Anda di halaman 1dari 43

Oktob

er
Click icon to add picture
2 02 0

Meto
de P
e
Toks ngujian
isitas

Devie Maulani Zaen 12018020


Lisna Hasanah 12018043
L.T Satrio 12018041
Muhammad Ali Jafar 12018081
Novi
anis
hulu an
Penda
• Toksikologi adalah kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik
berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya
(Frank C. Lu; Toksikologi dasar)
• Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat
pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang
khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk
memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila
terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis
penggunaannya demi keamanan manusia.

ADD A FOOTER 2
ks is ita s
Uji to
Uji untuk mendeteksi efek toksik Yang perlu diperhatikan pada uji toksisitas :
suatu zat pada sistem biologi dan
untuk memperoleh data pada • Pemilihan species, galur dan jumlah hewan uji
dosis tertentu yang khas dari zat • Cara pemberian zat uji
uji.
• Pemilihan dosis uji

• Sifat fisika dan kimia zat uji

• Efek samping zat uji dan kespesifikan organ


tertentu.

ADD A FOOTER • Teknik dan prosedur pengujian 3


K S I SIT AS
TIPE TO
P E S IFI K
S
• Uji toksisitas yang menentukan efek • Uji toksisitas untuk menentukan
suatu zat dengan adanya zat-zat kemampuan zat untuk menimbulkan tumor,
tambahan yang mungkin secara yakni uji kemampuan tumorigenisitas dan
bersama-sama dijumpai, dan dimana
toksisitas dari satu zat atau yang lain karsinogenisitas.
diperkuat yaitu upotensi. • Uji toksisitas efek lokal untuk menentukan
• Uji toksisitas untuk menentukan efek biiamana zat-zat itu dipakai secara langsung
atas janin (fetus) pada hewan hamil pada kulit dan mata.
yakn uji teratogenik. • Uji toksisitas untuk menentukan efek zat
• Uji toksisitas untuk menentukan efek atas berbagai macam pola tingkah laku
atas kemampuan reproduktif hewan hewan, yakni uji perilaku.
eksperimental yakni uji reproduksi.
• Uji toksisitas untuk menentukan efek
pada sistem kode genetika, yakni uji
mutagenik.
ADD A FOOTER 4
R UM E FEK
SPEKT
TOKSIK
• Efek lokal dan sistemik

• Efek reversibel dan ireversibel


• Efek segera dan tertunda
• Efek morfologis, fungsional, dan biokimiawi
• Reaksi alergi dan idiosinkrasi
• Respon bertingkat dan respon kuantal
ADD A FOOTER 5
, D IS T RI BUSI
ABSORPSI SI
E
DAN EKSR
• Distribusi : laju distribusi ke tiap bagian
tubuh berhubungan dengan aliran darah di

Suatu toksikan melewati membran sel melalui 4 bagian tersebut, mudah tidaknya zat kimia itu

mekanisme : difusi pasif, filtrasi lewat pori-pori melewati dinding kapiler dan membran sel,

membran, transpor dengan bantuan protein serta afinitas komponen bagian tubuh

carier, endositosis. terhadap zat kimia itu.

Jalur utama absorpsi toksikan adalah : • Eksresi: toksikan dikeluarkan dalam bentuk
asal, metabolit, atau konjugat. Jalur utama
eksresi adalah urin, bisa juga hati dan paru.

ADD A FOOTER 6
FO R MASI
S
BIOTRANN
TOKSIKA
Biotransformasi suatu proses yang mengubah asal menjadi metabolit,
kemudian membentuk konjugat.
William membagi mekanisme biotransformasi dalam 2 jenis utama :
• reaksi fase 1 melibatkan reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisis.
• reaksi fase 2 merupakan produksi suatu senyawa melalui konjugasi
toksikan atau metabolitnya dengan suatu metabolit endogen.

ADD A FOOTER 7
N A N G ANAN
PE AN
KE R AC UN

• Menjaga fungsi vital (respirasi, SSP, kardiovaskular & sistem vital


lain) Menghambat absorpsi racun
• Pemberian antidote Mempercepat eliminasi racun

ADD A FOOTER 8
m a n u j i
Pedo
to k s is it a s Bila dianggap praktis sedapat mungkin menggunakan satu atau lebih spesies
yang secara biologis memperlakukan suatu bahan yang secara kualitatif
semirip mungkin dengan manusia.
Terdapat lima pedoman
uji toksisitas (Weil,
1972) dalam buku ajar Bila mudah dikerjakan, gunakan beberapa tingkatan dosis, dengan alasan
toksikologi umum (I aksi/efek pada manusia dan hewan berkaitan dengan dosis.
Made, 2006) yaitu:
Efek yang ditimbulkan pada tingkat dosis yang lebih tinggi bermanfaat untuk
melukiskan kerja mekanisme aksi, tetapi untuk suatu bahan dan efek
berbahaya, ada tingkat dosis untuk manusia atau hewan dengan dosis rendah
dimana efek berbahaya ini tidak akan muncul.

Uji statistika untuk signifikansi itu sahih hanya pada satuan eksperimental
yang secara matematika telah dirambang di antara dosis dan kelompok
kontrol bersangkutan

Efek yang diperoleh melalui suatu jalur pemberian kepada hewan uji tidak
ADD A FOOTER
apreori dapat diterapkan pada efek melalui jalur pemberian lain pada manusia. 9
Jalur yg dipilih adalah dimana eksposisi akan terjadi.
ol on g an
Pengg
Toksis it as
Uji Toksisitas Akut oral

Prinsip Tujuan
• Prinsip uji toksisitas akut oral yaitu, sediaan • Tujuan uji toksisitas akut oral adalah untuk
uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan mendeteksi toksisitas intrinsic suatu zat,
pada beberapa kelompok hewan uji dengan menentukan organ sasaran, kepekaan spesies,
satu dosis perkelompok, kemudian dilakukan memperoleh informasi bahaya setelah pemaparan
pengamatan terhadap adanya efek toksik dan suatu zat secara akut, memperoleh informasi awal
kematian. Hewan yang mati selama yang dapat digunakan untuk menetapkan tingkat
percobaan dan yang hidup sampai akhir dosis, merancang uji toksisitas selanjutnya,
percobaan diotopsi untuk dievaluasi adanya memperoleh nilai LD50 suatu bahan/ sediaan,
gejala-gejala toksisitas. serta penentuan penggolongan bahan/ sediaan dan
pelabelan.

ADD A FOOTER 10
Pros e du r Rodensia tikus putih / mencit, sehat, umur 5-6 minggu untuk mencit,
8-12 minggu untuk tikus, dibagi 3 kelompok (@ 5 ekor), jenis kelamin
sama, BB ≤ 20% dari rata-rata, jika betina tidak sedang hamil
Hewan Uji dan Jumlah

Digunakan sekurang-kurangnya 3 dosis berbeda, Dosis terendah (dosis


tertinggi yang tidak menimbulkan kematian), Dosis tertinggi (dosis terendah Dosis Uji
yang menimbulkan kematian 100 %)

Batas Uji
hingga dosis 5000 mg/kg BB (pada tikus)

Penyiapan Sediaan uji


dilarutkan dengan bahan pembawa yang sesuai
(misal aquadestilata, minyak nabati)

sediaan uji diberikan dalam volume yang tetap (konsentrasi berbeda), Pada
rodensia tidak melampaui 1 mL/ 100 g BB, bila pelarutnya aquadest dapat Volume Pemberian Sediaan Uji
diberikan hingga 2 mL/ 100 g BB

Hewan dipuasakan 14-18 jam, mencit dipuasakan selama 3-4 jam (air
minum boleh diberikan), dosis tunggal menggunakan sonde, Setelah Pemberian Sediaan uji
perlakuan pakan boleh diberikan setelah 3-4 jam untuk tikus dan 1-2
jam untuk mencit

ADD A FOOTER Pengumpulan dan Analisis Data 11


m ba hs a n
i l & P e
Has
Uji Toksisitas Akut pada Mencit
Kelompok Jumlah mencit yang mati Sisa mencit Kelompok Hasil Pengamatan
pada jam ke- yang hidup Dosis I - Tidak terlihat gejala toksik yang berpengaruh pada
024 48 72 sistem syaraf pusat
- Tidak terjadi diare dan warna feses normal (hitam)
Kontrol 0 0 0 10 Dosis II - Tidak terlihat gejala toksik yang berpengaruh pada
Dosis I 0 0 0 10 sistem syaraf pusat
Dosis II 0 0 0 10 - Tidak terjadi diare dan warna feses normal (hitam)
Dosis III 0 0 2 8
Dosis III - Tidak terlihat gejala toksik yang berpengaruh pada
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sistem syaraf pusat
ekstrak bawang tiwai dengan dosis 0,52 mg, 2,6 - Tidak terjadi diare dan warna feses normal (hitam)
mg, dan 5,2 mg/KgBB dapat dikatakan relatif
aman karena selama 24 jam tidak menunjukkan Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pada perlakuan
kematian hewan uji (mencit) sebanyak 50%. ketiga kelompok uji pemberian bawang tiwai tidak
Hasil pengamatan tingkah laku dan gejala toksik ditemukan gejala toksik yang menyerang sistem saraf pusat
setelah pemberian ekstrak etanol bawang tiwai dan pencernaan, yang ditandai dengan tidak terjadinya
dari tiga dosis dapat dilihat sebagai berikut: tremor dan diare.

ADD A FOOTER 12
ol on g an
Pengg
Toksis it as
Uji Toksisitas Subkronis Oral

Prinsip Tujuan
• Prinsip dari uji toksisitas subkronis oral • Tujuan uji toksisitas subkronis oral adalah untuk
adalah sediaan uji dalam beberapa tingkat memperoleh informasi adanya efek toksik zat
dosis diberikan setiap hari pada beberapa yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut;
kelompok hewan uji dengan satu dosis per informasi kemungkinan adanya efek toksik setelah
kelompok selama 28 atau 90 hari, bila pemaparan sediaan uji secara berulang dalam
diperlukan ditambahkan kelompok satelit jangka waktu tertentu; informasi dosis yang tidak
untuk melihat adanya efek tertunda atau efek menimbulkan efek toksik (No Observed Adverse
yang bersifat reversibel. Selama waktu Effect Level / NOAEL); dan mempelajari adanya
pemberian sediaan uji, hewan harus diamati efek kumulatif dan efek reversibilitas zat tersebut.
setiap hari untuk menentukan adanya
toksisitas.
ADD A FOOTER 13
Lanjutan....

Prosedur
1. TOKSISITAS SUBKRONIS SINGKAT ORAL 28 HARI PADA RODENSIA

Hewan Uji dan Jumlah rodensia tikus putih atau mencit, sehat, umur 6-8 minggu, menggunakan min 10 ekor (5 ekor
jantan, 5 ekor betina),Pengamatan reversibilitas pada kelompok satelit selama 14 hari, Sebelum
Hewan Uji dan Jumlah
percobaan diaklimatisasi di ruang percobaan ≤ 7 hari, variasi BB ≤ 20% dari rata-rata
Rodensia tikus putih / mencit, sehat, umur 5-6 minggu untuk mencit, 8-12 minggu untuk tikus, dibagi 3
dosisDosis
digunakan 3 kelompokkelompokyang(@ Uji
5 ekor),
berbeda jenis
(1 kel. kelamin
kontrol dan sama,
2 kel. BB ≤ 20% dari rata-rata, jika betina tidak sedang hamil
satelit (dosis tinggi & kontrol)
Monitoring Berat Badan dan Konsumsi Makanan
BB ditimbang seminggu 2x, jumlah makanan yang dikonsumsi ditimbang 2 hari sekali

Batas Uji
dosis 1000 mg/kg berat badan
Pengambilan Darah
darah diambil sebanyak 3–5 mL

Dosis Uji
Digunakan sekurang-kurangnya 3 dosis berbeda, Dosis terendah (dosismeliputi:
tertinggi yang tidak menimbulkan
dilarutkan denganPenyiapan
bahan pembawa Sediaan Uji
yang sesuai (misalnya aquadestilata, Pemeriksaan
konsentrasi hemoglobin, jumlah eritrosit, Hematologi
jumlah leukosit, diferensial leukosit, hematokrit,
kematian),
minyak nabati)
dosis tertinggi (dosis terendah yang menimbulkan kematian 100 %) jumlah platelet (trombosit)

Pemeriksaan Biokimia Klinisa


meliputi: natrium, kalium, glukosa, total-kolesterol, trigliserida, kreatinin, albumin, GPT, GOT, dll
Cara
biasanya Pemberian
secara dan
oral, 1 mL /100 Volume
g BB atau 2 mLPemberian
/100 g berat BB bila
pembawanya air
Batas Uji Pengamatan Makropatologi

Bila hingga dosis 5000 mg/kg BB (pada tikus) tidak mati, maka tidak perlu dilanjutkan dengan dosis yang lebih
Penimbangan Organ
Rumus bobot organ relatif = bobot organ absolut : bobot badan
Waktu Pemberian Sediaan uji tinggi.
setiap hari atau min 5 hari dalam 1 minggu selama 28 hari
Pemeriksaan Histopatologi
meliputi: otak, tiroid, timus, paru-paru, jantung, hati, ginjal, limpa, dll

Pengamatan
Pengamatan terjadinya gejala-gejala toksik dan gejala klinis selama 28 hari,
Evaluasi Hasil
sedangkan kel satellit selama 14 hari
Pelaporan Hasil Pengujian
Lanjutan....

Prosedur
2. TOKSISITAS SUBKRONIS ORAL 90 HARI PADA RODENSIA

Hewan Uji dan Jumlah rodensia tikus putih atau mencit, sehat, umur 6-8 minggu, menggunakan min 20 ekor (10 ekor
jantan, 10 ekor betina),Pengamatan reversibilitas pada kelompok satelit selama 28 hari, Sebelum
Hewan Uji dan Jumlah
percobaan diaklimatisasi di ruang percobaan ≤ 7 hari, variasi BB ≤ 20% dari rata-rata
Rodensia tikus Uji
Dosis putih / mencit, sehat, umur 5-6 minggu untuk mencit, 8-12 minggu untuk tikus, dibagi 3
digunakan 3 kelompok dosis yang berbeda (1 kel. kontrol dan 2 kel.
kelompok (@ 5 ekor), jenis kelamin sama, BB ≤ 20% dari rata-rata, jika betina tidak sedang hamil
satelit (dosis tinggi & kontrol)
Monitoring Berat Badan dan Konsumsi Makanan
BB ditimbang seminggu 2x, jumlah makanan yang dikonsumsi ditimbang 2 hari sekali
Batas Uji
dosis 1000 mg/kg berat badan
Pengambilan Darah
darah diambil sebanyak 3–5 mL
Dosis Uji
Penyiapan Sediaan Uji
Digunakan sekurang-kurangnya 3 dosis berbeda, Dosis terendah (dosis tertinggi yang tidak menimbulkan
dilarutkan dengan bahan pembawa yang sesuai (misalnya aquadestilata,
kematian), dosis tertinggi (dosis terendah yang menimbulkan kematian 100 %) Pemeriksaan
meliputi: konsentrasi hemoglobin, jumlah eritrosit, Hematologi
jumlah leukosit, diferensial leukosit, hematokrit,
minyak nabati) jumlah platelet (trombosit)

Pemeriksaan Biokimia Klinisa


Cara
biasanya Pemberian
secara dan
oral, 1 mL /100 Volume
g BB atau 2 mLPemberian
/100 g berat BB bila
meliputi: natrium, kalium, glukosa, total-kolesterol, trigliserida, kreatinin, albumin, GPT, GOT, dll
pembawanya air
Batas Uji Pengamatan Makropatologi
Bila hingga dosis 5000 mg/kg BB (pada tikus) tidak mati, maka tidak perlu dilanjutkan dengan dosis yang lebih
Waktu Pemberian Sediaan uji
setiap hari atau min 5 hari dalam 1 minggu selama 90 hari
tinggi. Penimbangan Organ
Rumus bobot organ relatif = bobot organ absolut : bobot badan

Pemeriksaan Histopatologi
meliputi: otak, tiroid, timus, paru-paru, jantung, hati, ginjal, limpa, dll
Pengamatan
Pengamatan terjadinya gejala-gejala toksik dan gejala klinis selama 90 hari,
Evaluasi Hasil
sedangkan kel satelit dilanjutkan 28 hari kemudian
Pelaporan Hasil Pengujian
em b ahas an
Has i l & P
Kelainan organ (jantung, paru-paru, ginjal, hati dan lambung) tikus jantan dan betina serta organ
(uterus dan ovarium) tikus betina setelah pemberian bahan uji 90 hari
NO Kelompok Kelainan organ dari 10 tikus Uji toksisitas subkronis pada pemberian bahan uji selama 90 hari pada
tikus jantan dan betina menunjukkan perbedaan bermakna jumlah sel
Jantung Paru Ginjal Hati Lambung Uterus Ovarium darah putih pada dosis 30 mg/200g bb, baik pada tikus jantan maupun
(n=10) (n=10) (n=10) (n=10) (n=10) (n=5) (n=5) betina, walaupun pada dosis yang lebih besar tidak terjadi perbedaaan
dengan kelompok akuades (p>0,05). Selain itu, ter-jadi peningkatan
1 Ekstrak ramuan 10 Tks 8 Tks 4 Tks 9 Tks 2 Tks 2 Tks 3 Tks kadar kreatinin pada dosis 100 mg/200g bb dan 300 mg/200g bb. Hal
30 mg/200g bb lain yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya SGPT, namun untuk
2 Ekstrak ramuan 10 Tks 7 Tks 2 Tks 10 Tks 2 Tks 1 Tks 5 Tks membahas hal ini lebih lanjut, data perlu dikaitkan dengan hasil uji
100 mg/200g bb histopatologi.
3 Ekstrak ramuan 10 Tks 8 Tks 5 Tks 6 Tks 4 Tks 4 Tks 5 Tks Organ yang mengalami kelainan adalah ginjal, lambung dan uterus
300 mg/200g bb (TKS>50%). Pada ginjal, kelainan spesifik adalah nekrosis tubulus
4 Akuades 10 Tks 10 Tks 9 Tks 10 Tks 9 Tks 4 Tks 4 Tks proksimalis dan infiltrasi sel neutrofil dengan indikasi terjadinya nefritis.
2 mL/200g bb Kelainan pada lambung dengan indikasi gastritis dapat disebabkan oleh
5 Ekstrak ramuan 10 Tks 9 Tks 3 Tks 10 Tks 4 Tks 3 Tks 5 Tks adanya infiltrasi sel neutrofil pada submukosa, dan kelainan pada uterus
300 mg/200g bb disebabkan oleh adanya infiltrasi sel neutrofil dengan indikasi terjadi
endometritis

ADD A FOOTER 16
ol on g an
Pengg
Toksis it as
Uji Toksisitas Kronis Oral

Prinsip Tujuan
• Uji toksisitas kronis pada prinsipnya sama • Tujuan dari uji toksisitas kronis oral adalah untuk
dengan uji toksisitas subkronis, tetapi mengetahui profil efek toksik setelah pemberian
sediaan uji diberikan selama tidak kurang sediaan uji secara berulang selama waktu yang
dari 12 bulan. panjang, untuk menetapkan tingkat dosis yang
tidak menimbulkan efek toksik (NOAEL).

ADD A FOOTER 17
Lanjutan....

Prosedur
Hewan Uji dan Jumlah rodensia tikus putih atau mencit, sehat, umur 4-5 minggu, menggunakan min 40 ekor (20 ekor
jantan, 20 ekor betina), 10 betina dan 10 jantan diotopsi pd bln ke 6, Sebelum percobaan
Hewan Uji dan Jumlahdiaklimatisasi di ruang percobaan ≤ 7 hari, variasi BB ≤ 20% dari rata-rata
Rodensia tikus Uji
Dosis putih / mencit, sehat, umur 5-6 minggu untuk mencit, 8-12 minggu untuk tikus, dibagi 3
digunakan 3 kel dosis yang berbeda, 1 kelompok kontrol dan kelompok ad-
kelompok (@ 5 ekor), jenis kelamin sama, BB ≤ 20% dari rata-rata, jika betina tidak sedang hamil
interim

Monitoring Berat Badan dan Konsumsi Makanan


BB ditimbang seminggu 2x, jumlah makanan yang dikonsumsi ditimbang 2 hari sekali
Batas Uji
dosis 1000 mg/kg berat badan
Pengambilan Darah
darah diambil sebanyak 3–5 mL
Dosis Uji
Penyiapan Sediaan Uji
Digunakan sekurang-kurangnya 3 dosis berbeda, Dosis terendah (dosis tertinggi yang tidak menimbulkan
dilarutkan dengan bahan pembawa yang sesuai (misalnya aquadestilata,
kematian), dosis tertinggi (dosis terendah yang menimbulkan kematian 100 %) Pemeriksaan
meliputi: konsentrasi hemoglobin, jumlah eritrosit, Hematologi
jumlah leukosit, diferensial leukosit, hematokrit,
minyak nabati) jumlah platelet (trombosit)

Pemeriksaan Biokimia Klinisa


Cara
biasanya Pemberian
secara dan
oral, 1 mL /100 Volume
g BB atau 2 mLPemberian
/100 g berat BB bila
meliputi: natrium, kalium, glukosa, total-kolesterol, trigliserida, kreatinin, albumin, GPT, GOT, dll
pembawanya air
Batas Uji Pengamatan Makropatologi
Bila hingga dosis 5000 mg/kg BB (pada tikus) tidak mati, maka tidak perlu dilanjutkan dengan dosis yang lebih
Waktu Pemberian Sediaan uji
setiap hari selama tidak kurang dari 12 bulan
tinggi. Penimbangan Organ
Rumus bobot organ relatif = bobot organ absolut : bobot badan

Pemeriksaan Histopatologi
meliputi: otak, tiroid, timus, paru-paru, jantung, hati, ginjal, limpa, dll
Pengamatan
Pengamatan terjadinya gejala-gejala toksik dan gejala klinis dilakukan setiap
Evaluasi Hasil
hari selama 12 bulan
Pelaporan Hasil Pengujian
ol on g an
Pengg
Toksis it as
Uji Teratogenisitas
Prinsip
• Sediaan uji pada beberapa tingkat dosis diberikan
kepada beberapa kelompok hewan selama paling Tujuan
sedikit masa organogenesis (hari ke 6 -15 pada
rodensia (tikus dan mencit), hari ke 6-14 pada • Uji teratogenisitas bertujuan untuk memperoleh
hamster dan hari ke 6-18 pada kelinci) dari informasi adanya abnormalitas fetus yang terjadi
kebuntingan, satu dosis perkelompok. Sehari karena pemberian zat selama masa perkembangan
sebelum waktu melahirkan induk dibedah, uterus embrio; meliputi abnormalitas bagian tubuh luar,
diambil dan dibuka kemudian diperiksa, dilakukan jaringan lunak serta kerangka fetus.
evaluasi terhadap fetus (janin). Fetus diperiksa
gambaran makroskopis fetusnya (kematian,
abnormalitas morfologi maupun ukuran) dan
gambaran mikroskopisnya (organ dalam dan
kerangka).

ADD A FOOTER 19
Lanjutan....

Prosedur
Tikus (gol rodensia), mencit, marmot dan kelinci (gol non rodensia), betina perawan, sehat, umur 12 minggu
untuk tikus, 8 minggu untuk mencit dan 5-6 bulan untuk kelinci. Hewan uji diaklimatisasi ≤ 1 minggu di ruang
Hewan Uji pengujian. Hewan uji yang digunakan harus seragam spesies, galur, sumber, berat dan umurnya

Jumlah Hewan Uji Digunakan 3 kelompok uji dan 1 kelompok kontrol, tiap kelompok min 20 ekor induk bunting untuk
tikus, mencit dan marmot, kelinci 12 ekor induk bunting. Kematian ≤ dari 10 %

Preparasi Sediaan Uji Pemilihan bahan pembawa sediaan harus mempertimbangkan pengaruh terhadap efek
absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi

Pemberian Sediaan Uji dan Dosis


• oral, topikal, injeksi, rektal dan lain-lain. Sediaan diberikan pada saat waktu yang sama.
• Volume pemberian sediaan 1 mL/100 g BB atau 2 mL/100 g BB bila bahan pembawa air, bila minyak jagung
Batas Uji ≤ 0,4 mL/100 g BB, diberikan setiap hari selama masa organogenesis yaitu hari ke 6 -15 untuk tikus dan
1000 mg/kg berat badan mencit, hari ke 6-14 untuk hamster, dan hari ke 6 -18 untuk kelinci.

Pelaksanaan Uji

berupa angka dievaluasi dengan metode statistik yang tepat dengan


Data menggunakan fetus sebagai unit analisis data

Evaluasi Hasil meliputi efek teratogenik yang timbul dan tingkat dosis yang menghasilkan efek tersebut

Pelaporan Hasil Pengujian


e mb ah a s an
Has il & P

Pengujian teratogenik dilakukan dengan metoda in vivo. Metoda pengujian


teratogenitas dapat dilakukan dengan beberapa metoda : (1) In ovo, dimana
sediaan uji disuntikan pada bagian kuning telur yang fertil kemudian selanjutnya
telur diinkubasikan. Pengamatan efek dilakukan setelah pertumbuhan embrio
sempurna. (2) In vitro, dilakukan dengan pemberian sediaan uji pada biakan
embrio yang dibuat pada tempat yang dikondisikan menyerupai keadaan rahim
selama masa kehamilan. (3) In vivo, sediaan uji langsung disuntikan pada hewan
percobaan yang hamil pada masa organogenesis. Periode kritis selama kehamilan
pada perkembangan manusia dapat dibagi dalam periode embrionik dan periode
perkembangan fetus.
Efek teratogenik yang ditemukan pada sejumlah fetus berupa lambat
pertumbuhan, tapak resorpsi dan 1 fetus terdapat celah pada langit-langit.

ADD A FOOTER 21
ol on g an
Pengg
Toksis it as
Uji Sensitisasi Kulit

Prinsip Tujuan
• Hewan uji diinduksi dengan dan tanpa • Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi sediaan
Freund’s Complete Adjuvant (FCA) secara uji yang berpotensi menyebabkan sensitisasi kulit.
injeksi intradermal dan topikal untuk
membentuk respon imun, kemudian
dilakukan uji tantang (challenge test).
Tingkat dan derajat reaksi kulit dinilai
berdasarkan skala Magnusson dan Kligman.

ADD A FOOTER 22
Lanjutan....

Prosedur marmut albino (guinea pig) dewasa muda, sehat, berat 300 – 500 g, jantan/betina. Jumlah hewan uji tidak
kurang dari 10 ekor tiap kelompok perlakuan dan 5 ekor
kelompok kontrol atau 20 ekor kel. perlakuan dan 10 kel kontrol
Hewan Uji
untuk induksi hendaknya dapat ditoleransi secara sistemik dan dosis tertinggi menyebabkan iritasi kulit
ringan-sedang. untuk uji tantang, dosis tertinggi tidak menyebabkan iritasi. Uji pendahuluan menggunakan
Dosis Uji FCA pada 2 - 3 ekor hewan

a. Sampel padat:
Penyiapan Sediaan Uji • lembaran : sediaan uji dipotong dgn ukuran 2,5 x 2,5 cm ketebalan ≤ 0,5 cm
• padat (solid) : dibuat serbuk, dibasahi hingga berbentuk pasta
b. Sampel cair : Sediaan tidak perlu diencerkan
Penyiapan Hewan Uji
hewan uji diaklimatisasi di ruang percobaan ≤ 5 hari dan dikelompokkan secara acak, marmut dicukur bulunya 24
jam sebelum pengujian utk induksi intradermal dan topikal, pada daerah tengkuk (intrascapular region) ± 4 x 6 cm
Uji Pendahuluan dan uji tantang dicukur pada daerah punggung (flank) ± 5 x 5 cm

Induksi Intradermal Uji Utama Uji Tantang (hari ke


menggunakan 2- 3 ekor hewan:
(hari ke 0)
Induksi Topikal (hari ke 7)
21) a. Induksi intradermal : 0.1 ml campuran FCA 50 % disuntikan dibagian tengkuk
b. Induksi topikal: berbagai konsentrasi diaplikasikan di tengkuk marmut, bahan uji (berat 0,5 g atau 0,5 ml)
ditaruh diatas kertas saring (2 x 4 cm) lalu tempelkan di kulit yang telah dicukur, Selama 24 jam
Pengamatan

Evaluasi Hasil

Reliabilitas Hasil
Pengujian yang digunakan dikaji ulang setiap 6 bulan

Pelaporan Hasil Pengujian


mbah as an
i l & P e
Has
Iritasi merupakan respon jaringan lokal yang ditandai dengan tanda-tanda umum seperti
inflamasi sampai kemerahan, edema/swelling dan kadang-kadang diikuti oleh rasa panas dan
sakit. Adanya bahan kimia yang terlepas dari suatu produk yang berkontak dengan tubuh
dapat menyebabkan iritasi kulit. Sedangkan reaksi sensitisasi biasanya terjadi sebagai akibat
dari kontak yang berulang dari suatu produk kesehatan terhadap sistem imun tubuh yang
ditandai dengan adanya kemerahan dan penggelembungan (swelling). Reaksi kulit diuraikan dan
dikategorikan terhadap eritema dan edema menurut skala Magnusson dan Kligman. Catatan
tambahan dapat dibuat jika ditemukan respon yang tidak biasa. Skor pengamatan iritasi dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini:
Sekala Magnusson dan Kligman
Reaksi Topikal Skor
Tidak terlihat 0
perubahan
Eritema ringan 1
Eritema sedang 2
Eritema berat dan 3
edema
ADD A FOOTER 24
ol on g an
Pengg
Toksis it as
Uji Iritasi Mata
Prinsip
• Sediaan uji dalam dosis tunggal dipaparkan
kedalam salah satu mata pada beberapa Tujuan
hewan uji dan mata yang tidak diberi • Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi sediaan
perlakuan digunakan sebagai kontrol. uji yang berpotensi menyebabkan sensitisasi kulit.
Derajat iritasi/korosi dievaluasi dengan
pemberian skor terhadap cedera pada
konjungtiva, kornea, dan iris pada interval
waktu tertentu. Efek lain termasuk efek
sistemik juga dievaluasi. Hewan uji yang
menunjukkan tandatanda penderitaan dan
kesakitan yang parah dapat dikorbankan
sesuai dengan prosedur pembunuhan hewan
uji.
ADD A FOOTER 25
Pros e du r
Dosis dan
Penyiapan Cara Pemberian
Preparasi Pencucian
Hewan Uji Sediaan Uji
Sediaan Uji
Anestesi lokal dapat digunakan berdasarkan kasus per kasus. Jika
Hewan uji yang
Pengamatan digunakan
dilakukan pada adalah
jam dari kelinci
ke-1,
Mata 24, albino
48
hewan Sediaan
dan
ujijantan uji
atau
72terdeteksi
tidak boleh Uji pendahuluan
dipaparkan
dicuci dalam
sebelum dilakukan
kantung dengan
konjungtivamenggunakan 1
Jika efek Sediaan
korosif
berdasarkan berupa cairan,
sediaan
fakta ada ujipadat
tidak
indikasidan bahwa sediaan uji 24berpotensi
jam setelah pemberian
betina yang
setelah sehatpada
pemaparan dansediaan
dewasa. Kedua
uji. Jika mata
hewan
sediaan dari
uji, masing-masing
(conjungtival
uji tidak
kecuali ekordari
sac) hewan uji.satu
salah Jikamata
hasilnya mengindikasikan
setelah kelopak bahwa
uji aerosol
pendahuluan,
menyebabkan maka
sakit atau harus
pada uji untuk
dilakukan sediaan
uji
pendahuluan uji padat
menunjukkandan sediaan
adanya yang langsung
hewan uji diperiksa
memperlihatkan minimal
cedera
konfirmasi 24 jam
mata, makasebelum
menggunakan pengujian
pengujian
berefek mata
iritasi
paling bawah
dapat
atau dimulai
sedikitkorosi.
2 ekor sediaan
ditarik
30 detik uji bersifat
dengan hati-hati.
setelah korosif
pemaparanKelopakataumata
sediaaniritan kuat pada mata,
ujitetap
mata
reaksi yang menyakitkan, maka anestesi lokal dapat diberikan. Biasanya
dan dipastikan
diakhiri bahwa
pada hari ke-kedua
hewan mata
3 setelah hewan uji
pemberian
dicuci benar-benar
dipegang
sediaan
dengan sehat.
uji.
5adalah
mL NaCl makasekitar
selama
fisiologispengujian
dengan lebih
1 cara
detik lanjut
untuktidak
disemprotkan boleh
mencegah dilakukan.
perlahan
jenis aestesi yang digunakan lidokain dengan cara meneteskan
Hewan uji dengantambahan.
cedera selamasebanyak
kedalam mata kelinci hilangnya
30 detik. sediaan uji
5-10 tetes.

Pengamatan Uji Konfirmasi Anestesi Lokal Uji Pendahuluan

ADD A FOOTER 26
Penilaian dari reaksi mata (konjungtiva, kornea, iris) dan luka lain pada mata (seperti
pannus, warna) atau efek sistemik harus dilaporkan.
Skor iritasi mata yang harus dievaluasi adalah terhadap derajat cedera mata dan ada atau
tidaknya reversibilitas. Skor individu tidak mewakili standar absolut untuk sifat iritan dari
sediaan uji. tetapi harus dilihat sebagai nilai referensi. Skor iritasi sediaan uji adalah
kombinasi dari seluruh observasi dari pengujian.
Ekstrapolasi hasil pengujian iritasi mata pada hewan ke manusia valid hanya dalam batas
tertentu, karena dalam beberapa kasus kelinci albino lebih sensitive dibanding manusia
dalam hal iritasi/korosi mata.

Hasil uji Toksikologik


ADD A FOOTER 27
ol on g an
Pengg
Toksis it as
Uji Iritasi Akut Dermal

Prinsip Tujuan
• Prinsip uji iritasi akut dermal adalah • Uji ini digunakan untuk menentukan adanya efek
pemaparan sediaan uji dalam dosis tunggal iritasi pada kulit serta untuk menilai dan
kepada kulit hewan uji dengan area kulit mengevaluasi karakteristik suatu zat apabila
yang tidak diberi perlakuan berfungsi terpapar pada kulit.
sebagai kontrol. Selain pengamatan terhadap
iritasi, semua pengaruh zat toksik terhadap
kulit, seperti defatting of skin (OECD TG
404-2002) dan pengaruh toksisitas lainnya
serta berat badan harus dijelaskan dan
dicatat.

ADD A FOOTER 28
Pros e du r
Penyiapan Cara Pemberian
Dosis Uji Tahapan Uji
Hewan Uji Sediaan Uji

Semua hewan
Hewan uji harus
uji yang diamati
digunakan ada atau
Dosisadalah
yang
Jangka tidaknya
digunakan
kelinci
waktu Jika
albino eritema
efek
Sediaan
untuk
pengamatan jantan dan
korosif
sediaanuji
atau
harus udema,
tampak
dipaparkan
uji setelah
diuntuk
cair adalah
mencukupi 3 mengevaluasi
area menitseluas
kulit
sebanyak atau ±1 6jam,
0,5 (2 xmaka uji
3 ) cm2
penilaianyang
betina respon dilakukan
sehat
Hasil mL pada
dan
pengamatan dan jam ke
dewasa,
untuk
seluruh
dirangkum 1,dihentikan
berat
sediaan
pengaruh 24,
dalam 48,
ujidengan
sekitar dan
dan
padat 72
kg.setelah
semua
2lokasi
atau
reversibilitas
bentuk tabel semi tempelan
pemaparan
yang
yang padat dilepas.
seperti
sebanyak
teramati. yang
Akan0,5Pengamatan
gtetapi pada dilanjutkan
terlihat Gambar 6,
pembukaan memperlihat
tempelan
Sekurangkurangnya 24 jam(untuk
sedangkan
sebelum sediaan
sediaan
pengujian,
pengujian
keadaan uji
selama
yang
secaraharus yang
bulu 14
kemudian
berupa
hewan
diakhiri
individual, tidak
hari
wadah
harus
saat
memuat bersifat
kecuali
lokasi
dan
hewan jika korosi
pemaparan terjadi
alatmenunjukkan
skor kesehatan ditutup pada
dengan
dilakukan awalkasa
tanda-tanda pengujian. Tetapi
dan di plester
korosif/iritan).
dicukur Jika untuk
pada iritasi
daerah kerusakan
punggung kulit
ekstraksi
seluastidak
dan
kesakitan
eritema dan lebihdapat
jika
preparasi
yang
udema kurang diidentifikasi
tidak 10terlihat
dengan
sediaan
parah.
tiap hewan plester
xpada
Untuk15
uji cmsebagai
efek korosif
yang
seperti
menentukan
jam ke- yang setelah
bersifat pemaparan
non-iritan.
tercantum
reversibilitas, pada
hewan selama 4 jam, maka
iritasitidak
atau atau korosi
kurang
1, 24,pada
10%
48, jam
dan ke
72 72,
Tabel
dari 6. pengamatan
permukaan
Dandiamati
harus
setelah dosistubuh
tempelan dapat
pengujian
yang
tidak dilanjutkan
untuk dilanjutkan
digunakan
kurang
dibuka. tempat sampai
dari sebanyak
14 dengan
hari 0,5 menambah
setelah mL 2 hewan tambahan yang
dari larutan
tempelan dibuka.
hari ke-14 untuk
pemaparan sediaanmenentukan
uji. hasilreversibilitas.
ekstraksi. masing-masing dipaparkan selama 4 jam.

Pengamatan Klinis
Periode
Analisis Data dan Penilaian dari
Reaksi Kulit
Pengamatan

ADD A FOOTER 29
Skor iritasi kulit yang harus dievaluasi adalah terhadap tingkat keparahan luka, ada atau
tidaknya reversibilitas. Skor individu tidak mewakili standar absolut untuk sifat iritan dari
sediaan uji. Dilakukan evaluasi efek-efek lain dari sediaan uji, skor individual harus
dilihat sebagai nilai referensi. Skor iritasi (Indeks Iritasi Primer) sediaan uji adalah
kombinasi dari seluruh observasi dari pengujian. Indeks Iritasi Primer dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
A : Jumlah skor eritema dan udema
seluruh titik pengamatan sampel
pada jam ke 24, 48 dan 72 Indeks Iritasi Primer : A - B
dibagi jumlah pengamatan
B : Jumlah skor eritema dan udema
seluruh titik pengamatan kontrol
pada jam ke 24, 48 dan 72
dibagi jumlah pengamatan
C : Jumlah hewan

Hasil uji Toksikologik


ADD A FOOTER 30
ol on g an
Pengg
Toksis it as
Uji Iritasi Mukosa Vagina
Prinsip
• Sediaan uji dibuat ekstrak dalam larutan
NaCl 0,9% atau minyak zaitun dan Tujuan
selanjutnya ekstrak dipaparkan kedalam • Uji ini digunakan untuk mengevaluasi keamanan
lapisan mukosa vagina hewan uji selama dari alat-alat kesehatan yang kontak dengan
tidak kurang dari 5 kali pemaparan dengan mukosa vagina.
selang waktu antar pemaparan 24 jam.
Selama pemaparan, jaringan mukosa vagina
diamati dan diberi skor terhadap
kemungkinan adanya eritema, eksudat dan
udema. Setelah selesai pemaparan hewan uji
dikorbankan dan diambil jaringan mukosa
vaginanya untuk dievaluasi secara
histopatologi.
ADD A FOOTER 31
Pros e du r
Penyiapan Penyiapan Cara Pemberian
Hewan Uji sediaan Uji Sediaan Uji

HewanKelinci
uji yang digunakan dengan
dikorbankan adalah kelinci
Sediaan albinoPada
caraujidiinjeksi
dibuat Sejumlah
betina
secara
pada 24yang
aseptis
dosis 1di
jamletal mL
setelahsediaan
dalam ujiaseptis,
pemaparan,
lemari dipaparkan
Bilabahan pada lapisan mukosa
ditemui
sehat dan dewasa. dengan
menggunakan sodiumgalurpentobarbital
yang
uji sama,
yang bobot
berbentuk:
24 jam hewan
adanya
sekitar 2 kg,
setelah uji
eritema, menggunakan
dosis kateteryang
eksudat dan udema atauparah,
spuit injeksi dengan
Sebelum pengujian
akhir diberikan.dimulai, hewan
Kemudian kelincimaka
uji diaklimatisasi
 Bubuk;
vagina dilarutkan sonde
dihewan
dalam
diambilruang tumpul.
pelarutlangsung
dengan yangDilakukan
inert 5 kali
dikorbankan pemaparan
dengan cara berturut-turut
percobaan kurang
hati-hati lebih secara
dan dibuka selama 5 harilangsung
 Cairan;
longitudinal, danyang dengan
sesuai
dilakukan selang
diaplikasikan
diperiksa terhadap denganwaktuprosedur
atau 24 jam. pembunuhan
diencerkan Hal yang sama dilakukan
dengan
pemeriksaan
Indeks Iritasi pada
kongesti dari lapisan
hasil
vaskuler, mukosa
penilaian
tanda-tanda vagina
mikroskopis
pelarut yang inert
iritasi hewan
terhadap
umum terhadap
dan uji,
lukaserta
adanya hewan
pada kontrol
diperiksa menggunakan
jaringan media ekstraksi. Jika
vaginal secara
kelainan
dihitung seperti pembengkakan
danepitel.
lapisan diklasifkasikan atau infeksi,
berdasarkan danhewan
luka. ujimaka
iritasi,mikroskopis, mengeluarkan urin, maka
pengujian dianggap pemberian larutan uji
selesai.
panduan ISO 10993-10 diulang 10 menit kemudian.

Analisis Data Penilaian Pengamatan

ADD A FOOTER 32
ol on g an
Pengg
Toksis it as
Uji Toksisitas Akut Dermal

Prinsip Tujuan
• Beberapa kelompok hewan uji dengan satu • Tujuan uji toksisitas akut dermal adalah untuk
jenis kelamin dipapar dengan sediaan uji mendeteksi toksisitas intrinsik suatu zat,
dengan dosis, dosis awal dipilih berdasarkan memperoleh informasi bahaya setelah pemaparan
hasil uji pendahuluan. Dipilih dosis yang suatu zat melalui kulit secara akut dan untuk
memberikan gejala toksisitas tetapi yang memperoleh informasi awal yang dapat digunakan
tidak menyebabkan gejala toksik berat atau untuk menetapkan tingkat dosis dan merancang
kematian. uji toksisitas selanjutnya serta untuk menetapkan
nilai LD50 suatu zat, penentuan penggolongan
zat, menetapkan informasi pada label dan
informasi absorbsi pada kulit.

ADD A FOOTER 33
Pros e du r
Hewan Uji dan Penyiapan Penyiapan Cara Pemberian
Jumlah Hewan Uji sediaan Uji Sediaan Uji

Sebelum a. pengujian
Bahan uji dimulai,
sudah hewan
Sediaan
Uji
dapat ujiuji diaklimatisasi
pendahuluan
ditentukan Bahan
dilarutkan uji
dengan
bertujuan
pada diberikan
dosisdiawal
ruang
bahan
untuk percobaan
secara
pembawa
danmenetapkan
uji merata
yangdosis pada
sesuai. 10%
Bila
yang zatdari
tepatuji
Penilaian
Hewan klinis;
yang dilakukan
digunakan
Nilai LD50 dihitung dengan secara
adalah individual
tikus
regresi putih,terhadap
linear/probitkelinci
atau adanya
metode perubahan pada bulu,
kurangselanjutnya
lebih selama
tidak 5diperlukan
hari. Sesaat
berbentuk
untuk uji sebelum
padat,seluruh
utama.
atau maka
Dosis
penghentian permukaan
pengujian,
zat kulit
bulu
uji tersebut
awal dipilih tubuh.
hewan
dibuat
dari Bila sediaan
serbuk
tingkatan uji
dandose
fixed bersifat
kemudian
yang
mata, membran
albino,
statistik lainnya.mukosa,
marmut Semua sistem
albino. Syaratpernafasan,
hewan hewan
yang uji
mati, sistem
adalah
baik peredaran
yang mati darah, sistem syaraf
dicukurb. dengan luas area
Melanjutkan tidak
dibasahi kurang
dengan
diperkirakan dari
toksik,
10%
airlaku.
dapat ataumaka
dari pemaparan
pelarut
memberikan permukaan
gejala sediaan
(minyak tubuh ujisedang
nabati) yang
toksisitas tidak perlu
sesuai 10 %
sehingga
yaitu 50,
otonom,muda,
dewasa
dengan sistemsehat.
sendirinyasyaraf pusat,
hewan
atau yang aktivitas
tidak
mati somamotor,
kurang
dalam dari 5ujiekor
keadaan dengan
dan dosis
pola
moribund yang
tingkah lebih tinggi
Adanya
untuk c.tempat pemaparan
Melanjutkan uji sediaan
dapat
200,
dengan 1000
dosisuji.yang
menempel dari
Pencukuran
danpadaarea
2000
lebih permukaan
kulit.
mg/kg
rendah.dimulai
Bila kulit.
berat dari
digunakan
badan area
pelarut
(BB).maka kemungkinan
Seluruh hewan
gejala-gejala
dengan jenis toksisitas
kelamin yang
digabungkan jumlahnya untuk lainnya
sama. seperti
penghitungan gemetar,
nilai kejang,
LD50 salivasi, diare, lemas,
tulang belikat (bahu) sampai tulangpelarut
pengaruh
diamati pangkal14
selama paha
hari.(tulangpada
berpenetrasi pinggang) dan dipertimbangkan. Zat
kulit perlu
tertidur dan koma, waktu kematian dicatat seteliti mungkin.
setengah bagian sisi perutberupa kiri danlarutan
kanan.tidak perlu diencerkan.

Analis data Pengamatan Uji Utama Uji Pendahuluan

ADD A FOOTER 34
Pengujian toksisitas akut dengan rute dermal (perkutan) dan penentuan LD50
dermal dapat menunjukkan perkiraan toksisitas relatif dari bahan uji. Perkiraan
hasil uji toksisitas dermal akut dan nilai LD50 pada hewan ke manusia dapat
dipercaya hanya pada batas tertentu (limited degree). Hasil dari pengujian
toksisitas dermal akut harus dihubungkan dengan data penelitian toksisitas akut
dari rute lain.

Hasil uji Toksikologi


ADD A FOOTER 35
LD50
LD50 didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu zat yang secara statistic membunuh
50% hewan percobaan
Kegunaan LD50 :
• Klasifikasi zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya
• Evaluasi dampak keracunan yang tidak disengaja
• Perencanaan toksisitas subkronis dan kronis
• Memberikan informasi tentang mekanisme toksisitas, pengaruh umur, jenis
kelamin, variasi respon antar species/hewan.
• Memberikan informasi tentang reaktivitas populasi hewan
• Memberikan informasi dalam merencanakan pengujian obat pada manusia
• Deteksi pencemaran toksik dan perubahan fistsk yang mempengaruhi
bioavaibilitas.
ADD A FOOTER 36
UNG LD50
MENGHIT

Grafik manual SPSS


buat tabel antara dosis, log dosis, Klik spss statistik, klik variobel view.
kematian, %kematian dan probit. Klik name : dosis enter, respon enter, total enter.
Masukkan dalam program excel Klik data view : dosis dan respon di isi, total diisi
antara log dosis dan probit Akan di semua 100.
dapat kurva antara log dosis(X) dan Klik analysis regression, klik probit
probit(Y) serta persamaan regresi (y Tampilan pada layar komputer : probit analysis
= bx+a) Y = 5, X yang dicari dosis dimasukkan ke co variate
Hasilnya adalah log dosis, maka di respon dimasukkan ke respon frequency
anti log kan itulah LD50. total dimasukkan ke total observed
Lihat transform : klik log base 10
ADD A FOOTER 37
G R AF I K
CONTOH
PROBIT
Profits vs. Log CoaceatrtsiB

ADD A FOOTER 38
LD50
NILAI
Kategori LD50
supertoksik 5 mg/kg atau kurang

Amat sangat toksik 5 - 50 mg/kg

Sangat toksik 5 - 500 mg/kg

Toksik sedang 0,5 - 5 g/kg

Toksik ringan 5 - 1 5 g/kg

Praktis tidak toksik >15 g/kg


ADD A FOOTER 39
ol on g an
Pengg
Toksis it as
Uji Toksisitas Subkronis Dermal

Prinsip Tujuan
• Sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan Untuk memperoleh informasi adanya:
setiap hari yang dipaparkan melalui kulit pada
beberapa kelompok hewan uji. Selama waktu • Efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas
pemberian sediaan uji, hewan harus diamati setiap akut dermal.
hari untuk menentukan adanya toksisitas. Hewan • Efek toksik setelah pemaparan sediaan uji melalui kulit
yang mati selama periode pemberian sediaan uji, secara berulang dalam jangka waktu tertentu.
bila belum melewati periode rigor mortis (kaku)
segera diotopsi, organ dan jaringan diamati secara • Dosis yang tidak menimbulkan efek toksik (NOAEL).
makropatologi dan histopatologi. • Mempelajari adanya efek kumulatif dan efek
reversibilitas setelah pemaparan sediaan uji melalui kulit
secara berulang dalam jangka waktu tertentu.

ADD A FOOTER 40
Pros e du r
Hewan Uji dan Penyiapan hewan Penyedian
Dosis uji
Jumlah Uji Sediaan Uji

Sebelum pengujian
Untuk sediaanToksisitas
dimulai,uji7-22)Subkronis
hewan
yang berupa Dermal 28 Hari
uji diaklimatisasi
cairan meliputi:
tidak di ruang
perlu percobaan
dilarutkan, kurang
sedangkan
Pemeriksaan
Pada metode
Hewan yangbiokimia
ini klinis
menggunakan
telah Pemeriksaan
Pengujian
yang 2harus
dikorbankan harus
cara
harus hematologi
dilakukan
dilakukan
yaitu Toksisitas
segera yang
(Lampiran
diotopsi terhadap harus
Subkronis
dan dilakukan
sekurang-
menurut
dilakukan
lebih selama 5dosis,
sediaanhari. Sediaan
uji1Sesaat
yang uji diberikan
sebelum
berbentuk padat setiap
pengujian,
harus hari
bulu selama
hewan
dihaluskan 7 hari
dicukur
dan atau minimal
dengan
dibasahi luas area
dengan 5
air
OECD
Dermal (2001)
28 Hari meliputi:
dan konsentrasi
kurangnya
natrium,
Toksisitas 3
Subkronis hemoglobin,
kelompok
kalium,
Dermal
pengamatan secara makropatologi secara seksama untuk hari glukosa,
90 jumlah
kelompok
hari,
setiap eritrosit,
kontrol
total-kolesterol,
dengan
organ. jumlah
dan leukosit,
Setelahselama 28 hari.
tidak kurang
atau dari
zat 10%
pembawa dalam
dari yang1 minggu
permukaansesuaitubuh
untukuntuk tempat pemaparan
memastikan sediaanyang
adanya interaksi uji.
trigliserida,
Hewan
itu hewan ujinitrogen
yang digunakan
melakukan diferensial
kelompok
urea,penimbangan
kreatinin,
adalah tikus leukosit,
satelit (kelompok
total-protein,
putih,
organ hematokrit,
kelinci
dan dosis
albumin,
albino,
pemeriksaan jumlah
tinggi).
GOT, GPT,
marmut
histopatologi platelet
total- (trombosit),
Pencukuran baikdimulai
antara Toksisitas
dari
sedian Subkronis
areaMCV,
tulang
uji Dermal
belikat
dengan 90Apabila
(bahu)
kulit. Hari
sampai tulang pangkallarutan
paha
bilirubin, alkaline
albino. Syarat hewan fosfatase,perhitungan
Gamma
uji adalah sehat,GT, tetapan
berat LDH,
badan darah
asam
untuk yaitu:
empedu.
tikus Sedangkan
putih MCH, MCHC dan menggunakan
(tulang pinggang)
pembawa Sediaan
dan
harus uji diberikan
setengah setiap
bagian sisi
dipertimbangkan bahwa hari
perut
zat selama
kiri dan7 tidak
tersebut hari atau
kanan. minimal
Pencukuran
bersifat 5
toksik
menurut
200-300 WHO (2000)
g, kelinci albino penetapan
pemeriksaan deferensial
2,0-3,0 kg,biokimia
dan marmut leukosit
klinisalbino
meliputi : fungsi
350-450 g. hati
dilakukanatau kira-kira
tidak 24 hari
jamdalam
sebelum
berpenetrasi 1kedalam
minggu selama
pemberian
kulit. 90 hari.
sediaan uji.
Cara dan waktu
Pengamatan Pemeriksaan Pemeriksaan
Pemberian
Makropatologi Biokimia Klinis Hematologi
Sediaan Uji

ADD A FOOTER 41
Kajian yang dilakukan antara lain: evaluasi hubungan dosis
dan efek yang terjadi untuk semua kelompok yaitu
terjadinya efek toksik dan derajat toksisitas, yang meliputi
perubahan berat badan, gejala klinis, parameter hematologi,
biokimia klinis, makropatologi dan histopatologi, organ
sasaran, kematian dan efek umum lain atau efek yang
spesifik.

Hasil uji Toksikologi


ADD A FOOTER 42
Than
k You!
Kelom
pok 4

Anda mungkin juga menyukai