PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk melaksanakan tugas dari blok VI berupa Tugas Pengenalan
Profesi (TPP) tentang identifikasi ciri-ciri fenotipe dan pedigree pada
anak albino dimasyarakat
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi ciri-ciri fenotipe dan pedigree pada penderita
albino.
2. Membuat dan menganalisis pedigree pada penderita albino.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dari Tugas Pengenalan Profesi (TPP)
adalah :
1. Agar mahasiswa mampu mengenali ciri-ciri fenotipe dan pedigree pada
Penyakit yang diturunkan secara herediter.
2. Mengetahui pola pewarisan sifat dari penyakit hereditas
2.2.2 DNA
DNA terbentuk dari empat tipe nukleotida, yang berikatan
secara kovalen membentuk rantai polinukleotida (rantai DNA atau
benang DNA) dengan tulang punggung gula-fosfat tempat melekatnya
basa-basa. Dua rantai polinukleotida saling berikatan melalui ikatan
hydrogen antara basabasa nitrogen dari rantai yang berbeda. Semua
basa berada di dalam double helix dan gula-fosfat berada di bagian luar.
Purin selalu berpasangan dengan pirimidin (A-T, G-C). Hal ini bisa
terjadi bila kedua rantai polinukleotida tersusun secara antiparalel
(Kuswandi, 2012).
DNA sebagai media untuk proses transkripsi suatu gen berada di
kromosom dan terikat oleh protein histon. Saat menjelang proses
transkripsi berjalan, biasanya didahului signal dari luar akan kebutuhan
suatu protein atau molekul lain yang dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan, perkembangan, metabolisme, dan fungsi lain di tingkat
sel maupun jaringan. Kemudian RNA polymerase II akan mendatangi
daerah regulator element dari gen yang akan ditranskripsi. Kemudian
RNA polymerase ini akan menempel (binding) di daerah promoter
spesifik dari gen yang akan disintesis proteinnya (Erlord, 2002).
Setelah itu, polimerase ini akan membuka titik inisiasi (kodon
ATG) dari gene tersebut dan mengkopi semua informasi secara utuh
baik daerah exon maupun intron, dalam bentuk molekul immature
mRNA (messenger RNA). mRNA ini diproses lebih lanjut pada proses
translasi di dalam ribosom, dalam tiga tahapan pokok yaitu inisiasi
2.2.3 Kromosom
Kromosom adalah struktur benang dalam inti sel yang
bertanggung jawab dalam hal sifat keturunan (hereditas). Kromosom
adalah khas bagi makhluk hidup. Kromosom (bahasa Yunani: chroma,
warna; dan soma, badan) merupakan struktur di dalam sel berupa deret
panjang molekul yang terdiri dari satu molekul DNAdan berbagai
protein terkait yang merupakan informasi genetik suatu organisme,
seperti molekul kelima jenis histon dan faktor transkripsi yang terdapat
pada beberapa deret, dan termasuk genunsur regulator dan sekuens
nukleotida. Kromosom yang berada di dalam nukleus sel eukariota,
secara khusus disebut kromatin (Campbell, 2005).
Gambar 1
2.3.1 Albinisme
Secara etimologi albinisme berasal dari kata albus dalam Bahasa Latin yang
artinya putih. Albinisme adalah kelainan bawaan berupa ketiadaan atau
kekurangan pigmen melanin di kulit, rambut, dan mata. Oleh karena itu, albinisme
kadang-kadang disebut juga dengan istilah akromia, akromasia" atau akromatosis
(a: tidak; chroma: warna). Kegagalan pembentukan melanin tersebut disebabkan
oleh ketiadaan atau kerusakan enzim tirosinase, suatu enzim yang mengandung
tembaga dan terlibat dalam pembentukan melanin. Kegagalan ini dapat terjadi
secara sempuma atau hanya parsial. individu yang sama sekali tidak memiliki
pigmen melanin (amelanisme atau amelanosis) dinamakan albino, sedangkan
individu yang hanya mengalami kekurangan melanin (hipomelanisme atau
hipomelanosis) dinamakan albinoid. Albinisme dapat terjadi pada semua hewan
1) Hilangnya pigmen melanin pada mata, kulit, dan rambut (atau lebih
jarang hanya pada mata). Kulit dan rambut secara abnormal putih susu
atau putih pucat dan memiliki iris merah muda atau biru dengan pupil
merah dan terlalu sensitif pada cahaya matahari, sehingga mudah
terbakar.
2) Nystagmus, yaitu pergerakan bola mata yang irregular dan rapid
dalam pola melingkar
3) Strabismus (crossed eyes or lazy eye).
4) Kesalahan dalam refraksi yaitu seperti miopi, hipertropi, dan
astigmatisma.
5) Fotofobia, hipersensitivitas terhadap cahaya
6) Ambliopia, penurunan akuisitas dari satu atau kedua mata karena
buruknya transmisi ke otak, sering karena kondisi lain seperti
strabismus.
P1 : (normal) AA X aa (albino)
Gamet : A a
F1 : Aa (normal)
P2 : (normal) Aa X Aa (normal)
Gamet : A, a A, a
aa = Albino
2.3.2 Idiot/Imbisil
Cacat menurun ini disebabkan karena seseorang tidak
punya enzim yang mengubah fenilalanin menjadi tirosin. Akibatnya terjadi
penimbunan fenilalanin dalam darah dan diubah menjadi asam fenil piruvat.
Tingginya kadar fenil piruvat menghambat perkembangan dan fungsi otak.
Kelainan ini sering disebut phenilketouria (PKU) karena banyaknya
kandungan residu fenil piruvat yang terdapat pada urine.
IQ rendah
Gerakan lambat
Seorang anak idiot dilahirkan dari pasangan suami isteri yang keduanya
membawa gen resesif.
P : Ii x Ii
F : II : normal
2Ii : normal (carrier)
ii : idiot
Ada dua jenis thallasemia, yaitut hallasemia mayor (ThTh) dan thallasemia
minor (Thth). Sel darah merah penderita thallasemia mayor semua berbentuk
tidak beraturan dan umumnya letal. Sedangkan pada penderita thallasemia
minor sebagian sel darah merahnya berbentuk tak beraturan. Penderita bias
bertahan hidup dengan melakukan transfuse reguler.
P : Thth x Thth
thth : normal
Golongan ABO
Golongan ini membagi golongan darah menjadi empat, yaitu A, B, AB, dan
O, didasarkan pada adanya jenis antigen tertentu pada sel darah yang disebuti
soaglutinogen. Susunan genotif dan kemungkinan gamet yang dibentuk dapat
dilihat pada table berikut.
Golongan darah ABO dikendalikan oleh alel ganda IA, IB, dan IO. IA dan IB
kodominan, dan keduanya dominan terhadap IO.
P : IAIO x IBIO
G : IA,IO IB, IO
F : IAIB : golongan AB
IAIO : golongan A
IBIO : golongan B
IOIO : golongan O
Golongan Rhesus
Golongan darah ini ada dua yaitu Rhesus + dan Rhesus -. Susunan genotif
dan kemungkinan gamet dapat dilihat pada table berikut.
RhRh rhrh
IMIM ININ
G : IM IN
a. Hemofili
XHY XHXh
G : XH, Y XH, Xh
Anak perempuan buta warna dapat dilahirkan dari pria buta warna yang
menikah dengan wanita carrier.
Xc Y XCXc
G : Xc, Y XC, Xc
Gen-gen yang terpaut pada kromosom Y hanya diwariskan pada anak laki-
laki, oleh karena itu sering disebut sebagai gen holandrik.
2.3.4 Hypertrichosis
P : XYht x XX
2.3.6 Webbedtoes
Merupakan kelainan dimana pada jari terutama kaki tumbuh selaput seperti
kaki katak. Penyebabnya adalah gen wt, sedangkan sifat normal dikendalikan
gen Wt.
4.1 Hasil
4.1.1 Responden 1
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan narasumber,
didapatkan hasil berikut :
Identitas Penderita 1
Nama : Bapak Darwis
Umur : 36 Tahun
Alamat : Plaju
Keterangan
: Wanita Normal
: Wanita Albino
: Laki Laki Normal
: Laki Laki Albino
: Bapak Darwis
Pada pengamatan fenotipe bagian kulit pak darwis, dapat terlihat kulit
pak darwis sangat sensitive terhadap cahaya matahari. Ketika terkena paparan
matahari kulit akan tampak kemerahan. Warna kulit seperti putih susu atau
putih pucat, juga terdapat bintik bintik (frekles), namun kulit pak Darwis tidak
terasa kasar dan tebal (Pachyderma).
P : Aa X Aa
G: A,a A,a
F: AA : Normal Homozigot
Aa : Normal Heterozigot
aa : Albino
PEDIGREE Nn.Priska
Keterangan :
Perempuan Normal
Ibu meninggal
Pada pengamatan fenotipe bagian kulit Nn. Priska, dapat terlihat kulit
Nn Priska sangat sensitive terhadap cahaya matahari. Ketika terkena paparan
matahari kulitnya akan memerah. Warna kulit seperti putih susu atau putih
pucat, juga terdapat bintik bintik (frekles), kulit nn Priska juga terasa kasar
namun tidak tebal (Pachyderma).
P : Aa X Aa
G: A,a A,a
F: AA : Normal Homozigot
Aa : Normal Heterozigot
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ke 2 responden, ditemukan
ciri fenotipe bagian kulit pada responden 1 terlihat warna kulit seperti putih
susu atau putih pucat, juga terdapat bintik bintik (frekles), namun kulit terasa
kasar dan tebal (Pachyderma) serta tampak kemerahan. Sedangkan warna
rambut berwarna putih susu atau putih pucat namun sedikit kekuning-
kuningan. Pada bagian mata warna iris berwarna kehijauan dan warna pupil
agak kemerahan. Hal ini juga ditemukan pada responden 2 terlihat kulit sangat
sensitive terhadap cahaya matahari. Warna kulit seperti putih susu atau putih
pucat, juga terdapat bintik bintik (frekles), kulit terasa kasar namun tidak tebal
(Pachyderma) serta tampak kemerahan. Pada rambut tampak berwarna pirang
atau putih pucat namun sedikit kekuning-kuningan,rambut tidak terlihat
kemerahan maupun kecoklatan. Warna iris tidak berwarna kehijauan
melainkan berwarna kuning coklat dan warna pupil tidak terlihat agak
kemerahan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan (Suryo, 2000)
bahwa ciri fenotif albino secara umum yaitu warna kulit dan rambut tampak
abnormal putih susu atau putih pucat dan memiliki iris merah muda atau biru
dengan pupil merah dan terlalu sensitif pada cahaya matahari, sehingga mudah
terbakar. Hilangnya pigmen melanin pada mata, kulit, dan rambut (atau lebih
jarang hanya pada mata).
Albino penyakit genetik yang dapat ditelusuri melalui pedigree (peta silsilah).
Pedigree (peta silsilah) dalam genetika sering dihubungkan dengan pewarisan
sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya atau lebih dikenal dengan
hereditas (penurunan sifat). Pedigree merupakan penggambaran turunnya gen
dari generasi ke generasi, sehingga dapat membantu suatu diagnosa apabila
ditemukan abnormalitas yang sifatnya menurun.
Pedigree merupakan metode yang sering dipergunakan untuk
menelusuri pewarisan sifat. Banyak kasus kelainan bawaan yang dapat
diungkapkan dengan metode pedigree. Sebagai contoh, penelusuran tipe
golongan darah, untuk penyakit buta warna, hemophilia, dan lain-lain.
Gambaran pedigree juga membantu untuk mengurangi berlangsungnya
perkawinan keluarga (inbreeding), yang memberikan indikasi memperbesar
probabilitas terekspresinya kelainan genetik. Pedigree (peta silsilah) ini
diharapkan mampu memberikan gambaran dan jawaban yang memuaskan
terhadap sejumlah persoalan yang diakibatkan oleh kelainan atau penyakit
menurun(suryo,2000).
Albino pada tn Darwis dan nn Priska setelah dianalisis melalui metode pedigree
kemungkinan diturunkan dari kedua orang tua yang carrier atau membawa sifat
albino
5.1 Kesimpulan
Alel yg dimiliki responden 1 (Darwis) dan responden 2 (Priska) adalah aa oleh
karena itu dapat dinyatakan albino.
1. Pedigree kedua responden kemungkinan alel tersebut diturunkan oleh ayah
dan ibu yang carrier (pembawa sifat albino).
2. Pada penderita albino, kedua matanya tidak menunjukkan tanda trabismus
mata juling. Kulit penderita albino sangat sensitive terhadap cahaya
matahari. Ketika terkena paparan matahari kulitnya akan memerah. Warna
kulit seperti putih susu atau putih pucat, juga terdapat bintik-bintik
(frekles).
3. Albino ini termasuk kedalam Oculocutaneous albinism (OCA) karena
terdapat kelainan pada rambut dan kulit yang putih pucat dan matanya
yang peka terhadap rangsangan cahaya.
5.2 Saran
1. Untuk penderita albino yakni memperbaiki daya lihat, melindungi mata
dari sinar terang, dan menghindari kerusakan kulit dari cahaya matahari
agar tidak rentan terkena kanker kulit.
2. Untuk pembaca untuk dapat melanjutkan penelitian yang lebih
komprehensive menggunakan sample yang lebih banyak agar didapatkan
hasil yang signifikan.
Gambar 6.6
Warna rambut responden 2