 0 3 3 4 4

22 Abri 0 1 3 2 3

23 Zikra 0 2 3 3 4

6
∑ Respon Positif 1,5 41 57 68 79

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Organoleptik Uji Ambang Rangsangan Rasa Manis
No Panelis Kode Sampel

123 (0%) 231 (2%) 541 (5%) 728 (7%) 834 (10%)

1 Ahyan 0 2 0,5 3 4

2 Mega 0 2 2 3 3

3 Ashabil 0 1 1 2 3

4 maulinda 0 1 2 2 3

5 Nadia 0 1 1 2 3

6 Azani 0 1 1 3 3

7 Dion 0 0,5 1 3 2

8 Ghalib 0 1 1 2 3

9 Ulva 0 1 2 4 3

10 Saras 0 1 1 2 3

11 Suli 0 0,5 1 1 3

12 Dioq 0 2 0,5 0,5 0,5

13 Rita 0 0 2 3 1

14 Rafika 0 0,5 1 1 2

15 Tiwi 0 1 1 3 3

16 Ria 0 0,5 1 2 3

17 Sanila 0 0 0,5 1 2

18 Yulia 0 0,5 1 2 3

19 Vinni 0 0 1 4 3

20 Ami 0 1 2 2 3

21 Amri 0 0 1 2 2

22 Abri 0 1 2 3 3

23 Zikra 0 1 3 4 2

∑ Respon Positif 0 19,5 29,5 50,5 60,5

7
Tabel 1.3 Konversi Hasil Pengamatan Uji Ambang Rangsangan Rasa Asin
No Panelis Kode Sampel

512 (0%) 701 (1%) 445 (2%) 673 (3%) 981 (4%)

1 Ahyan 0 1 1 1 1

2 Mega 0 1 1 1 0,5

3 Ashabil 0,5 1 1 1 1

4 Maulinda 0,5 1 1 1 1

5 Nadia 0 1 1 1 0,5

6 Azani 0 1 1 1 1

7 Dian 0 1 1 1 1

8 Ghalib 0 1 1 1 1

9 Ulva 0 1 1 1 1

10 Saras 0 1 1 1 1

11 Suli 0 1 1 1 1

12 Dioq 0,5 1 1 1 1

13 Rita 0 1 1 1 1

14 Rafika 0 1 1 1 1

15 Tiwi 0 1 1 1 1

16 Ria 0 1 1 1 1

17 Sanila 0 1 1 1 1

18 Yulia 0 1 1 1 1

19 Vinni 0 1 1 1 1

20 Ami 0 1 1 1 1

21 Amri 0 1 1 1 1

22 Abri 0 1 1 1 1

23 Zikra 0 1 1 1 1

∑ Respon Positif 1,5 23 23 23 22

Presentasi Respon Positif 6,52% 100% 100% 100% 95,65%

8
Tabel 1.4 Konversi Uji ambang Rangsangan Rasa Manis
No Panelis Kode Sampel

123 (0%) 231 (2%) 541 (5%) 728 (7%) 834 (10%)

1 Ahyan 0 1 0,5 1 1

2 Mega 0 1 1 1 1

3 Ashabil 0 1 1 1 1

4 maulinda 0 1 1 1 1

5 Nadia 0 1 1 1 1

6 Azani 0 1 1 1 1

7 Dion 0 0,5 1 1 1

8 Ghalib 0 1 1 1 1

9 Ulva 0 1 1 1 1

10 Saras 0 1 1 1 1

11 Suli 0 0,5 1 1 1

12 Dioq 0 1 0,5 0,5 0,5

13 Rita 0 0 1 1 1

14 Rafika 0 0,5 1 1 1

15 Tiwi 0 1 1 1 1

16 Ria 0 0,5 1 1 1

17 Sanila 0 0 0,5 1 1

18 Yulia 0 0,5 1 1 1

19 Vinni 0 0 1 1 1

20 Ami 0 1 1 1 1

21 Amri 0 0 1 1 1

22 Abri 0 1 1 1 1

23 Zikra 0 1 1 1 1

∑ Respon Positif 0 16,5 21,5 22,5 22,5

Presentasi Respon Positif 0% 71,74% 93,48% 97,83% 97,83%

9
Keterangan:

0 = Tidak terasa apa-apa


x = Berbeda dengan air, tetapi jenis belum diketahui, (X = 0,5)
+ = Rasa sudah dapat dikenali dengan:
1 : lemah
2 : sedang
3 : kuat
4 : sangat kuat

Hasil Perhitungan
1. Hasil perhitungan Presetase Respon Positif Konversi Rasa Asin
a. Kode Sampel 512 (0%)
∑ Respon Positif
% Respon Positif =
∑ Panelis
x 100%
1,5
= x 100%
23
= 6,52 %
b. Kode Sampel 701 (1%)
∑ Respon Positif
% Respon Positif =
∑ Panelis
x 100%
23
= x 100%
23
= 100%

c. Kode Sampel 445 (2%)


∑ Respon Positif
% Respon Positif =
∑ Panelis
x 100%
23
= x 100%
23
= 100%

d. Kode Sampel 673 (3%)


∑ Respon Positif
% Respon Positif =
∑ Panelis
x 100%
23
= x 100%
23
= 100%
e. Kode Sampel 981 (4%)
∑ Respon Positif
% Respon Positif =
∑ Panelis
x 100%
22
= x 100%
23
= 95,65%
2. Hasil Perhitungan Presentase Respon Positif Konversi Rasa Manis
a. Kode Sampel 123 (0%)
∑ Respon Positif
% Respon Positif =
∑ Panelis
x 100%
0
= x 100%
23
= 0%

b. Kode Sampel 281 (2%)


∑ Respon Positif
% Respon Positif =
∑ Panelis
x 100%

10
16,5
= x 100%
23
= 71,74%
c. Kode Sampel 541 (5%)
∑ Respon Positif
% Respon Positif =
∑ Panelis
x 100%
21,5
= x 100%
23
= 93,48%
d. Kode Sampel 728 (7%)
∑ Respon Positif
% Respon Positif =
∑ Panelis
x 100%
22,5
= x 100%
23
= 97,83%
e. Kode Sampel 834 (10%)
∑ Respon Positif
% Respon Positif =
∑ Panelis
x 100%
22,5
= x 100%
23
= 97,83%

11
Gambar 1.1 Uji Ambang Rangsangan Rasa Manis

Grafik Uji Ambang Rangsangan Rasa Manis


120

97.82 97.82
100 93.43

80 71,73
% Respon Positif

ambang pengenalan ambang ambang


pembeda/batas pembeda/batas
60

ambang mutlak
40

20
0
0
0 2 5 7 10
Konsentrasi (%)

Gambar 1.2 Uji Ambang Rangsangan Rasa Asin

Grafik Uji Ambang Rangsangan Rasa Asin


120
100 100 100
95.65
100

80
% Respon Positif

ambang batas ambang batas ambang batas


ambang
pembeda
60
ambang mutlak
40

20
6.52

0
0 1 2 3 4
Konsentrasi (%)

12
PEMBAHASAN

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses


pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan
yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga
berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus).
Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap
untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab
rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis
atau reaksi subyektif (Erina, 2010).
Uji threshold atau ambang rangsangan adalah suatu konsentrasi bahan terendah
yang mulai mendapatkan kesan yang wajar. Ambang rangsangan terdiri dari 4 macam
yaitu ambang mutlak, ambang pengenalan, ambang pembedaan dan ambang batas.
Ambang mutlak adalah sejumlah ukuran rangsangan terkecil yang berhasil
mendapatkan kesan, ambang pengenalan adalah bila jenis rangsangan terkecil tersebut
sudah dapat dikenali, ambang pembedaan adalah perbedaan terkecil (konsentrasi) dari
dua rangsangan yang dapat dikenali adanya perbedaan dan ambang batas adalah
konsentrasi terkecil dimana didapat kesan maksimum. Uji diatas dapat dilakukan
dengan penginderaan cecapan yang dapat dibagi menjadi empat cecapan utama yaitu
manis, asam, asin dan pahit. Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-
kuncup cecapan yang terletak pada papilla yaitu pada bagian noda merah jingga pada
lidah. Selain dari komponen-komponen citra rasa tersebut, komponen yang juga
penting adalah timbulnya perasaan seseorang setelah menelan suatu makanan.

13
Indera pencicip berfungsi untuk mrnilai cicip (taste) dari suatu makanan. Di
permukaan rongga mulut terdapat lapisan yang selalu bahsah yang terdapat sel-sel
peka. Sel-sel peka ini mengumpul membentuk susunan yang disebut putting pencicip.
Masing-masing putting pencicip biasanya hanya peka terhadao rasa tertentu, tetapi
kadang-kadang juga responsif terhadap beberapa rangsangan cicip. Putting pencicip
manusia hanya dapat membedakan empat cicip dasar yaitu manis, pahit, asam, dan
asin. Diluar keempat cicip dasar itu puting pencicip tidak terangsang atau responsive.
Tetapi beberapa peneliti menganggap rasa metalik dan rasa gurih juga hasil
penginderaan putting pencicip. Putting pencicip peka terhadap zat kimia yang
menghasilkan rangsangan. Kepekaan berturut-turut adalah pahit, asam, asin dan
manis. Kepekaan indera dipengaruhi banyak factor, misalnya pencicipan paling peka
pada pagi hari (pukul 9 – 10).
Rangsangan yang diberikan oleh suatu benda tidak selalu dapat menimbulkan
kesan. Rangsangan yang terlalu rendah tidak akan cukup untuk menimbulkan kesan
dan sebaliknya rangsangan yang terlalu tinggi juga akan memberikan kesan yang
berlebihan, sehingga mengganggu kesan konsumen. Rangsangan penyebab timbulnya
kesan dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan, yang disebut ambang rangsangan
(threshold). Dikenal beberapa ambang rangsangan, yaitu ambang mutlak (absolute
threshold), ambang pengenalan (Recognition threshold), ambang pembedaan
(difference threshold) dan ambang batas (terminal threshold). Ambang mutlak adalah
jumlah benda rangsang terkecil yang sudah mulai menimbulkan kesan. Ambang
pengenalan sudah mulai dikenali jenis kesannya, ambang pembedaan perbedaan
terkecil yang sudah dikenali dan ambang batas adalah tingkat rangsangan terbesar
yang masih dapat dibedakan intensitas.

14
Praktikum kali ini dilakukan uji sifat organoleptik yaitu dengan metode
pengenalan sifat inderawi. Pengenalan inderawi yang digunakan yaitu dengan
menggunakan indera pencicip atau lidah. Larutan yang digunakan adalah larutan
garam dan larutan gula dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Uji ambang
rangsangan dilakukan dengan penilaian secara subyektif (menggunakan alat indera).
Untuk mengetahui kepekaan panelis yaitu melihat penilaian yang dilakukan terhadap
sampel yang disajikan yaitu sampel rasa asin dan rasa manis. Kode sampel yang
diberikan larutan garam yaitu 512 (0%), 701 (1%), 445 (2%), 673 (3%) dan 981 (4%)
sedangkan kode sampel larutan gula yaitu 123 (0%), 231 (2%), 541 (5%), 728 (7%)
dan 843 (10%).
Uji ambang ransangan atau threshold kemudian dilakukan kepada 23 panelis
yang masing-masing diberi kesempatan untuk mencicipi seluruh sampel. Kemudian
dilakukan perhitungan persentase respon positif pada setiap sampel. Adapun hasil
respon positif pada masing-masing sampel larutan garam dengan kode 512 (0%), 701
(1%), 445 (2%), 673 (3%) dan 981 (4%) berturut-turut sebesar 6.52%, 100%, 100%,
100% dan 95.65%. sedangkan untuk larutan gula dengan kode sampel 123 (0%), 231
(2%), 541 (5%), 728 (7%) dan 843 (10%), memiliki hasil respon positif berturut-turut
sebesar 0%, 71.74%, 93.48%, 97.83% dan 97.83%. Dari perolehan respon positif
tersebut dapat dilakukan penentuan ambang ransangan dan disajikan dalam bentuk
grafik. Pada uji ambang ransangan rasa asin, didapatkan hasil yaitu kode sampel 701,
445 dan 673 termasuk kedalam ambang batas, sedangkan kode 981 merupakan
ambang pembeda. Pada uji ambang ransangan rasa manis, didapatkan hasil yaitu kode
sampel 231 merupakan ambang mutlak, kode sampel 541 merupakan ambang
pengenalan, kode 728 dan 843 merupakan ambang pembeda atau batas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam uji ambang rangsangan antara lain
kesesuaian pencicipan pada daerah puting pencicipan, kemampuan panelis dalam
memberikan intesitas kesan pada masing-masing sample, kepekaan indera pencicip,
pencicipan yang berulang-ulang sehingga tidak dapat membandingkan diantara
beberapa sampel karena telah mengalami kejenuhan pada indera pencicipnya. Selain
itu, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan uji ambang rangsangan yaitu
panelis yang melakukan uji sedang tidak dalam kondisi prima, panelis belum makan

15
sesuatu apapun untuk sarapan, panelis tidak melakukan respon yang spontan terhadap
kesan yang didapat sehingga perlu berulang kali mencoba, bisa juga karena panelis
belum terbiasa atau berpengalaman sehingga kurang dapat membedakan kesan dari
alat indera terhadap reaksi atau rangsangan yang diterima.

16
KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik


beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses


pengindraan.
2. Uji threshold atau ambang rangsangan adalah suatu konsentrasi bahan terendah
yang mulai mendapatkan kesan yang wajar.
3. Ambang rangsangan terdiri dari 4 macam yaitu ambang mutlak, ambang
pengenalan, ambang pembedaan dan ambang batas.
4. Pada uji ambang ransangan rasa asin, kode sampel 701, 445 dan 673 merupakan
ambang batas kode 981 merupakan ambang pembeda. Pada uji ambang ransangan
rasa manis, kode 231 merupakan ambang mutlak, kode 541 merupakan ambang
pengenalan, kode 728 dan 843 merupakan ambang pembeda atau batas.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam uji ambang rangsangan antara lain
kesesuaian pencicipan pada daerah puting pencicipan, kemampuan panelis dalam
memberikan intesitas kesan, kepekaan indera pencicip,

17
DAFTAR PUSTAKA

Agustina,L., Udiantoro dan Suhandriyanto, 2016. Penentuan Formulasi Bahan


Tambahan Sebagai Bahan Baku Substitusi Produksi Tempe Menggunakan
Uji Ambang Batas (Threshold) Dan Uji Kesukaan (Hedonik). Jurnal
ziraa’ah. 41(2): 212-221.

Erina, 2010. Evaluasi Sensori. FTP, UNEJ. Jember.

Hasanah, Uswatun, D.R. Adawiyah., dan B.Nurtama., 2014, Preferensi dan Ambang
Deteksi Rasa Manis dan Pahit Pendekatan Multikultural dan Gender. Jurnal
Mutu Pangan. 1(1): 1-8.

Kusmiadi, 2008. Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Rahayu. 2011. Evaluasi Sensori. Universitas Terbuka. Jakarta.

Setyaningsih, D. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press.
Bogor.

18

Anda mungkin juga menyukai