Anda di halaman 1dari 12

5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.

com

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105)


KROMATOGRAFI PIGMEN MATA

Tanggal Praktikum : 26 September 2011


Tanggal Pengumpulan : 03 Oktober 2011

Disusun oleh:
Luhur / 10610010
Kelompok 10

Asisten : Lailatul Badriyah (21111009)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2011

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 1/12
5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.com

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 1941, George Beadle dan Edward Tatum mengadakan percobaan dengan
  Neurospora crassa yang dikenal sebagai jamur roti merah. George Beadle dan Edward Tatum
mengarahkan sinar X ke jamur  Neurospora crassa yang  menyebabkan jamur tersebut mengalami
mutasi. George Beadle dan Edward Tatum mengamati bahwa beberapa jamur kehilangan
kemampuan memproduksi senyawa organik tertentu agar bertahan hidup. George Beadle dan
Edward Tatum menambahkan senyawa yang berbeda namun serupa dan menyaksikan bila jamur 
menggunakan senyawa tersebut, terjadi reaksi kimia jamur itu dapat mensintesis bahan kimia yang

diperlukan. Beadle menyimpulkan bahwa karakteristik fungsi gen adalah mengendalikan sintesis
enzim tertentu (Judd, 2010).
Dari percobaan tersebut, Beadle dan Tatum dapat menarik hipotesis bahwa gen mengkode
enzim, dan mereka menyimpulkan bahwa satu gen menyintesis satu enzim (one gene-one enzyme
theory). George Beadle dan Edward Tatum menerima hadiah nobel fisiologi atau kedokteran pada
tahun 1958 karena menyimpulkan fungsi karakteristik gen yang mengendalikan sintesis enzin
tertentu. Beberapa puluh tahun kemudian, ditemukan bahwa gen mengkode protein yang tidak 

hanya berfungsi sebagai enzim saja, dan beberapa protein tersusun dari dua atau lebih polipeptida.
Dengan adanya penemuan-penemuan tersebut, pendapat Beadle dan Tatum tentang one gene-one
enzyme theory dimodifikasi menjadi teori satu gen-satu polipeptida (one gene-one polypetide
theory) (Judd, 2010).
Manfaat percobaan yang dilakukan Beadle dan Tatum adalah mereka membuktikan bahwa
 pembentukan enzim atau kelompok enzim diatur oleh gen atau kelompok gen dalam kromosom.
Mereka menemukan gen pengendali sintesis protein dan enzim yang disimpulkan dalam suatu teori

“one gene, one enzyme” yang membuat berkembangnya ilmu genetika (Judd, 2010).

1.2 Tujuan
1. Menentukan nilai Rf dari masing-masing pigmen mata lalat buah berdasarkan hasil
kromatografi.
2. Menentukan kelompok pigmen mata pada mutan berdasarkan hasil pemberian sinar UV.

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 2/12
5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.com

BAB II
TEORI DASAR 

2.1 Hubungan Gen, DNA, Protein dan Enzyme


Bagian utama sebuah sel adalah nukleus, di dalam nukleus terdapat benang-benang halus
yang disebut kromatin. Pada saat sel akan mulai membelah diri, benang-benang halus tersebut
menebal, memendek dan mudah menyerap warna membentuk kromosom. Kromosom adalah
struktur padat yang terdiri dari dua komponen molekul, yaitu DNA dan protein. Secara struktural
 perubahan DNA dan protein menjadi kromosom di awali pada saat profase. Molekul DNA akan
  berikatan dengan protein histon dan nonhiston membentuk sejumlah nukleosom. Unit-unit
nukleosom bergabung memadat membentuk benang yang lebih padat dan terpilin menjadi lipatan-

lipatan solenoid. Lipatan solenoid tersusun padat menjadi benang-benang kromatin. Benang-benang
kromatin akan tersusun memadat membentuk lengan kromatin. Selanjutnya kromatin akan
mengganda membentuk kromosom (Falk, 2009).
Suatu gen merupakan bagian dari kromosom (DNA) yang dapat ditranskripsi dan ditranslasi
menjadi suatu protein. Di dalam sel, protein dapat berfungsi sebagai protein struktural yang
membentuk sel atau sebagai enzim yang mengkatalis reaksi-reaksi yang terjadi di dalam sel. Produk 
utama sutu gen adalah suatu protein, sedangkan fenotipe yang teramati merupakan akibat dari

aktivitas protein tersebut (Falk, 2009).


Boris Ephrussi dan George Beadle, dua ahli genetika yang mempelajari pigmen warna mata
 Drosophila melanogaster  di laboratorium Caltech Thomas Hunt Morgan. Pada pertengahan tahun
1930 mereka menemukan bahwa gen yang mempengaruhi warna mata tampak serial tergantung,
dan bahwa mata merah normal  Drosophila merupakan hasil dari pigmen yang pergi melalui
serangkaian transformasi, mutasi gen warna mata yang berbeda terganggu oleh transformasi pada
titik yang berbeda dalam rangkaian seri. Jadi, Beadle beralasan bahwa setiap gen bertanggung

 jawab untuk enzim yang bertindak dalam jalur metabolisme sintesis pigmen (Morange, 1998).
Setelah pindah ke Stanford University di tahun 1937, Beadle mulai bekerja dengan Edward
Tatum dan menggagaskan hipotesis satu gen, satu enzim pada tahun 1941. Hipotesis satu gen, satu
enzim adalah gagasan bahwa suatu gen memproduksi suatu enzim, masing-masing gen bertanggung
 jawab untuk memproduksi sebuah enzim tunggal yang mempengaruhi satu langkah dalam jalur 
metabolisme. Pada tahun 1957, Vernon Ingram menunjukkan melalui sidik jari protein bahwa
variasi genetik dalam protein (seperti hemoglobin sel sabit) dapat dibedakan dalam rantai
  polipeptida tunggal dalam protein multimerik, yang mengarah ke hipotesis "satu gen-satu
 polipeptida" (Fruton, 1999).

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 3/12
5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.com

2.2 Hubungan Kerja Protein dengan Pigmen Mata


Pigmen mata pada Drosophila melanogaster dapat dipengaruhi oleh aktivitas produk gen
yang mempengaruhi fenotip. Yang diantaranya menghasilkan protein didalam sel sebagai enzim
yang mengkatalisis reaksi-reaksi yang terjadi ataupun sebagai protein struktural yang membentuk 

sel. Mutasi yang terjadi menyebabkan suatu protein tidak berfungsi, maka mutan yang dihasilkan
  bersifat resesif. Pada pigmen mata   Drosophila melanogaster  menyebabkan warna mata pada
  Drosophila melanogaster  berwarna merah. Pteridin yang terdapat pada lalat buah meliputi
Drosopterin yang menyebabkan warna merah pada mata, dan Ommokrom yang menyebabkan
warana coklat pada mata.  Drosophila melanogaster  memiliki warna pigmen mata yang berbeda-
 beda tergantung pada gen yang berperan dalam pembentukan pteridin. Jika terjadi mutasi warna
mata yang akan teramati akan menjadi coklat, apabila kelompok drosopterin tidak ada. sedangkan

warna mata akan menjadi merah terang jika kelompok ommokrom yang tidak ada (Dahmann,
2008).
Fungsi protein di dalam sel adalah sebagai enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi yang
terjadi ataupun sebagai protein struktural yang membentuk sel. Protein merupakan bentuk utama
dari suatu gen. Akibat aktivitas dari protein dapat kita lihat fenotip-fenotip yang dapat kita amati.
Jika suatu gen termutasi dimana urutan nukleotida dari gen tersebut berubah dapat mengakibatkan
terjadi perubahan dari protein yang dihasilkan. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan dari
aktivitas protein dan fenotip yang kita amati. Di dalam pigmen mata terdapat bermacam-macam
 protein yang menghasilhan warna mata yang berbeda-beda (Falk, 2009).

2.3 Alur Sintesis Pigmen Mata Drosopterin dan Ommokrom

Gambar 2.1 Biosintesis pigmen mata  Drosophila melanogaster 


 (Luhur, 2011. Dokumentasi pribadi)

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 4/12
5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.com

2.4 Prinsip Dasar Kromatografi dan Rf 


Kromatografi merupakan cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan
dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya merupakan fase stasioner (tetap) dan fase
mobil (fase bergerak). Pada fase mobil, suatu zat dialirkan menembus / sepanjang fase stasioner dan

cenderung menghanyutkan komponen campuran. Sedangkan pada fase stationer cenderung


menahan komponen campuran. Fase stasioner dapat berupa kertas saring atau gel, sedangkan fase
 bergeraknya merupakan eluen yang terdiri dari campuran pelarut. Pada kromatografi kertas, bahan
yang akan dipisahkan diletakkan pada kertas saring dan ujung kertas saring dicelupkan pada eluen.
Secara kapiler eluen akan bergerak ke atas. Bila suatu senyawa lebih larut dalam pelarut yang
stasioner, maka pergerakannya lebih lambat dibandingkan dengan bahan yang lebih larut dalam
 pelarut yang bergerak. Oleh karena itu, senyawa dalam suatu bahan dapat dipisahkan berdasarkan

 perbedaan kecepatan pergerakan senyawa-senyawa tersebut. Selain itu, berat molekul dari suatu
senyawa dapat mempengaruhi kecepatan pergerakannya (Bruner, 1985).
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realtif terhadap garis depan pengembang.
Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Nilai Rf 
didefinisikan oleh hubungan: jarak (cm ) dari garis

 jarak yang ditempuh oleh senyawa


Rf =
jarak yang ditempuh oleh pelarut

Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona
campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik 
 pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari,
contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan
membandingkan dengan noda-noda standar (Bruner, 1985).

Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul-molekul campuran antara dua fase
atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi, kromatografi partisi cairan dan pertukaran ion. Sistem
utama yang digunakan dalam kromatografi partisi adalah partisi gas, partisi cairan yang
menggunakan alas tak bergerak (misalnya komatografi kolom), kromatografi kertas dan lapisan
tipis (Bruner, 1985).

Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat alir bergerak 
yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang
 bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan
dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik 
(Bruner, 1985).

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 5/12
5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.com

BAB III

METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, antara lain :

Bahan Alat

• Lalat buah normal • Gunting

• Mutan white • Penggaris

• Mutan claret • Pensil

• Mutan sepia • Jarum pentul

• Kertas saring whatman no.1 • Alat penjepret kertas


• Larutan NBA (N-butanol:asam • Bejana kromatografi dengan tutup
asetatglasial:aquades=20:3:7) gelas

• Vaselin • Lampu UV

3.2 Metode Kerja


Kertas saring digunting dengan ukuran 16 x 20 cm dan bagian tengah dari kertas saring
 jangan disentuh. Dibuat dua garis lurus dengan pensil sejajar pada sisi yang 16 cm, yang pertama 2
cm dan sisi yang kedua 10 cm dari garis pertama. Diberi tanda o dengan pensil pada garis pertama,
dengan jarak masing-masing 2 cm. Nama ditulis di sebelah atas kertas saring dengan menggunakan
 pensil.
Bejana diisi dengan larutan NBA setinggi 1 cm. Pada mulut bejana diberi vaselin dan tutup
 bejana dengan tutup kaca. Dua lalat buah dengan fenotipe yang sama diambil dan potong kepala
lalat buah tersebut dengan jarum pentul. Satu kepala diletakkan di atas tanda o pada kertas saring
dan tekan kepalanya. Kepala kedua diletakkan di tempat yang sama dan tekan kepalanya. Langkah
 pemotongan di ulangi untuk fenotipe berbeda untuk tanda o berikutnya. Pada kertas saring harus
ada kepala lalat normal, white, claret, dan sepia.
Kertas saring digulung sehingga letak sisi kiri dan kanan bersebelahan dan jepret kertas
saring dua kali di sebelah atas dan dua kali di sebelah bawah. Hati-hati jangan sampai kedua sisi
tersebut bersentuhan atau tumpang tindih. Kertas saring dimasukkan secara tegak di dalam bejana.
Bejana ditutup dan diberi vaselin sehingga bejana tertutup dengan rapat. Didiamkan beberapa jam
sampai larutan eluen bergerak melewati garis kedua. Kertas saring diambil, buat garis dengan pensil

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 6/12
5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.com

 pada batas pergerakan eluen. Kertas saring dikeringkan dan amati di bawah sinar putih dan sinar 
ultra violet. Diberi tanda dengan pensil sekeliling bercak yang terlihat dan catat warnanya dan
warna fluorosensinya.

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 7/12
5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.com

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Foto Hasil Pengamatan

Gambar 4.1 Hasil kromatografi sebelum diberi sinar UV (Surya,R.A. 2011)

Gambar 4.2 Hasil kromatografi setelah diberi sinar UV (Surya,R.A. 2011)

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 8/12
5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.com

4.1.2 Perhitungan Rf 


Batas eluen adalah 6,5 cm
 No Jenis Warna Pigmen Jarak   Keterangan Rf  
 Drosophila Pendar 
Orange 0.7 Drosopterin 0.1077
1 Claret
Biru 2.4 Ommokrom 0.3692
Total 0.4769
2 White - 0 - 0
3 Sephia Hijau 3.6 Sepiapterin 0.5538
Orange 0.5 Drosopterin 0.0769
4 Normal
Biru 1.4 Ommokrom 0.2154
Total 0.2923

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Sinar UV


Fluorosensi adalah terlihatnya pigmen-pigmen mata pteridin penyebab adanya warna mata
 pada  Drosophila melanogaster  dalam cahaya ultraviolet. Proses terbentuknya fluorosensi yaitu
warna mata yang teramati akan tergantung dengan mutasi pada gen yang berperan dalam
  pembentukan pteridin. Warna mata akan menjadi coklat jika kelompok Drosopterin tidak ada,
sedangkan warna mata akan menjadi merah terang jika kelompok ommokrom yang tidak ada
(Dahmann, 2008).

Garis warna pada hasil sinar UV yang berwarna merah kecoklatan menunjukkan adanya
 pigmen mata drosopterin. Sedangkan garis yang berwarna hijau muda kekuningan menunjukkan
adanya pigmen mata ommokrom (Dahmann, 2008).

4.2.2 Hasil Rf dan Perbandingannya dengan Literatur


Saya telah mencari berbagai informasi literatur lewat buku, internet, bahkan teman. Pada
 buku, saya tidak menemukan literatur nilai Rf  Drosophila melanogaster. Dari internet saya sudah

mencari, sebenarnya ada nilai Rf, tapi penelitian yang di internet tidak menggunakan larutan NBA,
sehingga pasti hasilnya akan berbeda. Saya menemukan beberapa literatur penelitian yang
menggunakan NBA, tetapi hasil Rfnya berbeda-beda, Jika perbedaannya tipis ini tidak ada masalah.
Yang menjadi masalah hasilnya berbeda-beda dan sangat jauh hasilnya. Saya bertanya pada teman
 juga mereka menemukan literatur yang berbeda-beda, dan mereka juga tidak menemukan literatur 
dari buku. Jadi Praktikan belum menemukan literatur yang sesuai.
  Nilai Rf yang semakin besar dapat diartikan semakin non-polar, karena semakin tinggi
  berarti zat tersebut semakin terbawa dengan eluen yang bersifat non-polar ( karena kandungan
terbesar eluen adalah butanol yang bersifat non-polar). Sedangkan jika nilai Rf semakin kecil, itu
dapat diartikan semakin polar karena zat tersebut tertahan oleh kertas yang juga bersifat polar 

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 9/12
5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.com

(Bruner, 1985).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan praktikan diketahui bahwa pigmen mata lalat buah
yang bersifat paling polar adalah Sephia, yang artinya pigmen mata sepiapterin bersifat paling polar.
Pigmen mata lalat buah yang paling bersifat non-polar adalah white (Dahmann, 2008).

4.2.3 Fungsi Larutan NBA dan Vaseline


Fungsi larutan NBA adalah sebagai eluen karena memiliki perbandingan N-Butanol : Asetat
Glacial : Akuades = 20 : 3 : 7. Larutan NBA merupakan campuran dari larutan yang memiliki
tingkat kepolaran: polar, semi-polar, dan non-polar. Sehingga larutan NBA dapat memisahkan
 pigmen-pigmen pada mata lalat buah yang memiliki tingkat kepolaran hampir sama (Falk, 2009).
Fungsi vaselin adalah agar udara yang berada di dalam bejana tidak dapat keluar dan udara

yang diluar tidak dapat masuk melalui celah-celah antara bejana dengan penutup. Pemberian
vaseline pada tutup bejana berfungsi agar bejana tempat eluen kromatografi kedap udara. Sehingga
eluen yang merupakan larutan NBA tidak habis karena menguap (Falk, 2009).

4.2.4 Fungsi Pemakaian UV


Fluoresensi merupakan pemancaran sinar oleh atom atau molekul setelah terlebih dahulu
disinari sinar UV. Peristiwa fluororesensi merupakan peristiwa pemantulan warna/ berpendarnya
warna yang tersembunyi karena absorbsi cahaya tertentu yang diberikan secara disengaja. Peristiwa
ini biasanya terjadi terhadap senyawa-senyawa tertentu (dalam praktikum ini dimaksudkan pigmen
warna mata) yang mempunyai sifat memendarkan cahaya. Dalam hal ini digunakan sinar UV
karena pigmen mata pada lalat buah ( Drosophila melanogaster ) tidak bisa terlihat menggunakan
cahaya putih (lampu neon). Oleh sebab itu digunakan sinar UV, dimana sinar UV bersifat
memendarkan cahaya pada pigmen mata. Setelah kromatogram pada kertas disinari dengan sinar 
ultraviolet (UV) masing-masing komponen pigmen mata yang merupakan senyawa pteridin akan
mengabsorbsi cahaya ultraviolet dengan panjang gelombang tertentu dan memendarkan warna yang
lebih kontras sesuai dengan warna asli senyawa tersebut (Dahmann, 2008).

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 10/12
5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.com

BAB V
KESIMPULAN
•  Nilai Rf pigmen mata lalat buah normal adalah 0,2923.

•  Nilai Rf pigmen mata lalat buah mutan type claret adalah 0,4769.

•  Nilai Rf pigmen mata lalat buah mutan type white adalah 0.

•  Nilai Rf pigmen mata lalat buah mutan type sephia adalah 0,5538.

• Pada lalat buah normal hasil kromatografi setelah di sinar UV menghasilkan dua warna
yaitu warna orange dan biru. Berarti lalat buah normal memiliki dua kelompok pigmen mata
yaitu Drosopterin dan Ommokrom.

• Pada lalat buah mutan type claret hasil kromatografi setelah di sinar UV menghasilkan dua
warna yaitu warna orange dan biru. Berarti lalat buah mutan type claret memiliki dua
kelompok pigmen mata yaitu Drosopterin dan Ommokrom. Padahal seharusnya lalat buah
mutan type claret hanya memiliki pigmen mata kelompok Drosopterin yang berarti ada
kesalahan saat praktikum.

• Pada lalat buah mutan type white hasil kromatografi setelah di sinar UV tidak menghasilkan
warna. Berarti lalat buah mutan type white tidak memiliki pigmen mata Drosopterin dan
Ommokrom.

• Pada lalat buah mutan type sephia hasil kromatografi setelah di sinar UV menghasilkan
warna hijau. Berarti lalat buah mutan type sephia kelompok pigmen mata sepiapterin.

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 11/12
5/11/2018 KromatografiPigmen Mata-slidepdf.com

DAFTAR PUSTAKA

Bruner, F. 1985. The Science of Chromatography. United States : Elsevier Publishing Company.
Dahmann, Christian. 2008. Drosophila: Methods and Protocols. United States : Humana Press Inc.

Falk, Raphael. 2009. Genetic Analysis: A History of Genetic Thinking. England : Cambridge
University Press.
Fruton, J.S. 1999. Proteins, Enzymes, Genes: The Interplay of Chemistry and Biology. New Haven:
Yale University Press.
Judd, Sandra. 2010. Genetic disorders sourcebook. United States : Omnigraphics, Inc.
Morange, M. 1998. A History of Molecular Biology. Cambridge: Harvard University Press.

http://slidepdf.com/reader/full/kromatografi-pigmen-mata 12/12

Anda mungkin juga menyukai