Anda di halaman 1dari 47

BENTUK SEDIAAN OBAT,

CARA &

WAKTU PEMBERIAN OBAT


BENTUK SEDIAAN OBAT

RUTE PENGGUNAAN OBAT:


Pemakaian dalam )
& luar ) Bentuk sediaan beda
Pemakaian dalam (ORAL):
mulut  tenggorokan  perut.

Pemakaian luar:
Melalui kulit dengan jalan merobek atau menembus kulit:
INJEKSI atau PARENTERAL: intravena (iv)
intramuskuler (im)
subkutan (sc)
Pemakaian melalui:
- lubang dubur (rektal) : SUPOSITORIA
- lubang kemaluan (genital) : OVULA
- lubang kencing (uro genital) : BACILLA
- melalui lavemen : CLYSMA
Pemakaian pada selaput lendir:

a. Melalui mata:
- cuci mata : COLLYRIUM
- tetes mata : GUTTAE OPTHALMICAE

b. Melalui rongga mulut:


- cuci mulut : COLLUTIO
- obat kumur : GARGARISMA

c. Melalui telinga:
- tetes telinga : GUTTAE AURICULARES
Pemakaian pada kulit:

Obat diberikan dengan jalan


mengoleskan pada permukaan kulit.
- SALEP
- CREAM
- LOTIO
BENTUK SEDIAAN
SERBUK:
campuran kering bahan obat atau zat
kimia yang dihaluskan, berupa serbuk
yg dibagi-bagi (pulveres) atau serbuk
yang tak terbagi (pulvis).
Pulvis digolongkan atas:
 Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak)
 Pulvis dentrificius (serbuk gigi)
 Pulvis sternutatorius (serbuk bersin)
 Pulvis efervesen.

KAPSUL:
Sediaan padat yang terdiri dari obat
dimasukkan dlm cangkang keras atau lunak
yg dapat larut.
Digunakan untuk pemakaian oral.
TABLET:
Sediaan padat mengandung bhn obat dgn a/
tanpa bahan pengisi.

Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut


KAPLET.

BOLUS: tablet besar yg digunakan untuk obat


hewan besar.

Bentuk tablet umumnya cakram pipih/ gepeng,


bundar, segitiga, lonjong dsb.
Warna pada tablet disebabkan:
a. Zat berkhasiat sendiri sudah berwarna
b. Warna sengaja ditambahkan dengan maksud:
- Membuat tablet lebih menarik
- Mencegah pemalsuan
- Membedakan tablet yang satu dengan tablet yang
lain.

Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh


1. Bekerja lokal.
a. Tablet hisap: untuk pengobatan pada rongga mulut
b. Ovula: pengobatan pada infeksi di vagina
2. Bekerja sistemik.
Per oral: khasiatnya pd bag tubuh yg memerlukan
ditempat lain.
Tablet yang bekerja sistemik dibedakan menjadi:

1. Yang bekerja short acting (jangka pendek):


dlm sehari memerlukan beberapa kali menelan tablet.
2. Yang bekerja long acting (jangka panjang):
dalam sehari cukup menelan 1 tablet.

Dibedakan lagi atas:


Delayed Action Tablet (DAT)
Repeat Action Tablet
Sustained Release Tablet (TSR)
Extended Release Tablet (XR)
Berdasarkan jenis bahan penyalut.
Beberapa tablet perlu dilakukan penyalutan
dengan maksud:
Untuk melindungi bahan obat yang higroskopik
(tidak tahan terhadap pengaruh
udara).
 Untuk menutupi bau dan rasa yg tidak enak.
 Supaya lebih menarik dengan memberi bau
dan rasa tertentu.
 Jika dikehendaki tablet pecah di usus (enteric
coated).
Macam-macam tablet salut:

 Tablet bersalut gula (sugar coating tablet) = dragee


 Tablet salut selaput (film coating tablet, FCT)
 Tablet salut kempa
Sering digunakan pd pengobatan sec. repeat
action.
 Tablet salut enterik (enteric coated tablet):
Tablet yg disalut dengan zat penyalut relatif tidak
larut dalam asam lambung, ttp dapat larut dan
hancur dalam lingkungan basa usus halus.
Pemberian salut enterik digunakan untuk:

 Agar bahan obat tidak menimbulkan iritasi


pada lambung.

 Bila bahan obatnya menjadi inaktif (tidak


bekerja) pada cairan lambung.

 Bila khasiat obat dikehendaki bekerja di


dalam usus halus.

 Contoh: obat cacing.


Berdasarkan cara pemakaian:
 Tablet biasa/tablet telan.

 Tablet kunyah (chewable tablet).


Contoh: obat maag/antasid.

 Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastilles).

 Tablet larut (effervescent tablet).

 Tablet implant (pelet)


Contoh: obat KB.

 Tablet hipodermik (hypodermic tablet).


tablet yg diperuntukkan atau dimasukkan
dibawah kulit dibuat sec. septic &
sestreril mungkin.

- Tablet bukal (buccal tablet).


- Tablet sublingual.
- Tablet vagina (ovula).
Syarat-syarat tablet.
1. Keseragaman ukuran.
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih
dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga
tebal tablet.
2. Keseragaman bobot.
Digunakan untuk tablet tidak bersalut.
3. Waktu hancur.
Kecuali dinyatakan lain, waktu hancur untuk :
- tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit
- tablet bersalut tidak lebih dari 60 menit
- tablet bukal tidak lebih dari 4 jam.
4. Kekerasan tablet.
Pengukuran kekerasan tablet digunakan utk mengetahui
kekerasannya, agar tablet tidk terlalu rapuh atau terlalu
keras. Kekerasan tablet ini erat hubungannya dgn
ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet.
Alat yg digunakan disebut: alat kekerasan tablet
(hardness tester).
5. Keregasan tablet (friability).
Adalah persen bobot yang hilang setelah tablet
diguncang.
Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan
terutama pada waktu tablet akan dilapis (coating).
Alat yang digunakan disebut: friability tester.
6. Test disolusi (dissolution test).
Digunakan untuk bahan obat yang sukar larut dalam air.
 PIL:
Suatu sediaan yg berupa massa bulat mengandung satu
atau lebih bahan obat yg digunakan untuk obat dalam
dan bobotnya 50 – 300 mg per pil.
(Ada juga yang menyebutkan bobot pil adalah 1 – 5 g).
 Granula:
Pil kecil biasanya putih/ merah karmin, berat kira2 30 mg
(20 – 60 mg)dan bl tdk dinyatakan lain mengandung 1
mg zat berkhasiat.
 Parvule:
Bobotnya dibawah 20 mg per buah.
 Boli:
Pil besar yang beratnya lebih dari 300 mg.
Biasanya digunakan untuk pengobatan hewan seperti
sapi, kuda dll.
 SUPOSITORIA:
Sediaan padat dlm berbagai bobot dan bentuk, yg
diberikan melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya
meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Bobot untuk orang dewasa 3 gram, anak-anak 2 gram.

 OVULA:
Sediaan padat, umumnya berbentuk telur, mudah
melembek dan meleleh pada suhu tubuh, dapat
melarut. dan digunakansebagai obat luar khusus
untuk vagina.
Bahan dasar ovula harus dapat larut dalam air atau
meleleh pada suhu tubuh.
Bobot antara 3 gram sampai 6 gram, umumnya 5
gram.
Urethral suppositoria, bacilla, bougies:
Digunakan lewat urethra, berbentuk batang,
Panjang antara 7 cm sampai 14 cm.

Keuntungan obat berbentuk supositoria:


 Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
 Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim
pencernaan dan asam lambung
 Absorpsi obat oleh selaput lendir rektal langsung ke
sirkulasi pembuluh darah, sehingga lebih cepat
dibandingkan per oral
 Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak
sadar.
Pengemasan supositoria.
1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap supositoria
terpisah, tidak mudah hancur atau meleleh.
2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari aluminium foil
atau stip plastik sebanyak 6 sampai 12 buah, untuk
kemudian dikemas dalam dos.
3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat
sejuk.

SALEP:
Sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir.
Salep tidak boleh berbau tengik.
Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau obat narkotika adalah 10%.
PENGGOLONGAN SALEP
Unguenta:
Salep yang mempunyai konsistensi seperti
mentega, tidak mencair pada suhu biasa,
tetapi mudah dioleskan tanpa memakai
tenaga.

Cream:
Salep yang banyak mengandung air, mudah
diserap kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci
dengan air.
Suatu salep yg mengandung lbh dr 50% zat pdt
(serbuk). Suatu salep tebal karena merup. penutup
atau pelindung bagian kulit yang diberi.
Cerata:
Suatu salep berlemak yang mengandung
persentase tinggi lilin (waxes), sehingga
konsistensinya lebih keras.
Gelones Spumae (Jelly): Suatu salep yang lebih
halus. Umumnya cair dan mengandung sedikit
atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran
mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri
dari campuran sederhana minyak lemak dengan
titik lebur yang rendah.
SOLUTIO = LARUTAN:
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut.

1. Larutan untuk mata:


Collyrium:
Larutan steril, jernih.
Digunakan untuk mencuci mata.

Guttae ophtalmicae = tetes mata:


Sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan untuk
mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata
disekitar kelopak mata dan bola mata.
Tetes mata berupa larutan jernih, bebas zarah asing, serat
dan serat benang.
2. Larutan untuk mulut:
 Collutorium:
Larutan pekat dalam air yang mengandung
deodoran, antiseptik, lokal anestetik, adstringent.
Digunakan untuk obat cuci mulut.

 Gargarisma = obat kumur = gargle:


Sediaan berupa larutan, umumnya dalam paket
yang harus diencerkan dulu sebelum
digunakan.
Dimaksudkan untuk digunakan sebagai
pencegahan atau pengobatan infeksi
tenggorokan.
Litus oris = obat oles bibir:
Cairan agak kental dan pemakaiannya
secara disapukan dalam mulut.

Guttae oris = tetes mulut:


Obat tetes yang digunakan untuk mulut
dengan cara mengencerkan lebih
dahulu
dengan air untuk di kumur-kumurkan,
tidak untuk ditelan.
3. Larutan untuk hidung.
 Collunarium:
Larutan yang digunakan sebagai obat
cuci hidung.
 Guttae nasales = tetes hidung:
Obat yang digunakan untuk hidung
dengan cara meneteskan obat kedalam
rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Inhalationes:
Obat semprot utk hidung maupun mulut.
4. Larutan untuk telinga.
Guttae auriculares = tetes telinga:
• Obat tetes yg digunakan dgn cara
meneteskan obat ke dalam telinga. Bila
tidak dinyatakan lain cairan pembawa
yg digunakan adalah bukan air.
• Cairan pembawa yang digunakan harus
mempunyai kekentalan yang sesuai
agar obat mudah menempel pada
dinding telinga, biasanya digunakan
gliserin dan propilenglikol.
5.Inhalasi:
Sediaan obat atau larutan/suspensi terdiri atas satu/lebih
bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung
atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.

- Aerosol:
Sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung
zat aktif trapeutik yg dilepas pada saat sistem katup
yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk
pemakaian topikal pada kulit dan juga untuk
pemakaian lokal pada hidung (aerosol nasal), mulut
(aerosol lingual) atau paru-paru (aerosol inhalasi).
Jika digunakan sebagai obat dalam atau secara
inhalasi, aerosol dilengkapi dengan pengatur dosis.
Keuntungan pemakaian aerosol:

 Mudah digunakan dan memerlukan sedikit


kontak dengan tangan.
 Bahaya kontaminasi (kemasukan udara dan
penguapan selama perioda tak digunakan)
tidak ada, karena wadahnya tertutup kedap.
 Iritasi yang disebabkan pemakaian topikal
berkurang.
 Takaran yang dikehendaki dapat diatur.
 Bentuk semprotan dapat diatur.
6. Larutan untuk rektal:
Lavement = clysma = enema:
Cairan yang pemakaiannya per rectum
dan colon yang gunanya untuk
membersihkan atau menghasilkan efek
terapi setempat atau sistemik.

Enema yang dipakai untuk membersihkan


atau penolong pada sembelit atau
pembersih faeces yang mengeras sebelum
operasi tidak boleh mengandung zat lendir.

Dosis maksimal juga berlaku untuk


pemakaian per rectal.
7. Larutan untuk vagina (Douche):
Larutan air yang dimasukkan dengan
satu alat kedalam vaginal, baik untuk
pengobatan maupun untuk
membersihkan. Karenanya larutan ini
mengandung bahan obat atau
antiseptika.

Untuk memudahkan kebanyakan


douche ini dibuat dalam bentuk
kering/padat
8. Larutan untuk pemakaian per oral:
- Potiones = obat minum:
Larutan yg dimaksudkan u/ pemakaian
dalam ( per oral).
Selain berbentuk larutan, potiones dpt
jg berbentuk suspensi, emulsi dll.

- Eliksir:
Sediaan berupa larutan yg mempny
rasa & bau sedap, selain obat
mengandung juga zat tambahan sprt
gula atau zat pemanis lain, zat warna,
zat pewangi dan zat pengawet, dan
digunakan sebagai obat dalam.
- Sirupi = sirop:
Larutan yang mengandung
sakarosa.

Kecuali dinyata kan lain, kadar


sakarosa (C12H22O11) tidak
kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 65%.
- Guttae = obat tetes:
Sediaan cairan berupa larutan, emulsi
atau suspensi, apabila tidak dinyatakan
apa2 dimaksudkan untuk obat dalam,
digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yg
menghasilkan tetesan setara dgn
tetesan yg dihasilkan penetes baku yg
disebutkan Farmakope Indonesia.

Obat tetes untuk pemakaian dalam


digunakan dengan cara meneteskan
obat kedalam minuman atau makanan.
9. Larutan untuk pemakaian topikal.
Epithema = obat kompres.
Cairan yg dipakai u/ mendatangkan
rasa dingin pada tempat2 yg sakit
dan panas krn radang atau
berdasarkan sifat perbedaan tekanan
osmose digunakan u/ mengeringkan
luka bernanah.

Dalam pasaran Epithema dikenal


dengan nama obat kompres.
Contoh: Liquor Burowi, Solutio
Rivanol, campuran boorwater-rivanol
INJEKSI:
Sediaan steril u/ kegunaan parenteral,
yaitu di bawah atau menembus kulit
atau selaput lendir.

Macam-macam bentuk sediaan injeksi.


1. Larutan:
Berupa larutan obat dlm air ato
pembawa lain yg cocok kmd
disterilkan.
Contoh: Injeksi vit. C, injeksi Luminal.
2. Zat padat steril:
Jika akan disuntikkan ditambah zat
pembawa yg cocok dan steril, hasilnya
merup. larutan yg memenuhi semua
persyaratan larutan injeksi.
Contoh: Injeksi Dihydrostreptomycin Sulfat.

3. Suspensi steril:
Zat padat yg tlh disuspensikan dlm pembawa
yg cocok dan steril.
Contoh: Injeksi Hydrocortison Acetat
suspension.
4. Zat padat steril:
Jk akan disuntikkan ditambah zat
pembawa yg cocok dan steril.
Hasilnya merup suspensi yg memenuhi
semua persyaratan suspensi steril.
Contoh: Injeksi Procain Penicilline G.

5. Emulsi:
Berupa bahan obat cair dalam pembawa
cair yg cocok, hasilnya merup. emulsi yg
memenuhi semua persyaratan emulsi
steril.
Contoh: Injeksi Penicilline oil.
EMULSI:
Sistem dua fase, yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain, dalam bentuk tetesan kecil.

SUSPENSI:

Sediaan yang mengandung bahan obat


padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan
pembawa.
IMUNOSERUM:
Sediaan yg mengandung imunoglobulin
khas yg diperoleh dr serum hewan
dgn pemurnian.

VAKSIN:
Sediaan yg mengandung antigen dpt
berupa kuman mati, kuman inaktif atau
kuman hidup yg dilumpuhkan virulensinya
tanpa merusak potensi antigennya
yg dimaksudkan u/ digunakan
menimbulkan kekebalan aktif dan khas
thdp infeksi kuman atau toksinnya.
PLESTER:
bhn yg digunakan u/ pemakaian luar terbuat
dari bhn yg dpt melekat pd kulit dan
menempel pd pembalut.

IMPLAN atau PELET:


Sediaan dgn massa padat steril berukuran
kecil, berisi obat dgn kemurnian tinggi
(dgn atau tanpa eksipien) dibuat dgn cara
pengempaan atau pencetakan.
Dimaksudkan u/ ditanam di dlm tubuh
(biasanya sec. sub kutan) dgn tujuan u/
memperoleh pelepasan obat secara
berkesinambungan dlm jangka waktu lama.
IRIGASI:
Larutan steril yang digunakan
untuk mencuci atau
membersihkan luka terbuka atau
rongga-rongga tubuh.

Penggunaan secara topikal.


ILMU GALENIKA
(KIMIA BAHAN ALAM)

Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan


sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana
dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).

Pembuatan secara umum:


 Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah
menjadi simplisia atau bahan obat nabati.
 Dari simplisia tersebut bahan obat yang
terdapat di dalamnya diambil dan diolah
menjadi bentuk sediaan atau preparat.
Tingtur (Tinctura):
Larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yg
dibuat dr bahan tumbuhan atau senyawa kimia.

Ekstrak:
Sediaan pekat yg diperoleh dgn mengekstraksi
zat aktif dr simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yg sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yg tersisa diperlakukan sedemikian
shg memenuhi baku yg tlh ditetapkan
Infusa:
Sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90 C selama
15 menit.

Air aromatik:
Larutan jernih dan jenuh dalam air dari minyak
mudah menguap atau senyawa aromatik atau bahan
mudah menguap lain.

Minyak lemak (olea pinguia):


Campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi (BM)
tinggi atau berantai karbon panjang trigliserida
(C16-C22) dengan gliserin (gliserida asam lemak
bersuku tinggi).
SIMPLISIA:
Bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia dibedakan simpisia nabati,


simplisia hewani dan simplisia pelikan
(mineral).

Simplisia nabati:
Simplisia yang berupa tumbuhan utuh,
bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan.
BE SUCCESS

Anda mungkin juga menyukai