Dosen pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan
Inayah kepada semua hambaNya. Salawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan
kita Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan kerabat beliau hingga akhir
penulisan makalah ini yang berkaitan dengan “ Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Pada Pasien Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi sebagai tugas
Penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya kami hanya berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua, khususnya di bidang Keperawatan.
Penulis ,
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1 Pengertian..................................................................................................... 3
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 11
3.2 Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien
lain juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif dan
sesuatu yang sebenarnya tidakterjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca
ondera tanpa stimulus eksteren persepsi palsu. Salah persepsi pada halusinasi terjadi
dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti
pikiran, perasaan, dan sensasi somatic dengan implus dan stimulus external.
Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi
dan kenyataan. Mereka dalam menggunakan proses fikir yang logis, membedakan
(Nasution, 2003).
halusinasi?
Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang pemberian
1
asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
realitas.(Sunaryo, 2004).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007).
persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau
3
2.2 Faktor-faktor penyebab Halusinasi
a. Faktor perkembangan
menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, yang menyebabkan mudah
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima lingkungannya sejak bayi ( unwanted child)
c. Faktor biokimia
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
d. Faktor psikologis
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidak mampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata kea lam khayal.
a. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
4
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
dibangun atas dasar unsur bio, psiko, sosial, spiritual. Sehingga dapat dilihat dari 5
dimensi:
1. Dimensi fisik
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi isi
3. Dimensi intelektual
penurunan ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri melawan
kewaspadaaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan akan mengontrol
4. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup di alam nyata sangat membahayakan. Klien asik
kebutuhan agar interaksi sosial, control diri, dan haarga diri yang tidak didapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan system control oleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain
cenderung untuk itu. Aspek penting dalam melakukan intervensi keperawatan klien
5
berlangsung.
5. Dimensi spiritual
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri.
g) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang tercium bau
6
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang,dimensia.
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
h. Fase Halusinasi
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain
klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak
selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih
a. Aspek fisik :
4. Keberanian kurang
b. Aspek emosi :
c. Aspek sosial
1. Duduk menyendiri
2. Selalu tunduk
3. Tampak melamun
d. Aspek intelektual
1. Putus asa
8
3. Kurang percaya diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C
membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.
1) Muka merah
2) Pandangan tajam
3) Otot tegang
5) Berdebat
a. Fase pertama
Disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk
perpisaan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan yang tidak dapat diselesaikan.
Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya
menolong sementara. Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon ferbal yang lambat jika
9
sedang asik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b. Fase kedua
menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi
dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain
system saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik
c. Fase ketiga
halusinasi, semakin meninjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa
halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa
d. Fase keempat
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
control dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku klien : perilaku terror akibat panic, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
stimulus Dimana halusinsi itu sendiri terbagi menjadi halusinasi pengelihatan (optik),
halusinasi hipnogogik, ataukah halusinasi viseral. Halusinasi adalah persepsi yang salah
atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya).
Halusinasi muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan kepribadian
(Baihaqi, 2007).
klien)
4. Controlling severe level of anxiety (fungsi sensori menjadi tidak relefan dengan
kenyataan)
11
Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan presepsi halusinasi ketika muncul
tanda gejala halusinasi seperti : Bicara atau tertawa sendiri, Marah-marah tanpa sebab,
Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu, Sering meludah atau muntah, Mengaruk-ngaruk permukaan kulit seperti ada
serangga di permukaan kulit. Sehingga didapatkan diagnosa sebagai berikut: isolasi social,
resti pk, gangguan persepsi halusinasi, harga diri rendah kronis, percobaan bunuh diri karena
rasa bersalah.
3.2 Saran
gangguan persepsi halusinasi agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat kepada
12
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U. (2010). Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa
Maramis, W.F.(2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabaya : Airlangga
Universitas Press
Stuart & Laraia. (2005). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Eighth Edition.
Stuart, GW.( 2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to
13
14
15