Anda di halaman 1dari 2

KASUS PERUNDANG UNDANGAN

1. Seorang lelaki umur 45 tahun (sudah menikah) ke apotek A untuk

membeli obat karena sakit, keluhan sakit adalah GO (sipilis), Apoteker

kenal dekat dengan pasien, dimana pasien bekerja sebagai supir truk

dan sering mampir di tempat lokalisasi. Apoteker memberikan

antibiotik X dengan menaikkan harganya 4x lipat dengan harapan

memberikan efek jera pada temannya tersebut (pasien).


2. Disuatu RS. X salah satu kabupaten yang kurang bagus ekonominya

dengan jumlah penerimaan resep yang tinggi. Pelayanan bisa sampai

jam 3, dengan fasilitas ruang tunggu yang terbatas maka keluarga

pasien ang antri jadi tidak nyaman dan sering membuat keluarga

pasien mudah marah pada petugas farmasi. Perusahaan obat A

menawarkan kerja sama pada apoteker akan membangun dan

melengkapi fasislitas sama apotek tersebut. Seperti ruangan di

perbaik, Ac, TV mebel dll. Dan apoteker diminta menyediakan obat

dan tidak menyediakan obat dan tidak menerima golongan obat

Amoxicilin dan neurotropik lainnya.


3. Ibu A membawa anak umur 2 tahun ke apotek dengan kondisi kejang

dan demam, ibu A adalah tetangga yang dikenal dengan baik oleh

apoteker, dan apoteker sudah tau kalau anak tersebut sering

mengalami kejang dan demam, dan setiap kejang dibawa ke RS


kabupaten dan diberi anti kejang lewat dubur. Ibu A membeli obat anti

kejang tersebut dan meminta tolong untuk apoteker memasukkan obat

tersebut karena ibu tersebut tidak berani memberikannya dan mau

dibawa ke dokter praktek RS namun tidak memiliki kendaraan.


4. Seorang bapak umur 55 tahun datang ke apotek dengan

menggendong anak umur 5 tahun, yang tampak kurus dan lemas,

sambil memegang obat bapak bertanya, harga obat kepada apoteker,

mahal tidak ya bu? Saya hanya membawa uang Rp.100.000,- dan

masih untuk ongkos naik kendaraan umum menuju pulang ke rumah.

Ternyata total biaya Rp.200.000,- . Kata apoteker sebenarnya harga

obat bisa lebih murah asal diganti dengan obat generik, dan untuk

menghubungi dokter sang apoteker berfikir karena dokter tersebut

biasanya marah jika obat yang diresep diganti. Sebab dokter tersebut,

sudah menjalin kerjasama dengan perusahaan obat yang ada diobat

(resep). Apalagi posisi apoteker bukan sebagai pemilik sarana apotek,

namyun hanya apoteker yang baru 2 bulan kerja.


5. Ny B umur 30 tahun, ke apotek untuk membeli obat untuk penyakit

yang di idap yaitu penyakit menular sexual. Dan sang suami

menanyakan kepada apotekernya bagaimna cara kerja, pemakain dan

efek samping obat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai