Anda di halaman 1dari 18

UJI EFEK HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK METANOL

DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata)


TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID PLASMA TIKUS
PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR
YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

FURQAN RACHMAN
I11112010

NASKAH PUBLIKASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
Uji Efek Hepatoprotektor Ekstrak Metanol Daun Sambiloto (A.
Paniculata) terhadap Kadar Malondialdehid Plasma
Tikus Jantan Galur Wistar yang
Diinduksi Parasetamol

Furqan Rachman1; Syarifah Nurul Yanti R.S.A.2; Andriani3

Intisari

Latar Belakang: Daun sambiloto (A. paniculata) mengandung metabolit


sekunder flavonoid dan andrografolid yang berfungsi sebagai senyawa
antioksidan dan menstimulasi pembentukan GSH (glutation) sehingga
memberikan efek hepatoprotektor berupa penurunan kadar MDA plasma.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui efek hepatoprotektor dan
dosis efektif ekstrak metanol daun sambiloto (A. paniculata) pada tikus
putih jantan galur Wistar dibandingkan kurkuma melalui indikator MDA
plasma. Metodologi: Penelitian ini merupakan jenis penelitian
eksperimental dengan desain pretest dan posttest. Sebanyak 30 ekor
tikus putih jantan galur wistar dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok:
kontrol positif (kurkuma), kontrol negatif (parasetamol 900mg/kg), dosis I
(500 mg/kg), dosis II (1000 mg/kg), dosis III (2000 mg/kg). Semua tikus
diinduksi parasetamol dosis toksik selama jalannya penelitian. MDA
plasma diukur menggunakan metode Wills. Data dianalisis menggunakan
uji One-way anova yang dilanjutkan dengan uji Post-Hoc LSD. Hasil: Hasil
analisa post hoc menunjukkan perbedaan yang bermakna kadar MDA
plasma kelompok ekstrak dosis I, II dan III terhadap kelompok kontrol
negatif (p=0,000). Selain itu, terdapat perbedaan yang bermakna kadar
MDA plasma kelompok dosis II dan III terhadap kelompok kontrol positif
(p=0,004). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar MDA
plasma kelompok dosis I terhadap kontrol positif (p=0,337). Kesimpulan:
Ekstrak metanol daun sambiloto (A. Paniculata) memiliki efek
hepatoprotektor dengan dosis efektif 500 mg/kg. Ekstrak sambiloto (A.
Paniculata) dosis 500 mg/kg tidak memiliki efek yang lebih baik bila
dibandingkan dengan kurkumin dosis 500 mg/kg.

Kata Kunci : Andrographis paniculata, ekstrak metanol sambiloto,


parasetamol, hepatoprotektor, antioksidan, MDA plasma
___________________________________________________________

1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas


Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat
2) Departemen Anatomi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat
3) Departemen Biokimia, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat
Hepatoprotector Effect of Methanolic Extract of Sambiloto Leaves (A.
paniculata) Against Malondialdehyde Level in Plasma
Male Wistar Rat (Rattus Norvegicus)
Induced Paracetamol

Furqan Rachman1; Syarifah Nurul Yanti R.S.A.2; Andriani3

Abstract

Background: Sambiloto leaves have flavonoid and andrografolid as


secondary metabolites. Flavonoid and andrografolid are antioxidants that
stimulate glutation (GSH) formation to increase hepatoprotector effect
proven by decreased plasma malondialdehyde (MDA) levels. Objective:
This research was aimed to measure the hepatoprotective effect and find
the effective dose of sambiloto methanol extract in male Wistar rats
compared to curcuma as positive control with plasma MDA levels as an
indicator for hepatoprotection. Methods: This research is pretest and
posttest experimental design. Thirty rats were randomly divided into 5
groups: positive control (treated with curcuma), negative control
(paracetamol 900mg/kg), dose I (500 mg/kg), dose II (1000 mg/kg), and
dose III (2000 mg/kg). All rats were treated with a toxic dose of
paracetamol during the course of the research. Plasma MDA was
measured using Wills methods. The data were analyzed with One-Way
Anova followed by LSD Post Hoc test. Result: Post hoc test showed
significant difference between plasma MDA levels of negative control and
group treated with sambiloto extract (p=0,000). There is also a significant
difference between plasma MDA levels of dose II and positive control
(p=0,004) as well as between Dose III and positive control (p=0,004). There
is no significant difference between plasma MDA level of Dose I and
positive control (p=0,337). Conclusion: The methanol extract of A.
paniculata has a hepatoprotective effect with an effective dose of 500
mg/kg. Hepatoprotective effect of A. Paniculata extract at a dose of 500
mg/kg is not better than curcumin at a dose of 500mg/kg.

Keyword : Andrographis paniculata, sambiloto methanol extract,


paracetamol, hepatoprotector, antioxidants, plasma MDA
___________________________________________________________

1) Medical Science, Faculty of Medicine, Tanjungpura University,


Pontianak, West Kalimantan
2) Department of Anatomy, Faculty of Medicine, Tanjungpura University,
Pontianak, West Kalimantan
3) Department of Biochemistry, Faculty of Medicine, Tanjungpura
University, Pontianak, West Kalimantan
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hepar merupakan organ terbesar pada tubuh yang terlibat dalam
sintesis empedu, pembentukan faktor koagulasi dan pusat metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, hormon dan zat kimia termasuk obat dan
toksin yang lain dari tubuh. Sebagai pusat metabolisme di tubuh, hepar
rentan sekali untuk terpapar zat kimia yang bersifat toksik sehingga
menimbulkan kerusakan hepar. Kerusakan hepar dapat disebabkan
antara lain oleh obat, berbagai senyawa kimia lain dan virus. Salah satu
obat yang dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hepar adalah
parasetamol.1,2
Persentase kejadian hepatotoksisitas pada pasien dengan pemakaian
parasetamol dosis berlebihan di berbagai negara antara lain : Amerika
Serikat (15%) ; Australia (14%) ; Hong Kong (6%) ; Jamaica (2%).3
Sedangkan di Indonesia sendiri, menurut data RISKESDAS (Riset
Kesehatan Dasar) tahun 2010, menyatakan bahwa terdapat sekitar 2000
kasus gagal hepar akut yang terjadi setiap tahun dan 50% diantaranya
disebabkan oleh toksisitas obat (Drug Induced Hepatitis).4
Toksisitas obat parasetamol disebabkan oleh biotransformasi
parasetamol di hepar yang menghasilkan N-asetil-p-benzoquinone imine
(NAPQI) yang bersifat sangat reaktif. NAPQI dapat menyebabkan
glutation hepar (antioksidan endogen) terdeplesi dan kemudian NAPQI
berikatan secara kovalen dengan makromolekul sel hepar, salah satunya
lipid pada membran sel dan menyebabkan peroksidasi lipid dengan hasil
pemecahan berupa malondialdehid (MDA).5,6 MDA merupakan salah satu
senyawa produk oksidasi lipid dalam tubuh dan sering digunakan sebagai
indikator terjadinya proses oksidasi lipid akibat radikal bebas. MDA dapat
dideteksi di dalam jaringan, plasma darah, maupun urin.6
Salah satu tumbuhan obat yang diketahui memiliki efek
hepatoprotektor adalah Sambiloto (A. paniculata).7,8 Sambiloto memiliki
senyawa aktif andrographolide dan flavonoid yang bersifat sebagai
2

antioksidan.9 Senyawa antioksidan flavonoid dapat menurunkan radikal


bebas dan mencegah terjadinya deplesi glutation hepar yang merupakan
antioksidan endogen di hepar.10
Berdasarkan konsepsi di atas, diharapkan ekstrak metanol daun
sambiloto (A. paniculata) memiliki efek hepatoprotektor terhadap induksi
parasetamol dosis toksik.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui efek hepatoprotektor dan dosis
efektif ekstrak metanol daun sambiloto (A. paniculata) pada tikus putih
jantan galur Wistar dibandingkan kurkuma melalui indikator MDA plasma.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Klinis Hewan
Coba dan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
eksperimental dengan desain pre and posttest control group.
Hewan Uji
Tikus yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan
galur Wistar sebanyak 30 ekor dengan umur 3 bulan dan dengan berat
badan 150-250 gram. Tikus ditempatkan di Laboratorium Farmasi Klinis
Hewan Coba Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura dengan
kondisi 12jam/12jam terang/gelap, suhu 25+2oC dan pakan serta
minuman secukupnya.
Bahan Kimia
Sediaan uji berupa ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata),
bahan murni parasetamol, aquades, metanol 96 %, makanan standar,
CMC (Carboxymethylcellulose) 0,5 %, Asam Asetat Glasial 50%, Larutan
Asam Triklorasetat (TCA) 20%, Larutan Asam Tiobarbiturat (TBA) 1 % dan
Larutan Standar Tetrametoksipropan (TMP).
3

Pembuatan Ekstrak Sambiloto (A. paniculata)


Serbuk simplisia dimasukkan ke dalam bejana maserasi dan
ditambahkan pelarut metanol. Tambahkan pelarut metanol sampai
terendam dan didiamkan sambil sesekali diaduk. Proses dilakukan
dengan mengganti pelarut tiap 1x24 jam selama 5 hari. Hasil maserasi
dikumpulkan dan disaring pemekatan dilakukan dengan rotary evaporator
dengan suhu tidak lebih dari 600C hingga diperoleh ekstrak kental daun
batang sambiloto (Andrographis paniculata).
Perhitungan Dosis Ekstrak Sambiloto
Dosis 1 = 1 × 500mg/KgBB = 500 mg/ KgBB = 0,1 g/200gBB
Dosis 2 = 2 × 500mg/ KgBB = 1000 mg/ KgBB = 0,2 g/200gBB
Dosis 3 = 2 × 1000mg/ KgBB = 2000 mg/ KgBB = 0,4 g/200gBB
Desain Eksperimental
Tikus putih jantan galur Wistar dibagi secara acak menjadi 5 kelompok
yang masing-masing terdiri dari 6 ekor tikus.
Kelompok 1 : Kelompok kontrol (+), tikus diberikan makanan dan
minuman normal serta kurkumin 500 mg/kgBB dan parasetamol dosis 900
mg/kgBB selama 7 hari
Kelompok 2 : Kelompok kontrol (-), tikus diberikan makanan dan
minuman normal dan parasetamol dosis 900 mg/kgBB selama 7 hari
Kelompok 3 : Kelompok perlakuan dosis 1, tikus diberikan makanan dan
minuman normal serta ekstrak metanol sambiloto 500 mg/kgBB dan
parasetamol dosis 900 mg/kgBB selama 7 hari
Kelompok 4 : Kelompok perlakuan dosis 2, tikus diberikan makanan dan
minuman normal serta ekstrak metanol sambiloto 1000 mg/kgBB dan
parasetamol dosis 900 mg/kgBB selama 7 hari
Kelompok 5 : Kelompok perlakuan dosis 3, tikus diberikan makanan dan
minuman normal serta ekstrak metanol sambiloto 2000 mg/kgBB dan
parasetamol dosis 900 mg/kgBB selama 7 hari
4

Adaptasi Hewan Uji


Tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar dengan berat badan 150-
250g. Diadaptasikan dengan lingkungan laboratorium selama 7 hari dan
dibagi secara acak menjadi 5 kelompok masing-masing 6 hewan uji,
pemberian makanan adalah pakan standar dan minum ad libitum.
Pemberian Induksi Parasetamol
Dosis yang akan diberikan sebesar 180 mg/200g BB tikus putih / hari
secara peroral sesuai dengan faktor konversi menurut Laurence &
Bacharach 0,018. Parasetamol diberikan setiap hari selama 7 hari.
Pengambilan Darah
Setelah diaklimatisasi, darah tikus dari seluruh kelompok diambil untuk
diukur kadar MDA plasmanya sebanyak 3 kali melalui retroorbita.
Pengambilan darah dilakukan pada saat sebelum perlakuan (pretest),
induksi hari pertama dan setelah perlakuan (posttest). Perlakuan
dilakukan selama 1 minggu.
Bahan Biologis Tersimpan
Penelitian ini menggunakan Bahan Biologis Tersimpan (BBT) berupa
plasma darah tikus putih Wistar.
Pembuatan Kurva Standar
Pembuatan kurva standar menggunakan metode Wills dimana larutan
stok pereaksi 1,1,3,3-tetrametoksipropana (TMP) konsentrasi 6M
diencerkan menjadi 0,234375; 0,46875; 0,9375; 1,875; 3,75; 7,5; dan 15
nmol/L. Selanjutnya, setiap konsentrasi TMP direaksikan dengan 1.0 mL
TCA 20% dan 1.0 mL TBA 1% dalam pelarut asam asetat glasial 50%.
Semua larutan kemudian diinkubasi selama 45 menit pada suhu 95 0C.
Setelah didinginkan, larutan disentrifugasi pada kecepatan 1000 rpm
selama 15 menit. Supernatan pada lapisan atas diukur absorbansinya
dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm
Pengukuran Sampel
Pengukuran konsentrasi dari sampel percobaan dilakukan dengan
cara yang sama seperti larutan standar, yaitu 1.0 mL plasma darah
5

direaksikan dengan 1.0 mL TCA 20% dan 1.0 mL TBA 1% dalam asam
asetat glasial 50%, kemudian diinkubasi selama 45 menit pada suhu 950C,
lalu dibiarkan dingin. Larutan disentrifugasi selama 15 menit pada
kecepatan 1000 rpm. Supernatan dipisahkan kemudian diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
532 nm. Konsentrasi sampel diperoleh dengan memplot data absorbansi
sampel ke dalam kurva standar.
Analisis Statistik
Data diolah dengan program komputer SPSS (Statistical Product and
Service Solution) 22.0 for Windows dengan menggunakan uji parametrik
One Way Anova dan bila ada perbedaan rata-rata yang bermakna
dilanjutkan dengan Post hoc test menggunakan analisa LSD dengan taraf
kepercayaan 95% atau tingkat kemaknaan (α) 0,05.

HASIL
Pengujian Efek Hepatoprotektor
Rerata dan + SD kadar MDA plasma pada setiap waktu perlakuan
(pretest, induksi hari pertama, dan posttest) ditampilkan pada tabel 1 di
bawah ini.
Tabel 1. Rerata dan + SD Kadar MDA Plasma 6 Ekor Tikus pada Tiap
Kelompok
Kadar MDA Plasma Tikus (nmol/L; Mean±SD)
Kadar MDA Kadar MDA Kadar MDA
Kelompok
Pretest Induksi Posttest
Hari Pertama
Kontrol (+) 0,540 + 0,031 3,154 + 0,239 2,554 + 0,233
Kontrol (-) 0,527 + 0,029 5,069 + 0,345 9,884 + 0,328
Dosis I 0,535 + 0,020 3,283 + 0,132 2,729 + 0,065
Dosis II 0,529 + 0,025 4,156 + 0,099 3,718 + 0,113
Dosis III 0,528 + 0,016 4,592 + 0,095 4,238 + 0,067
K + = Kontrol Positif, K - = Kontrol Negatif, Dosis I = Dosis sambiloto 500 mg/kgBB,Dosis
II = Dosis sambiloto 1000 mg/kgBB, Dosis III = Dosis sambiloto 2000 mg/kgBB
6

Berikut ini gambar 1. disajikan perbandingan rerata kadar MDA


plasma sebelum perlakuan (pretest), induksi hari pertama, dan setelah
perlakuan (posttest).

Gambar 1. Rerata Kadar MDA Plasma pada Masing-Masing Kelompok


Sebelum Perlakuan (Pretest), Induksi Hari Pertama, dan Setelah
Perlakuan (Posttest). Terdapat perbedaan bermakna rerata kadar MDA plasma
pada antar kelompok (ANOVA; p<0,05). Masing-masing kelompok menunjukkan terdapat
perbedaan rerata kadar MDA plasma yang bermakna pada saat induksi hari pertama dan
posttest jika dibandingkan dengan pretest (LSD *p<0,05 vs Kadar MDA Pretest). Masing-
masing kelompok menunjukkan terdapat perbedaan rerata kadar MDA plasma yang
bermakna pada saat pretest dan posttest jika dibandingkan dengan induksi hari pertama
(LSD **p<0,05 vs Kadar MDA Induksi Hari Pertama).

Pada gambar 1. dapat dilihat rerata kadar MDA plasma sebelum


perlakuan (pretest), induksi hari pertama, dan setelah perlakuan (posttest).
Seluruh kelompok yaitu kelompok kontrol (+), kontrol (-), dosis I, II, dan III
saat pengukuran kadar MDA plasma pretest memiliki kadar MDA plasma
7

yang sangat rendah. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat


perbedaan bermakna antar kelompok saat pretest (ANOVA; p>0,05).
Kemudian, seluruh kelompok mengalami peningkatan kadar MDA plasma
saat induksi hari pertama secara signifikan (p<0,05). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antar kelompok saat
induksi hari pertama (ANOVA; p<0,05). Sedangkan kelompok dosis I
memiliki kadar MDA plasma yang paling mendekati kelompok kontrol (+).
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna kadar
MDA plasma antara kelompok dosis I dan kontrol (+) (LSD; p>0,05). Saat
pengukuran kadar MDA plasma posttest, terjadi penurunan kadar MDA
plasma pada seluruh kelompok kecuali kelompok kontrol (-) (p<0,05).
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antar
kelompok saat posttest (Brown-Forsythe; p<0,05). Sedangkan kelompok
dosis I memiliki kadar MDA plasma yang paling mendekati kelompok
kontrol (+). Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan
bermakna kadar MDA plasma antara kelompok dosis I dan kontrol (+)
(Mann Whitney; p>0,05).

PEMBAHASAN
Uji Efek Hepatoprotektor
Pemberian prasetamol dosis toksik dapat menyebabkan kerusakan
oksidatif pada sel hepar yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan
kadar MDA plasma.11,12 Kondisi hepatotoksik parasetamol disebabkan
oleh meningkatnya kadar N-asetil-p-benzoquinone imine (NAPQI) yang
merupakan hasil hidroksilasi parasetamol oleh CYP P450.5 NAPQI bersifat
sangat reaktif dan dapat menimbulkan kerusakan oksidatif. Normalnya
NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation hepar (GSH) dan menghasilkan
asam merkapturat yang bersifat nontoksik dan hidrofilik sehingga mudah
diekskresikan melalui urin. Namun, tingginya kadar NAPQI di dalam hepar
akan menyebabkan GSH terdeplesi sehingga NAPQI menjadi bebas dan
dapat bereaksi dengan makromolekul sel hepar seperti protein dan lipid.5
8

Kondisi ini akan menyebabkan terbentuknya lipid peroksida berupa MDA


dan dapat menimbulkan kerusakan sel-sel hepar.5
GSH merupakan antioksidan endogen yang sangat penting dalam
mengeliminasi Radical Oxygen Species (ROS) yang secara normal
dihasilkan oleh proses respirasi sel.7 Kondisi GSH yang terdeplesi akibat
peningkatan kadar NAPQI di hepar akan menyebabkan peningkatan ROS
dan menyebabkan kerusakan oksidatif.6 Sintesis GSH terjadi melalui 2
jalur, yaitu jalur resintesis dan sintesis de Novo. Jalur resintesis
menghasilkan GSH dari GSSG yang dikatalisis oleh enzim glutation
reduktase (GR) dan bergantung pada ketersediaan NADPH.13 Sedangkan
jalur sintesis de Novo menghasilkan GSH melalui penyusunan 2 asam
amino, yaitu asam amino glutamat dan sistein serta 1 asam amino
penghubung yaitu glisin yang dikatalisis oleh enzim γ-glutamilsistein
sintetase.13
Sambiloto (Andrographis paniculata) mengandung andrografolid dan
flavonoid yang bersifat sebagai antioksidan.7,14-18 Andrografolid
merupakan senyawa diterpen lakton yang terdapat pada daun sambiloto
(A.paniculata).19 Andrografolid memiliki struktur hidrogen alilik pada atom
karbon C-11 yang berperan penting dalam fungsinya sebagai
antioksidan.15 (Gambar 2)

Gambar 2. Struktur molekul andrografolid20


9

Andrografolid akan mendonorkan hidrogen aliliknya untuk


berpasangan dengan elektron tak berpasangan dari radikal bebas. 15
Selain itu, andrografolid dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan
dan pengisian glutation yang merupakan antioksidan endogen. 7,14
Flavonoid yang terkandung di dalam sambiloto juga bersifat sebagai
antioksidan.16-18 Flavonoid memiliki struktur bangun seperti gambar 3.
sebagai berikut.

Gambar 3. Struktur molekul flavonoid16

Flavonoid memiliki gugus OH yang dapat berfungsi sebagai anti


radikal bebas, misalnya (gambar 3.) dua hidroksil pada cincin B (3’ dan 4’)
yang dapat bertindak sebagai donor elektron merupakan target dari
radikal bebas.16 Hal yang sama terjadi pada cincin A, yaitu 7-OH dan 8-
OH. Adanya OH pada cincin C (terikat pada C3) dapat berfungsi sebagai
antioksidan. Sedangkan ikatan rangkap pada C2-C3 yang bekerja sama
dengan gugus keto pada C4 dapat meningkatkan flavonoid sebagai
radical-scavenger demikian pula adanya 3-OH dan 5-OH dikombinasi
dengan 4-karbonil juga dapat meningkatkan aktivitas flavonoid sebagai
radical scavenger (peredam radikal bebas).16 Gugus OH pada senyawa
flavonoid akan menggantikan glutation (GSH) yang telah terdeplesi oleh
radikal bebas akibat pemberian parasetamol dosis toksik sehingga GSH
memiliki kesempatan untuk resintesis.16,21 Gugus OH yang terdapat pada
flavonoid ini akan mengeliminasi ROS dan mengkonjugasi NAPQI menjadi
10

asam merkapturat yang nontoksik dan bersifat hidrofilik sehingga mudah


dikeluarkan melalui urin.5,16
Selain bersifat sebagai antioksidan, flavonoid juga dapat menstimulasi
sintesis GSH melalui jalur de Novo.22 Flavonoid dapat menstimulasi
ekspresi gen GCL (Glutamine Cystein Ligase) sehingga memicu sintesis
enzim GCL. Enzim GCL merupakan enzim yang berperan dalam
biosintesis de Novo GSH melalui penyusunan 2 asam amino glutamat dan
sistein dengan 1 asam amino penghubung yaitu glisin melalui proses
katalisis γ-glutamilsistein sintetase.22 Dengan demikian, stimulasi ekspresi
gen GCL oleh flavonoid akan meningkatkan kadar GSH sehingga efek
hepatoprotektor dapat terwujud.
Peningkatan dosis ekstrak sambiloto tidak menghasilkan peningkatan
efek hepatoprotektor yang dibuktikan dengan adanya peningkatan kadar
MDA plasma pada peningkatan dosis ekstrak sambiloto. (Gambar 1) Hasil
ini sesuai dengan penelitian bersama sebelumnya oleh Yudo (2014)
dimana peningkatan dosis ekstrak sambiloto justru meningkatkan aktivitas
enzim ALT.23 Hal ini kemungkinan dikarenakan sudah terjadi kejenuhan
pada reseptor sehingga peningkatan dosis tidak dapat memberikan efek
farmakologis yang lebih baik. Peningkatan dosis ini justru dapat
memperlambat kerja obat itu sendiri bahkan dapat meningkatkan efek
toksik dari obat tersebut.5 Selain itu, hal ini juga sering dijumpai pada
aktivitas ekstrak bahan alam yang merupakan campuran
multikomponen.24 Peningkatan dosis ekstrak dapat mempengaruhi
interaksi antar komponen yang dapat bersifat saling sinergis, aditif,
maupun antagonis.24
Ekstrak sambiloto memiliki kandungan flavonoid yang pada dosis
tinggi dan dalam keadaan tertentu dapat bersifat sebagai prooksidan. Sifat
prooksidan dari flavonoid dapat dijelaskan oleh kemampuan flavonoid
yang dapat mereduksi Cu(II) menjadi Cu(I) yang kemudian dapat
menginisiasi pembentukan radikal.25 Selain itu, flavonoid secara klasik
dalam proses scavenging ROS akan mendonorkkan atom H dari gugus
11

OH nya. Hal ini menyebabkan flavonoid kehilangan atom H nya dan


membentuk flavonoid fenoksil radikal (Fl-O•) yang bersifat sangat reaktif
sehingga dapat menimbulkan kerusakan oksidatif. 26 Flavonoid dalam
kadar yang tinggi akan semakin menunjukkan sifat prooksidannya,
sehingga ada kemungkinan peningkatan dosis sambiloto dapat
memperparah kerusakan oksidatif pada sel-sel hepar.27
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak sambiloto
dosis 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB, dan dosis 2000 mg/kgBB dapat
menurunkan kadar MDA plasma tikus putih yang diinduksi parasetamol
dosis toksik dan uji statistik menunjukkan penurunan tersebut bermakna
dibandingkan kontrol negatif (p<0,05). Namun, dosis ekstrak sambiloto
yang dapat menurunkan kadar MDA plasma hingga rentang normal dan
hampir sama baiknya dengan kontrol (+) adalah dosis I, sehingga dosis I
dapat dijadikan dosis efektif pada penelitian ini yaitu ekstrak sambiloto
dosis 500 mg/kgBB.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Ekstrak metanol sambiloto (Andrographis paniculata Ness) memiliki
efek hepatoprotektor yang dibuktikan dengan penurunan kadar
malondialdehid (MDA) pada plasma tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan galur Wistar yang diinduksi parasetamol.
2. Dosis efektif ekstrak metanol sambiloto (Andrographis paniculata
Ness) pada penelitian ini yang dapat menurunkan kadar MDA pada
plasma darah secara in vivo pada tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan galur Wistar yang diinduksi parasetamol adalah 500 mg/kgBB.
3. Efek hepatoprotektor ekstrak metanol sambiloto (Andrographis
paniculata Ness) tidak lebih baik dibandingkan dengan kurkuma.
12

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton Arthur C. dan Hall John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.


Edisi kesebelas, Penerjemah: Irawati et al. Jakarta: EGC; 2007; p.902-
6.
2. Sudjono T. dkk. Efek Infusa Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) pada
Serum Glutamate Piruvat Transaminase Tikus yang Diinduksi
Parasetamol Dosis Toksik. PHARMACON, Vol. 13, No.2, Desember
2012; p.65-9.
3. Anne ML. Acetaminophen Hepatotoxicity. Clin Liver Dis11(3): 2007;
p.525-48.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar
2010. Jakarta: Depkes RI; 2010.
5. Rang H.P dan Dale M.M. Pharmacology Rang and Dale's, Ed ke-7.
Churcill Livingstone: Elsevier; 2012; p.115,320,521,700-1,720.
6. Momuat LI, Meiske S,Sangi MS dan Purwati NP. Pengaruh Vco
Mengandung Ekstrak Wortel Terhadap Peroksidasi Lipid Plasma.
Jurnal Ilmiah Sains, vol.11: 2011; p.296-301.
7. Darbar S. dkk. Antioxidant and hepatoprotective effect of Andrographis
paniculata leaf extract on diclofenac induced hepatotoxicity in rats.
Pharmacologyonline vol.2: 2009; p.95-108.
8. Anggraeni. S. dan Masjhoer, M. Pengaruh Ekstrak Andrographis
paniculata (Sambiloto) terhadap Kadar Serum Glutamat Oksaloasetat
Transaminase Tikus Wistar yang Diberi Parasetamol. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2006.
9. N. Verma and M. Vinayak. Antioxidant action of Andrographis
paniculata on lymphoma. Molecular Biology Reports vol.35 no.4: 2008;
p.535–40.
10. Suman Pattanayak dkk. Hepatoprotective Activity of Crude Flavonoids
Extract of Cajanus scarabaeoides (L) in Paracetamol Intoxicated
Albino Rats. Asian J Pharm Biol Res Vol. 1(1): 2011; p.22-7.
11. Jefri Kurniawan. Efek Hepatoprotektor Ekstrak Etanol Lidah Buaya
(Aloe vera) terhadap Kadar Malondialdehid dalam Plasma Rattus
Norvegicus Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Parasetamol. Skripsi:
Universitas Tanjungpura Pontianak; 2014.
12. Sabir S.M, Rocha J.B.T. Water-Extractable Phytochemicals from
Phyllanthus niruri Exhibit Distinct in Vitro Antioxidant and in Vivo
Hepatoprotective Activity against Paracetamol-Induced Liver Damage
in Mice. Food Chemistry Journal 111: 2008; p.845-51.
13

13. Murray K. Robert dkk. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: EGC; 2009;
p.641, 657.
14. Trivedi NP, Rawal Um. Hepatoprotective and anti oksidant property of
Andrographis paniculata (Nees) in BHC induced liver damage in mice.
Indian journal Exp Biol. 39(1): 2001 Jan; p.41-6.
15. Kamdem, R.E., Ho, C.T., Transfer of Allylic Hydrogen as the
Antioxidant Mechanism of Diterpene Lactone Andrographolides. In:
Session: Nutraceuticals and Functional Foods, Annual Meeting and
Food Expo, Anaheim. California: 2002.
16. Dragan Amic’ et al. Structur-Radical Scavenging Activity Relationships
of Flavonoids. Croatica Chemica Actaccacaa. 76(1): 2003; p.55-61.
17. Croft KD. The Chemistry and Biological Effects of Flavonoids and
Phenolic Acids. Ann NY Acad Sci. 854: 2006; p.435–42.
18. Martín MÁ, Serrano ABG, Ramos S, Pulido MI, Bravo L, Goya L.
Cocoa Flavonoids Up-Regulate Antioxidant Enzyme Activity via The
ERK1/2 Pathway to Protect against Oxidative Stress-Induced
Apoptosis in HepG2 cells. J Nutr Biochem. 21: 2010; p.196–205.
19. Winarto W.P dan Tim Karyasari. Sambiloto dan Budidaya
Pemanfaatan untuk Obat. Cetakan Ke-2. Jakarta: Penebar Swadaya;
2004.
20. Ratnati R.D., dkk. Potensi Produksi Andrographolide dari Sambiloto
(Andrographis paniculata Ness) Melalui Proses Ekstraksi Hidrotropi.
Momentum, Vol. 8, No.1: 2012; p.6-10.
21. D. Procházková, I. Boušová, N. Wilhelmová. Antioxidant and
Prooxidant Properties of Flavonoids. Fitoterapia. 82: 2011; p.513-23.
22. Mary C.W., Harald Carlsen, Olov Nordstrom, Rune Blomhoff, Jan
Oivind Moskaug. Flavonoids Increase The Intracellular Glutathione
Level by Transactivation of The γ-Glutamylcysteine Synthetase
Catalytical Subunit Promoter. Free Radical Biology and Medicine.
32(5): 2002; p.386-93.
23. Yudo Prabowo. Efek Hepatoprotektor Ekstrak Metanol Daun
Sambiloto (Andrographis paniculata) terhadap Aktivitas ALT Plasma
Rattus Novergicus Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Parasetamol.
Skripsi: Universitas Tanjungpura Pontianak; 2014.
24. Yulinah Elin, dkk. Aktivitas Antidiabetika Ekstrak Etanol Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). JMS, vol. 1: 2001; p.13-20.
25. Cao G, Sofic E, Prior RL. Antioxidant and Prooxidant Behavior of
Flavonoids: Structure–Activity Relationships. Free Radic Biol Med. 22:
1997; p.749–60.
14

26. Bayrakçeken F, Aktas S, Toptan M, Unlugedik A. High Resolution


Electronic Absorption Spectra of Anisole and Phenoxyl Radical.
Spectrochim Acta. 59: 2003; p.135–8.
27. Yen G.C, Duh P.D, Tsai H.L, Huang S.L. Pro-Oxidative Properties of
Flavonoids in Human Lymphocytes. Biosci Biotechnol Biochem. 67:
2003; p.1215–22.

Anda mungkin juga menyukai