Anda di halaman 1dari 46

Terapi CAIRAN

dr. Hj. Endang Melati Maas, SpAn KIC KAP

Dept. Anestesiologi dan Terapi Intensif


RSMH Palembang/Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2013
1. CAIRAN TUBUH
Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.
Air dan zat-zat yang terlarut didalamnya (cairan
tubuh) menjadi pengangkut zat makanan ke semua
sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari
dalamnya untuk menunjang berlansungnya
kehidupan.
Jumlah air tubuh ber berbeda-beda, tergantung
pada usia, jenis kelamin dan banyak atau sedikitnya
lemak tubuh.
Tabel Persentase Cairan Tubuh Berdasarkan Usia
Total Cairan Tubuh
Bayi/anak-anak 70-80%
Dewasa :
Laki-laki 60%
Perempuan 50%
Orang Tua 50%

Tabel Persentase Cairan Tubuh Berdasarkan Jumlah Lemak


Jumlah Cairan Tubuh
Kurus Normal Gemuk
Laki-laki
Air 70% 60% 50%
Lemak 4% 8% 32%
Perempuan
Air 60% 50% 42%
Lemak 18% 32% 42%
Dalam tubuh, cairan menempati porsi
yang besar (± 60%BB) dibanding
komponen-komponen penyusun tubuh
lain dan didistribusikan dalam
kompartemen-kompartemen tubuh,
yaitu :
1.Ruang Intrasel : 40% BB
2.Ruang Ekstrasel : 20% BB yang terbagi
dalam :
a. Ruang Interstitial : 15% BB
b. Ruang Intravaskuler/dalam pembuluh
darah : 5% BB
2. ELEKTROLIT
 Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat elektrolit
dan zat-zat non elektrolit.
Contoh Zat Elektrolit adalah : ion Na, K, Cl dan
Contoh Zat Non Elektrolit : Sukrosa dan
Protein.
 Elektrolit terpenting dalam cairan intrasel
adalah K dan Ion fosfat sedangkan dalam cairan
ekstrasel adalah Na dan Cl. Satuan untuk
elektrolit adalah miliekivalen/Liter (mek/L)
atau milimol/Liter (mmol/L).
Tabel Nilai Normal beberapa Elektrolit dalam Darah

Nilai Normal

Natrium (Na) 135 – 153 mmol/L


Kalium (K) 3,5 – 5,3 mmol/L
Klorida (Cl) 98 – 109 mmol/L
Kalsium (Ca) 2,2 – 2,6 mmol/L
Magnesium (Mg) 1,5 – 2,0 mmol/L
Natrium (Na)
•Natrium yang dapat ditemukan pada garam,
berperan memelihara tekanan osmotik dan
volume cairan ekstraseluler, serta turut
mengatur tekanan darah, kerja otot dan saraf.
•Keseimbangan Na dalam tubuh diatur terutama
oleh ginjal.
•Gejala hiponatremia antara lain mual, muntah,
kejang, nafsu makan menurun, dll.
Kalium (K)
oKalium berfungsi sebagai kation utama
intraseluler, berperan dalam metabolisme
protein dan pelepasan hormon pertumbuhan.
oHipokalemia dapat terjadi pada keadaan diare,
muntah dan malnutrisi.
oGejala yang nampak adalah mual,
muntah, kembung, gangguan irama
jantung, kelemahan otot, dll
Kalsium (Ca)
 Kalsium merupakan kation yang memiliki
fungsi yang luas seperti mendukung
pertumbuhan tulang dan gigi, fungsi saraf,
kontraksi otot hingga berperan dalam
pembekuan darah.
 kekurangan kalsium dapat
menyebabkan kelainan tulang
(osteoporosis, osteomalasia, dll) dan
pada pasien perioperatif kekuragan Ca
dapat meningkatkan risiko perdarahan.
Magnesium (Mg)
 Magnesium merupakan kation penting yang terlibat
dalam berbagai reaksi enzimatik, dan berperan
sebagai kofaktor dalam berbagai proses seperti sintesa
protein dan fosfolisasi anaerob.
 Kadar Mg dalam darah dipertahankan oleh ginjal dan
usus halus.
 Hipomagnesemia dapat disebabkan karena malnutrisi,
pemberian cairan parenteral tanpa Mg, diare, kelainan
ginjal, dll.
 Hal ini sering dialami oleh pasien yang dirawat di RS
atau ICU.
 Gejala yang nampak antara lain iritabilitas
neuromuskular dan aritmia jantung.
Klor (Cl)
 Klor merupakan anion yang berfungsi menjaga
tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit,
banyak ditemukan pada cairan otak dan cairan
lambung.
Kekurangan klor dapat menyebabkan alkalosis
metabolik (gangguan keseimbangan asam basa
yang menyebabkan peningkatan pH),
pernapasan menurun, nafsu makan menurun,
letargi (lemas) dan edema.
 Kelebihan klor dapat menyebabkan
asidosis.
3. KEBUTUHAN CAIRAN
Kebutuhan air dan elektrolit per hari
Dewasa :
 Air : 30-35 mL/kgBB, kenaikan suhu 1o C ditambah 10-15%
 Na : 1-2 mmol/kgBB (100 mmol/hari)
 K : 05-1 mmol/kgBB (60 mmol/hari)

Anak :
 Air : sesuai dengan BB
0-10 kg : 100 mL/kgBB
10-20 kg : 100 mL/kgBB + 50 mL x (BB-10)
> 20 kg : 150 mL/kgBB + 20 mL/kg diatas 20 kg
 Na : 2 mmol/kgBB
 K : 2 mmol/kgBB
4. KESEIMBANGAN CAIRAN
Dalam keadaan normal, jumlah cairan dan elektrolit selalu
dalam keseimbangan, artinya intake (asupan) air dan elektrolit
akan dikeluarkan dalam jumlah yang sama. Intake air dan
elektrolit berasal dari minuman dan makanan yang dikonsumsi
sehari-hari serta dari hasil oksidasi dalam tubuh.
Air dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urin, tinja maupun
insensible water loss atau pengeluaran yang tidak dirasa
seperti keringat dan pernapasan.
Jika terjadi gangguan keseimbangan/homeostasis air dan
elektrolit, harus segera diberikan terapi untuk mengembalikan
kseimbangan air dan elektrolit tersebut, dalam hal ini
dilakukan terapi cairan.
Beberapa keadaan yang menyebabkan peningkatan kebutuhan
cairan dan elektrolit :
 Demam
 Hiperventilasi
 Suhu lingkungan tinggi
 Aktivitas ekstrim
 Penyakit diare, poliuria

Beberapa keadaan yang menyebabkan penurunan kebutuhan


cairan dan elektrolit :
 Hipotermia
 Kelembaban sangat tinggi
 Aktivitas yang sedikit
 Retensi cairan, misal pada gagal jantung
5. DEFISIT CAIRAN
Beberapa keadaaan dapat menyebabkan cairan
tubuh berkurang, secara garis besar
penyebabnya adalah karena berkurangnya
output cairan karena keadaan-keadaan tertentu
seperti :
a.Dehidrasi
dehidrasi adalah kurangnya cairan tubuh dari
jumlah normal akibat kehilangan atau asupan
yang tidak memadai atau kombinasi keduanya.
Jenis Dehidrasi :
1) Dehidrasi hipotonik / hiponatremik
• Terjadi padapenderita diare yang minum
banyak air atau cairan hipotonik atau diberi
infus glukosa 5%
• Kadar Na rendah ( <130 mmol/L )
• Osmolaritas serum < 275 mOsm/L
• Terjadi letargi, kadang kadang kejang
• 2) Dehidrasi isotonik
• Kadar Na normal
• Osmolaritas serum normal
3) Dehidrasi Hipertonik
• Biasa terjadi setelah intake cairan hipertonik
(Natrium,Glukosa,Laktosa)
• Kehilangan air lebih banyak dari kehilangan
Natrium
• Kadar Na tinggi (>130 mmol/L).Bila Natrium
serum mencapai 165 mmol/L dapat terjadi
kejang
• Osmolaritas serum meningkat (>295 mOsm/L)
• Pasien merasa haus, irritable
B. Syok
Syok berarti waktu alir volume perifer
tidak memenuhi kebutuhan.
Tanda tanda umum syok :
• Tekanan darah menurun
• Nadi lemah
• Akral dingin
Jenis Syok
1) Syok neurogenik
Adalah syok yang dsebabkan karena rangsang saraf, misal : nyeri hebat
2)Syok kardiogenik
Adalah syokyang disebabkan karena penyakit jantung
3) Syok anafilatik
Adalah syokyang disebabkan karena alergi
4) Syok hipovolemik
Adalah syok yang disebabkan karena berkurangnya volume dalam pembuluh
darah
Contoh penyebab syok hipovolemik :
• Kekurangan darah misalnya pada trauma
• Kekurangan plasma misalnya pada luka bakar
• Kekurangan air dan garam karena komplikasi penyakit
Diagnosis syok dapat ditegakkan melalui
parameter :
• Tekanan darah sistolik
• Frekuensi denyut jantung
• Temperaturtubuh dan kulit
Indeks syok = Frekuensi denyut jantung
Tekanan darah sistolik
Tujuan terapi syok :
Mempertahankan perfusi untuk semua organ.
C. Luka Bakar
 Luka bakar biasanya terjadi karena kecelakaan,
dan disebabkan oleh api, uap/ cairan panas,
bahan kimia, listrik,dll. Derajat berat-ringannya
luka bakarnya ditentukan oleh luasnya bagian
tubuh yang terkena.
 Pada luka bakar terjadi perpindahan cairan dari
ruang intrasel ke ruang ekstrasel secara besar
besaran sehingga resusitasi cairan perlu dilakukan
untuk menghindari terjadinya syok hipovolemik.
 Beratnya gangguan cairan yang terjadi ini juga
bergantung pada derajat beratnya luka bakar.
D. Perioperatif
Pada periode perioperatif (sebelum,selama dan
sesudah bedah) dapat ditemukan gangguan
homeostatis cairan, yaitu:
1) Pra Bedah
 Pada massa pra bedah dapat ditemukan gangguan
air dan elektrolit karena intake kurang,muntah
dll.defisit cairanekstrasel yang terjadi dapat diduga
dengan berat ringannya dehidrasi yang terjadi.
 Kekurngan cairan dapat diganti dengan cairan koloid
dan kristaloid, tanda rehidrasi telah tercapai ialah
dengan adanya produksi urin 0,5 – 1 mL/kg BB/jam.
2) Selama bedah
Defisit cairan selam bedah terjadi karena :
• Puasa
• Trauma : tergantung jenis operasi
• Pendarahan :
• Jika pendarahan kurang dari 10% dari darah cukup
diganti dengan cairan kristaloid saja, tapi jika lebih
dari 10% dari jumlah darah dipertimbangkan untuk
diganti dengan darah/ cairan koloid.
Tujuan pemberian cairan selama bedah adalah
menjamin tekanan darah stabil tanpa memberi
vasokonstriktor, denganproduksi urin mencapai 0,5 –
1 mL/kg BB/jam.
3) Pasca Bedah
Defiit cairan pascabedah terjadi karena :
• Pengaruh hormonal masih menetap
beberapa hari pasca bedah sehingga
dapat mempengaruhi keseimbangan air
dan elektrolit
• Pasien belum boleh minum sehingga
harus dilakukan pemberian cairan
paramental.
6. TERAPI CAIRAN
Tujuan Terapi Cairan :
• Untuk mengganti kekurangan air dan elektrolit
• Untuk memenuhi kebutuhan air dan elektrolit
• Untuk mengatasi syok
• Untuk mengatasi kelainan yang ditimbulkan
karena terapi yang diberikan (terutama pada
massa perioperatif)
Cairan :
• Cairan Kristaloid
• Cairan Koloid
A. Cairan Kristaloid
• Cairan kristaloid dibagi atas cairan elektrolit
(NaCl, RL, dll) dan non-elektrolit (desktrose, dll).
Cairan kristaloid dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu untuk :
1) Cairan Pemeliharaan
Tujuannya untuk mengganti kehilangan air pada
tubuh lewat urine, fases, paru, dan keringat.
Cairan yang hilang dengan cara ini sedikit sekali
mengandung elektrolit, maka sebagian cairan
pengganti adalah cairan yang Hipotonik.
2) Cairan Pengganti
Tujuannya adalah mengganti kehilangan air dalam
tubuh yang disebabkan oleh proses patologis misal
(diare, muntah, kolera dll). Cairan ini pengganti
Digunakan sebagai cairan isotonik, misalnya dextrose
5% dalam ringer laktat (RL) dan NaCl 0,9%.
3) Cairan untuk tujuan khusus
Adalah cairan kristaloid yang digunakan khusus,
misalnya Natrium Bikarbonat 7,5%, NaCl 3%,
Hipertonik sodium laktat dll.
B. Cairan Koloid
• Cairan koloid adalah cairan yang mengandung partikel
onkotik dan karenanya mengahasilkan tekanan
onkotik.
• Koloid memiliki BM lebih besar dari 35.000 dalton.
• Tujuan terapi onkotik adalah untuk mengganti
kehilangan cairan Intravaskuler.
Jenis cairan koloid :
1) Koloid alamiah
Ex : Albumin manusia, Pasteurised plasma protein.
2) Koloid Buatan
Ex : Gelatin, Dekstran, Hydroxyethyl Starch (HES).
 Lamanya suatu cairan koloid bertahan di dalam pembuluh
darah di pengaruhi oleh Berat Molekul (BM) koloid tersebut.
 Semakin besar BM semakin lama bertahan dalam pembuluh
darah karena koloid dengan BM yang besar semakin sulit
dipecah.
 Di sisi lain, semakin besar BM, semakin besar efek negatif bagi
ginjal mengingat molekul yang harus di filtrasi juga semakin
besar.
 Semakin besar BM, semakin besar pula pengaruh buruk pada
trombosit dan penurunan faktor pembekuan, sehingga
penggunaan koloid dengan BM tinggi dapat berisiko
terjadinya perdarahan.
HES (Hydroxy Ethyl Starch)
o HES atau kanji hidroxy ethil merupakan suatu polimer
sintetik yang terbuat dari hidroksilasi amilopektin dari jenis
jagung tertentu.
o Amilopektin ini terdiri darisatuan glukosa, molekulnya mirip
dengan karbohidrat dalam tubuh manusia yaitu glikogen.
o Molekul HES mirip dengan zat endogen, HES lebih jarang
menimbulkan reaksi alergi.
o Molekul amilopektin dihidroisa oleh alpa amilase.

HES digolongkan berdasarkan BMnya, yaitu:


• Low molecule : BM < 200.000
• Medium molecule : 200.000 < BM < 400.000
• High molecule :BM > 400.000
Lamanya HES bertahan didalam tubuh
darah dipengaruhi sedikitnya oleh 3 hal,
yaitu :
• Berat Molekul (BM)
• Derajat Subtitusi (ds)
• Ratio C2:C6
A. Berat Molekul (BM)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semakin
besar BM suatu HES akan semakin lama bertahan
dalam pembuluh darah.

Hanya HES dengan BM 100.000-300.000 Dalton


yang memiliki efek penyumpal (sealing effect) untuk
menutup kebocoran plasma.
B. Derajat Subtitusi (ds)
Derajat subtitusi pada HES berarti beberapa
banyak gugus hidroksi ethyl untuk stiap 10
molekul glukosa.
Misalnya : HES dengan ds=0,5 berarti HES yang
memiliki 5 gugus hidroksi ethyl untuk stiap 10
unit glukosa.
Semakin besar ds suatu koloid, semakin lama
pula ds dalam pembuluh darah , karena gugus
hidroksi ethyl sulit dipecah.
Seperti halnya BM, ds yang besar dihubungkan
dengan makin banyaknya efek buruk pada
trombosit.
C. Rasio C2:C6
 Gugus hidroksi ethyl melekat pada satu sama lain dengan
ikatan eter terutama pada unit glukosa C-2 dan lebih
sedikit pada C3 dan C6.
 Banyak gugus yang melekat pada C2 disebut Rasio C2:C6.
 Semakin besar rasioC2:C6 suatu koloid semakin lambat
degradasi enzimatik yang terjadi sehingga koloid tersebut
semakin lama bertahan dalam pembuluh darah.
 Besarnya rasio C2:C6 tidak mempengaruhi trombosit,
sehingga koloid yang dikembangkan dengan rasio
tersebut dianggap bertahan lama dalam pembuluh
darah dengan efek samping yang minimal.
 HES merupakan expander volume yang efektif untuk
mengatasi hipovolemia, tapi memiliki efek samping yang tidak
disukai seperti disfungsi trombosit, penurunan faktor
koagulasi, dll.
 Untuk mengurangi efek samping inidilakukan perbaikan
komposisi HES dengan merubah media suspensi koloid.
 Misalnya:
• HES 6% dalam NaCl 0,9%
• HES 6% dalam RL atau cairan elektrolit seimbang.
• Dari penelitian yang pernah di lakukan, Hes dalam cairan
elektrolit seimbang memberi efek yang lebih menguntungkan,
seperti mencegah asidosis seperti hidrokloremik, respons
koagulasi lebih baikdan lebih sedikit pendarahan.
II. GELATIN
Gelatin terbuat dari hidrolisis kalogen sapi
sehinggan lebih sering menimbulkan reksi
alergi dibanding koloid lain.
Gelatin tidak berpengaruh pada sistem
koagulasi maka tidak ada pembatasan dosis,
disamping itu gelatin dapat diberikan pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal bahkan
pada pasien yang mengalami homodialisis.
III. DEKSTRAN
 Dekstran merupakan polisakarida yang dihasilkan dari
permentasi sukrose.
 Dekstran untuk penggunaan klinis tersedia dalam dekstran 70
(BM 70.000) dan dekstran 40 (BM 40.000)dalam larutan NaCl
atau RL.
 Dekstran 40 bersifat “ anti sludging” yang artinya mampu
menurunkan disagregasi sel dan plengketan trombosit
sehingga memperbaiki aliran dalam pembuluh darah kecil.
 Pemberian dekstran lebih dari 1 Liter dapat mengganggu
hemostasis seperti terjadinya disfungsi trombosit, penurunan
fibrinogen dan faktor VIII sehingga berisiko perdarahan.
Cairan koloid akan meningkatkan volume
intravaskular sehingga curah jantung meningkat.
Peningkatan disebabkan oleh adanya penurunan
tahanan alirandarah karena hemodilusi oleh
peningkatanvolume intravaskuler .
Penghantaran oksigen kejaringan (DO2) lebih
banyak.
Cairan koloid terutama digunakan pada kasus
syok hipovolemia.
Vol.Intrasel
Larutan Vol. Plasma Vol. Interstitiel

Haemacel* 700 300

Gelafundin* 1000

Dextran* 40 1600 -260 -340

Dextran* 70 1300 -130 -170

Expafusin* 1000

FIMA HES 200* 1000

HAES Steril* 6% 1000

HAES Steril* 10% 1450 -450


PRINSIP PEMILIHAN CAIRAN
Jenis cairan yang akan digunakan untuk resusitasi
harus disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya :
• Untuk mengisi intravaskuler dipilih cairan koloid

• Untuk mengisi interstisial dipilih cairan kristaloid

• Untuk mengisi interseluler dipilih cairan kristaloid


dan dekstrose
Balik cairan kristaloid maupun cairan koloid memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Kristaloid koloid

Efek Volume Intravaskuler - Lebih balik

Efek Volume Intersitiel Lebih balik -

Sembab Paru + +

Sembab Perifer Sering Jarang

Reaksi Alergi Tidak terjadi Jarang

Harga Murah Mahal


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai