Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PROYEK ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN (BI2103)

HEMATOLOGI MENCIT (Mus musculus)


Tanggal Praktikum: 2 Oktober 2019
Tanggal Pengumpulan: 9 Oktober 2019

Disusun Oleh:
Sulthan Rafi Ibrahim
10618008
Kelompok 3

Asisten:
Willy Septian Anggrayana
10616055

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari penyebab, prognosis, pengobatan, dan


pencegahan berbagai penyakit yang terlibat dengan darah. Darah merupakan cairan
tubuh yang digunakan oleh hewan untuk mengantarkan nutrisi dan oksigen ke sel
dan memindahkan hasil metabolisme dari sel (Shmukler, 2004). Darah terdiri atas
plasma, eritrosit, leukosit, dan platelet. Eritrosit merupakan jenis sel darah yang
paling banyak, dan memiliki fungsi utama untuk mengantarkan oksigen ke jaringan
tubuh melalui difusi gas (Vinay, 2007). Leukosit adalah sel darah yang termasuk
dalam sistem imun yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari penyakit dan
pathogen. Leukosit dapat ditemukan di seluruh bagian tubuh, termasuk darah dan
sistem limfatik. (Maton, 1997).

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari morfologi dan konsentrasi normal


berbagai jenis sel darah pada tubuh manusia, dan aplikasinya praktikan dapat
mengetahui berbagai penyakit darah yang mungkin diidap oleh seseorang.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Membuat preparat apusan darah dari darah tikus


2. Menentukan jenis-jenis darah dari sampel darah tikus
3. Menentukan nilai parameter hematologi dari darah sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Pembentukan Eritrosit, Hemoglobin dan Leukosit


Eritrosit terbentuk pada proses yang disebut erythroblastosis. Pada awalnya, calon
sel eritrosit (eritroblas) memiliki sitoplasma yang menutupi nucleus. Namun,
seiring sintesis hemoglobin, eritroblas akan kehilangan sitoplasmanya dan nucleus
akan mengalami perubahan structural. Kemudian, nucleus akan dilepaskan ketika
eritrosit sudah dewasa dan tersisa organel seperti ribosom dan eritrosit akan disebut
retikulosit. Retikulosit akan mengalami pematangan dengan perubahan membrane
plasma yang highly deformable (Ruud, 1954).
2.2 Faktor yang mempengaruhi sel darah

2.3 Hematokrit, MCH, MCV, dan MCHC


Hematokrit merupakan parameter yang mengukur persentase volume eritrosit
dalam darah. Pengukuran berkisar sekitar 40 sampai 50%. Hasil hematocrit dapat
menjadi parameter kesehatan tubuh. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin)
merupakan pengukuran rata-rata hemoglobin yang terkandung di dalam satu sel
eritrosit. MCV (Mean Corpuscular Volume) merupakan nilai rata-rata volume
eritrosit dan adalah parameter untuk menentukan penyakit yang dapat menimpa
eritrosit. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) merupakan nilai
rata-rata konsentrasi hemoglobin terhadap hematocrit yang diberikan. Jika MCHC
diketahui, maka rasio perbandingan massa hemoglobin dengan hematocrit dapat
diketahui. Nilai MCHC dapat dipengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi
pengukuran Hb atau hematocrit (Laki, 1972).
2.4 Penyakit
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Alat dan Bahan

Berikut adalah peralatan dan bahan yang digunakan pada praktikum.

Tabel 3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan
`Kalkulator Plastisin
Kaca objek Pipet tetes
Pipet eritrosit Pewarna Giemsa
Pipet leukosit Sarung tangan
Hemasitometer Plastik sampah
Alat ukur Sahli Sampel darah mencit
Tabung kapiler Larutan hayem
Larutan Turk
EDTA/Heparin

1.2 Cara Kerja

4.1 Pembuatan Preparat Apusan Darah

Ditempatkan setetes darah di daerah ujung kaca objek. Lalu,


ditempatkan salah satu sisi kaca objek lain diatas kaca objek yang telah
ditetesi darah dengan kemiringan 30-45o. Digeserkan kaca objek tersebut
hingga menyentuh darah sehingga darah menyebar sepanjang sisi kaca
objek yang bersentuhan. Digeserkan kembali kaca objek tersebut
berlawanan arah sehingga terbentuk apusan darah seperti pada gambar E.
Apusan darah yang terbentuk sebaiknya tipis dan terbentuk degradasi warna
darah. Selanjutnya, apusan difiksasi dengan cara membiarkan apusan
tersebut mongering. Setelah kering, apusan diwarnai menggunakan
pewarna Giemsa, diratakan dan dibiarkan hingga kering.

4.2 Pengukuran Parameter Hematologi

Perhitungan Jumlah Sel Darah Merah

Darah dihisap menggunakan pipet khusus untuk eritrosit sampai skala 1 (Hindari
terperangkapnya gelembung udara). Dengan menggunakan pipet yang sama,
kemudian dihisap larutan Hayem sampai skala 101 (Hati-hati jangan sampai
menghisap larutan darah dan hayem). Pipet dibolak-balik agar darah dan larutan
Hayem menjadi homogen. Dengan menggunakan tisu, buanglah beberapa tetes
larutan dari ujung pipet sampai skala 1. Beberapa tetes larutan kemudian diteteskan
pada sisi kaca penutup hemocytometer. Hindari penetesan larutan-yang berlebihan
yang menyebabkan larutan dapat masuk keparit di kiri-kanan ruang hitung, karena
hat ini dapat menyebabkan kesalahan penghitungan. Eritrosit dihitung pada 5 ruang
persegi (R) hemocytometer.

Perhitungan:
101−1
Pengenceran = = 200
0,5
∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑥 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
Jumlah Eritrosit / mm3 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐻𝑒𝑚𝑎𝑐𝑦𝑡𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑥 200


=
5 𝑥 0.2 𝑥 0.2 𝑥 0.1

Perhitungan Jumlah Leukosit

Darah dihisap menggunakan pipet khusus untuk leukosit sampai skala 1, hindari
terperangkapnya gelembung udara. Dengan menggunakan pipet yang sama,
kemudian dihisap larutan Turk sampai skala 11. Pipet dibolak-balik agar darah dan
larutan Turk menjadi homogen. Dengan menggunakan tisu, buanglah beberapa
tetes larutan dari ujung pipet sampai skala 1. Teteskan larutan pada sisi kaca tutup
hemocytometer. Hindari penetesan larutan yang berlebihan, sehingga larutan dapat
masuk ke pant di kiri-kanan ruang penghitungan, karena hal ini dapat menyebabkan
kesalahan penghitungan. Leukosit dihitung pada 4 ruang persegi (W)
hemocytometer.

Perhitungan:
11−1
Pengenceran = = 10
1
∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑢𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑥 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
Jumlah Leukosit / mm3 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐻𝑒𝑚𝑎𝑐𝑦𝑡𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑢𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑥 10
= 4 𝑥 1 𝑥 0.1

Pengukuran Konsentrasi Hemoglobin

Darah dihisap menggunakan pipet khusus alat ukur Sahli sampai skala 20µl . Darah
kemudian diteteskan ke dalam tabung pada alat ukur Sahli yang sudah diisi dengan
satu tetes HCl 1 N. selanjutnya diaduk sampai homogen. Warna larutan yang
terbentuk dibandingkan dengan larutan standar hemoglobin dalam tabung standar
di sebelah tabung sampel ditunggu hingga 10 menit. Larutan sampel ditetesi lagi
dengan HCl 1 N dan diaduk agar homogen hingga warnanya sebanding dengan
warna larutan standar. Setelah warna larutan sampel sebanding dengan warna
larutan standar, amatilah skala pada tabung sampel,untuk menentukan konsentrasi
hemoglobin sampel darah dalam satuan g/dL.

Pengukuran Volume Hematokrit

Hematokrit adalah perbandingan massa eritrosit terhadap plasma darah, dan


dinyatakan dalam persen (%). Pada metode makrohematokrit Wintrobe diperlukan
tabung kapiler berdiameter 3 mm yang sudah mengandung antikoagulan.
Antikoagulan yang biasanya digunakan: heparin, namun pada percobaan kali ini
digunakan EDTA. Tabung kapiler diisi dengan darah dan ujungnya ditutup dengan
malam. Tabung diletakkan pada alat sentrifuga khusus berkecapatan tinggi dengan
ujung yang tertutup mengarah ke tepi alat sentrifuga. Tabung disentrifugasi selama
2-5 menit dengan kecepatan 10.000-15.000 rpm. Volume hematokrit ditentukan
dengan menggunakan skala Wintrobe. Bagian dasar tabung yang berisi eritrosit
diletakkan di garis paling bawah skala. Garis pembatas pada skala antara warna
merah eritrosit dengan warna kekuningan plasma ditentukan sebagai volume (%)
hematokrit. Volume hematokrit yang akurat mengukur massa eritrosit di bawah
"buffy coat". "Buffy coat" terdapat di bagian atas massa eritrosit dan di bagian
bawah plasma. Batas hematokrit diukur menggunakan gambar pada halaman
terakhir modul.

Mean Corpuscular, Volume (MCV)

Mean Corpuscular Volume (MCV) adalah mengukur volume rata-rata eritrosit.


Volume set digunakan untuk mendeskripsikan ukuran set. Bila set mempunyai
ukuran normal, maka set disebut normosit. Mikrosit adalah set dengan volume yang
lebih kecil dari volume normal, dan makrosit adalah set yang mempunyai volume
lebih besar daripada set normal.

Pada tikus muda umur 3 minggu, MCV normal adalah 58-64 µm3, sedangkan pada
tikus muda umur 4 minggu MCV normal adalah 52-59 µm3, dan pada tikus dewasa
MCV normal adalah 5055 µm3. Secara umum, MCV lebih tinggi pada hewan muda
karena eritrosit imatur. Eritrosit yang baru masuk ke dalam sistem sirkulasi belum
memiliki bentuk bikonkaf dan masih memiliki hemoglobin fetus atau tipe
hemoglobin lainnya.

ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 (%)𝑥 10
𝑀𝐶𝑉 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑗𝑢𝑡𝑎/𝑚𝑚3)

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) adalah mengukur berat rata-rata


hemoglobin dalam eritrosit. Bayi yang baru lahir dan anak kecil mempunyai MCH
yang lebih tinggi dari normal. MCH juga lebih tinggi pada mencit dan tikus muda
daripada hewan dewasa.

𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ℎ𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛 ( ) 𝑥 10
𝑀𝐶𝐻 = 𝑑𝐿
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝐽𝑢𝑡𝑎/𝑚𝑚3)

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)


Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) adalah mengukur rasio
hemoglobin terhadap hematokrit. MCHC memberikan basil pengukuran yang lebih
baik karena tidak memerlukan penghitungan jumlah eritrosit.

𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ℎ𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛 ( ) 𝑥 100
𝑀𝐶𝐻𝐶 = 𝑑𝐿
ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 (%)
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berikut adalah hasil pengukuran skala wintrobe hematocrit yang didapatkan.

Gambar 4.1 Pengukuran Hemoglobin dengan Larutan Sahli

Gambar 4.2 Pengukuran Skala Wintrobe Hematokrit

Konsentrasi Hemoglobin = 10,5

Hematokrit = 40%
Perhitungan

- Eritrosit

117 120
111
115 131

Jumlah Eritrosit/mm3:

598 . 200
= 5 .0,2 .0,2 . = 5,98 jt/mm3
0,1

- Leukosit

17 30

25 17

Jumlah leukosit/mm3:

89 . 10
= 4. = 2225/mm3
1 . 0,1

- MCV

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐻𝑏 𝑥 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 10,5 𝑥 10


MCV = = = 17,5585 pg (picogram).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐸𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 5,98

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐻𝑏 𝑥 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 10,5 𝑥 100


MCHC = = = 26,25%
𝐻𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 40

𝐻𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 𝑥 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 40 𝑥 10


MCV = = = 66,88 femtoliter.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐸𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 5,98

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan, pengukuran mikroskopis sel darah
yang didapatkan pada praktikum berupa jumlah eritrosit 5,98 jt/mm3, jumlah
leukosit 2225/mm3, MCV 17,5585, MCHC 26,25%, dan MCV sebesar 66,88
femtoliter. Menurut American Association for Clinical Chemistry, nilai normal
untuk berbagai parameter eritrosit berupa: MCV harus 80-96 fl, MCH harus sekitar
27-33pg, MCHC 33,4-45,5%. Dibandingkan dengan hasil pengukuran, darah
mencit berada dibawah ambang rata-rata. Hal ini disebabkan darah mencit sudah
berada diluar pada waktu yang cukup lama, sehingga kandungan Hb pada darah
lebih rendah sehingga kemampuan darah untuk menfiksasi oksigen berkurang
(Schalm, 2010). Morfologi sel-sel darah yang teramati berupa eritrosit, leukosit
(neutrophil, eosinophil, basophil, monosit, dan limfosit). Tidak ditemukan platelet
pada pengamatan, dikarenakan ukuran platelet berukuran 2-3 µm dan sangat sulit
teramati menggunakan mikroskop (Paulus, 1975). MCV atau mean corpuscular
volume merupakan ukuran atau volume rata-rata sel darah merah pada tubuh. Nilai
MCV dapat bermanfaat untuk mendiagnosis atau memantau kelainan sel darah
merah. Apabila MCV rendah, ini menunjukkan bahwa volume sel darah merah di
bawah normal, kondisi ini disebut sebagai microcytosis. Eritrositnya terlalu kecil
sehingga hanya mampu membawa oksigen dalam jumlah yang sedikit. Apabila
MCV tinggi, maka sel darah merah terlalu besar (macrocytosis). Bila eritrosit
terlalu besar, maka eritrosit akan sulit melewati kapiler kecil yang mengalirkan
darah ke sel-sel tubuh. MCV yang didapatkan rendah, dikarenakan darah sudah
berada di luar cukup lama, sehingga kemampuannya untuk menfiksasi oksigen
sudah berkurang secara signifikan. Faktor yang dapat mempengaruhi tingginya
MCV berupa kekurangan vitamin B12 atau defisiensi asam folat. Vitamin B12
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. MCV rendah dapat disebabkan
karena anemia defisiensi besi, thalassemia, atau kehilangan darah yang banyak.
BAB V

KESIMPULAN

1. Preparat apusan darah tikus dibuat menggunakan larutan giemsa, dan Turk.
2. Jenis-jenis darah pada preparat apusan tikus berupa eritrosit, leukosit
(neutrophil, eosinophil, monosit, basophil, limfosit), dan platelet.
3. Parameter darah mencit yang diamati berupa: Jumlah eritrosit 5,98jt/mm3,
jumlah leukosit 2225/mm3, hematocrit 40%, konsentrasi hemoglobin 10,5
ml, MCH 17,55 pg, MCHC 26,25%, dan MCV 66,88 fl.
DAFTAR PUSTAKA

Shmukler, M. (2004). "Density of Blood". The Physics Factbook. 17(3):112.


Maton, D. (1997). Human Biology and Health. Englewood Cliffs, New Jersey, US:
Prentice Hall.
Vinay, K. (2007). Robbins Basic Pathology (8th ed.). Saunders.
Schalm, O. (2010). Hematology. State Avenue: Blackwell Publishers, Ltd.
Paulus, J.M. (1975). "Platelet size in man". Blood. 46 (3): 321–36.
Laki, K. (1972). "Our ancient heritage in blood clotting and some of its consequences".
Annals of the New York Academy of Sciences. 202 (1): 297–307.
Ruud, JT. (1954). "Vertebrates without erythrocytes and blood pigment". Nature. 173
(4410): 848–50.

Anda mungkin juga menyukai