Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adimuswarman

Nim : 15330001

Kls :A

Matkul : Analisis hayati

1. Apa yang di masksud dengan uji toksisitas? Jelaskan dan berika contoh nya
Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi
dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh
dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut
bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya
demi keamanan manusia. Uji toksisitas menggunakan hewan uji sebagai model berguna
untuk melihat adanya reaksi biokimia, fisiologik dan patologik pada manusia terhadap
suatu sediaan uji. Hasil uji toksisitas tidak dapat digunakan secara mutlak untuk
membuktikan keamanan suatu bahan/ sediaan pada manusia, namun dapat memberikan
petunjuk adanya toksisitas relatif dan membantu identifikasi efek toksik bila terjadi
pemaparan pada manusia.
Contoh dari uji toksisitas:
- Uji toksisitas akut
- Uji toksisitas jangka pendek
- Uji toksisitas sukronis
- Uji toksisitas jangka panjang
- Uji toksisitas subakut
- Uji toksisitas dinamik
Redbook FDA, 2000. Chapter IV.C.9.b.: Guidelines for Developmental Toxicity
Studies, FDA

2. Apa perbedaan uji toksisitas akut, uji toksisitas jangka pendek, uji toksisitas jangka
panjang? Jelaskan dan berikan contohnya
- Uji toksisitas akut
Zat uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji,
satu dosis per kelompok, selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap adanya efek
toksik dan kematian. •
Tujuan uji toksisitas akut : mendeteksi toksisitas instrinsik suatu zat, menentukan
organ sasaran dan kepekaan species, memperoleh informasi bahaya setelah
pemaparan suatu senyawa secara akut, memperoleh informasi awal untuk menetapkan
tingkat dosis, menetapkan LD50, dan merancang untuk uji toksisitas selanjutnya
Contohnya:
Uji Toksisitas Akut yang Diukur dengan Penentuan LD50 Ekstrak Etanol Umbi Iles-
iles (Amorphophallus variabilis Bl.) pada Tikus Putih Strain Wistar

- Uji toksisitas jangka pendek


Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses fisika,
biokimia dan biologik yang sangat rumit dan kompleks. Proses ini umumnya
dikelompokkan ke dalam tiga fase, yaitu: fase eksposisi, fase toksokinetik dan fase
toksodinamik. Fase eksposisi merupakan kontak suatu organisme dengan
xenobiotika/tokson, pada umumnya, kecuali radioaktif, hanya dapat terjadi efek
toksik/farmakologis setelah xenobiotika terabsorpsi. Fase toksikinetik adalah yaitu
fase dimana xenobiotika siap diserap dan disebarkan oleh darah ke seluruh tubuh
termasuk target bahan toksik, pada saat bersamaan sebagian molekul xenobiotika
akan terekskresi ke sistem ekskresi. Sedangkan fase toksodinamik adalah interaksi
antara tokson dengan reseptor (tempat kerja bahan toksik) dan juga proses-proses
yang erkait dimana pada akhirnya muncul efek toksik/farmakologis
Menurut Wirasuta dan Niruri (2006), uji toksisitas adalah suatu uji untuk
menentukan: (a) potensi suatu senyawa sebagai racun, (b) mengenali kondisi
biologis/lingkungan munculnya efek toksik dan (c) mengkarakterisasi aksi/efek.
Menurut Murtini dkk (2010) Uji toksisitas dibagi menjadi dua golongan, yaitu uji
toksisitas umum dan uji toksisitas khusus. Uji toksisitas umum dirancang untuk
mengevaluasi keseluruhan efek suatu senyawa pada hewan coba meliputi uji
toksisitas akut, uji toksisitas subkronik dan uji toksisitas kronik.
Uji toksisitas subkronik atau disebut juga uji toksisitas jangka pendek dilakukan
dengan memberikan bahan berulang-ulang, biasanya setiap hari atau ada jeda dua hari
setiap minggu selama jangka waktu kurang lebih 10% dari masa hidup hewan, yaitu 3
bulan bagi mencit
- Uji toksisitas jangka panjang
Umumnya satu atau lebih jenis binatang yang di gunakan keculai tidak di tunjukan,
tikus lah di gunakan anjing dan primate merupakan pilihanberikutnya. Karena
ukurannya kecil tikus cocok di gunakan dalamuji toksistas jangka panjang, meskipun
mereka sering di gunakan dalam studi karisogenetitas. Jantan dan betina dalam
jumbal yang sama di gunakan umumnya 40-100 tikus di tempatkan dalam ke;ompok
masing”dosos dan juga dalam kelompok control. Pengunaan anjing dan pramita non
manusia jauh lebih sedikit.

Anonim, 1993, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian


Klinik, Yayasan POM, Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; Jakarta

3. Bagaimana cara melakukan LD50 jelaskan dan berikan contohnya


Penetuan LD50 didapatkan berdasarkan persamaan berikut

P.D = 50 - %hidup di
bawah LD50 /%hidup di
atas LD 50 - % hidup di
bawah LD50
P = Dosis di atas LD 50/
Dosis di bawah LD 50
Adapun
P.D (Proportional Distance) = jarak proporsional
P = proporsionasi peningkatan dosis Metode Karber.
Metode ini memakai interval rata-rata dari jumlah hewan percobaan yang mati pada tiap
kelompok hewan dan perbedaan antar dosis untuk interval yang sama. Hasil dosis yang
lebih besar dari dosis yang mematikan seluruh hewan dalam sekelompok dosis dan dosis
yang lebih rendah yang dapat ditolerir oleh seluruh hewan dalam suatu kelompok, tidak
digunakan dalam metode ini. Jumlah perkalian diperoleh dari hasil kali beda dosis
dengan rata-rata kematian pada interval yang sama. Lethal Dose 50, dosis terkecil yang
menyebabkan kematian seluruh hewan dalam satu kelompok, di kurangi dengan jumlah
perkalian dibagi jumlah hewan dalam tiap kelompok
Contohnya:
PENGUJIAN TOKSISITAS AKUT LETHAL DOSE 50 (LD50) EKSTRAK ETANOL
BUAH BELIMBING WULUH ( Averrhoa bilimbi L.) PADA MENCIT (Mus musculus
albinus)

4. Bagaimana factor lingkungan dapat mempengaruhi hewan percobaan? Jelaskan


danberikan contohnya

Limbah dan gas yang berpotensi berbahaya, seperti ammonia, harus dijaga levelnya agar
sesuai dengan kesehatan dan kenyamanan hewan. Kecukupan sistem ventilasi, desain,
konstruksi, dan penempatan dari kandang dan container, kepadatan populasi, umlah
kandang di dalam ruangan, efektifitas rumah tangga, dan frekuensi perubahan tempat
tidur, kesemuanya akan mempengaruhi tingkat limbah gas. Faktor lingkungan berpotensi
berdampak pada kesejahteraan hewan dan mungkin mempengaruhi hasil dari riset.
Komisi etik dan investigator harus diinformasikan jika ada rencana perubahan pada
kondisi lingkungan oleh pegawai yang mengatur fasilitas perawatan contohnya:

Anda mungkin juga menyukai