Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MAKALAH

TFS OBAT TRADISIONAL


“Penggunaan Obat Herbal Di Asia, Afrika Dan Eropa”

OLEH :

KELAS C5NR
KELOMPOK 1

DESSY UL HIJRAH : F201902022

LISNA : F201902007

ASYRIANTI RASYMI : F201903001

NUNUNG FILDAYANTI : F201902024

INDRIANI TASRIM : F201902023

SURYAMI : F201902017

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri peyusun maupun yang
datang dari luar.Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan Allah SWT akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca.Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 6 Oktober 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
A. Pengertian Pengobatan Herbal.............................................................................3
B. Sejarah Pengobatan Herbal..................................................................................3
C. Manfaat dan Efek Samping Pengobatan Herbal................................................4
BAB III. PEMBAHASAN.................................................................................................7
A. Penggunaan Obat Herbal di Asia.........................................................................7
B. Penggunaan Obat Herbal di Afrika.....................................................................9
C. Penggunaan Obat Herbal di Eropa....................................................................17
BAB III. PENUTUP.........................................................................................................22
A. Kesimpulan...........................................................................................................22
B. Saran.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat tradisional merupakan suatu bahan yang berasal dari bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang biasanya digunakan
secara turun temurun untuk pengobatan, pencegahan penyakit, maupun pemeliharaan
kesehatan (Kemenkes, 2017; Moreira et al., 2014). Saat ini penggunaan obat tradisional
semakin meningkat baik di negara berkembang maupun negara maju. Masing-masing
negara atau daerah memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam penggunaan obat
tradisional karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti budaya, sejarah, dan sikap
individu. Obat tradisional yang paling banyak digunakan di seluruh dunia adalah obat
herbal atau obat yang berasal dari tumbuhan (Seyyedrassoli et al., 2017; Temitayo et al.,
2017).
Di Indonesia, sebanyak 59,12% penduduk berusia di atas 15 tahun menggunakan
jamu dan 30,40% rumah tangga memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional
(Kemenkes, 2013). Sebagian masyarakat menggunakan obat herbal tidak hanya untuk
terapi tunggal tetapi dikombinasikan dengan terapi modern. Masyarakat meyakini bahwa
obat herbal lebih aman, murah dan lebih manjur dibandingkan dengan obat modern,
meskipun data ilmiah terkait keamanan dan efektifitas obat herbal belum cukup memadai.
Masyarakat menggunakan obat herbal dalam bentuk ramuan dari bahan alam asli maupun
produk jadi seperti suplemen (Belachew et al., 2017; Destiani & Suwantika, 2015;
Gitawati & Handayani, 2008).
Banyaknya penggunaan obat tradisional terutama obat herbal di masyarakat
didukung oleh pemerintah dengan penyelenggaraan program pengembangan dan
pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) sebagai upaya meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan (Maryani & Kusumawati, 2008).
Dengan pemanfaatan obat herbal secara mandiri, maka masyarakat harus memiliki
pengetahuan yang baik tentang obat herbal agar dapat menggunakannya dengan tepat
sesuai kebutuhan.
Pengobatan tradisional yang telah diadopsi oleh masyarakat lain (di luar budaya
asli) sering disebut pengobatan komplementer atau alternatif. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) melaporkan bahwa 80% dari populasi dunia yang muncul bergantung pada
pengobatan tradisional untuk terapi. Selama dekade terakhir, negara maju juga
menyaksikan tren peningkatan dalam pemanfaatan CAM, khususnya obat herbal. Obat
herbal meliputi jamu, bahan jamu, sediaan jamu, dan produk jamu jadi yang mengandung
bagian tumbuhan atau bahan tumbuhan lain sebagai bahan aktif. Sementara 90% dari
populasi di Etiopia menggunakan obat herbal untuk perawatan kesehatan utama mereka,
survei yang dilakukan di negara maju seperti Jerman dan Kanada cenderung
menunjukkan bahwa setidaknya 70% dari populasi mereka telah mencoba CAM
setidaknya sekali.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penggunaan Obat Herbal di Asia ?
2. Bagaimana Penggunaan Obat Herbal di Afrika ?
3. Bagaimana Penggunaan Obat Herbal di Eropa ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Penggunaan Obat Herbal di Asia.
2. Untuk mengetahui Penggunaan Obat Herbal di Afrika.
3. Untuk mengetahui Penggunaan Obat Herbal di Eropa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengobatan Herbal


Pengobatan herbal (herbalism) adalah pengobatan tradisional atau pengobatan
rakyat mempraktekkan yang didasarkan pada pemakaian tumbuhan-tumbuhan dan
ekstrak tumbuhan. Herbalism adalah juga dikenal sebagai pengobatan berkenaan dengan
penggunaan tumbuhan untuk pengobatan, medis secara herbal, obat herbal, herbology,
dan phytotherapy. Kadang-kadang lingkup dari obat bahan tumbuhan yang dipergunakan
diperluas termasuk produk-produk jamur dan lebah, mineral-mineral, kulit/kerang-
kulit/kerang dan bagian binatang tertentu.
Pengobatan Herbal dan Kembali ke alam adalah dua phrase kata yang banyak
kita dengar akhir akhir ini. Pengobatan secara herbal merupakan pilihan alternatif yang
banyak diminati masyarakat terutama dalam bidang pengobatan.
B. Sejarah Pengobatan Herbal
Di catatan sejarah, studi mengenai tumbuh-tumbuhan herbal dimulai pada 5,000
yang lalu pada bangsa Sumerians, yang telah menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal
untuk kepentingan pengobatan, seperti itu seperti pohon salam, sejenis tanaman pewangi,
dan semacam tumbuhan. Orang-orang Mesir dari 1000 BC. dikenal untuk memiliki
digunakan bawang putih, candu, minyak jarak, ketumbar, permen, warna/tanaman nila,
dan tumbuh-tumbuhan herbal lain untuk pengobatan. Dalam dokumen Kuno juga
menyebutkan penggunaan tanaman/jamu herbal, termasuk tanaman mandrak (beracun),
vetch, sejenis tanaman pewangi, gandum, jewawut, dan gandum hitam.
Bangsa Yunani dan bangsa Roma kuno melakukan penggunaan tanaman herbal
untuk penyembuhan. Sebagaimana tertulis dalam catatan Hipocrates, terutama Galen
praktek bangsa Yunani dan Roma dalam pengobatan herbal menjadi acuan dalam
pelaksanaan pengobatan di barat pada kemudian hari. Yunani dan praktek-praktek Roma
yang berhubung dengan obat, seperti yang dipelihara di dalam tulisan Hippocrates dan -
terutama -Kekasih, yang dengan syarat pola-pola untuk pengobatan barat yang
kemudiannya. Hippocrates menganjurkan pemakaian herbal yang sederhana, seperti
udara yang sehat,segar dan bersih, istirahat dan diet yang wajar.
Sejak jaman dulu kala, dimana pengobatan ala barat belum dikenal,
penggunaan tanaman berkhasiat obat atau lebih umum dikenal dengan herbal sebenarnya
sudah dilakukan oleh masyarakat. Tetapi lambat laun tersingkirkan karena pengaruh
perkembangan pengobatan kedokteran yang pesat dan menjadikan herbal sebagai
alternatif pilihan saja.
Padahal sejak zaman kerajaan kerajaan di nusantara waktu lampau sudah
banyak terbukti keampuhan dan khasiat herbal, dan disamping itu lebih murah meriah
dan efek samping yang ditimbulkan sangat kecil. Tetapi walaupun begitu masih banyak
masyarakat kita yang meragukan khasiat herbal.
C. Manfaat dan Efek Samping Pengobatan Herbal
1. Manfaat
Obat-obatan herbal berfungsi melemahkan racun untuk proses penyembuhan
penyakit pada manusia, yaitu mengendalikan dan membunuh kandungan racun dalam
tubuh manusia. Selain itu obat-obatan herbal juga dapat membentuk zat kekebalan
tubuh (antibodi) yang tidak dimiliki tubuh manusia, dengan tujuan melindungi dari
unsur yang merusak organ tubuh.
Obat-obatan herbal juga dapat memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak,sebagai contoh obat herbal yang berasal dari ramuan mahkota dewa dapat
menyembuhkan penyakit kanker, tumor dan jantung. Terapi pengobatan dengan
herbal (tumbuhan berkhasiat) bermanfaat untuk memperbaiki sel-sel organ tubuh
yang rusak akibat radang dengan penyembuhannya bersifat permanen.

2. Efek Samping
Pada prinsipnya, obat-obatan herbal memiliki potensi efek samping yang sama
dengan obat-obatan sintetis atau konvensional. Tubuh kita tidak bisa membedakan
antara pengobatan menggunakan herbal dengan pengobatan sintetis. Produk obat
herbal merupakan bagian-bagian dari tumbuhan (misalnya akar, daun, kulit, dll) dan
mengandung banyak senyawa kimia aktif. Senyawa ini, selain mempunyai khasiat
penyembuhan juga dapat memiliki efek samping yang dapat merugikan.
Para ahli pengobatan herbal meyakini bahwa penggunaan kombinasi ekstrak
tumbuhan memiliki efek penyembuhan yang lebih ampuh dibanding dengan hanya
menggunakan satu komponen tumbuhan saja. Kombinasi dari tumbuh-tumbuhan ini
memiliki efek sinergi, yang saling melengkapi dan bahkan menambah daya
khasiatnya. Kombinasi ini juga diklaim dapat mengurangi efek samping yang tidak
diinginkan, misalnya dapat mengurangi kejadian keracunan dibanding hanya dengan
menggunakan satu jenis herbal. Namun, secara teoritis, kombinasi zat kimia aktif
dalam beberapa jenis herbal juga bisa berinteraksi untuk membuat ramuan herbal
menjadi lebih beracun daripada menggunakan satu jenis herbal.
Efek samping ini dapat terjadi dalam beberapa cara, misalnya keracunan,
kontraindikasi dengan obat lain, dan lain-lain.
3. Hubungan Pengobatan Herbal dengan Kesehatan/ Keperawatan
Pengobatan secara medis dan dengan herbal apabila dibandingkan, masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Jika satu jenis obat medis
secara spesifik menyembuhkan satu penyakit, namun obat-obatan herbal mampu
menjadi penawar rasa sakit berbagai jenis penyakit. Obat-obatan herbal juga dapat
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak,sebagai contoh obat herbal yang berasal dari
ramuan mahkota dewa dapat menyembuhkan penyakit kanker, tumor dan jantung.
Pengobatan secara medis dapat lebih mengoptimalkan darah sebagai indikator
dan menjaga agar darah normal secara klinis (pemeriksaan laboratorium), namun
tanpa mempedulikan dampaknya terhadap kerusakan organ tubuh lainnya.
Sebagai contoh suntikan cairan insulin untuk penderita diabetes ternyata memiliki
potensi mengakibatkan rusaknya kelenjar tubuh yang biasanya memproduksi insulin.
Terapi pengobatan dengan herbal (tumbuhan berkhasiat) bermanfaat untuk
memperbaiki sel-sel organ tubuh yang rusak akibat radang dengan penyembuhannya
bersifat permanen.
Hubungannya dalam kesehatan/keperawatan, pengobatan herbal dapat
menjadi kombinasi dalam pemberian asuhan keperawatan, apa lagi banyak
masyarakat sekarang mulai mencari alternatif lain untuk mencegah penyakit dan
kesehatannya. Pengobatan herbal pun semakin mendapat tempat dimasyarakat.
Pengobatan herbal dapat menjadi terapi pengobatan dalam kesehatan/keperawatan
guna untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dalam mengobati pasien.
Penelitian meta-analisis terhadap tanggapan dokter mengenai pengobatan
alternatif menunjukkan bahwa dari 12 penelitian yang berbeda , dokter memberikan
jawaban yang positif terhadap keberadaan pengobatan alternatif, terutama terhadap
akupuntur, osteopati, homeopati, dan chiropractic. Pada 5 penelitian diantaranya
ditanyakan mengenai bermanfaat atau tidaknya pengobatan alternatif tersebut.
Tanggapan dokter yang menjawab bahwa pengobatan alternatif bermanfaat berkisar
dari 54 % sampai 86 %. Dapat dikatakan di sini bahwa sebagian besar dokter setuju
bahwa pengobatan alternatif bermanfaat pada penyembuhan penyakit.
Penelitian Verhoef et all, pada pasien tumor otak yang menggunakan
pengobatan alternatif menunjukkan dua pertiganya menyatakan bahwa pengobatan
tersebut bermanfaat. Secara umum pasien mengatakan bahwa tingkat energi
meningkat dan merasa lebih sehat fisik dan mental. Pada sepertiga pasien mempunyai
harapan yang tinggi bahwa pengobatan alternatif ini mampu mengecilkan dan
menghilangkan tumornya.
Penelitian Ernaldi bahar dkk, terhadap gangguan kesehatan jiwa pada anak
dan remaja di Palembang menunjukkan bahwa orang tua penderita percaya bahwa
pengobatan tradisional lebih kompeten dan mampu mengobati kesehatan jiwa
anaknya.
Penelitian Kessler et all, pada pasien yang menderita ansietas dan depresi
didapatkan data bahwa sebagian besar pasien menyatakan pengobatan alternatif sama
berguna dengan pengobatan konvensional.
Dalam suatu diskusi panel National Institut of Health ( NIH ) yang dihadiri
oleh 23 ahli di bidang kedokteran perilaku, penanganan nyeri, ilmu jiwa, ilmu saraf
dan psikologi ditemukan berbagai bukti kuat bahwa penggunaan teknik relaksasi dan
terapi perilaku dapat mengurangi rasa nyeri dan masalah insomnia akibat berbagai
kondisi penyakit ( 18 ). Diskusi Panel NIH pernah juga memberikan simpulan bahwa
akupuntur efektif untuk mengurangi nyeri gigi, mual, muntah, nyeri kepala dan nyeri
pinggang bawah.
BAB III
PEMBAHASAN

Pemakaian herbal sebagai obat-obatan tradisional telah diterima luas di negara-negara


maju maupun berkembang sejak dahulu kala, bahkan dalam 20 tahun terakhir perhatian
dunia terhadap obat-obatan tradisional meningkat, baik di negara yang sedang berkembang
maupun negara-negara maju. World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan
Dunia menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negara maju menggunakan
pengobatan tradisional dan obat-obat dari bahan alami (Kemenkes RI, 2007).
Indonesia merupakan negara besar yang terkenal karena keanekaragamannya, salah
satunya adalah keanekaragaman hayati (megabiodiversity) khususnya tumbuhan. Selain itu
Indonesia juga memiliki keanekaragaman etnis yang memiliki berbagai macam pengetahuan
tentang obat tradisional yang menggunakan bahan-bahan dari tumbuhan. Banyak dari jenis
tumbuhan itu telah ribuan tahun digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan dokter
sebagai bahan obat atau jamu tradisional untuk berbagai macam penyakit dan memberikan
hasil yang baik bagi pemeliharaan kesehatan serta pengobatan (Mills, 1996).
Di bumi ini diperkirakan terdapat 40.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut
sekitar 30.000 spesies hidup di kepulauan Indonesia dan sekurang-kurangnya 9.600 spesies
diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 300 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan
baku obat tradisional dan industri obat tradisional (Kemenkes RI, 2007). Keragaman zat
kimia penyusun tumbuh-tumbuhan atau zat yang dihasilkan tumbuhan merupakan kelebihan
tanaman, sehingga sebagai tanaman obat dapat menghasilkan aktivitas yang luas dan
memiliki sisi positif pada tubuh karena tidak memiliki efek samping seperti halnya obatobat
kimiawi (Mills, 1996)

A. Penggunaan Obat Herbal di Asia (Menurut Jurnal Hubungan faktor


sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat herbal di dua
kecamatan Kabupaten Sleman)
Pengetahuan masyarakat tentang obat herbal perlu diteliti karena penggunaan obat
herbal di masyarakat semakin meningkat, meskipun masih terdapat beberapa obat herbal
yang belum terbukti aman dan efektif. Sebagian besar masyarakat menggunakan obat
herbal berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan secara turun temurun.
Dengan demikian, perlu dilakukan pengukuran terhadap pengetahuan masyarakat agar
pemilihan maupun penggunaan obat herbal dapat dilakukan dengan tepat, sehingga
terhindar dari efek yang berbahaya bagi tubuh (Gitawati & Handayani, 2008; Moreira et
al., 2014; Ningsih, 2016).
Terdapat bermacam-macam obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat
untuk mengatasi berbagai kondisi kesehatan, seperti diare, sakit tenggorokan, sakit gigi,
diabetes, hipertensi, kanker, obesitas, dan lain-lain (Kemenkes, 2017; Wassie et al.,
2015). Oleh karena itu, masyarakat harus mengetahui khasiat obat herbal yang digunakan
agar mendapatkan efek yang optimal. Pada domain khasiat obat herbal, diketahui
persentase responden yang telah mengetahui khasiat jahe (99,6%), bawang putih (79,6%),
dan kunyit (53,3%). Sebanyak 47,1% responden menganggap bahwa obat herbal lebih
efektif untuk mengatasi penyakit kronis, dan obat herbal memiliki khasiat yang sama
dengan obat modern (32,9%).
Pada domain cara penggunaan obat herbal, mayoritas responden (89,2%) telah
mengetahui bahwa obat herbal tidak diminum bersamaan dengan obat modern. Namun,
masih banyak responden (46,7%) yang belum mengetahui bahwa sebaiknya obat herbal
tidak dikonsumsi setiap hari, serta aturan penggunaan kunyit pada masa kehamilan.
Kunyit diyakini keamanannya jika digunakan pada trimester kedua dan ketiga, karena
sampai saat ini belum ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa konsumsi kunyit dapat
menyebabkan kelahiran prematur. Meskipun demikian, wanita hamil seharusnya
menghentikan penggunaan kunyit satu minggu sebelum hari perkiraan lahir (Akram et
al., 2010; Jaafari et al., 2016). Penggunaan obat herbal oleh masyarakat termasuk wanita
hamil, masih banyak dilakukan. Oleh karena itu, perlu dipastikan bahwa masyarakat telah
mengetahui cara penggunaan obat herbal dengan benar.
Responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang obat herbal dalam kategori
baik sebesar 55%. Pada penelitian sebelumnya, juga menunjukkan hasil serupa yaitu
67,7% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang obat herbal (Oktarlina
et al., 2018). Tingkat pengetahuan tentang obat herbal akan mempengaruhi sikap dan
perilaku penggunaan obat herbal. Semakin tinggi pengetahuan, maka semakin tinggi
frekuensi penggunaan obat herbal (Asmelashe et al., 2017; Seyyedrassoli et al., 2017).
Pengetahuan masyarakat tentang obat herbal dapat ditingkatkan dengan pemberian
edukasi oleh tenaga kesehatan.
Hasil analisis biavariat menunjukkan tingkat pengetahuan tentang obat herbal
tidak berhubungan secara signifikan dengan karakteristik sosiodemigrafi, meliputi jenis
kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan (p<0,05) Pada penelitian di Penang
dan Merawi Town, tercantum bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
sosiodemografi (usia, pendidikan, dan pendapatan) dengan pengetahuan dan penggunaan
obat herbal (Rahman et al., 2009; Wassie et al., 2015). Sebaliknya, penelitian di Iran
menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu terdapat hubungan secara siginifikan antara faktor
sosiodemografi (usia, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan) dengan tingkat
pengetahuan (Seyyedrassoli et al., 2017). Pendidikan tidak berhubungan dengan tingkat
pengetahuan secara signifikan, hal ini kemungkinan karena informasi tentang obat herbal
dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi seperti TV, internet, buku, keluarga,
ataupun tenaga kesehatan, tidak hanya dari pendidikan formal (Djabbar et al., 2017; El-
Olemy et al., 2017).

B. Penggunaan Obat Herbal di Afrika (Menurut Jurnal Obat Herbal dalam


Pengobatan Tradisional Afrika)

Obat herbal adalah bagian tak terpisahkan dari dan terkadang identik dengan obat
tradisional Afrika. Ini adalah sistem pengobatan tertua dan masih paling banyak
digunakan di dunia saat ini. Ini digunakan di semua masyarakat dan umum untuk semua
budaya. Obat herbal, juga disebut obat botani, obat nabati, atau phytomedicines,
sebagaimana didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengacu pada
herbal, bahan herbal, sediaan herbal, dan produk herbal jadi yang mengandung seluruh
tanaman, bagian tanaman, atau bahan tanaman lainnya. , termasuk daun, kulit kayu, buah
beri, bunga, dan akar, dan/atau ekstraknya sebagai bahan aktif yang ditujukan untuk
penggunaan terapeutik manusia atau untuk manfaat lain pada manusia dan terkadang
hewan.
Sejumlah tanaman telah digunakan dalam pengobatan tradisional selama
bertahun-tahun tanpa data ilmiah untuk mendukung kemanjurannya. Dalam hal ini,
tumbuhan tersebut, baik seluruh atau sebagiannya, yang memiliki khasiat obat, disebut
sebagai obat mentah yang berasal dari alam atau biologis. Mereka selanjutnya dapat
diklasifikasikan sebagai "obat terorganisir," jika obat tersebut berasal dari bagian
tanaman dengan struktur seluler seperti daun, kulit kayu, akar, dll., dan "obat tidak
terorganisir," jika diperoleh dari bagian aseluler tanaman seperti gusi. , balsam, gel,
minyak, dan eksudat. Dibandingkan dengan obat allopathic modern, jamu tersedia secara
bebas dan dapat diakses dengan mudah oleh semua orang. Hasil dari, konsultasi dengan
dukun masih terbatas karena pengetahuan tentang jamu kuratif umum cukup baik
terutama di daerah pedesaan kecuali dalam hal pengobatan penyakit kronis. Bahkan
ketika konsultasi dilakukan, masih ada kurangnya koherensi di antara pengobat
tradisional tentang tata cara penyiapan dan dosis obat herbal yang benar. Namun,
menurut WHO, setidaknya 80% orang di Afrika masih mengandalkan tanaman obat
untuk perawatan kesehatan mereka. Di Nigeria, dan bahkan seluruh Afrika Barat, obat
herbal terus mendapatkan momentum, beberapa keuntungannya adalah biaya rendah,
keterjangkauan, ketersediaan, penerimaan, dan toksisitas yang tampaknya rendah.
kurangnya keselarasan antara pengobat tradisional tentang tata cara penyiapan dan dosis
obat herbal yang benar. Namun, menurut WHO, setidaknya 80% orang di Afrika masih
mengandalkan tanaman obat untuk perawatan kesehatan mereka. Di Nigeria, dan bahkan
seluruh Afrika Barat, obat herbal terus mendapatkan momentum, beberapa
keuntungannya adalah biaya rendah, keterjangkauan, ketersediaan, penerimaan, dan
toksisitas yang tampaknya rendah. kurangnya keselarasan antara pengobat tradisional
tentang tata cara penyiapan dan dosis obat herbal yang benar.
Namun, menurut WHO, setidaknya 80% orang di Afrika masih mengandalkan
tanaman obat untuk perawatan kesehatan mereka. Di Nigeria, dan bahkan seluruh Afrika
Barat, obat herbal terus mendapatkan momentum, beberapa keuntungannya adalah biaya
rendah, keterjangkauan, ketersediaan, penerimaan, dan toksisitas yang tampaknya rendah.
Di banyak daerah di Afrika, pengetahuan tentang spesies tanaman yang
digunakan dan metode penyiapan dan pemberian obat, terutama untuk penyakit serius,
masih berada di tangan dukun tradisional. Kerahasiaan dan persaingan masih melingkupi
penggunaan obat-obatan ini, dengan penyembuh sering enggan untuk memberikan
pengetahuan mereka kepada siapa pun kecuali kerabat dan inisiat yang dipercaya.

Sifat kuratif obat herbal divalidasi melalui penyelidikan ilmiah, yang berusaha
memahami kimia aktif tanaman. Aktivitas terapeutik tanaman fa adalah karena sifat
kimianya yang kompleks dengan berbagai bagian tanaman yang menyediakan efek
terapeutik tertentu. Komponen kimia atau fitokimia yang ditemukan pada tanaman yang
bertanggung jawab untuk berbagai efek terapeutik termasuk alkaloid, glikosida, tanin,
asam, kumarin, sterol, fenol, dll. Banyak obat-obatan modern telah dimodelkan atau
awalnya berasal dari bahan kimia ini, misalnya, aspirin disintesis dari asam salisilat yang
berasal dari kulit kayu salix alba dan tanaman padang rumput, Filipendula ulmaria. Kina
dariCinchona pubescens kulit kayu dan artemisinin dari Artemisia tahun tanaman obat
antimalaria. Vincristine dan vinblastine adalah obat antikanker yang berasal dari
periwinkle Madagaskar (Catharanthus roseus), digunakan untuk mengobati leukemia.
Morfin dan kodein, berasal dari opium poppy ( Papaver somniferum), digunakan dalam
pengobatan diare dan nyeri, sedangkan digitoksin adalah glikosida jantung yang berasal
dari tanaman foxglove (Digitalis purpurea).
Tanaman obat juga merupakan bahan penting untuk industri kosmetik.
Penggunaan obat-obatan herbal berkurang menjelang akhir abad ke-19 karena munculnya
kimia sintetis. Namun, ada kebangkitan minat pada obat-obatan nabati dalam beberapa
tahun terakhir, karena obat sintetis menjadi kurang efektif karena tingkat resistensi yang
tinggi dan juga karena toksisitas dan biaya yang lebih tinggi. Diperkirakan lebih dari
separuh obat sintetik yang digunakan berasal dari tumbuhan.
1. Jika penyakitnya bersifat fisik, pendekatan berikut digunakan:
a. Resep jamu: Herbal diresepkan untuk orang yang sakit sesuai dengan sifat
penyakitnya. Setiap resep memiliki instruksi spesifiknya sendiri tentang cara
menyiapkan ramuan, dosis, rejimen dosis, dan jangka waktu.
b. Aplikasi tanah liat dan herbal:Aplikasi campuran tanah liat putih dengan herbal
mungkin relevan dalam beberapa proses penyembuhan. Campuran dioleskan ke
seluruh tubuh selama beberapa hari, terutama dalam kasus penyakit kulit.
Pandangannya adalah bahwa tubuh manusia adalah terbuat dari debu atau tanah;
oleh karena itu, jika tubuh memiliki masalah, Anda harus pergi ke tempat asalnya
untuk memperbaikinya. Penggunaan tanah liat dengan beberapa ramuan khusus
juga kadang-kadang digunakan untuk ritual pencegahan untuk mengusir roh jahat
yang bertanggung jawab atas penyakit.
c. Penyuluhan:Orang sakit kadang-kadang dinasihati tentang apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan dalam pengobatan, makanan yang harus dimakan atau
dihindari, untuk berperilaku baik secara umum seperti yang ditetapkan oleh
masyarakat dan budaya, kegagalan di mana roh-roh baik akan menarik berkah dan
perlindungan mereka dan oleh karena itu , membuka pintu untuk penyakit,
kematian, kekeringan, dan kemalangan lainnya. Hal ini banyak dilakukan ketika
itu adalah masalah pelanggaran tabu.
2. Praktek-praktek khusus dari beberapa negara dijelaskan di bawah ini:
a. Ghana
Obat herbal biasanya merupakan pendekatan pertama untuk mengobati
penyakit apa pun, terutama di daerah pedesaan. Kurangnya akses ke fasilitas
kesehatan, jalan/infrastruktur yang buruk, dan keterjangkauan biaya pengobatan
adalah beberapa alasan utama penggunaan dukun tradisional. Selain itu, rasio
dokter terhadap pasien sekitar 1:2000, sedangkan untuk pengobat tradisional
rasionya adalah :200. Ini memainkan peran utama dalam pengambilan keputusan
perawatan kesehatan. Faktor lain yang mempengaruhi, seperti situasi keuangan,
pendidikan, dan saran dari teman dan keluarga, berkontribusi pada pilihan
perawatan kesehatan tipe f]. Pengobatan tradisional memiliki sejarah panjang di
Ghana. Pengetahuan ini biasanya di tangan penyembuh spiritual, tetapi sebagian
besar keluarga memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional Kebanyakan
orang di Ghana sepenuhnya menerima pengobatan berbasis ilmu pengetahuan
modern, tetapi pengobatan tradisional masih dijunjung tinggi. Mereka percaya
pada aspek fisik dan spiritual dari penyembuhan.
Di Ghana saat ini, Direktorat Medis tradisional telah dibentuk di
kementerian kesehatan untuk menyediakan sistem kesehatan komplementer yang
komprehensif, dapat dikenali, dan terstandarisasi berdasarkan keunggulan dalam
pengobatan tradisional dan alternatif. Mendirikan pusat untuk mengintegrasikan
penelitian ilmiah ke dalam obat-obatan tanaman dan memasukkan obat tradisional
ke dalam kurikuler universitas sekarang status saat ini di Ghana [44]. Juga,
sekolah kedokteran tradisional yang memberikan gelar sekarang melatih dan
meluluskan dokter medis tradisional.
b. Zambia
Prinsip pertama adalah diagnosis diikuti dengan prosedur pengobatan yang
kompleks menggunakan tanaman dari semak, diikuti dengan banyak ritual, tujuan
akhirnya adalah untuk menyembuhkan penyakit. Penyakit serius atau kronis
membutuhkan "chizimba", yang berarti menutup penyakit atau penyakit selamanya.
Ini melibatkan membunuh kadal dan membakar jantung dengan akar pohon tertentu
dan menggiling dengan arang. Potongan kecil dibuat di daerah yang sakit dan
payudara kiri dan campuran dioleskan ke luka.
Tanaman dapat digunakan secara tunggal atau dalam kombinasi dengan
tanaman lain. Bagian tanaman dipanen segar, dihaluskan, dan dibiarkan kering
terlebih dahulu, kemudian direndam dalam air atau pelarut lain seperti gin lokal.
Beberapa bahan tanaman dibakar sebagai arang dan digunakan sebagai bubuk. Enam
jenis pengobatan utama yang umum untuk 72 atau lebih kelompok etnis di Zambia
termasuk minum, makan, minum sebagai bubur, membuat luka kecil pada kulit dan
mengoleskannya, mandi dengan ramuan, menari untuk mengusir roh, dan mengukus
dengan ramuan mendidih. Tabib tradisional Zambia disebutNga:nga.
c. Tanzania
Di Tanzania, pengobatan tradisional telah dipraktekkan secara terpisah dari
pengobatan allopathic sejak masa kolonial tetapi terancam oleh kurangnya
dokumentasi, ditambah dengan penurunan keanekaragaman hayati di daerah tertentu
karena penemuan sumber daya alam dan pertambangan yang berlebihan, perubahan
iklim, urbanisasi, dan modernisasi. pertanian. Obat tradisional di Tanzania digunakan
oleh orang-orang dari segala usia di daerah perkotaan dan pedesaan baik untuk
penyakit sederhana maupun kronis.
Kendala lain untuk pengembangan obat tradisional di Tanzania adalah
kurangnya ata pada spesies tanaman obat yang terancam atau hampir punah. Seperti
saat ini, praktik pengobatan tradisional berada di bawah Kementerian Kesehatan.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan praktik pengobatan tradisional dengan
menciptakan kesadaran akan pentingnya obat tradisional dan tanaman obat dalam
perawatan kesehatan dan pelatihan praktisi kesehatan tradisional n praktik yang baik,
konservasi, dan panen berkelanjutan.
d. Afrika Selatan
Fitur pengobatan tradisional dalam kehidupan ribuan orang di Afrika Selatan
setiap hari. Dalam pelaksanaannya, diperkirakan 80% penduduk menggunakan obat
tradisional yang secara kolektif disebut muti. Muti adalah kata yang berasal dari
tanaman obat dan mengacu pada tumbuhan, mineral, dan obat hewani yang
bersumber secara tradisional. Selain jamu, obat tradisional dapat menggunakan
bagian hewan dan mineral. Namun, hanya lant muti yang dianggap sebagai sumber
obat-obatan yang berkelanjutan.

Tanaman tradisional Afrika Selatan sangat mempesona dengan begitu banyak


warna, bentuk, dan efek. Ini adalah seni untuk mengetahui ini dan menggunakannya
dengan benar adalah tujuan dari semua yang benar penyembuh tradisional. Pengobat
tradisional yang dikenal sebagai Sangoma atau Innyanga adalah pemegang kekuatan
penyembuhan di masyarakat Bantu selatan. Dalam praktik khas dengan seorang
praktisi tradisional wanita, metode yang digunakan tergantung pada sifat keluhan.
Misalnya, sakit kepala disembuhkan dengan cara dihisap atau dihirup obat-obatan
yang membakar, obat pahit untuk meningkatkan nafsu makan, obat penenang untuk
depresi, obat muntah untuk membersihkan sistem pencernaan, dan obat antibiotik
atau penambah kekebalan tubuh untuk kelemahan atau infeksi. Dia sering menasihati
pasien sebelum memberikan obat herbal penyembuhan yang tepat.
e. Kenya
Praktisi Pengobatan Tradisional di Kenya umumnya dikenal sebagai “laibon”
jauh melebihi penyedia konvensional atau allopathic. Praktik mereka tidak berbeda
dengan negara-negara Afrika lainnya. Dalam banyak kasus, mereka menggabungkan
obat modern dan herbal, terutama jika mereka menderita penyakit kronis seperti
HIV/AIDS, hipertensi, kanker, dan diabetes.
f. Nigeria
Dalam wawancara lisan dengan dua praktisi pengobatan tradisional modern,
Dr. Anselm Okonkwo dari Pusat Penelitian Etnomedis Saint Rita, Enugu
Consultancy and Research, Enugu, Nigeria, seorang teknolog laboratorium medis,
keduanya mengungkapkan bahwa pengetahuan dan 'karunia' praktik medis mereka
diturunkan oleh kerabat lanjut usia yang juga berpraktik melalui bimbingan dan cara
supernatural. Pengetahuan ditingkatkan dengan pelatihan lebih lanjut, interaksi, dan
diskusi dengan rekan-rekan, konsultasi buku tentang jamu, dan Internet. Mereka
mengklaim bahwa praktik itu sangat menguntungkan, terutama karena beberapa
penyakit yang menentang pengobatan ortodoks seperti epilepsi dan kegilaan dapat
sepenuhnya diobati dengan pengobatan tradisional. Kedua pria itu mengungkapkan
bahwa konsep lama kerahasiaan dan ramalan secara bertahap memudar dan diambil
alih oleh peningkatan keterampilan, pemahaman, dan penggunaan peralatan modern
jika diperlukan. Namun keduanya setuju dengan kekuatan "mistis" atau esoteris
tanaman, yang kadang-kadang mereka terapkan dalam diagnosis dan pengobatan
mereka.
3. Kelebihan dan kekurangan jamu tradisional
Baik pengobatan Barat maupun tradisional datang dengan tantangannya masing-
masing. Saat ini, ada banyak obat barat di pasaran yang memiliki beberapa efek samping,
terlepas dari klaim ilmiahnya. Dengan cara yang sama, pengobatan atau proses
penyembuhan herbal tradisional Afrika juga memiliki tantangannya sendiri. Berikut ini
dilaporkan sebagai beberapa keuntungan dan kerugian:
a. Keuntungan
Obat herbal Afrika adalah "holistik" dalam arti menangani masalah jiwa, roh,
dan tubuh. Itu murah dan mudah diakses oleh kebanyakan orang, terutama penduduk
pedesaan. Itu juga dianggap jauh lebih aman daripada obat-obatan ortodoks, karena
berasal dari alam.
2. Kekurangan
Beberapa kelemahan termasuk diagnosis yang tidak tepat yang dapat
menyesatkan. Dosis seringkali tidak jelas dan obat-obatan disiapkan dalam kondisi
yang tidak higienis, sebagaimana dibuktikan oleh kontaminasi mikroba dari banyak
sediaan herbal yang dijual di pasaran. [57]. Pengetahuan masih diselimuti kerahasiaan
dan tidak mudah disebarluaskan. Beberapa praktik yang melibatkan ritual dan
ramalan berada di luar jangkauan nontradisionalis seperti orang Kristen yang merasa
tidak dapat dipahami, tidak dapat diterima, dan sulit untuk mengakses layanan
tersebut.

C. Penggunaan Obat Herbal di Eropa (Menurut Jurnal Obat Herbal di Eropa-


Standart Regulasi Yang Menenagkan )
Obat herbal itu besar— dan relatif mainstream — bisnis di Eropa: pada tahun
2003, negara-negara Eropa mencoba menghabiskan hampir $ 5 miliar (dengan harga
produsen untuk grosir) pada obat-obatan herbal over-thecounter. Tapi tidak semua negara
Eropa telah memeluk pengobatan herbal dengan kehangatan yang sama. Jerman dan
Prancis tidak dapat disangkal memimpin dalam penjualan over-the-counter (lihat grafik),
dan mereka juga memiliki pasar yang penting untuk sediaan herbal resep. Pada tahun
2003, asuransi kesehatan Jerman membayar $283 juta untuk penggantian ginkgo yang
diresepkan, St. John's wort, mistletoe, saw palmetto, ivy, hawthorn, stinging nettle root,
myrtol, pitosterol, dan cucurbita, dan pada tahun 2002, asuransi kesehatan Prancis
membayar $91 juta dalam penggantian sebagian untuk resep ginkgo, saw palmetto, dan
pygeum dengan nilai total $196 juta. Beberapa dokter di Inggris, di sisi lain, meresepkan
obat-obatan herbal, yang umumnya tidak ditanggung oleh National Health Service,
meskipun sekitar 1300 praktisi herbal dapat secara sah menjual obat herbal tanpa izin,
asalkan mereka melakukannya setelah berkonsultasi dengan pasien.
Beberapa negara, seperti Jerman dan Prancis, membuat prosedur pendaftaran
yang disederhanakan untuk produk herbal, di mana bukti kemanjuran yang meyakinkan
tidak lagi diperlukan. Negara-negara lain, seperti Inggris, berpegang pada prinsip bahwa
sediaan herbal industri harus memenuhi persyaratan yang sama seperti obat
konvensional, bahkan jika ini berarti bahwa sebagian besar produk herbal tidak dapat
dilisensikan dan oleh karena itu akan terus dijual tanpa kontrol peraturan yang tegas.

Komunitas Eropa telah mengambil dua legislasi langkah awal untuk


menyelaraskan perbedaan tersebut. Pada tahun 1999, ia mengadopsi arahan yang
memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam penggunaan data bibliografi dalam
membuktikan keamanan dan kemanjuran obat-obatan yang disebut mapan. Pemohon izin
edar tidak lagi diharuskan untuk menyerahkan data dari uji praklinis dan uji klinis baru
jika mereka dapat menunjukkan melalui referensi terperinci ke literatur ilmiah yang
diterbitkan bahwa produk herbal mereka memiliki penggunaan obat yang mapan dengan
kemanjuran yang diakui dan tingkat keamanan yang dapat diterima. Pada bulan Maret
2004, pedoman lain disahkan, membuat prosedur pendaftaran yang disederhanakan untuk
semua obat herbal tradisional yang, meskipun lama digunakan, tidak memenuhi
persyaratan untuk klasifikasi sebagai obat mapan. Agar memenuhi syarat untuk
pendaftaran ini, obat-obatan herbal harus memenuhi beberapa kriteria. Mereka harus
mengandung secara eksklusif satu atau lebih bahan herbal; penambahan vitamin atau
mineral hanya diperbolehkan jika keamanannya didokumentasikan dengan baik. Produk
harus memiliki kekuatan dan dosis tertentu dan diberikan secara oral, eksternal, atau
melalui inhalasi. Data tentang penggunaan tradisional harus cukup untuk menunjukkan
bahwa mereka tidak berbahaya dalam kondisi penggunaan yang ditentukan dan bahwa
efek farmakologisnya masuk akal. Dan mereka harus telah digunakan untuk pengobatan
setidaknya selama 30 tahun, termasuk setidaknya 15 tahun dalam Komunitas Eropa.
Arahan baru juga menyerukan pembentukan komite khusus produk herbal di
dalam Badan Eropa untuk Evaluasi Produk Obat, yang akan digunakan, antara lain,
menghasilkan atau menyetujui monografi herbal dan menyusun daftar bahan herbal dan
persiapan yang mungkin memiliki izin sebagai obat herbal tradisional. Daftar ini akan
memberikan indikasi yang tepat, kekuatan dan dosis yang ditentukan, rute pemberian,
dan informasi lain yang diperlukan untuk penggunaan yang aman.
Undang-undang baru akan menawarkan manfaat kesehatan masyarakat, terutama
bagi negara-negara anggota yang belum memiliki prosedur pendaftaran yang
disederhanakan untuk obat-obatan herbal. Dengan memperkenalkan daftar herbal yang
dapat diterima dan mewajibkan pelaporan efek samping, undang-undang Eropa
melampaui aturan baru untuk Praktik Manufaktur yang Baik yang diusulkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan AS pada tahun 2003 untuk meningkatkan kualitas
suplemen makanan. Oleh karena itu, ini harus menjadi inspirasi bagi siapa pun yang
berjuang untuk regulasi yang lebih baik produk herbal di Amerika Serikat.
Selain manfaat kesehatan masyarakat yang diharapkan, undang-undang Eropa
yang baru juga membawa peringatan penting.
Pertama, fokus pada persiapan industri memerlukan langkah-langkah tambahan
untuk membantu memastikan kualitas dan keamanan bahan herbal mentah yang
digunakan dalam obat-obatan racikan lokal. Tindakan tambahan juga diperlukan untuk
memastikan bahwa praktisi nonmedis yang meresepkan pengobatan herbal menerima
pelatihan yang memadai dan pendidikan berkelanjutan untuk mencapai dan
mempertahankan standar praktik yang tinggi. Departemen Kesehatan Inggris sudah
membuat kemajuan dalam domain ini, setelah mengusulkan regulasi mandiri hukum bagi
praktisi herbal
Kedua, arahan baru secara eksplisit memungkinkan produk herbal nonmedicinal
diatur di bawah undangundang yang mencakup makanan. Hal ini menimbulkan
pertanyaan sejauh mana masih memungkinkan untuk memasarkan ramuan yang sama
baik sebagai obat maupun suplemen makanan. Selain itu, daftar positif dan monografi
umum pada herbal mungkin tidak menjamin bahwa semua produk berlisensi memiliki
sifat kimia dan farmakologis yang sama. Di Jerman, yang telah memiliki prosedur
pendaftaran yang disederhanakan berdasarkan monografi umum selama bertahun-tahun,
ramuan yang sama dapat muncul di obat-obatan dan suplemen makanan. Dan studi
terbaru dari persiapan St. John's wort di pasar Jerman telah menunjukkan variasi
substansial dalam tingkat dan pembubaran in vitro dari konstituen utama, hyperforin.
Ketiga, pengalaman tradisional tidak selalu merupakan alat yang dapat diandalkan
untuk mendeteksi reaksi yang jarang atau terlambat, dan memiliki nilai terbatas dalam
memprediksi risiko yang terkait dengan persiapan nontradisional atau dengan
penggunaan dalam keadaan nontradisional (misalnya, dalam kombinasi dengan obat
konvensional).
Akhirnya, dan yang paling kontroversial, arahan Eropa yang baru menghasilkan
standar ganda untuk berbagai jenis obat, karena bukti ilmiah kemanjuran yang diperlukan
untuk obat-obatan konvensional tidak lagi diperlukan untuk obat-obatan herbal, asalkan
digunakan untuk masalah kesehatan ringan dan diberi label sebagai "digunakan secara
tradisional." Dapat dikatakan bahwa persyaratan kemanjuran konvensional bukanlah
tujuan itu sendiri tetapi sarana untuk menjaga kesehatan masyarakat dan bahwa relaksasi
persyaratan ini untuk perawatan diri dengan herbal mencerminkan prinsip
proporsionalitas yang diizinkan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimplan

Bahan herbal adalah tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan sebagai
pemberi aroma, perasa atau untuk pengobatan. Obat herbal sendiri merupakan produk
yang berasal dari tanaman dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan. Banyak obat
herbal yang telah digunakan secara empiris (turun-temurun) sebagai obat dalam
pengobatan tradisional.
Pengobatan Herbal telah banyak digunakan masyarakat maupun medis sebagai
terapi pengobatan dalam kesehatan/keperawatan guna untuk mendapatkan hasil yang
lebih optimal dalam mengobati pasien.
penggunaan obat tradisional semakin meningkat baik di negara berkembang
maupun negara maju. Masing-masing negara atau daerah memiliki kebiasaan yang
berbeda-beda dalam penggunaan obat tradisional karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti budaya, sejarah, dan sikap individu. Obat tradisional yang paling banyak
digunakan di seluruh dunia adalah obat herbal atau obat yang berasal dari tumbuhan
(Seyyedrassoli et al., 2017; Temitayo et al., 2017).

B. Saran
Dengan melihat perkembangan penggunaan obat-obat herbal baik di Asia maupun
luar negeri dapat menambah peluang bagi para peneliti dalam meningkatkan ilmu dan
keterampilan dalam pengelolaan bahan alam, mengingat bahwa Negara kita (Indonesia)
merupakan salah satu Negara yang kayak akan tanaman alamnya.
DAFTAR PUSTAKA

De Smet, Peter AGM (2020). Jurnal Kedokteran New England. Obat Herbal Di Eropa –
Standar Regulasi Yang Menyenagkan.
Medisa, Dian. Dkk. (2020). Jurnal Ilmiah Farmasi. The Relationship Between
Sosiodemographic Factor And Public Knowledge Of Herbal Medicines In Two Districts In
Sleman Regency. Vol 16 (2). 96-104.
Josephine Ozioma, Ezekwesili Ofili and Nwamaka Chinwe, Okaka Antoinette. (2019).
Herbal Medicines In African Tradisional Medicine.

Anda mungkin juga menyukai