ProgramStudi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan
Abstrak
Inseminasi buatan merupakan satu dari teknik perkawinan yang efisien dalam mempercepat perkembangbiakan ternak. Dalam inseminasi buatan ini dibutuhkan semen yang berasal dari pejantan unggul untuk meningkatkan efesiensi reproduksi. Tujuan dari prercobaan untuk mengetahui kualitas semen sebelum digunakan dalam keperluan inseminasi buatan. Hasil pengamatan menunjukkan semen yang ada diperoleh merupakan semen yang baik, hal ini dibuktikan dengan pengujian secara mikroskopis dari pergerakan masa semen yang sangat baik, di tandainya dengan 3 plus (+++), kemudian derajat mortilitas sperma yang progresif, konsentrasi sperma densum, dan presentase hidup sperma lebih besar 87,5 %.
Kata Kunci : Evaluasi, Spermatozoa, Makroskopis dan Mikroskopis
PENDAHULUAN Latar Belakang Inseminasi buatan merupakan satu dari teknik perkawinan yang efisien dalam mempercepat perkembangbiakan ternak. Inseminasi buatan dibutuhkan semen yang berasal dari pejantan unggul untuk meningkatkan efesiensi reproduksi ternak dan memungkinkan untuk digunakan dalam usaha melestarikan ternak atau hewan- hewan yang masih langka (Effendi dan Moerfiah 2014). Semen yang digunakan dalam inseminasi buatan ini harus dievaluasi untuk mendapatkan semen yang berkualitas. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengevaluasi semen yaitu dengan cara makroskopik atau mikroskopik, biokhemik atau Biologik (Effendi dan Moerfiah, 2014). Dalampercobaan ini, penilaian-penilaian semen secara biokhemik dan biologik tidak digunakan karena memerlukan banyak waktu, tenaga dan alat-alat komplek.
Tujuan Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui kualitas dari semen sebelum digunakan dalamkeperluan inseminasi buatan. TINJAUAN PUSTAKA Semen Semen adalah sekresi kelamin jantan yang normal diejakulasikan dalamsaluran reproduksi hewan betina sewaktu koopulasi (Toilehere 2008). Semen terdiri dari spermatozoa dan plasma yang diproduksi dalam testis dan ductus deferens (Ramsiyati dkk, 2004). Itik tak memiliki kelenjar kelamin pelengkap maka plasma semen itik hanya dari tubulus seminiferous, ductus epididimis dan ductus deferens ditambah dengan campuran cairan transparan yang berasal dari sekresi lipatan- lipatan limped dan badan-badan vasculardalam kloaka bila di tampung dengan cara pemijatan (Salisbury, 1985). Menurut Campbell et all, (2010) mengatakan bahwa, spermatozoa pada unggas berbentuk filiformis.
Pemeriksaan Semen Penilaian terhadap karakteristik semen dapat dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Penilaian secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi (kekentalan) dan pH. Warna dan konsistensi (kekentalan) semen dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa, dimana semakin Jurnal Biologi Reproduksi Hewan 2
tinggi konsentrasi spermatozoa maka warna semen akan semakin keruh dan akan semakin kental. Derajat pH sangat mempengaruhi daya tahan hidup spermatozoa. Perubahan pH disebabkan oleh metabolisme spermatozoa dalam keadaan anaerob yang menghasilkan asam laktat yang semakin meningkat (Ward, 2008). Untuk penilaian semen secara mikroskopis meliputi gerakan masa, gerakan individu (motilitas), konsentrasi dan abnormalitas spermatozoa (Solihati, 2006). Gerakan masa semen kambing nampak lebih cepat, tebal dan hitamdibandingkan dengan gerakan masa semen maupun Semen yang bagus, pada pengamatan di bawah mikroskop, akan memberikan tampilan kumpulan sperma bergerak bergerombol dalam jumlah besar sehingga membentuk gelombang atau awan yang bergerak (Toelihere, 2008).
BAHAN DAN METODE KERJA Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2014 di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Pakuan. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain vagina buatan, tabung reaksi, pipet, gelas ukur, hematocytometer, dan mikroskop binokuler. Sedangkan bahan yang digunakan adalah semen itik (Anas moscha), NaCl fisiologis dan zat warna eosin.
Metode Kerja Pemeriksaan secara Makroskopis Pemeriksaan ini bertujuan untuk menguji kualitas semen, langkah yang harus dilakukan adalah evaluasi semen secara makroskopik (tanpa menggunakan mikroskop), pengamatan tersebut meliputi volume semen, warna, dan bau semen, pengukuran pH (derajat keasaman) menggunakan kertas lakmus, dan derajat kekentalan. Pemeriksaan secara Mikroskopis Pemeriksaan semen secara mikroskopik, diperlakuan dengan diberikan zat warna eosin yang bertujuan untuk mengetahui jumlah sperma yang hidup dan mati. Pengamatan dilakukan menggunakan hemacytometer untuk mengetahui konsentrasi sperma, mortalitas dan gerakan massa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Secara Makroskopis Hasil dari pemeriksaan makroskopis dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Makroskopis Parameter Hasil pH 8 Warna Creamair susu Bau Amis Volume 0.8 ml Derajat kekentalan Kental
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sperma ini merupakan sperma yang sehat dan berkualitas. Hal ini disebabkan dari pH yang basa, warna cream air susu, berbau amis, dengan derajat kekentalan kental. Warna semen erat hubungannya dengan kekentalan semen, sedangkan kekentalan semen berhubungan dengan konsentrasi spermatozoa. Maka semakin putih keruh warna semen maka semakin besar konsentrasi semen.
Hasil Pemeriksaan Secara Mikroskopis Dalam pemeriksaan secara mikroskopis diperoleh hasil seperti tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Parameter Hasil Pengamatan Gerakan massa +++ (sangat baik) Derajat mortilitas sperma Progressif (P) Konsentrasi sperma Densum (1 cc =4320 jt/cc) Presentasi sperma hidup 87,5 % Presentasi sperma mati 12,5 %
Dari tabel 2, dapat diketahui bahwa semen yang ada diperoleh merupakan semen yang baik, hal ini dibuktikan dengan pengujian secara mikroskopis dari pergerakan masa semen yang sangat baik di tandainya dengan 3 plus (+++), Jurnal Biologi Reproduksi Hewan 3
kemudian derajat mortilitas sperma yang progresif, juga konsentrasi sperma yang densum, dan presentase hidup sperma lebih besar 87,5 % dibandingkan dengan presentasi sperma yang mati yaitu sebanyak 12,5 %. Selain itu presentase hidup sperma dapat digunakan untuk keperluan inseminasi buatan, karena menurut standar Balai Inseminasi Buatan Lembang motilitas individu di atas 40% masih layak digunakan untuk IB (Nurfirman, 2001).
Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa Sperma yang hidup :
175 200 100 %=87,5 % Sperma yang mati : 25 200 100 %=12,5 %
Perhitungan dalam hematocytometer secara diagonal : Bilik I : 163 Bilik II : 173 Bilik III : 127 Bilik IV : 145 Bilik V : 153 + Total : 761 x 10 7 =761x10 7
= 71x1 7 ,8 ml =9x1 7
Dengan demikian, hal ini bertanda bahwa dalam 0,8 ml spermatozoa mengandung 6.090 juta/cc spermatozoa yang motil (bergerak).
KESIMPULAN Dalam pemeriksaan secara makroskopis menunjukkan bahwa sperma yang diuji sehat dan berkualitas. Hal ini disebabkan dari pH yang basa, warna cream air susu, berbau amis, dengan derajat kekentalan kental. Warna semen erat hubungannya dengan kekentalan semen, sedangkan kekentalan semen berhubungan dengan konsentrasi spermatozoa. Maka semakin putih keruh warna semen maka semakin besar konsentrasi semen. Untuk pemeriksaan secara mikroskopis diketahui semen yang ada merupakan semen yang sehat dan baik, hal ini dibuktikan dengan dari pergerakan masa semen dengan 3 plus (+++), derajat mortilitas sperma yang progresif, konsentrasi sperma densum dan presentase hidup sperma lebih besar 87,5 % dibandingkan dengan presentasi sperma yang mati sebanyak 12,5 %.
DAFTAR PUSTAKA Campbell, N. A., J ane, B.R., Urry, L.A., Mitchell, L.C. Steven, A.W., Peter, V.M., Robert, B.J. 2010. Biology. J akarta: Erlangga.
Effendi, E. M., dan Moerfiah. 2014. Penuntun Praktikum Biologi Reproduksi Hewan. Bogor : Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan.
Ramsiyati, D.W, Sriyana, dan Bambang Sudarmadi. 2004. Evaluasi Kualitas Semen Sapi Potong Pada Berbagai Umur di Peternakan Rakyat. dalam Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2004. Pasuruan : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Salisbury, G.W dan N.L Van Demark, 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi buatan pada sapi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, (Diterjemahkan oleh R. Djanuar).
Solihati, N., Idi, R., Setiawan, R., Asmara, I.Y. dan Sujana, B. I., 2006. Pengaruh Lama Penyimpanan Semen Cair Ayam Buras pada Suhu 5 C Terhadap Periode Fertil dan Fertilitas Sperma. dalam Jurnal Ilmu Ternak. 6 (1) : 7-11.
Toelihere, M. R., 2008. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa.
Ward, J and Royer, L. 2008. Physiology at a Glance. England : Second edition.Oxford.