2. Obat Paten
R/ Pehadoxin tablet No. XV
S s dd tab I m
Macam-macam Supositoria :
Supositoria analia (supositoria)
Berdasarkan konsistensinya :
1. cairan kental/encer : linimentum
2. setengah padat : unguentum
3. lebih bersifat padat : sapo medicatus,
emplastrum
A. Kondisi/fisiologi kulit, antara lain :
1. Luas permukaan yang diobati, makin
luas permukaan kulit yang diobati
maka obat yang diabsorpsi juga akan
semakin banyak sehingga konsentrasi
obat harus lebih kecil
2. Keadaan lapisan epidermis, lapisan
epidermis yang tebal menghalangi
absorpsi maupun penetrasi obat
sehingga diperlukan keratolitik untuk
membantu penetrasi obat ke dalam
kulit
3. Hidrasi pada stratum korneum, hal ini
berhubungan erat dengan fungsi obat
sebagai pelindung
B. Konsentrasi obat, bila konsentrasi obat
besar maka absorpsi obat juga besar,
sehingga perlu diperhatikan untuk obat
yang terserap ke aliran darah
C. Sifat basis dan bahan berkhasiat obat,
misalnya kelarutan obat, koefisien partisi
obat dalam kulit dan koefisien aktifitas
obat
Bentuk sediaan kental / cair yang dioleskan
(digosokkan) pada kulit, tetapi bukan pada
kulit yang luka
- trietanolamin
Cara pembuatan dasar krim A dan B
a.Emulgide dan oleum sesami masukkan cawan
penguap,panaskan diatas penangas air sampai
melebur.
b.Aqua dalam cawan penguap dipanaskan.
c.Campur a dan b (suhu ± 70ºC) dalam mortir yang
sudah dipanaskan. Campuran diaduk sampai
homogen dan dingin, kemudian digunakan untuk
pembuatan krim
Cara pembuatan dasar krim C
Asam stearat dan gliserin dalam cawan penguap
panaskan diatas penangas air
Boraks, T EA, air dalam cawan penguap panaskan di
atas penangas air
Campur a dan b (suhu ± 70ºC) dalam mortir yang
sudah dipanaskan. Campuran diaduk sampai
homogen dan dingin, kemudian digunakan untuk
pembuatan krim.
Contoh resep
1. Krim Air dalam Minyak
a. R/ Cold cream usp 100
sue
b. R/ Spermaceti 12,5
Cera alba 12
Paraf. Liq 56
Borax 0,5
Aquadest 19 ml
sue
2. Krim Minyak dalam Air
a. R/ Ac. Stearinic 14,2
Glycerol 10
Borax 0,25
TLA 1
Aquadest 75
m.f. krim
b. R/ Ol. Sesami 30
Emulgide 10
Aquadest ad 100
m.f krim
Sediaan setengah padat berupa massa lembek,
dibuat dengan mencampurkan bahan obat
(serbuk) 40% - 60 % dalam vaselin / paraffin
liquidum / bahan lain yang cocok
Fungsi : pelindung, pengering, dan untuk
terapi lokal pada kulit basah
Bahan dasar pasta (serbuk) :
zink oxyd, calcium carbonat, amylum, talc
Beberapa keuntungan bentuk sediaan pasta :
Mengikat cairan sekret
- Stabilitas
- Kelarutan
- Keasaman-kebasaan
- Tonisitas
- Viskositas
1.Solutio (larutan), sediaan cair yng mengandung
bahan berkhasiat yang larut dalam pelarutnya.
Pelarut umumnya air. Sediaan obat bentuk
larutan, dalam tubuh bekerja dengan onset of
action yang cepat karena setelah diminum obat
tidak memerlukan waktu untuk melarut sehingga
dapat bekerja dengan segera
2.Mixtura, merupakan sediaan cair yang
mengandung lebih dari satu macam bahan
berkhasiat. Contoh : Obat Batuk Putih
(Potio Alba contra tussim)
3. Suspensiones (suspensi)
Sediaan cair yang mengandung bahan obat
padat yang terdispersi dalam suatu cairan.
Ditambahkan emulgator atau suspending agent
(bahan pensuspensi) untuk menambahkan
viskositas cairan sehingga pengendapan obat
dapat diperlambat. Contoh : Myanta
suspension
4. Emulsiones (emulsi)
Sediaan yang mengandung minyak atau lemak
yang terdispersi dalam suatu cairan,
distabilkan dengan emulgator.
Type emulsi : emulsi minyak dalam air dan
emulsi air dalam minyak.
Contoh : Scott’s emulsion
5. Elixira (eliksir), sediaan cair dengan pelarut
utama etanol dan dimaksudkan untuk
mempertinggi kelarutan bahan berkhasiat.
Contoh : Bisolvon sirup
Mucohexin sirup.
6. Saturatio, sediaan cair yang mengandung
larutan jenuh CO2 yang dibebaskan dari
reaksi CO3-2 dan HCO3 -(reaksi asam
organik dengan garam basa karbonat).
Biasa diberikan pada pasien dengan
gangguan absorpsi saluran pencernaan
karena obat dalam bentuk ini dapat
mempercepat absorpsi.
7. Sirupus,sediaan bentuk cair berupa larutan
yang mengandung sakarosa. Sirup obat
berupa preparat yang sudah distandarisasi
dan mengandung bahan obat tunggal atau
kombinasi dengan obat lain. Contoh : sirup
sebagai ekspektorans,antitusif,
antihelmintik, antibiotika dan dry syrup
(sirup kering).
8. Guttae (obat tetes), sediaan cair berupa
larutan, suspensi atau emulsi yang
dimaksudkan untuk obat luar atau obat
dalam, digunakan dengan cara meneteskan
dengan menggunakan penetes
- untuk obat dalam, umumnya digunakan
pada bayi, disebut paediatric drops.
- untuk obat luar : guttae ophthalmicae,
guttae auriculares dan guttae nasales
Guttae auriculares :obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam lubang
telinga.
Pembawa umumnya bukan air, yang sering
digunakan gliserol dan propilenglikol, pH antara 5 –
6.
Bahan berkhasiat meliputi:
- Antibiotika
- Antifungi
- Lokal anestetika
- Kortikosteroid
- Antiseptika
Guttae nasales: obat tetes yang digunakan untuk hidung
dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga
hidung, dapat mengandung bahan pensuspensi,
bahan dapar dan bahan pengawet.
Pembawa umumnya air.