Anda di halaman 1dari 20

UJI TOKSISITAS

PENDAHULUAN
Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek
toksik suatu zat pada sistem biologi dan untuk
memperoleh data dosis respon yang khas dari sediaan
uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi
informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut
bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat
ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan
manusia.
 Uji toksisitas menggunakan hewan uji sebagai model berguna
untuk melihat adanya reaksi biokimia, fisiologik dan patologik
pada manusia terhadap suatu sediaan uji. Hasil uji toksisitas
tidak dapat digunakan secara mutlak untuk membuktikan
keamanan suatu bahan/ sediaan pada manusia, namun dapat
memberikan petunjuk adanya toksisitas relatif dan membantu
identifikasi efek toksik bila terjadi pemaparan pada manusia.
 Faktor-faktoryang menentukan hasil uji toksisitas secara in vivo
dapat dipercaya adalah: pemilihan spesies hewan uji, galur dan
jumlah hewan; cara pemberian sediaan uji; pemilihan dosis uji;
efek samping sediaan uji; teknik dan prosedur pengujian
termasuk cara penanganan hewan selama percobaan.
Berdasarkan Gejala
yang timbul

KUALITATIF Respon tubuh


terhadap racun tidak
spesifik karena belum
ada yang khas
(Pathognomonik
Uji Toksisitas

Uji toksisitas terhadap


hewan uji

KUANTITATIF

Penelitian
epidemiologi
Uji Kualitatif
Gejala keracunan dan penyebabnya
Fibrosis: terbentuknya jaringan ikat berlebihan
Granuloma: terdapat jaringan radang yang kronik
Demam: temperatur badan melebihi normal
Asfiksia: keadaan kekurangan oksigen
Alergi: sensitivitas berlebihan
Kanker: tumor ganas
Mutan: generasi yang secara genetik berbeda dari induknya
Teratogen: cacat bawaan
Keracunan sistemik: menyerang seluruh anggota tubuh
Granuloma

adalah kelainan pada


jaringan tubuh yang muncul
akibat peradangan. Dalam
pemeriksaan mikroskopik,
kelainan ini bisa terlihat
sebagai kumpulan sel-sel
radang pada jaringan dalam
pemeriksaan mikroskopik.
Munculnya granuloma bisa
disebabkan oleh beberapa
hal, seperti infeksi atau
karena paparan zat kimia.
Fibrosis
Paru - paru
UJI TERATOGENISITAS
 Uji teratogenisitas adalah suatu pengujian untuk memperoleh informasi
adanya abnormalitas fetus yang terjadi karena pemberian sediaan uji
selama masa pembentukan organ fetus (masa organogenesis). Informasi
tersebut meliputi abnormalitas bagian luar fetus (morfologi), jaringan
lunak serta kerangka fetus.
 Prinsip uji teratogenisitas adalah pemberian sediaan uji dalam beberapa
tingkat dosis pada beberapa kelompok hewan bunting selama paling
sedikit masa organogenesis dari kebuntingan, satu dosis per kelompok.
Satu hari sebelum waktu melahirkan induk dibedah, uterus diambil dan
dilakukan evaluasi terhadap fetus.
Teratogenik
Analisis Kuantitatif
Sebelum melakukan uji kuantitatif :

Kenali Sifat Kimia-Fisika


Xenobiotik

Untuk menetukan :
• Portal Entri dalam uji toksisitas
• Hewan Uji yang akan digunakan
Analisa Kuantitatif
Istilah untuk menyatakan toksisitas suatu zat :
 Dosis Letal (LD)
 Jumlah zat yang betul – betul masuk ke dalam tubuh organisme, uji yang menyebabkan
respons berupa kematian organisme uji
 Untuk mencari dosis aman menggunakan LD 50 (dosis yang mematikan 50% organisme uji)
 Konsentrasi Letal (LC)
 Konsentrasizat yang berada di luar tubuh organisme yang menyebabkan respons berupa
kematian organisme uji
 Mempermudah menentukan konsentrasi zat yang aman yang boleh ada di lingkungan
Istilah toksisitas yang lain :
 NOEL (no observed effect level :
digambarkan sebagai dosis dimana
tidak ada efek yang teramati
 NOAEL (no observed adversed effect
level) ) scr statistik tdk menimbulkan
efek merugikan
 NOEL dan NOAEL merupakan
hubungan langsung antara dosis dan
efek samping dari bahan kimia
Uji Toksisitas

 Tujuan : Untuk menilai efek akut, sub akut dan kronis


 Uji dilakukan berdasarkan waktu
 Ada 3 kelompok uji toksisitas :
1. Uji akut/Uji Tingkat I (Uji jangka Pendek)
2. Uji Sub Kronis (Uji Tingkat II)
3. Uji Kronis (Uji Tingkat III)
Uji Tingkat I

 Terdiri atas :
 Uji dosis-respons untuk mencari LD/LC dan kemungkinan kerusakan berbagai
organ
 Uji iritasi mata dan kulit
 Screening pertama terhadap mutagenesitas (SAL, MOLY, ABS dan SCE)

 SAL = Ames Salmonella/microsome mutagenesis assay


 ABS = Assay for chromosome abberation
 SCE = Sister chromated exchange induction
 MOLY = Mouse lymphoma L5178Y cell mutagenesis assay
Uji Tingkat I/ Uji Toksisitas Akut
 Uji toksisitas akut adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek
toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji
yang diberikan secara oral dalam dosis tunggal, atau dosis berulang yang
diberikan dalam waktu 24 – 96 jam.
 Prinsip uji toksisitas akut oral yaitu, sediaan uji dalam beberapa tingkat
dosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis
per kelompok, kemudian dilakukan pengamatan terhadap adanya efek
toksik dan kematian. Hewan yang mati selama percobaan dan yang
hidup sampai akhir percobaan di otopsi untuk dievaluasi adanya gejala-
gejala toksisitas.
 Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk mendeteksi
toksisitas intrinsik suatu zat, menentukan organ
sasaran, kepekaan spesies, memperoleh informasi
bahaya setelah pemaparan suatu zat secara akut,
memperoleh informasi awal yang dapat digunakan
untuk menetapkan tingkat dosis, merancang uji
toksisitas selanjutnya, memperoleh nilai LD50 suatu
bahan/ sediaan, serta penentuan penggolongan
bahan/ sediaan dan pelabelan.
DILANJUTKAN DI FILE BERIKUT...
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai