Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Fisiologi Hewan

Menghitung kadar sel-sel darah, Hb darah dan Hematokrit FMIPA - Universitas Pakuan 1

MENGHITUNG KADAR SEL-SEL DARAH,
HB DARAH DAN HEMATOKRIT
Ikhsan Pratama
Rina Yulianti
Erstiana Arifin
Rifqi Hendrik
Sidik Permana
Widad Kuswardana

DEPARTEMEN BIOLOGI, FMIPA-UNPAK

ABSTRACT
Red blood cells should be: Male: 14-16 g / dL, Women: 12.5 to 15 g / dL.
Hematocrit ratio of red blood cells to total blood volume: Male: 42-50%, Female: 38-
47%. Volume corpuscular average red blood cell volume estimate 86-98
micrometers. White blood cell count and white blood cell count in the blood volume
of a particular 4.500-10.500/mikroL. Normal number of leukocytes in the adult
average of 5,000-10,000 cells per microliter of blood. As for the white blood cell
differentiation percentage of certain types of white blood cells Neutrophils
segmented: 34-75%, Neutrophils tape: 0-8%, Lymphocytes: 12-50%, Monocytes:
15%, Eosinophils: 0-5%, Basophils: 0-3%. Differences in leukocyte levels between
active smokers who dont smoke due to leukocytosis.
Key word : Eritocytes,Leukocytes, PVC, Hemoglobin.

DASAR TEORI
Darah merupakan salah satu
diantara 3 cairan tubuh yang utama
(cairan yang lainnya adalah cairan
iterstisial dan intraseluler). Darah
terdiri dari atas plasma darah dan sel-
sel darah. Sel-sel darah terdiri atas :
1. Sel darah merah (eritrosit)
2. Sel darah putih (leukosit), ada
5 jenis yaitu : eosinofil,
neutrofil, basofil, monosit, dan
limfosit.
3. Platelet (trombosit)
Eritrosit didalam aliran darah
mamalia merupakan sel yang tidak
berinti dan tidak bergerak. Bentuknya
seperti cakram, bikonkav dan sirkulair
dengan diameter dan ketebalan yang
bervariasi, tergantung ada status gizi
dan spesies hewan. Eritrosit anjing
sangat bikonkav, eritrosit ruminansia
sedikit bikonkav.
Jumlah eritrosit sangat
bervariasi diantara berbagai jenis
hewan mamalia maupun non
mamalia. Jumlah eritrosit juga
bervariasi diantara jenisnya, bahkan
berbeda diantara individu dalam
jenisnya, karena cairan plasma selalu
keluar-masuk dinding kapiler. Faktor
lain yang juga dapat mempengaruhi
jumlah eritrosit yaitu : umur, jenis
kelamin, latihan (olahraga), status
gizi, laktasi, kehamilan, pelepasan
epinephrin, volume darah (hemodilusi
/hemokonsentrasi), fase siklus estrus,
ketinggian tempat dan faktor
lingkungan lainnya.
Jurnal Fisiologi Hewan
Menghitung kadar sel-sel darah, Hb darah dan Hematokrit FMIPA - Universitas Pakuan 2

TUJUAN
Mengenal bentuk sel-sel darah
menentukan waktu lisis darah, larutan
isotonik, hipotonik, dan hipertonik.
Menghitung jumlah eritrosit, leukosit,
kadar hemoglobin, kadar hematokrit
dan menghitung jumlah jenis leukosit.

BAHAN DAN ALAT
Darah praktikan pria (perokok
aktif, atlet dan perokok pasif), wanita
(kurus), objek dan cover glass,
tabung reaksi, mikroskop, hemometer
hemositometer, tabung hematokrit,
larutan hayem, Turk, Giemsa, HCL
0,1 N dan Na-sitrat.

METODE/CARA KERJA
Mengenal bentuk sel
1. Bersihkan objek glass dan
penutupnya menggunakan
kapas alkohol dan kertas
saring. Teteskan larutan
fisiologis sebanyak 1-2 tetes.
2. Bersihkan ujung jari manis dari
praktikan dengan alkohol
kemudian tusuklah dengan
lanset.
3. Teteskan darah sebanyak 1
tetes pada larutan fisiologis
pada objek gelas.
4. Campurkan keduanya dengan
pengaduk glass kemudian
tutup dengan cover glass,
amati bawah mikroskop.
Perhatikan bentuk ukuran
eritrosit dan leukosit, granula
dan inti pada sel darah putih.

Menetapkan waktu lisis darah
1. Aturlah 8 tabung reaksi di rak
dan tandai sesuai dengan
larutan yang akan dimasukan
di dalamnya.Masukan kedalam
tabung 2 ml larutan NaCl 5%,
2%, 0,9%, 0,6%, 0,4%, 0,2%
aquadest dan larutan sabun.
2. Tambahkan 2 tetes darah
(darah mamalia yang sudah
diberi Na-sitrat) pada masing-
masing tabung reaksi dan
campurlah perlahan-lahan
dengan cara menggoyang
tabung. Jalankan stopwach
pada saat meneteskan darah
kedalam tabung.
3. Catat waktu lisis darah.Untuk
mengetahui akhir lisis,
hentikan stopwach pada saat
larutan dalam tabung reaksi
sudah bening.

Menetapkan larutan isotonik,
hipotonik, dan hipertonik
1. Teteskan 1 2 tetes larutan
NaCl 5%, 0,9%, dan 0,4%
secara terpisah pada objek
glas yang bersih.
2. Tambahkan sel darah dengan
cara mengambil sedikit darah
dengan tusuk gigi.
3. Amati dibawah mikroskop,
bandingkan ukuran selnya.
4. Tentukan mana larutan yang
isotonik, hipertonik, dan
hipotonik.

Menghitung jumlah eritrosit
dan leukosit
1. Usaplah bagian yang akan
diambil darahnya (kelinci,
Tikus) dengan kapas dan
alkohol.
2. Setelah darah keluar
tempelkan ujung pipet eritrosit
(dengan tanda merah
didalamnya) isaplah darah
sampai angka 0,5 kemudian
encerkan dengan larutan
Hayem sampai batas seratus
satu, Ikatkan pipa karet pada
pipetnya dan kocok perlahan-
lahan dengan membentuk
goyangan angka delapan.
3. Sebelum darah diisikan pada
bilik hitung, persiapkan terlebih
dahulu bilik hitung dibawah
mikroskop yang mempunyai
Jurnal Fisiologi Hewan
Menghitung kadar sel-sel darah, Hb darah dan Hematokrit FMIPA - Universitas Pakuan 3

gambaran seperti dibawah ini
(Gbr. 5.1.3.b) Untuk
menghitung jumlah eritrosit
digunakan kotak-kotak kecil di
tengah. Eritrosit dihitung dalam
80 kotak kecil.
5. Jumlah Eritrosit/cc = Hasil
yang diperoleh dikalikan
dengan 10
6
.
6. Untuk menghitung jumlah
leukosit, tempelkan ujung pipet
leukosit (yang bertanda butiran
putih pada pipetnya) isaplah
darah sampai angka 0,5
kemudian encerkan dengan
larutan Turk sampai angka 11.
Ikatkan pipa plastik pada
pipetnya agar darah tidak
keluar dan kocok perlahan-
lahan dengan putaran
membentuk angka delapan
sampai homogen.
7. Kotak yang digunakan untuk
menghitung leukosit adalah
kotak besar yang ada pada kiri
/ kanan atas dan ujung kiri /
kanan bawah. Hitunglah
leukosit sebanyak 4 x 16 = 64
kotak (Gbr.5.1.3.b.).
8. Jumlah Leukosit / cc = jumlah
Leukosit dalam 64 kotak x 50.

Menghitung kadar hemoglobin
darah
1. Hemometer merupakan alat
untuk mengukur kadar
hemoglobin darah dengan
metode Sahli. Alat ini
dilengkapi dengan larutan
standard Hb, pengaduk gelas
dan tabung reaksi kecil, pipet
penghisap dengan batasan
angka 1.
2. Isilah tabung Sahli dengan 0,1
NHCl sampai batas angka 2.
3. Isaplah darah yang sudah
keluar ke dalm tabung Sahli
meniup / menghisap darahnya
agar darah yang ada dalam
pipet bersih dan darah dapat
masuk semuanya kedalam
tabung Sahli.
4. Tunggu beberapa menit
sampai terbentuk asam
hematin yaitu terjadinya
perubahan warna dari merah
darah menjadi coklat.
5. Kemudian tambahkan
aquadest sedikit demi sedikit
sampai warnanya sesuai
dengan warna larutan standar.
Bacalah angka pada
permukaan atas dari tabung
Sahli, angka tersebut adalah
kadar hemoglobin darah.

Hematokrit / PVC
1. Tabung mikrohematokrit
ditempelkan pada noda darah
yang keluar (karena
mikrokapiler, maka darah
dengan sendirinya dapat
masuk kedalam tabung).
2. Sumbat pada salah satu
ujungnya dengan crietosel,
agar tidak bocor pada saat
disentrifus.
3. Selanjutnya masukan kedalam
sentrifus mikrohematokrit
dalam kondisi penetapan
seimbang dan arahkan bagian
pipa yang tersumbat oleh
cristosel menjauhi titik sentral
tutup, dan putarlah selama 15
menit dengan kecepatan 1500
rpm.
4. Kemudian keluarkan dari
sentrifus dan bacalah
kadarnya dengan
mikrohematokrit reader. Kadar
hematokrit dinyatakan dalam
vol.%.

Differensiasi Leukosit
1. Darah yang sudah keluar
diteteskan diatas objek glass,
tempelkan objek glass yang
lain diatas tetesan darah tadi
Jurnal Fisiologi Hewan
Menghitung kadar sel-sel darah, Hb darah dan Hematokrit FMIPA - Universitas Pakuan 4

sehingga membentuk garis.
2. Dengan kemiringan 45
o
dorong
objek glass yang kedua
sehingga terbentuk lapisan
darah yang tipis diatas objek
glass. Preparat darah yang
terbentuk disebut preparat
apus/lapisan tipis/smear.
3. Kemudian fiksasi dengan
methanol, dengan cara
meneteteskan beberapa tetes
methanol diatas preparat apus
selama lima menit, buang
sisanya. Selanjutnya warnailah
dengan larutan giemsa
(rendam selama 15-30 menit).
4. Kemudian cuci dengan air
mengalir agar sisa pewarnaan
yang tidak terserap dapat
hilang. Kering anginkan dan
amati dibawah mikroskop
sebanyak 100 butir leukosit
dan amati termasuk leukosit
yang mana.

PEMBAHASAN
Menurut literatur di dalam sel
darah merah seharusnya : Pria : 14-
16 gram/dL, Wanita : 12,5-15
gram/dL. Hematokrit perbandingan
sel darah merah terhadap volume
darah total : Pria : 42-50 %, Wanita :
38-47 %. Volume korpuskuler rata-
rata perkiraan volume sel darah
merah 86-98 mikrometer. Hitung sel
darah putih dan jumlah sel darah
putih dalam volume darah tertentu
4.500-10.500/mikroL.
Jumlah normal leukosit pada
orang dewasa rata-rata 5.000-10.000
sel per mikroliter darah (Tarwoto,
2008). Sedangkan untuk sel darah
putih diferensiasi persentase jenis sel
darah putih tertentu Neutrofil
bersegmen : 34-75%, Neutrofil pita :
0-8%, Limfosit : 12-50%, Monosit :
15%, Eosinofil : 0-5%, Basofil : 0-3%,
Jumlah trombosit dalam volume
darah yaitu 140.000-450.000/mikroL.
Di dalam praktikum kelompok
kami menguji darah praktikan atlet,
hasil yang di peroleh dapat dilihat
dimana kandungan kadar PVC
(hematokrit) sebesar = 44,5%, Hb
darah = 12,2%, Eritrosit = 184 x 10
4

= 1.840.000 mm dan leukosit =
99.98 x 52 = 5198, dengan rincian,
Eosinofil = 19,23%, Neutrofil =
21,15%, Basofil = 19,23%, Monosit =
23,07% limfosit = 17,3%. (darah
praktikan Ikhsan Pratama).
Data darah ini sangat berbeda
jauh dengan mahasiswa yang aktif
sebagai perokok berat, dimana : PVC
(hematokrit) : 44%, Hb Darah : 11,5
% , Eritrosit : 236 x 10
4
= 2.360.000,
dan Leukosit : 110 x 50 = 5.500,
dengan rincian, Eosinofil = 15,38%,
Neutrofil = 21,8%, Basofil = 15,38%,
Monosit = 17,94% limfosit = 29,48%.
(darah praktikan Saefur Rahman).
Hal ini terjadi karena adanya
Leukositosis. Dimana leukositois
adalah peningkatan jumlah leukosit
dalam darah perifer. Paparan asap
rokok menyebabkan terjadinya
leukositosis karena jumlah leukosit
perokok lebih tinggi dibanding jumlah
leukosit bukan perokok (Schwartz,
1994). Ada berbagai sumber dari
peningkatan radikal bebas, termasuk
logam tertentu (seperti besi), asap
rokok, polusi udara, obat-obat
tertentu, racun, highly processed
foods dan bahan tambahan
makanan, sinar ultraviolet, dan
radiasi. Meskipun bukti masih belum
didapatkan, produksi yang berlebihan
dan menyimpang dari kelompok
radikal pada inflamasi, metabolisme
bahan kimia eksogen, atau melalui
autooksidasi mungkin berperan
dalam terjadinya penyakit pada
manusia (Zafar, 2003).
Karbon monoksida (CO) hasil
pembakaran rokok berikatan dengan
hemoglobin membentuk karboksi
hemoglobin, sehingga hemoglobin
Jurnal Fisiologi Hewan
Menghitung kadar sel-sel darah, Hb darah dan Hematokrit FMIPA - Universitas Pakuan 5

tidak mampu mengikat oksigen
karena afinitas karbon monoksida
terhadap hemoglobin lebih kuat.
Hemoglobin tidak berhasil
mengedarkan oksigen ke jaringan
tubuh sehingga terjadi hipoksia
jaringan misalnya ginjal. Ginjal
meningkatkan sekresi eritropoeitin
sehingga meningkatkan produksi
eritrosit (eritropoisis). Jumlah eritrosit
pada darah tepi pun meningkat.
Sel darah putih berfungsi
untuk membunuh kuman penyakit
yang masuk ke tubuh serta
membentuk pertahanan terhadap
benda asing yang masuk ke dalam
tubuh. Bahan kimia hasil pembakaran
rokok oleh sel darah putih dianggap
sebagai benda asing, sehingga sel
darah putih membentuk perrtahanan
yang mengakibatkan jumlah leukosit
meningkat. Bahan kimia pada asap
rokok menyebabkan inflamasi paru
sehingga mempengaruhi pembentu
kan sitokin atau interleukin yang
bersirkulasi misalnya IL-6, IL-1, dan
GM-CSF.
Sitokin tersebut menstimulasi
sumsum tulang dalam pembentukan
leukosit. Peningkatan IL-6, IL-1, dan
GM-CSF mempengaruhi pembentu
kan neutrofil, eosinofil, monosit dan
basofil. Peningkatan jenis leukosit
misalnya neutrofil (neutrofilia) sering
juga digunakan sebagai peningkatan
jumlah leukosit secara umum
(leukositosis).
Berbeda dengan data darah
mahasiswa tidak perokok dimana :
PVC (hematokrit) : 44%, Hb Darah :
15% , Eritrosit : 169 x 10
4
=
1.690.000, dan Leukosit : 147.000,
(darah praktikan Erwin Suryana).
Sebenarnya data ini agak sedikit
absurd, dimana leukosit mencapai
147.000. padahal Jumlah normal
leukosit pada orang dewasa rata-rata
5.000-10.000 sel per mikroliter darah.
Selain itu pada praktikum kali ini juga
menguji darah dari praktikan
perempuan. Dimana data darah
mahasisiwi tidak gemuk dan gemuk.
Untuk data mahasiswi tidak
gemuk mendapatkan hasil data yaitu
PVC (hematokrit) : 43%, Hb Darah :
8,3% , Eritrosit : 150 x 10
4
=
1.500.000, dan Leukosit : 138.000,
(darah praktikan Rismawati). Sama
halnya data ini agak sedikit absurd
pula, dimana leukosit mencapai
147.000. padahal Jumlah normal
leukosit pada orang dewasa rata-rata
5.000-10.000 sel per mikroliter darah.
Pada praktikum kali ini kita
tidak mendapatkan uji data darah dari
mahasiswi gemuk dikarenakan tidak
ada praktikan yang ingin menguji
kadar darahnya.
Tetapi kita dapat membedakan
dimana dapat diketahui secara luas
bahwa terdapat perbedaan kadar
hemoglobin (Hb) antara laki-laki dan
perempuan pada orang dewasa.

(1) Perbedaan tersebut lebih nyata
setelah kaum perempuan
mengalami menstruasi selama
masa usia subur. Pada saat
menstruasi kaum perempuan
mengalami perdarahan, dan
kekurangan zat besi akibat
perdarahan tersebut dapat diatasi
dengan asupan makanan yang
cukup zat besi serta pemberian
suplementasi zat besi.
(2) Di samping itu beberapa
penelitian terakhir pada orang
dewasa menunjukkan bahwa
perbedaan hormonal pada laki-
laki dan perempuan juga
mempengaruhi kadar Hb antara
kedua jenis kelamin tersebut.

Hal ini benar teruji saat data
praktikan wanita kadar Hb hanya
menyentuh 8,3%, sedangkan data
darah praktikan pria rata-rata
mencapai 11-15 %.
Jurnal Fisiologi Hewan
Menghitung kadar sel-sel darah, Hb darah dan Hematokrit FMIPA - Universitas Pakuan 6

Jawaban pertanyaan :
1. Krenasi adalah kontraksi atau
pembentukkan nokta tidak normaldi
sekitar pinggir sel setelah dimasukan
ke dalam larutan hipertonik (sel
memiliki larutan dengan konsentrasi
yang lebih rendah dibandingkan
larutan di sekitar luar sel), karena
kehilangan air melalui osmosis.
Sedangkan Hemolisa adalah
pecahnya membran eritrosit sehingga
hemoglobin bebas ke dalam medium
sekelilingnya (plasma). Kerusakan
membrane eritrosit dapat disebabkan
oleh penambahan larutan hipotonis /
hipertonis ke dalam darah,
penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat kimia,
pemanasan atau pendinginan, serta
rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi
darah.
2. Larutan Isotonis adalah
keadaan dimana konsentrasi pelarut
sama besar daripada zat terlarut.
Larutan Hipotonis adalah keadaan
dimana konsentrasi pelarut lebih
kecil daripada zat terlarut. Larutan
Hipertonis adalah keadaan dimana
konsentrasi pelarut lebih besar
daripada zat terlarut.
3. Jenis-jenis Leukosit :
Agranulosit
Limfosit adalah leukosit yang
tidak dapat bergerak dan memiliki
satu inti sel. Berfungsi dalam
membentuk antibodi. Monosit adalah
leukosit yang berukuran lebih besar
daripada limfosit yaitu sekitar 14-19
mikrometer, memiliki inti berbentuk
menyerupai ginjal.
Granulosit
Neutofil, Basofil, dan Eusinofil.
4. Letak Hemoglobin di eritrosit.
5. Fungsi Hemoglobin adalah
untuk mengikat dan membawa
oksigen dari paru-paru menuju
seluruh sel jaringan, sebagai tempat
asam - basa yang baik dalam sel,
sebagai buffer O
2
.
6. PVC singkatan dari Packed
Cell Volume adalah presentase
volume eritrosit darah yang
dimampatkan dengan cara diputar
pada kecepatan dan waku tertentu.
7. Kadar Hematokrit adalah
besaran angka yang menunjukkan
presentasi zat padat dalam darah
terhadap cairan darah. Apabila terjadi
pembesaran cairan tubuh yang keluar
dari pembuluh darah, sementara
bagian padatnya tetap dalam
pembuluh darah maka akan terjadi
peningkatan kadar hematokrit. Jadi,
berkurangnya cairan membuat
presentasi zat padat darah sehingga
kadar hematokritnya meningkat.
Kadar hematokrit normal berkisar
antara 3 kali nilai Hb (hemoglobin).

KESIMPULAN
Perbedaan kadar leukosit
antara perokok aktif dengan tidak
yang merokok terjadi karena adanya
Leukositosis. Dimana leukositois
adalah peningkatan jumlah leukosit
dalam darah perifer. Paparan asap
rokok menyebabkan terjadinya
leukositosis karena jumlah leukosit
perokok lebih tinggi dibanding jumlah
leukosit bukan perokok (Schwartz,
1994). Ada berbagai sumber dari
peningkatan radikal bebas, termasuk
logam tertentu (seperti besi), asap
rokok, polusi udara, obat-obat
tertentu, racun, highly processed
foods dan bahan tambahan
makanan, sinar ultraviolet, dan
radiasi. Meskipun bukti masih belum
didapatkan, produksi yang berlebihan
dan menyimpang dari kelompok
radikal pada inflamasi, metabolisme
bahan kimia eksogen, atau melalui
autooksidasi mungkin berperan
dalam terjadinya penyakit pada
manusia (Arif, 2010).
Karbon monoksida (CO) hasil
pembakaran rokok berikatan dengan
hemoglobin membentuk karboksi
Jurnal Fisiologi Hewan
Menghitung kadar sel-sel darah, Hb darah dan Hematokrit FMIPA - Universitas Pakuan 7

hemoglobin, sehingga hemoglobin
tidak mampu mengikat oksigen
karena afinitas karbon monoksida
terhadap hemoglobin lebih kuat.
Hemoglobin tidak berhasil
mengedarkan oksigen ke jaringan
tubuh sehingga terjadi hipoksia
jaringan misalnya ginjal. Ginjal
meningkatkan sekresi eritropoeitin
sehingga meningkatkan produksi
eritrosit (eritropoisis). Jumlah eritrosit
pada darah tepi pun meningkat.
Perbedaan kadar hemoglobin
(Hb) antara laki-laki dan perempuan
pada orang dewasa dapat dilihat dari
beberapa perbedaan, yakni :

1. Perbedaan tersebut lebih nyata
setelah kaum perempuan
mengalami menstruasi selama
masa usia subur. Pada saat
menstruasi kaum perempuan
mengalami perdarahan, dan
kekurangan zat besi akibat
perdarahan tersebut dapat diatasi
dengan asupan makanan yang
cukup zat besi serta pemberian
suplementasi zat besi.
2. Di samping itu beberapa
penelitian terakhir pada orang
dewasa menunjukkan bahwa
perbedaan hormonal pada laki-
laki dan perempuan juga
mempengaruhi kadar Hb antara
kedua jenis kelamin tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Choi JW, Kim CS, Pai SH.
Erythropoeitic activity and
soluble transferrin receptor level
in neonates and maternal blood.
Acta Pediatr 2000; 89: 675-9.
Dacie, J.V and S.M Lewis (1975).
Practical Haematology. 5
th

Edition. Churchil Livingstone.
Edinburg. London and New
York. Pp : 23, 47.
Domeloff M, Lonnerdal B, Abrams
SA, Hernell O. Iron absorption in
breast-fed infants. Efect of age,
iron status, iron supplements
and complementary foods. Am J
Clin Nutr 2002; 76; 198-204.
Looker AC, Dallman PR, Carroll MD,
Gunter EW, Johnson CL.
Prevalence of iron deficiency in
the United States. JAMA 1997;
277: 973-6.
Milman N, Clauen J, Byg KE. Iron
status in 268 Danish women
aged 18-30 years: influence of
menstruation, contraception
method, and iron
supplementation. Ann Hematol
(1998); 77: 13-9.
Moerfiah. (2013). Buku Penuntun
Praktikum Fisiologi Hewan,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Pakuan.
Schultink W, Gross R. Iron deficiency
alleviation in developing
countries. Nutr Res Rev 1996;
9: 281-93.
Schwartz, Salamzadeh (1994), The
Hematologic Effects of Cigarette
Smoking in Healthy Men
Volunteers.
Sheriff A, Emond A, Hawkins N,
Golding J. Hemoglobin and
ferritin concentrations in children
aged 12 and 18 years.ALSPAC
Children in Focus Study Team.
Arch Dis Child 1999; 80: 153-7.
Tarwoto, (2008) Faktor-faktor yang
berhubungan dengan anemia
pada wanita dan pria Faklultas
Kedokteran Trisakti 2001; 20.
Whole J.W. Jr. (1986). Essential of
Human Anatomy and
Physiology. Wm. C. Brown
Publisher. United State.
America. Pp : 361-371.
Zafar et.al. (2003), Effect of Cigarette
Smoking on Erythrocytes,
Leukocytes, and Hemoglobin.

Anda mungkin juga menyukai