Anda di halaman 1dari 22

BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Senyawa yang diduga memiliki aktifitas anti kanker, harus di

ujikan terlebih dahulupada hewan percobaan. Metode Brine Shrimp

Lethality Test (BSLT) dengan menggunakan larva udang Artemia

salina Leach sebagai hewan uji merupakan salah satu metode yang

banyak digunakan untuk pencarian senyawa antikanker baru yang

berasal dari tanaman.

Hasil uji toksisitas dengan metode ini telah terbukti memiliki

korelasi dengan daya sitotoksis senyawa anti kanker. Selain itu,

metode ini juga mudah dikerjakan, murah, cepat dan cukup akurat.

Lebih dari itu uji larva udang ini juga digunakan untuk praskrining

terhadap senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai

antitumor. Dengan kata lain, uji ini mempunyai korelasi yang positif

dengan potensinya sebagai antikanker.

Artemia salina Leach merupakan komponen dari invertebrata dari

fauna pada ekosistem perairan laut. Udang renik ini mempunyai

peranan yang penting dalam aliran energi danrantai makanan.

Spesies invertebrata ini umumnya digunakan sebagai organisme

sentinelsejati berdasarkan pada penyebaran, fasilitas sampling, dan

luasnya karakteristik ekologidan sensifitasnya terhadap bahan kimia.

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami uji toksisitas dari suatu senyawa berdasarkan metode Brine

Shrimp Lethality Test (BST).

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui efek toksisitas dari

hewan uji yaitu larva udang laut (Artemia Salina L) berdasarkan metode

Brine Shrimp Lethality Test (BST).

D. Prinsip percobaan

Penentuan efek toksisitas suatu senyawa bahan alam terhadap larva

udang (Artemia Salina L) dengan menggunakan metode Brine Shrimp

Lethality Test (BST), dimana dimasukkan 10 ekor larva udang (Artemia

Salina L) ke dalam vial yang telah berisi ekstrak etanol buah sawo manila

dan air laut sebagai control dengan konsentrasi masing- masing 1, 10,

100, dan 1000 l. Kemudian diberikan 1 tetes ekstrak ragi sebagai sumber

nutrisi. Vial-vial tersebut disimpan ditempat yang cukup mendapat sinar

lampu. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan dengan melihat banyaknya

jumlah larva udang (Artemia Salina L) yang mati.

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

Suatu senyawa yang baru ditemukan (hasil isolasi maupun

sintesis) terlebih dahulu diuji dengan serangkaian uji farmakologik

pada organ terpisah maupun pada hewan (uji praklinik). Bila

ditemukan suatu aktivitas farmakologik yang mungkin bermanfaat,

maka senyawa yang lolos penyaringan ini akan diteliti lebih lanjut

(Gunawan, 2007).

Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat

terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok

farmakodinamika, karena efek terapeutis obat berhubungan erat

dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang

cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme

(Sola dosis facit venenum: hanya dosis membuat racun, Paracelsus)

(Tjay, 2007).

Untuk obat yang struktur kimianya belum diketahui dan untuk

sediaan tak murni atau campuran dari beberapa zat aktif , metode

spektrofotometer ultraviolet/ infrared, dan polarograf tidak dapat

dilakukan. Obat-obat ini diukur dengan metode biologis, yaitu dengan

bio-assay, dimana aktivitas ditentukan oleh organisme hidup (hewan,

kuman) dengan membandingkan efek obat tersebut dengan efek

suatu standar internasional (Tjay, 2007).

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

Suatu senyawa yang baru ditemukan (hasil isolasi maupun

sintesis) terlebih dahulu diuji dengan serangkaian uji farmakologik

pada organ terpisah maupun pada hewan (uji praklinik). Bila

ditemukan suatu aktivitas farmakologik yang mungkin bermanfaat,

maka senyawa yang lolos penyaringan ini akan diteliti lebih lanjut

(Gunawan, 2007).

Sebelum calon obat baru ini dapat dicobakan pada manusia,

dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk meneliti sifat

farmakodinamik, farmakokinetik, dan efek toksisnya pada hewan

coba. Dalam studi farmakokinetik ini tercakup juga pengembangan

teknik analisis untuk mengukur kadar senyawa tersebut dan

metabolitnya dalam cairan biologik. Semuanya ini diperlukan untuk

memperkirakan dosis efektif dan memperkecil resiko penelitian pada

manusia (Ganiswarna, 1995).

Studi toksikologi pada hewan umumnya dilakukan dalam 3

tahap, masing-masing pada 2-3 spesies hewan coba. Penelitian

toksisitas akut bertujuan mencari besarnya dosis tunggal yang

membunuh 50% dari sekelompok hewan coba (LD50). Pada tahap ini

sekaligus diamati gejala toksik dan perubahan patologik organ pada

hewan yang bersangkutan. Penelitian toksisitas jangka panjang,

bertujuan meneliti efek toksik pada hewan coba setelah pemberian

obat ini secara teratur dalam jangka panjang dan dengan cara

pemberian seperti pada pasien lainnya. Penelitian toksisitas khusus

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

meliputi penelitian terhadap sistem reproduksi termasuk teratogenitas,

uji karsinogenitas dan mutagenisitas, serta uji ketergantungan

(Gunawan, 2007).

Efek toksik, atau toksisitas suatu obat dapat diidentifikasi

melalui pemantauan batas terapeutik obat tersebut dalam plasma

(serum). Tetapi, untuk obat-obat yang mempunyai indeks terapeutik

yang lebar, batas terapeutik jarang diberikan. Untuk obat-obat yang

mempunyai indeks terapeutik sempit, seperti antibiotika

aminoglikosida dan antikonvulsi, batas terapeutik dipantau dengan

ketat. Jika kadar obat melebihi batas terapeutik, maka efek toksik

kemungkinan besar akan terjadi akibat dosis yang berlebih atau

penumpukan obat (Kee, 1996).

Toksisitas adalah efek berbahaya dari bahan kimia atau suatu

obat pada organ target. Umumnya setiap senyawa kimia mempunyai

potensi terhadap timbulnya gangguan atau kematian jika diberikan

kepada organisme hidup dalam jumlah yang cukup (Hayes, 1986).

Efek toksik terjadi sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran

maupun mekanisme kerjanya. Efek toksik dapat bersifat, (Hayes,

1986) :

a. Lokal : yaitu hanya terjadi pada tempat bahan toksik

bersentuhan dengan tubuh, misalnya pada saluran pencernaan,

iritasi gas atau uap saluran nafas.

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

b. Sistemik : terjadi hanya setelah toksikan tersekap dn

tersebar ke bagian tubuh yang lain. Umumnya toksikan hanya

mempengaruhi satu atau beberapa organ saja.

c. Reversibel : jika efek yang ditimbulkan dapat hilang

dengan sendirinya atau dapat hilang beberapa waktu setelah

pemaparan toksikan tertentu.

d. Irreversibel : yaitu efek yang menetap atau justru

bertambah parah setelah pemaparan toksikan terhenti.

Angka kematian hewan coba dihitung sebagai Median Lethal

Dose (LD50) atau Median Lathal Concentration (LC50). Penggunaan

LC50 dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan dengan perlakuan

terhadap hewan coba secara inhalasi atau menggunakan media air.

Kematian pada hewan percobaan digunakan sebagai pedoman untuk

memperkirakan dosis kematian pada manusia (Cassaret, 1975).

Disamping itu, nilai LC50 juga dapat digunakan untuk

menentukan tingkat efek toksik suatu senyawa sehingga dapat juga

untuk memprediksi potensinya sebagai anti kanker karena senyawa

anti kanker umumnya bersifat toksik (Cassaret, 1975)

Belakangan ini telah banyak pengujian tentang toksisitas yang

dikembangkan untuk pencarian produk alam yang potensial sebagai

bahan antineoplastik. Metode pengujian tersebut antara lain Simple

Brench-Top Bioassay (terdiri dari Brine Shrimp Lethality Test, Lemma

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

Minor Bioassay dan Crown-Gall Potato Disc Bioassay) dan pengujian

pada sel telur bulu babi (Anonim, 2012) :

1. Dengan berdasarkan pada pemikiran bahwa efek

farmakologi adalah toksikologi sederhana pada dosis yang rendah

dan sebagian besar senyawa anti tumor adalah sitotoksik, maka

Brine Shrimp Lethality Test dapat digunakan sebagai uji

pendahuluan senyawa anti tumor. Senyawa yang mempunyai

kemampuan membunuh larva udang diperkirakan juga mempunyai

kemampuan membunuh sel kanker dalam kultur sel. Pengujian ini

adalah pengujian letalitas yang sederhana dan tidak spesifik untuk

aktifitas tumor, tetapi merupakan indicator toksisitas yang baik dan

menunjukkan korelasi yang kuat dengan pengujian antitumor

lainnya seperti uji sitotoksitas dan uji leukemia tikus. Karena

kesederhanaan prosedur pengerjaan, biaya yang rendah serta

korelasinya terhadap pengujian toksisitas dan pengujian antitumor

menjadikan Brine Shimp Lethality Test sebagai uji hayati

pendahuluan untuk aktivitas tumor yang sesuai dan dapat

dilakukan secara rutin di Laboratorium dengan fasilitas sederhana.

2. Metode BST juga digunakan untuk mendeteksi

keberadaan senyawa toksik dalam proses isolasi senyawa dari

bahan alam yang berefek sitotoksik dengan menentukan harga

LC50 dari senyawa aktif. Metode BST dapat digunakan dari

berbagai system uji seperti uji pestisida, mitotoksin, polutan,

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

anastetik, komponen seperti morfin, karsinogenik, dan ketoksikan

dari hewan dan tumbuhan laut serta senyawa racun dari tumbuhan

darat.

3. Lemma Minor Bioassay terutama digunakan sebagai

uji pendahuluan terhadap bahan yang dapat menghambat dan

meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan pengujian ini dapat

diamati bahwa senyawa anti tumor alami juga dapat menghambat

pertumbuhan lemma, walaupun korelasinya dengan pengujian anti

tumor lainnya kurang baik. Oleh karena pengujian ini lebih

diarahkan untuk mencari herbisida dan stimulant pertumbuhan

tanaman baru.

4. Crown-Gall Potato Disc Bioassay merupakan metode

pengujian toksisitas yang relatif cepat pengerjaannya, tidak mahal,

tidak memerlukan hewan percobaan serta menunjukkan korelasi

yang sangat baik dengan uji antitumor lainnya.

5. Pengujian pembelahan sel telur bulu babi dilakukan

dengan mengamati pengamatan penghambatan pembelahan sel

telur oleh suatu senyawa, diamati secara normal pembelahan sel

telur tersebut terjadi dengan cepat. Keuntungan dari metode ini

adalah pengerjannya yang relative cepat, tidak memerlukan kultur

sel serta peralatan dengan metode khusus. Seperti sel kanker,

embrio Bulu Babi juga mempunyai sensitivitas selektif terhadap

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

obat sehingga pengujian dengan cara ini menjadi metode yang

layak bagi penentuan bahan yang akan dievaluasi lebih lanjut.

Walaupun semua sel bereproduksi selama embriogenesis,

hanya sel sel tertentu yang terus melakukannya setelah beberapa

bulan kelahiran bayi. Sel sel yang bereproduksi, seperti sel hati, kulit

dan gastrointestinal, menduplikasi secara persis DNA mereka dan

kemudian membelah menjadi dua sel anak. Sele bereproduksi melalui

sebuah proses, yang disebut siklus sel. Sel sel yang tidak

bereproduksi setelah lahir, misalnya sel otot skeletela, tidak menjalani

siklus sel ini. Perjalanan siklus sel ini secara ketat dikontrol dan dapat

dihentikan atau dimulai bergantung pada kondisi sel dan sinyal yang

diterimanya, yang sebagian bahasannya diuraikan berikut ini. Sel sel

yang bereproduksi biasanya melalui siklus sel dengan kecepatan yang

sudah semestinya kecepatannya dapat ditambahkan atau dikurangi.

Sel yang bereproduksi secara lambat, atau tidak sama sekali,

menghabiskan sebagian besar waktu mereka pada stadium interfase

tahap gap (G1 atau G2). Sel sel yang membelah secara kontinu

tidak menghabiskan banyak waktu di tahap gap ini, dan sering kali

bergerak kemenjalani siklus sel (Corwin, 2009).

Siklus sel dikontrol oleh konstribusi berbagai gen yang

bererspon terhadap tanda pemadatan sel, cedera jaringan, dan

kebutuhan untuk tumbuh. Secara umum, sel menjalani siklusnya jika

distimulasi oleh faktor hormon dan pertumbuhan yang diekskresi oleh

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

sel sel yang jauh, oleh faktor pertumbuhan yang diproduksi secara

lokal, dan oleh isyarat kimia yang dilepaskan dari sel sekitarnya,

termasuk sitokinin yang dihasilkan oleh sel imun dan sel radang.

Isyarat eksternal ini bertindak mengikat reseptor spesifik yang ada di

membran plasma sel target. Setelah terikat, kompleks reseptor

mengaktifkan sistem penghantar kedua (Second Massenger system),

yang mengirimkan sinyal pertumbuhan ke inti sel. Ketika sinyal

mencapai inti sel. Protein tertentu yang ada di inti sel, yang disebut

faktor transkripsi, mengaktifkan atau menginaktifkan gen khusus yang

pada akhirnya menghasilkan protein yang mengontrol proliferasi sel.

Gen yang diaktifkan jugan menghasilkan protein yang memberikan

umpan balik terhadap setia tahap sinyal dan stimulasi penghantar

untuk memperkuat untuk meminimalkan efek stimulasi awal (Corwin,

2009).

Berikutnya akan diuraikan isyarat eksternal yang mengontrol

pertumbuhan sel dan menyajikan contoh sistem penghantar kedua

yang penting. Akhirnya akan disajikan dua kategori besar gen yang

produksi akhirnya mengontrol siklus sel, yaitu gen supresor/penekan

tumor dan proto onkogen. Proto onkogen adalah gen yang

ditemukan di sel, yang ketika diaktifkan, merangsang sel untuk

menjalani siklus sel untuk menjalani siklus sel sehingga menghasilkan

pertumbuhan dan proliferasi sel. Gen ini dapat merangsang terjadinya

siklus sel disemua tingkatan, termasuk (1) menghasilkan produksi

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

yang membentuk reseptor membran untuk mengikat hormon dan

bahan kimia perangsang pertumbuhan, (2) meningkatkan

pertumbuhan protein penghantar kedua, termasuk protein ras, yang

mentransfer sinyal pertumbuhan ke inti sel, dan (3) menghasilkan

faktor transkripsi yang mengaktifkan gen vital yang mendorong

pertumbuhan an sel (mis., keluarga gen myc) (Corwin, 2009).

DIFERENSIASI SEL

Selama perkembangan, sel normal akan ber diferensiasi.

Diferensiasi sel berarti bahwa suatu sel menjadi khusus dalam struktur

dan fungsinya, dan berkumpul dengan sel selyang berdiferensiasi

serupa. Sebagai contoh, sebagian sel embrionik ditakdirkan untuk menjadi

sel retina, selain yang lain ditakdirkan untuk menjadi sel kulit atau jantung.

Semakin tinggi diferensiasi sebuah sel, semakin jarang sel tersebut masuk

ke siklus sel untuk bereproduksi, dan membelah. Sel sel saraf, yang

tidak mengalami reproduksi, adalah sel yang berdiferensiasi tinggi. Sel

yang jarang atau tidak pernah mengalami siklus sel tidak mungkin menjadi

sel kanker, sedangkan sel yang sering menjalani siklus sel lebih mungkin

cenderung mengalami kanker. Diferensiasi tampaknya terjadi akibat

supresi selektif gen tertentu pada beberapa sel, sedangkan pada sel lain,

gen yang sama tetap aktif. Diferensiasi setiap sel dan jaringan tampaknya

mempengaruhi diferensiasi sel dan jaringan disekitarnya. Sel melepaskan

faktor pertumbuhan khusus yang menuntun diferensiasi sel sekitar

(Corwin, 2009).

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

B. Uraian Bahan dan Obat

1. Uraian Bahan

a. Air Suling (Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Aqua,Air suling

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

b. Air laut

Komposisi :

Air 96,5 %

Garam 3,5 %

Dalam 3,5 garam mengandung :

a. Senyawa klorida 55 % wt

b. Senyawa sulfat 7,7 % wt

c. Sodium 30,6 % wt

d. Calsium 1,2 % wt

e. Potassium 1,1 % wt

f. Magnesium 3,7 % wt

g. Lain-lain 0,7 % wt

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

c. Ragi (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Ekstrak ragi

Sinonim : Sari ragi

Pemerian : Kuning kemerahan, bau khas

Kelarutan : Larut dalam air, membentuk larutan

kuning

Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik.

Kegunaan : Sebagai sumber makanan Artemia salina

C. Uraian Hewan Coba

Klasifikasi hewan

Klasifikasi Artemia salina (Mudjiman, 1995)

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthropoda

Class : Crustacea

Ordo : Arostracia

Familia : Artemiidae

Genus : Artemia

Species : Artemia salina

Karakteristik Artemia salina

a. Siklus Hidup Artemia salina

Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista

atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25C kista akan

menetas manjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

masih akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini

embrio akan menyelesaikan perkembangannya kemudian

berubah menjadi naupli yang sudah akan bisa berenang bebas.

Pada awalnya naupli akan berwarna orange kecoklatan akibat

masih mengandung kuning telur. Artemia yang baru menetas

tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum terbentuk

dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas mereka akan ganti

kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka

akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri,

dan detritus organik lainnya. Pada dasarnya mereka tidak akan

peduli (tidak pemilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama

bahan tersebut tersedia diair dengan ukuran yang

sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum

menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata

berukuran sekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang

tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan 20

mm. Pada kondisi demikian biomasnya akan mencapi 500 kali

dibandingakan biomas pada fase naupli.

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah

aerator, batang pengaduk, gelas ukur, lampu, mikropipet, pipet skala,

pipet tetes, plastik, timbangan analitik, thermometer, toples, dan vial.

b. Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu air

laut, air suling, aluminium voil, ekstrak buah sawo manila, ekstrak ragi,

kertas saring, plastik

B. Prosedur Kerja

Pembuatan bahan praktikum

- Pembuatan suspensi ragi

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang ragi 1 mg

3. Ditambahkan dengan 10 ml air laut lalu diaduk lagi hingga

homogen

4. Disimpan ragi tersebut pada gelas ukur dan siap digunakan

Pemilihan dan pemeliharaan hewan coba

a. Direndam sebanyak 50 mg telur Artemia salina Leach ke dalam

250 ml air laut pada kondisi pH 8-9 dibawah cahaya lampu dan

suhu 25oC yang dilengkapi aerator.

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

b. Setelah 24 jam telur akan menetas dan menjadi larva. Larva yang

telah berumur 48 jam akan digunakan sebagai hewan uji untuk diuji

aktivitas toksisnya

Perlakuan hewan coba

1. Dimasukkan 10 ekor larva Artemia salina Leach ke dalam masing-

masing vial yang berisi sampel uji (Ekstrak Metanol Buah Sawo

Manila) dengan berbagai konsentrasi yaitu 1, 10, dan 100, dan

1000 dan larutan kontrol (Air laut).

2. Dicukupkan volumenya sampai 10 ml dengan air laut

3. Ditambahkan 1 tetes suspensi ekstrak ragi

4. Disimpan vial-vial uji di tempat yang cukup mendapat sinar lampu

5. Dilakukan pengamatan setelah 24 jam terhadap larva yang mati

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

B. Pembahasan

Brine Shrimp Lethality Test (BST) merupakan metode yang

menggunakan udang laut Artemia salina Leach yang mana diajukan

sebagai suatu bioassay sederhana untuk penelitian produk alamiah.

Brine Shrimp Lethality Test (BST) merupakan uji pendahuluan suatu

senyawa yang memiliki keuntungan dimana hasilnya yang diperoleh

lebih cepat (24 jam), tidak mahal, mudah pengerjaannya dari

pengujian lainnya karena tidak membutuhkan peralatan dan latihan

khusus, sampel yang digunakan relatif sedikit. Efek toksik dapat

diketahui atau diukur dari kematian larva karena pengaruh bahan uji.

Toksisitas adalah efek berbahaya dari bahan kimia atau suatu

obat pada organ target. Umumnya setiap senyawa kimia mempunyai

potensi terhadap timbulnya gangguan atau kematian jika diberikan

kepada organisme hidup dalam jumlah yang cukup.

Adapun siklus hidup dari Artemia salina Leach , dimulai dari kista

atau telur, kemudian menjadi embrio, embrio ini masih akan melekat

pada kulit kista, setelah menjadi embrio dia akan menjadi nauplii,

nauplii inilah yang berenang bebas dan memulai hidupnya, dan dalam

fase ini mulai mencari makanan untuk dirinya sendiri. Setelah itu

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

menjadi Artemia dewasa, setelah dewasa Artemia jantan dan Artemia

betina bertemu dan mengalami perkembang biakan, dan lahirlah

kembali kista ataupun telur.

Alasan digunakannya larva udang dalam percobaan ini adalah

karena larva udang merupakan general biossay sehingga semua zat

dapat menembus masuk menembus dinding sel larva tersebut.

LC50 adalah konsentrasi dari suatu senyawa kimia di udara atau

dalam air yang dapat menyebabkan 50% kematian pada suatu

populasi hewan uji atau makhluk hidup tertentu. Penggunaan LC 50

dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan dengan perlakuan terhadap

hewan uji secara berkelompok yaitu pada saat hewan uji dipaparkan

suatu bahan kimia melalui udara maka hewan uji tersebut akan

menghirupnya atau percobaan toksisitas dengan media air. Nilai LC 50

dapat digunakan untuk menentukan tingkat efek toksik suatu senyawa

sehingga dapat juga untuk memprediksi potensinya sebagai

antikanker.

Dalam percobaan kali ini digunakan 4 variasi konsentrasi yang

berbeda masing-masing konsentrasi 1, 10, 100 dan 1000 g/ml untuk

membandingkan toksisitas dan efek toksik yang ditimbulkan masing-

masing konsentrasi tersebut. Setelah itu, untuk melihat pada

konsentrasi berapakah larva udang mengalami LC50. Dan air laut

sebagai kontrol dimaksudkan untuk melihat apakah respon kematian

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

dari sampel dan bukan dari laut. Selain itu digunakan ekstrak beruwas

laut karena tanaman tersebut memiliki khasiat sebagai obat antikanker.

Dengan berdasarkan pada pemikiran bahwa efek farmakologi

adalah toksikologi sederhana pada dosis yang rendah dan sebagian

besar senyawa antitumor adalah sitotoksik, maka Brine Shrimp

Lethality Test (BST) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan

senyawa antitumor. Senyawa yang mempunyai kemampuan

membunuh larva udang diperkirakan juga mempunyai kemampuan

membunuh sel kanker dalam kultur sel.

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat kita simpulkan bahwa ekstrak n-heksan

daun beruwas laut bersifat tidak toksik berdasarkan nilai LC50 = 1,18 g/ml

< 1000 g/ml dengan nilai SE tidak lebih LC50 dari sampel adalah 1,18

g/ml dengan SE tidak lebih dari 0,54 g/ml

B. Saran

Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati menggunakan alat

laboratorium.

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi 3.


Fakultas Farmasi UMI : Makassar.

Corwin, Elizabeth J, 2009. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku


Kedokteran EGC : Jakarta.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.

Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi IV. FK-UI:


Jakarta.

Hayes, A.W. 1986. Principles and Methods of toxicology. Raven Press :


New York.

Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.


EGC: Jakarta.

Mudjiman, A. 1998. Udang Renik Air Asin. Bhrata Karya Aksara, Jakarta.

Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika:


Jakarta.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC: Jakarta.

Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan.


EGC: Jakarta.

Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting. Gramedia: Jakarta.

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

Disiapkan alat dan bahan

Disiapkan ekstrak etanol buah sawo manila 100 mg/ 10 ml etanol

Dipipet kedalam vial masing-masing konsentrasi 1, 10, 100, 1000 l/ ml.

Diuapkan pelarut vial

Ditambahkan 5 ml air laut dalam vial dan dimasukkan 10 ekorlarva udang

Dicukupkan volumenya hingga 10 ml dan ditambah 1 ekstrak ragi

Diamati setelah 24 jam

ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL NURFADILLAH P.


150 2014 0152

Anda mungkin juga menyukai