Anda di halaman 1dari 43

TUGAS SEL MIKROBA

Oleh :
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Biomedis
Angkatan September 2019 / 2020

TUGAS MIKROBIOLOGI MEDIS

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2019
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL EUKARIOTIK

Gambar 1. Sel hewan, tampak dalam gambar di atas struktur sel hewan yang memiliki sistem
endomembran sehingga pada sel tipe ini ditemukan berbagai organel pada sitoplasmanya.

Sel eukariotik merupakan sel yang memiliki sistem endomembran. Organisme yang
memiliki tipe sel ini antara lain hewan, tumbuhan, dan jamur baik multiseluler
maupun yang uniseluler. Tipe sel eukariotik pada tumbuhan sedikit berbeda dengan
pada hewan. Pada sel hewan, pada bagian luar sel tidak ditemukan adanya dinding
sel, sebaliknya pada tumbuhan dan jamur ditemukan adanya dinding sel. Selain
perbedaan tersebut pada dasarnya baik sel hewan, tumbuhan, dan jamur memiliki
struktur yang serupa. Pada gambar tampak organel badan Golgi (apparatus Golgi),
RE (kasar dan halus), mitokondria, dan peroksisom (bagian dari badan mikro),
selain itu tampak adanya ribosom, sentriol, dan sitoskeleton yang memiliki peran
penting di dalam sel.
Gambar 2. Sel tumbuhan, tampak dalam gambar di atas struktur sel tumbuhan
yang memiliki sistem endomembran sehingga pada sel tipe ini
ditemukan berbagai organel pada sitoplasmanya. Pada gambar
tampak organel kloroplas, hanya terdapat pada tumbuhan, selain
organel yang serupa ditemukan pada sel hewan. Selain itu tampak
adanya beberapa bagian sel yang hanya dimiliki oleh tumbuhan
seperti : dinding sel dan plasmodesmata.
Struktur Genetik Eukariotik

1. Struktur Gen Eukariotik


Struktur gen eukariot secara umum hampir sama dengan prokariot, yaitu memiliki
promotor, bagian struktural, dan terminator. Perbedaan antara keduanya hanya pada bagian
strukturalnya, yang mana terdapat intron dan ekson, sedangkan bagian struktural gen
prokariot (bakteri) tidak mengandung intron (Murray et al., 2009).

Gambar 3. Struktur Gen Eukariotik


Gambar 3. Struktur gen pada eukariotik

Intron adalah sekuens nukleotida yang tidak akan ditemukan “terjemahannya” di


dalam rangkaian asam amino protein yang dikode oleh suatu gen. Intron akan ditranskripsi
kemudian mengalami pemotongan sehingga tidak akan mengalami translasi. Sekuens
nukleotida yang akan diterjemahkan disebut sebagai ekson. Pada genom eubakteri, diketahui
tidak ada intron, tetapi pada genom arkhaebakteri tertentu diketahui terdapat intron (Murray
et al., 2009).
Gen pada organisme eukariot dapat dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu:
a. Gen kelas I, yaitu gen-gen yang mengkode pembentukan rRNA 5,8s, rRNA 18s,
dan rRNA 28s. Ketiga molekul rRNA tersebut digunakan dalam pembentukan
ribosom.
b. Gen kelas II, yaitu gen–gen yang mengkode sintesis semua molekul protein. Gen–
gen tersebut terlebih dahulu akan disalin menjadi molekul rRNA, selanjutnya
mRNA akan ditranslasi menjadi rangkaian asam amino yang menyusun suatu
protein.
c. Gen kelas III, yaitu gen–gen yang mengkode pembentukan molekul tRNA dan
rRNA 5s. Molekul tRNA digunakan untuk membawa asam amino yang akan
disambungkan menjadi molekul protein dalam proses translasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, sebagian besar bagian struktural gen pada
eukariot tingkat tinggi tersusun atas ekson (bagian yang mengkode asam–asam amino) dan
intron (bagian yang tidak akan diterjemahkan menjadi urutan asam amino). Meskipun
demikian tidak semua gen eukariot terinterupsi oleh intron. Pada waktu gen ditranskripsi,
ebenarnya bagian intron juga akan ditranskripsikan tetapi selanjutnya akan dipotong dari
transkrip (mRNA) primer. Selanjutnya hanya ekson–ekson saja yang akan disambungkan
menjadi mRNA yang matang (mature mRNA) (Murray et al., 2009).
2. Ekspresi Gen
Ekspresi gen adalah proses penentuan sifat suatu organisme oleh gen. Suatu sifat yang
dimiliki oleh organisme merupakan hasil metabolisme yang terjadi di dalam sel. Proses
metabolisme dapat berlangsung karena adanya enzim yang berfungsi sebagai katalisator
proses-proses biokimia. Enzim dan protein lainnya diterjemahkan dari urutan nukleotida yang
ada pada molekul mRNA, dan molekul mRNA itu sendiri disintesis berdasarkan utas cetakan
DNA. Gen tersusun dari molekul DNA, sehingga gen menentukan sifat suatu organisme
(Fred, 2005).
Mekanisme ekspresi genetik mengikuti Dogma Sentral Biologi Molekular yaitu aliran
(transfer) informasi genetik dari urutan nukleotida DNA manjadi urutan asam amino protein
(Subowo, 2005).
a. Transkripsi
Transkripsi merupakan proses pembentukan molekul RNA dengan
menggunakan DNA sebagai cetakannya. Proses ini terjadi pada inti sel / nukleus pada
organisme eukariotik. Mekanisme transkripsi pada eukariotik pada dasarnya
menyerupai mekanisme pada prokariot. Namun, begitu banyaknya polipeptida yang
berkaitan dengan mesin transkripsi pada eukariotik menjadikan mekanisme tersebut
jauh lebih kompleks daripada mekanisme pada prokariotik. Secara umum mekanisme
transkripsi dimulai dari inisiasi, elongasi dan terminasi. Tetapi pada eukariotik
terdapat tiga gen kelas yang berperan dalam proses transkripsi, karena itu transkripsi
harus dilakukan pada masing-masing gen kelas tersebut.
Pada eukariotik RNA polimerasenya berbeda-beda yaitu RNA polimerase I, II
dan III sehingga penggunaannya dalam sintesis molekul berbeda. Sebelum RNA
polimerase menempel pada promotor, ada faktor-faktor transkripsi yang membantu
RNA polimerase. Jika RNA polimerase I dibantu SL1 dan UBF, RNA polimerase II
dibantu dengan TFIIA, TFIIB, TFIID, TFIIE, TFIIF, TFIIH dan TFIIJ. RNA
polimerase III dipandu ama TFIIIA, TFIIIB, TFIIIC ama protein TBP. faktor TBP
merupakan protein yg diperlukan jika gen-gen tidak mempunyai TATA box. setelah
RNA polimerase dibantu dengan faktor transkripsi (TF) menuju ke TATA box
kemudian terjadi proses elongasi dan berhenti sampai bertemu terminator (Yuwono,
2005).
b. Translasi
Translasi pada eukariotik terjadi tidak bersamaan dengan translasi. Dengan
adanya membran inti, pada eukariot dapat dibedakan tempat terjadinya transkripsi dan
translasi, transkripsi terjadi di dalam inti sedang translasi terjadi di sitoplasma.
Waktunya pun tidak dapat terjadi secara bersamaan, sebab sebelum dapat melakukan
translasi, harus merampungkan terlebih dahulu proses transkripsi. Proses transkripsi
dan translasi pada eukariot pun lebih kompleks daripada prokariot (Yuwono, 2005).

Gambar 4. DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang diterjemahkan ke dalam polipeptida

3. Struktur Kromosom
Kromosom pada makhluk hidup memiliki ukuran panjang 0,2–20 mikron. Pada
manusia, ukuran kromosom kurang lebih 6 mikron. Fungsi dari kromosom ini membawa
informasi genetika karena di dalam kromosom mengandung gen, yang mana gen-gen pada
kromosom terdapat pada lokus kromosom. Lokus adalah letak suatu gen pada suatu berkas
kromosom dan pada molekuler genetika posisi ini biasa dinyatakan dalam suatu basa
(Yuwono, 2005).
Berbeda dengan DNA prokariot yang berbentuk sirkuler tertutup, DNA eukariot
merupakan molekul linier yang sangat panjang. Panjang DNA eukariot di dalam nukleus jauh
melebihi ukuran nukleus itu sendiri. Oleh karenanya, agar dapat disusun di dalam nukleus,
DNA harus dikode dengan suatu cara. Derajat kondensasi DNA dinyatakan sebagai packing
ratio, yaitu panjang molekul DNA dibagi dengan panjang rantainya. Sebagai contoh,
kromosom manusia yang terpendek, yaitu kromosom nomor 21, berisi 4,6 x 107 pb DNA
(sekitar 10 kali ukuran genom E. coli). Ukuran DNA kromosom ini setara dengan panjang
14.000 μm jika DNA ditarik lurus. Pada kondisi yang paling pendek, yaitu selama mitosis,
kromosom tersebut panjangnya hanya sekitar 2 μm. Angka ini memberikan packing ratio
sebesar 7.000 (14.000/2) (Murray et al., 2009).
Kromosom eukariot terdiri atas suatu kompleks DNA-protein yang tersusun sangat
kompak sehingga memungkinkan DNA yang ukurannya begitu panjang tersimpan di dalam
nukleus. Istilah bagi struktur dasar kromosom adalah kromatin, sedangkan satuan dasar
kromatin adalah nukleosom. Dengan demikian, kromatin merupakan satuan analisis
kromosom yang menggambarkan struktur umum kromosom. Nukleosom dijumpai pada
semua kromosom eukariot. Telah dikatakan di atas bahwa nukleosom merupakan struktur
yang paling sederhana dalam penyusunan DNA eukariot. Penyusunan terjadi dengan cara
pelilitan DNA di sekeliling sumbu nukleosom yang merupakan oktamer protein basa
berukuran kecil dan disebut histon sumbu. Protein histon sumbu ini bersifat basa atau
bermuatan positif karena banyak mengandung asam amino arginin dan lisin (Yuwono, 2005).
Berbeda dengan genom prokariot, genom eukariot tersusun dari beberapa buah
kromosom. Tiap kromosom membawa sederetan gen tertentu. Selain itu, kromosom eukariot
mempunyai bentuk linier. Posisi di dalam kromosom, baik pada prokariot maupun pada
eukariot, yang ditempati oleh suatu gen disebut sebagai lokus (jamak: loki) bagi gen tersebut.
Genom eukariot mempunyai organisasi yang lebih komplek dibandingkan dengan genom
prokariot. Molekul DNA utama pada eukariot berupa molekul untai ganda dengan struktur
linier. Ukuran genom eukariot, khususnya eukariot tingkat tinggi, jauh lebih besar
dibandingkan dengan unkuran genom prokariot. Bahan genetik utama organisme eukariot
terletak di dalam nukleus dan dikemas sedemikian rupa membentuk struktur yang disebut
kromosom. Jumlah kromosom pada kelompok organisme eukariot sangat bervariasi, mulai
dari dua buah pada spesies Schizosasaccharomyces pombe , sampai mencapai 250 buah pada
sejenis kepiting (hermit crab). Selain kromosom, beberapa sel eukariot juga mempunyai
DNA diluar kromosom yaitu DNA pada mitokondria dan pada kloroplas berupa molekul
DNA lingkar dan replikasinya berlangsung secara independen, tidak tergantung pada
replikasi kromosom. Organisasi gen pada mitokondria lebih mirip organisasi gen pada bakteri
sehingga diduga mitokondria merupakan organisme prokariot endosimbion yang dalam
proses evolusi berkembang menjadi bagian struktur sel eukariot (Murray et al., 2009).
Gambar 5. Kromosom Sel Prokariotik dan Eukariotik

Struktur Ekstraseluler Eukariotik

1. Dinding sel
Tipe sel eukariotik pada tumbuhan sedikit berbeda dengan pada hewan. Pada sel hewan,
pada bagian luar sel tidak ditemukan adanya dinding sel, sebaliknya pada tumbuhan dan
jamur ditemukan adanya dinding sel.Walaupun demikian dinding sel tumbuhan dan sel jamur
secara kimiawi berbeda penyusunnya. Pada jamur didominasi oleh kitin, sedangkan pada
tumbuhan selulosa. Pada tumbuhan ditemukan adanya organel kloroplas, sedangkan pada
jamur dan hewan tidak ditemukan. Selain perbedaan tersebut pada dasarnya baik sel hewan,
tumbuhan, dan jamur memiliki struktur yang serupa.
a. Dinding jamur
Seperti tumbuhan, sel jamur dilindungi oleh dinding sel yang kokoh. Dinding
sel jamur memiliki susunan berbeda dengan dinding sel tumbuhan. Dinding sel
tumbuhan tersusun atas polisakarida dan lignin, sedangkan dinding sel jamur tersusun
atas polisakarida dan protein yang disebut kitin.

Gambar 6. Lapisan dinding sel eukariot tumbuhan rendah


b. Dinding sel pada tumbuhan tinggi

Gambar 7. Lapisan dinding sel eukariot tumbuhan tinggi

Bergantung pada matangnya sel, dinding sel dapat relatif tipis, lentur atau
tebal dan kaku. Dalam lingkungan berair dinding berperan untuk melindungi
protoplas agar tidak lisis, selain berfungsi menyokong tumbuhan. Tumbuhan yang
hidup di lingkungan udara bergantung kepada dinding sel antara lain untuk mencegah
hidrasi.

Komposisi kimia dinding sel tumbuhan tinggi


Komposisi utama dinding sel adalah polisakarida, secara struktural terdiri dari
mikrofibril tertanam dalam matriks. Polisakarida yang terdapat pada dinding sel pada
umumnya terdiri dari 3 bentuk, yaitu: selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Selain itu, terdapat
protein dan protein biologis.
a. Selulosa
Selulosa adalah polimer lurus (dengan berat molekul tinggi) terdiri atas unit-
unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan glikosida β-1,4 (β-1,4 D-glukan).
Terdapat kira-kira 8.000-15.000 unit gukosa dalam satu molekul selulosa.
Didalam tumbuhan selulosa terdapat sebagai serat yang dibangun oleh 40-70
rantai glukan.
b. Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah heteropolimer yang terdiri atas bermacam-macam
polisakharida dan merupakan molekul yang bercabang. Beberapa hemiselulosa
yang umum diberi nama xilan, arabinoxilan, glukomanan, galaktoglukomanan
dan xiloglukan. Satu fungsi hemiselulosa adalah melapisi mikrofibril selulosa
dengan berperan sebagai zat perekat.
c. Pektin
Pektin adalah polisakharida yang sangat kompleks. Satu ciri umum adalah
adanya gugus asam yang berasal dari residu asam glukorunat galakturonat.
Pektin sangat bercabang sarta terasilasi dan mengandung gugus karboksil yang
bermuatan negatif.
d. Protein struktur dan plastik
Dinding juga mengandung komponen nonpolisakharida. Fragmen-fragmen
protein dengan ciri-ciri yang telah diisolasi dari dinding sel primer. Protein itu
banyak mengandung hidroksiprolin. Fungsi protein itu dalam dinding selbelum
diketahui.
Plastik biologis terdiri atas lignin dan kutin. Lingnin dibentuk oleh
polimerisasi prekursor lignin yaitu koumaril alkohol, koniferil alkohol, dan
sinapil alkohol. Lignin mengisi dinding sekunder sehingga menyebabkan kaku
dan tahan terhadap dehidrasi terhadap lingkungan.
2. Flagella
Banyak eukariota memiliki tonjolan sitoplasma motil yang panjang, yang disebut
flagela, atau struktur yang mirip yang disebut silia. Flagela dan silia kadang-kadang disebut
sebagai undulipodia, dan terlibat dalam pergerakan, makan, dan sensasi. Flagela dan silia
tersusun terutama dari tubulin. Mereka sangat berbeda dari flagela prokariotik. Mereka
didukung oleh mikrotubulus yang muncul dari badan basal, disebut juga kinetosom atau
sentriol, secara karakteristik tersusun sebagai sembilan doblet di sekeliling dua singlet.
Flagela dapat memiliki rambut, atau mastigonem, dan sisik yang menghubungkan membran
dan batang internal. Interiornya menyatu dengan sitoplasma sel.
Struktur flagela eukariotik yang kompleks, dan memiliki struktur 9 + 2 mikrotubulus.
Flagel eukariota biasanya dikelilingi oleh membran sel dan terdiri dari tubulin. Gerakan
flagela eukariotik adalah menghapus seperti atau “S” berbentuk.
Gambar 8. Penampang silia dan mikrotubulus

3. Silia
Silia adalah embel lain yang mirip dengan flagella yang ditemukan dalam sel-sel
eukariotik. Biasanya sel eukariotik memiliki sekitar satu atau dua flagella. sel sperma adalah
contoh untuk sel eukariotik flagellated, dan bergerak dengan cara flagellum tunggal. flagela
eukariotik kuat dalam gerakan yang melibatkan makan dan sensasi.
4. Pili
Tidak terdapat pili.
5. Externa layer
Berupa membran plasma. Membran plasma atau membran sel tersusun atas molekul
lemak dan protein. Molekul lemak tersusun atas dua lapis, terdapat di bagian tengah
membran. Di sebelah luarnya terdapat lapisan protein perifer yang menyusun tepi luar dan
dalam membran. Selain protein perifer, terdapat pula molekul-molekul protein tertentu yang
masuk ke dalam lapisan lemak. Bahkan ada yang masuk hingga menembus dua lapisan
lemak. Protein yang masuk ke lapisan lemak itu disebut protein integral. Pada tempat-tempat
tertentu, terbentuk pori yang dibatasi oleh molekul protein. Tebal membran plasma antara 5-
10 nm.
Gambar 8. Penampang membran sel dengan fluid mosaic

Struktur Intraseluler Eukariotik


1. Membran Sel
Membran sel berupa lapisan sangat tipis yang terbentuk dari
molekul lipid dan protein. Membran sel yang membatasi sel disebut sebagai membran
plasma dan berfungsi sebagai rintangan selektif (selektif permiable) yang
memungkinkan aliran oksigen, nutrien, dan limbah yang cukup untuk melayani
seluruh volume sel. Membran sel juga berperan dalam sintesis ATP, pensinyalan sel,
dan adhesi sel.
Gambar 9. Struktur membran sel, tampak di atas salah satu model membran plasma yang paling
banyak diterima model mosaik cair.

Strukturnya bilayer lipid dengan protein integral (menembus bagian bilayer lipid,
bersifat hidrofilik pada bagian atas dan bersifat hidrofilik pada bagian dalam) dan
protein peripheral (menempel pada salah satu lapisan lipid, baik bagian luar
maupun di dalam sel, bersifat hidrofilik). Selian itu juga ditemukan berbagai
macam bahan lainnya misalnya karbohidrat.

2. Sitoplasma

Sitoplasma merupakan zat yang terdapat di antara inti sel dan membran
plasma. Substansi sitoplasma yang permanen dan berperan aktif dalam proses
metabolisme disebut organel. Fungsi sitoplasma adalah melarutkan zat-zat kimia dan
tempat reaksi kimia sel.

3. Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma merupakan membran lipoprotein pada sitoplasma
yang terdapat antara membran inti dan membran sitoplasma. Ada dua macam RE:
RE granuler (RE kasar) bila pada permukaan membran RE ini menempel ribosom
dan fungsinya transpor sintesis protein. RE halus (non granuler) bila pada
membran RE tidak ada ribosom dan fungsinya transpor sintesis lemak serta steroit.
RE halus tempat menyimpan fosfolipid, glikoprotein, glikolipid, dan steroid.
Dalam bentuk vesikula (gelembung) produk dari RE ditransportasi ke badan Golgi.
Gambar 10. Retikulum endoplasma. Tampak hasil gambar mikroskop elektron pada sisi kiri yang
menunjukkan potongan RE dalam dua dimensi. Pada dasarnya RE merupakan struktur
tertutup dari sitoplasma.

4. Badan golgi
Badan Golgi (bahasa Inggris: golgi apparatus, golgi body, golgi complex atau
dictyosome) adalah organel yang dihubungkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur
ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini banyak
dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Badan
Golgi berfungsi menghasilkan sekret berupa butiran getah, lisosom primer, menyimpan
protein dan enzim yang akan disekresikan. Pada sel tumbuhan badan Golgi disebut
diktiosom. Organel ini menerima bahan, diolah dan akan disekresikan dari RE. Badan
Golgi mengatur pergerakan berbagai jenis protein; ada yang disekresikan ke luar sel, ada
yang digabungkan ke membran plasma sebagai protein transmembran, dan ada pula yang
ditempatkan di dalam lisosom. Protein yang disekresikan dari sel diangkut ke membran
plasma di dalam vesikel sekresi, yang melepaskan isinya dengan cara bergabung dengan
membran plasma dalam proses eksositosis. Proses sebaliknya, endositosis, dapat terjadi bila
membran plasma mencekung ke dalam sel dan membentuk vesikel endositosis yang dibawa
ke badan golgi atau tempat lain, misalnya lisosom.
5. Lisosom

Lisosom terdapat pada sel hewan, bentuknya seperti bola dan ukuran diameternya
kurang lebih 500 nm. Lisosom mengandung enzim yang berfungsi untuk mencernakan
bahan makanan yang masuk ke dalam sel baik secara pinositis (makanannya berupa cairan)
maupun secara fagositis (makannya berupa padat). Pada Gambar 9 tampak lisosom primer
yang baru dibentuk oleh badan golgi yang mengadung enzim hidrolase yang bersifat
laten. Lisosom primer bergabung dengan vakuola makanan membentuk lisosom sekunder
dan terjadilah proses pencernaan. Lisosom sekunder sebagai autofagosom. Bahan yang
dicerna dikeluarkan sitoplasma sedangkan sisanya dikeluarkan dari sel.

6. Badan Mikro

Badan mikro dibedakan dua kelas utama, yaitu peroksisom dan glioksisom.
Peroksisom mengandung enzim katalase dan oksidase terdapat pada hewan dan
tumbuhan. Sedangkan glioksisom umum terdapat pada endosperm biji dan berperan
dalam perkecambahan selain mengandung katalase dan oksidase mengadung sebagian
atau seluruh enzim daur glioksilat (proses pembentukan sumber energi untuk
pertumbuhan dari lemak). Secara umum badan mikro berfungsi di dalam mengoksidasi
lemak sebagai sumber energi.

Gambar 11. Badan Golgi. Badan Golgi memodifikasi protein dari RE dan mengirimkannya
dengan tepat pada target yang dituju di dalam atau di luar sel.
7. Dinding Sel
Dinding sel hanya terdapat pada tumbuhan dan jamur. Fungsi dinding sel yaitu
melindungi sitoplasma dan membran sitoplasma. Pada beberapa sel tumbuhan sel yang
satu dengan sel yang lainnya dihubungkan dengan suatu celah yang disebut
plasmodesmata. Bahan utama dinding sel pada tumbuhan adalah selulosa sedangkan pada
jamur umumnya kitin.
8. Nukleus (inti sel)
Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel eukariota (sebagian
lain gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Dengan diameter rata-rata
5 µm, organel ini umumnya adalah organel yang paling mencolok dalam sel eukariota.
Kebanyakan sel memiliki satu nukleus, namun ada pula yang memiliki banyak nukleus,
contohnya sel otot rangka, dan ada pula yang tidak memiliki nukleus, contohnya sel darah
merah matang yang kehilangan nukleusnya saat berkembang.
Bagian-bagian inti sel terdiri dari membran inti, nukleoplasma (kariolimp) dan
kromosom, serta nukleolus. Membran inti memisahkan inti sel dan sitoplasma. Membran
inti terdiri atas dua lapisan membran dan pada daerah-daerah tertentu terdapat pori-pori
yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya bahan kimia. Lapisan membran yang
sebelah luar berhubungan dengan membran retikulum endoplasma. Inti sel mengandung
nukleoplasma, yaitu suatu cairan kental berbentuk jeli. Bahan kimia yang terdapat pada
nukleoplasma antara lain larutan fosfat, gula ribosa (pentosa), protein, nukleotida, dan
asan nukleat. Pada nukleoplasma terdapat benang-benang kromatin yang tampak jelas
pada saat pembelahan sel membentuk kromosom. Fungsi kromosom yaitu mengontrol
aktivitas hidup sel dan pewarisan sifat-sifat yang diturunkan. Nukleolus merupakan suatu
benda berbentuk bulat terdiri dari filamen dan butiran-butiran. Secara kimiawi nukleolus
terdiri atas ADN, ARN, dan protein. Nukleolus berfungsi untuk sintesa ARN ribosom.

Gambar 12. Struktur nukleus pada sel eukariotik


9. Sitoskeleton
Sitoskeleton merupakan rangka sel. Sitoskleleton terdiri dari 3 macam yaitu :
mikrotubul, mikrofilamen, dan filamen intermediet. Mikrotubul tersusun atas dua
molekul protein tubulin yang bergabung membentuk tabung. Fungsi mirkotubul
memberikan ketahanan terhadap tekanan pada sel, perpindahan sel (pada silia dan
flagella), pergerakan kromosom saat pembelahan sel (anafase), pergerakan organel, dan
membentuk sentriol pada sel hewan. Mikrofilamen merupakan filamen protein kecil yang
tersusun atas dua rantai protein aktin yang terpilin menjadi satu. Mikrofilamen memiliki
fungsi memberi tegangan pada sel, mengubah bentuk sel, kontraksi otot, aliran
sitoplasma, perpindahan sel (misalnya psudopodia) dan pembelahan sel. Filamen
intermediet tersusun atas beberapa macam protein yang mebentuk serat seperti kabel.
Protein yang menyusunnya bermacam-macam seperti keratin pada molekul protein
rambut. Fungsinya memberi tegangan sel, mempertahankan posisi nukleus dan organel
tertentu.
Gambar 13. Tiga komponen penting dari sitoskeleton: mikrotubul, filamen mikro, dan filamen intermediet.
Pada gambar di atas ditunjukkan struktur dan ukuran dan masing-masing fungsinya. Pada
gambar bawah tampak bagaimana peran sitoskeleton yang meyokong vili.

Gambar 14. Pada gambar ini juga ditunjukkan fungsi lainnya dari sitoskeleton sebagai tempat
berjalannya vesikula atau organel yang harus berpindah dari titik yang satu ke
titik yang lainnya dengan tepat di dalam sel.
10. Mitokondria
Organel ini memiliki dua macam membran, yaitu membran luar dan membran dalam,
yang dipisahkan oleh ruang antarmembran. Luas permukaan membran dalam lebih besar
daripada membran luar karena memiliki lipatan-lipatan, atau krista, yang menyembul ke
dalam matriks, atau ruang dalam mitokondria.
Mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi seluler, yaitu suatu proses
kimiawi yang memberi energi pada sel. Karbohidrat dan lemak merupakan contoh molekul
makanan berenergi tinggi yang dipecah menjadi air dan karbon dioksida oleh reaksi-reaksi di
dalam mitokondria, dengan pelepasan energi. Kebanyakan energi yang dilepas dalam proses
itu ditangkap oleh molekul yang disebut ATP. Mitokondria yang menghasilkan sebagian
besar ATP sel. Energi kimiawi ATP nantinya dapat digunakan untuk menjalankan berbagai
reaksi kimia dalam sel. Sebagian besar tahap pemecahan molekul makanan dan pembuatan
ATP tersebut dilakukan oleh enzim-enzim yang terdapat di dalam krista dan matriks
mitokondria. Krista mitokondria fungsinya memperluas permukaan agar proses pengikatan
oksigen dalam respirasi sel berlangsung semakin efektif. Matriks mitokondria fungsinya
sebagai tempat berlangsungnya respirasi untuk menghasilkan energi.

Gambar 15. Struktur mitokondria

11. Kloroplas
Kloroplas jenis organel yang disebut plastid pada tumbuhan dan alga. Kloroplas
merupakan plastida mengandung klorofil, pigmen hijau yang menangkap energi cahaya
untuk fotosintesis, yaitu serangkaian reaksi yang mengubah energi cahaya menjadi energi
kimiawi yang disimpan dalam molekul karbohidrat dan senyawa organik lain.
Gambar 16. Struktur kloroplas, secara skematis tampak bagian-bagian dari kloroplas dan fungsinya masing-
masing.

Proses Reproduksi Eukariotik


Proses pembelahan sel pada eukariot dikenal dengan mitosis. Pembelahan sel pada
eukariot lebih kompleks dibandingkan pembelahan sel pada prokariot. Pada sel eukariot
molekul DNA terkumpul dalam struktur yang disebut kromosom.
Kromosom dapat ditemukan di dalam nukleus (inti sel). Kromosom kali pertama
ditemukan pada sel eukariot karena penampakannya yang jelas pada saat mitosis. Kromosom
tersusun atas rangkaian protein dan DNA yang terpilin dan membentuk badan kromosom.
Namun, rangkaian tersebut lebih sering tercerai-berai di dalam nukleus selama siklus hidup
sel. Rangkaian protein dan DNA ini disebut juga benang kromatin. Ketika memasuki mitosis
benang kromatin tersebut terkondensasi dan mengumpul membentuk struktur kromosom.
Siklus hidup sel eukariot dapat dibagi menjadi dua fase, yakni mitosis dan interfase.
Mitosis adalah fase pembelahan sel, sedangkan interfase adalah fase persiapan sebelum
memasuki mitosis. Oleh karena banyak sel yang mampu melakukan pembelahan sel dari satu
mitosis ke mitosis lain secara cepat, proses tersebut dapat diilustrasikan sebagai suatu siklus.
Proses pembelahan sel pada eukariot dapat disebut juga siklus sel.
a. Interfase
Istilah interfase atau fase antara terkadang salah dimaknai. Karena memberikan
pengertian seolah-olah pada fase ini tidak terjadi apa-apa. Padahal pada fase ini sel sedang
mempersiapkan semua kebutuhan untuk melakukan pembelahan mitosis. Pada fase ini sel
terus tumbuh, bertambah ukuran, membentuk struktur dan molekul baru.
Secara umum, interfase dapat dibedakan lagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap
G1 , S, dan G2 .
• Fase G1 : aktivitas metabolik sel, duplikasi organel dan komponen sitosolik, dimulai
dengan replikasi sentrosom.
• Fase S : replikasi DNA. DNA perlu direplikasi karena akan menghasilkan 2 sel maka
perlu digandakan terlebih dahulu supaya sel anakannya akan mendapatkan materi yg
sama persis.
• Fase G2 : Pertumbuhan sel berlanjut, sintesis enzim dan protein, replikasi sentrosom
komplit (fase sebelum sintesis) merupakan fase persiapan sebelum fase berikutnya
(mitosis)
• Fase G1 : aktifitas metabolik sel, duplikasi organel dan komponen sitosolik, dimulai
dengan replikasi sentrosom.
• Fase S : replikasi DNA. DNA perlu direplikasi karena akan menghasilkan 2 sel maka
perlu digandakan terlebih dahulu supaya sel anakannya akan mendapatkan materi
yang sama persis.
• Fase G2 : Pertumbuhan sel berlanjut, sintesis enzim dan protein, replikasi sentrosom
komplit (fase sebelum sintesis) merupakan fase persiapan sebelum fase berikutnya
(mitosis).
• Fase M : mitois/pembelahan sel, pergerakan kromosom bisa diikuti dari tengah ke tepi
akan menjadi sitokinesis ( 1 sel menjadi 2 sel).
• Fase G0 : yaitu dimana sel tidak membelah. Sel tidak selamanya membelahan
berhenti pada saat tertentu. Ada sel yang berhenti membelah (sel yang sudah
berdiferensiasi) sehingga kemampuan membelah dirinya telah berkurang.
Gambar 16. Siklus sel eukariotik
b. Mitosis
Fase mitosis merupakan fase paling pendek dari siklus sel. Pada proses ini terjadi
pembagian informasi genetis kepada setiap sel hasil pembelahan. Informasi genetik yang
dibagikan terlebih dahulu telah melalui proses replikasi pada interfase sehingga DNA sel
hasil pembelahan mirip dengan DNA induk.
Para ahli biologi telah membagi proses mitosis menjadi beberapa tahap berdasarkan
ciri utama yang dapat diamati, sebagai berikut.

1. Profase, persiapan untuk pembelahan sel. Kromosom terkondensasi dan membran inti
sel melebur.
2. Metafase, kromosom berada di bidang ekuator.
3. Anafase, kromosom terbagi dan bergerak ke arah kutub yang berlawanan
4. Telofase, akhir dari mitosis. Membran inti terbentuk dan kedua sel terpisah.

Pada akhir mitosis dan meiosis, biasanya diikuti oleh pembagian sitoplasma.
Proses ini disebut juga sitokinesis. Sitokinesis membagi sitoplasma dan membentuk
membran atau dinding sel baru bagi setiap sel hingga kedua sel terpisah. Berikut ini
penjelasan terperinci dari tahap- tahap tersebut.
1) Profase
Seperti yang telah Anda pelajari, pada interfse, terjadi replikasi DNA.
Memasuki profase, benang-benang kromatin tersebut terkondensasi
membentuk kromosom. DNA asal dan DNA hasil replikasi membentuk
kromosom dan merekat pada sentromer. Kromosom tersebut tersusun atas dua
kromatid.
Gambar 17. Pola pembelahan sel mitosis

Kromosom dengan dua kromatid ini disebut juga kromosom dupleks.


Melalui mitosis ini, setiap pasangan kromatid dari kromosom nantinya akan
terbagi ke sel anak. Dengan demikian, setiap kromatid tersebut merupakan
kromosom bagi setiap sel. Bentuk kromosom tanpa pasangan kromatidnya
disebut kromosom simpleks.
Jika sel baru tersebut akan melakukan pembelahan sel, setiap
kromosom akan menggandakan diri melalui proses duplikasi menjadi
kromosom dupleks. Sebenarnya, proses duplikasi merupakan hasil replikasi
DNA yang terjadi pada tahap S interfase.
Tahap profase ditandai juga oleh penggandaan jumlah sentriol. Sentriol
berada di luar membran inti. Setelah terbentuk kromatid, sentriol- sentriol
bergerak ke kutub yang berlawanan.
Dari sekitar sentriol tersebut muncul benang-benang halus yang disebut
benang spindel (mitotic spindle). Benang-benang spindel ini menyelimuti inti
sel dan akan memegang kromosom tepat pada struktur protein komplek yang
disebut kinetokor. Benang-benang spindel ini terbuat dari mikrotubulus.
2) Metafase
Ketika sentromer setiap kromosom sejajar bidang ekuator,
menandakan mitosis memasuki tahap metafase. Pada metafase, semua
kromosom sel bergerak ke arah bidang ekuator atau bidang pembelahan.
Pergerakan ini dibantu oleh benang spindel. Kromosom dengan dua kromatid
identik dapat diamati secar jelas pada tahap ini.
Gambar 18. Pola pembelahan sel mitosis

3) Anafase
Anafase dimulai ketika sentromer yang menggabungkan kedua
kromatid terpisah. Kromatid tunggal ini sekarang disebut kromosom simpleks,
bergerak menuju kutub-kutub pada arah yang berlawanan. Anafase berakhir
ketika setiap sel kromosom sampai pada kutub-kutubnya.

4) Telofase
Telofase dimulai saat benang-benang spindel menghilang dan
membran inti mulai terbentuk di sekeliling daerah kromosom. Membran inti
akhirnya membungkus kromosom-kromosom tersebut. Lilitan kromosom
mulai terurai menjadi kromatin. Pada saat ini jika sel diamati menggunakan
mikroskop, kromosom terlihat menghilang dan inti sel menjadi jernih. Setelah
tahap telofase, biasanya diikuti oleh tahap sitokinesis, pemisahan sitoplasma.
Pada beberapa sel, sitokinesis terjadi sebelum telofase berakhir
Gambar 18. Pembelahan sel fase telofase

c. Sitokinesis
Sitokinesis umumnya tejadi setelah sel sedang membelah sudah memiliki dua inti
sel pada kutub yang berbeda. Sitokinesis dilakukan untuk memisahkan sitoplasma dan
membran sel agar terbentuk dua sel anak utuh.

Gambar 19. Sitokinesis


STRUKTUR GENETIK PROKARIOTIK

1. Struktur Gen Prokariot


Pada prokariot gen tersusun atas promoter, bagian struktural, dan terminator (Murray
et al., 2009).

Gambar 20. Desain Struktur Gen Prokariotik

a. Promoter
Promoter adalah urutan DNA spesifik yang berperan dalam
mengendalikan transkripsi gen struktural dan terletak di daerah upstream (hulu)
dari bagian struktural gen. Fungsi promoter adalah sebagai tempat awal
pelekatan enzim RNA polimerase yang nantinya melakukan transkripsi pada
bagian struktural. Pada prokariot bagian penting promotornya disebut sebagai
Pribnow box pada urutan nukleotida -10 dan -35. Biasanya berupa TATA box.
Pribnow box merupakan daerah tempat pembukaan heliks DNA untuk
membentuk kompleks promotor terbuka. Jadi, di TATA box itulah DNA
dipisahkan dan di luar TATA box helix DNA tetap berikatan.

Gambar 21. Promoter


b. Operator
Operator merupakan urutan nukelotida yang terletak di antara promotor
dan bagian struktural dan merupakan tempat pelekatan protein represor
(penekan atau penghambat ekspresi gen). Jika ada represor yang melekat di
operator, maka RNA polimerase kearah ekspresi gen tidak bisa berlangsung
(Yuwono, 2005).

Gambar 21. Operator

Pada gambar di atas, operator disimbolkan dengan warna ungu yang


berada di antara promotor (merah) dan structural gene (hijau). Selain adanya
supresor, terdapat juga enhancer. Kerja supresor untuk menghambat, sedangkan
enhancer meningkatkan transkripsi dengan meningkatkan jumlah RNA
polimerase. Namun letaknya tidak pada lokasi yang spesifik seperti operator,
ada yang jauh di upstream atau bahkan downstream dari titik awal transkripsi.
c. Coding Region (Bagian Struktural)
Gen struktural merupakan bagian yang mengkode urutan nukleotida RNA.
Transkripsi dimulai dari sekuens inisiasi transkripsi (ATG) sampai kodon stop
(TAA/TGA/TAG). Pada prokariot tidak ada sekuens intron (yang tidak dapat
diekspresikan) sehingga semuanya berupa ekson. Namun kadang pada
Archaebacteria dan bakteriofag ada yang memiliki intron.
d. Terminator
Dicirikan dengan struktur jepit rambut/hairpin dan lengkungan yang kaya
akan urutan GC yang terbentuk pada molekul RNA hasil transkripsi.
Pada organisme prokariot diketahui ada tiga kelompok utama organisasi
gen, yaitu (Murray et al., 2009):
1) Gen independen adalah gen yang ekspresinya tidak tergantung pada ekspresi
gen lain sehingga gen tersebut tidak akan diekspresikan terus menerus (disebut
sebagai ekspresi konstitutif) selama selnya masih tumbuh.
2) Unit transkripsi adalah sekelompok gen yang secara fisik terletak berdekatan
dan diekspresikan bersama-sama karena produk ekspresi gen-gen tersebut
diperlukan dalam suatu rangkaian proses fisiologi yang sama. Contoh unit
transkripsi adalah rangkaian gen yang mengkode rRNA dan tRNA.
3) Kelompok gen adalah beberapa gen yang secara fisik terletak pada lokus yang
berdekatan dan produk ekspresi gen-gen tersebut diperlukan dalam rangkaian
proses fisiologi yang sama, meskipun masing-masing gen tersebut dikendalikan
secara independen, misalnya kelompok gen yang berperan dalam proses
penambatan nitrogen pada bakteri Rhizobium sp.
Operon adalah sekelompok gen struktural yang terletak berdekatan dan ekspresinya
dikendalikan oleh satu promoter yang sama. Masing-masing bagian struktural tersebut
mengkode protein yang berbeda tetapi protein-protein tersebut diperlukan untuk proses
metabolisme yang sama. Operon merupakan salah satu ciri khas organisasi gen pada
prokariot. Sistem operon tidak ditemukan di dalam organisasi gen pada eukariot. Dengan
adanya sistem operon, maka rRNA hasil transkripsi gen prokariot bersifat polisistronik
karena satu molekul mRNA mengkode lebih dari satu protein (Yuwono, 2005).
2. Ekspresi Gen
Ekspresi gen pada organisme prokariotik dan eukariotik memiliki perbedaan yang
sangat signifikan. Secara umum, ekspresi gen pada prokariotik sangat bersifat efisien, dimana
ketika sumber makanan berlimpah di lingkungam prokariotik tidak akan membuat sesuatu
yang terlalu berlebihan.
a. Transkripsi
Transkripsi prokariotik pada dasarnya adalah proses penyalinan urutan nukleotida
yang terdapat pada molekul DNA. Dalam proses transkripsi, hanya salah satu untaian DNA
yang disalin menjadi urutan nukleotida RNA (transkrip RNA). Urutan nukleotida pada
transkrip RNA bersifat komplementer dengan urutan DNA cetakan/template, tetapi identik
dengan urutan nukleotida DNA pada untaian pengkode/coding DNA strand/nontempate
strand). Salah satu ciri dari prokariot adalah adanya struktur operon.
Operon adalah organisasi dari beberapa gen yang ekspresinya dikendalikan oleh satu
promotor. Misalnya operon lac, pada metabolisme laktosa pada bakteri E.coli. Pada waktu
ditranskripsi operon lac akan menghasilkan satu mRNA yang membawa kode-kode genetik
untuk polipeptida berbeda yang disebut dengan mRNA polisistronik. Pada operon lac
mempunya 3 gen struktural yaitu lac Z, lac Y dan lac A. Masing-masing dari gen itu punya
start codon dan stop codon sendiri-sendiri namun ekspresinya tetep dikendalikan dengan
operon yang sama. Pada waktu ditranskripsi hasilnya 1 mRNA yang membawa kodon untuk
3 macam polipeptida yang berbeda (Yuwono, 2005).
Mekanisme transkripsi pada eukariotik pada dasarnya menyerupai mekanisme pada
prokariot. Namun, begitu banyaknya polipeptida yang berkaitan dengan mesin transkripsi
pada eukariotik menjadikan mekanisme tersebut jauh lebih kompleks daripada mekanisme
pada prokariotik. Secara umum mekanisme transkripsi dimulai dari inisiasi, elongasi dan
terminasi. Tetapi pada eukariotik terdapat tiga gen kelas yang berperan dalam proses
transkripsi, karena itu transkripsi harus dilakukan pada masing-masing gen kelas tersebut.
b. Translasi
Translasi pada prokariotik terjadi sebelum transkripsi sepenuhnya di selesaikan. Hal
ini dimungkinkan karena pada prokariotik molekul mRNA di translasikan berdasarkan arah
dari ujung 5` ke ujung 3`. Selain dari itu, pada prokariotik tidak terdapat membran inti,
sehingga tidak ada yang memisahkan transkripsi dan translasi (sebagaimana yang terjadi pada
eukariot) sehingga translasi dapat segera dilakukan (Yuwono, 2005).

Gambar 22. Proses Translasi Prokaryote

3. Struktur Kromosom
Kromosom pada organisme prokariotik ada yang berupa RNA saja, hal ini dapat
dijumpai pada virus Mozalk (tembakau) dan ada yang berupa DNA, misalnya virus T, dan
dapat pula mengandung keduanya (DNA dan RNA) seperti pada bakteri E. Coli. Kromosom
mengandung struktur yang terdiri dari benang-benang tipis yang melingkar-melingkar. Di
sepanjang benang-benang ini terletak secara teratur struktur yang disebut gen dan setiap gen
menempati tempat tertentu dalam kromosom. Struktur kromosom terdiri dari sentromer dan
lengan yang dilengkapi telomer.

Gambar 23. Bagian-bagian Kromosom

a. Sentromer
Sentromer merupakan bagian kepala kromosom berbentuk bulat yang merupakan
pusat kromosom dan membagi menjadi dua bagian yang merupakan daerah penyempitan
pertama pada kromosom yang khusus dan tetap. Daerah ini disebut juga kinetokor atau
tempat melekatnya benang-benang gelendong (spindle fiber) dimana elemen-elemen ini
berfungsi untuk menggerakkan kromosom selama mitosis atau sebagian dari mitosis.
Pembelahan sentromer ini menjadi kromatid bergerak ke proses anafase.
b. Lengan
Merupakan bagian badan utama kromosom yang mengandung kromosom dan gen.
Umumnya jumlah lengan pada kromosom berjumlah dua, tetapi ada juga yang berjumlah
satu. Lengan dibungkus oleh selaput tipis dan di dalamnya terdapat matriks yang berisi cairan
bening yang mengisi seluruh bagian lengan. Cairan ini mengandung benang-benang halus
berpilin yang disebut kromonema, bagian ini yang akan mengalami pembelahan dan hasil
pembelahan disebut kromomer yang berfungsi membawa sifat keturunan. Pita kromonemata
berbentuk spiral dalam kromosom dan lekukan kedua pangkal dari kromonemata yang
fungsinya sebagai tempat terbentuknya nukleolus. Pada bagian ujung kromosom terdapat
suatu tambahan yang disebut satelit (Yuwono, 2005).
Organisme prokariot seperti bakteri diketahui hanya mempunyai sebuah kromosom
yang tidak dikemas di dalam suatu nukleus sejati. Kromosom ini berbentuk lingkaran
(sirkuler), dan semua gen tersusun di sepanjang lingkaran tersebut. Oleh karena itu, genom
organisme prokariot dikatakan hanya terdiri atas sebuah kromosom tunggal (Murray et al.,
2009).
Bahan genetik utama (kromosom) organisme prokariot pada umumnya terdiri atas
satu unit molekul DNA untai ganda (double stranded) dengan struktur lingkar. Oleh karena
itu, organisme prokariot bersifat monoploid karena hanya ada satu bahan genetik utama.
Bahan genetik pada organisme prokariot tidak tersusun dalam suatu struktur yang jelas
karena pada sel prokariot tidak terdapat inti sel (nukleus). Hal ini berbeda dengan bahan
genetik utama organisme eukariot yang tedapat di dalam struktur nukleus (Yuwono, 2005).
Bahan genetik utama organisme prokariot diketahui terikat pada membran sel sebelah
dalam yang diduga berperan dalam proses pemisahan DNA pada waktu pembelahan sel. Oleh
karena struktur bahan genetik utama organisme prokariot berupa molekul lingkar, molekul
tersebut tidak memiliki bagian ujungnya. Meskipun pada umumnya kromosom bakteri berupa
molekul DNA dengan struktur lingkar, namun diketahui ada beberapa bakteri yang struktur
bahan genetik utamanya berupa molekul DNA linier. Misalnya pada bakteri Borrelia
burgdorferi dan Streptomyces lividans. Ujung molekul kromosom S. lividans diketahui
berikatan secara kovalen dengan suatu protein. Protein diujung molekul kromosom semacam
ini mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses inisiasi replikasi DNA (Yuwono,
2005).
Struktur Intraseluler Prokariotik

1. Mitotic Spindle

Gambar 24. Contoh mitotic spindle pada stadium metaphase

Gambar 25. Perbandingan prokariot dan sel eukariot

Pada organisme prokariotik, tidak didapatkan mitotic spindle. Hal ini dikarenakan
sel prokariotik tidak mempunyai membran inti di sekitar DNA. Sehingga mereka tidak
melakukan proses mitosis dibanding eukariotik. Pembelahan sel pada prokariotik
terjadi dengan cara binary fision dimana kromosom tunggal tereplikasi dan terpisah
dalam dua bagian sel yang terpisah.
2. Membran Plasma
Membran plasma pada organisme prokariotik berbentuk fluid mosaic yang miskin
gugus sterol. Membran plasma ini berperan dalam mencegah sitoplasma untuk bocor atau
keluar dari sel, dimana terdapat ribosom maupun materi genetik didalamnya. Membran
plasma adalah membran biologis yang memisahkan bagian dalam sel dengan lingkungan luar.
Membran plasma tersusun oleh fosfolipid (phospholipid) dan protein. Pada sel
prokariotik tertentu, dapat ditemukan lebih dari dua membran plasma. Ruang dari satu
membran ke membran yang lain dikenal dengan nama periplasma (periplasm).
Membran plasma merupakan bagian yang bertanggung jawab mengontrol zat organik
dan ion untuk dapat keluar dan masuk sel. Dengan kata lain, membran plasma bertugas
melindungi sel dengan cara menyaring dan mengatur lalu lintas ion dari dalam maupun dari
luar tubuh sel.
Membran plasma pada beberapa jenis bakteri akan membentuk mesosom. Mesosom
merupakan bagian membran plasma yang melekuk ke dalam, yang berfungsi sebagai respirasi
seluler, membantu proses oksidasi, dan penghasilan energi. Tetapi, mesosom kemudian
dikenali sebagai artefak (sesuatu yang diamati dalam penyelidikan ilmiah atau percobaan
yang tidak terdapat secara alami, tetapi terjadi sebagai akibat dari prosedur dalam
mempersiapkan atau menginvestigasi) pada akhir 1970-an. Mesosom kemudian tidak lagi
dianggap sebagai bagian dari struktur normal sel prokariotik.

3. Membran Internal

Gambar 26. Perbedaan membran internal antara organisme eukariotik dengan prokariotik

Membran internal pada organisme prokariotik hanya terdapat pada organisme dengan
sistem fotosintesis. Prokariot merupakan organisme uniseluler dengan sedikit organel dan
struktur ikatan membran internal. Kebanyakan prokariotik mempunyai dinding sel di luar
membran plasma.
Fungsi dan persamaan sistem membran internal dengan membran dalam mitokondria.
Membran internal merupakan jaringan membran yang sangat kompleks pada stroma yang
terdapat dalam klorofil, pembawa elektron dan faktor transport elektron pada fosforilasi.
4. Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma tidak didapat pada organisme prokariotik, sehingga mereka
tidak mempunyai mitokondria. Retikulum Endoplasma merupakan sistem membran kontinue
dimana membentuk sebuah serangkaian kantung rata dalam sitoplasma sel eukariotik, serta
melayani beberapa fungsi agar menjadi penting, terutama dalam sintesis, modifikasi dan
transportasi protein.
5. Enzim Respirasi
Pada mikroorganisme prokariotik, enzim respirasi yang menjadi sumber energi pada
sel terdapat langsung pada membran sel dari organisme tersebut.
6. Chromatophores
Chromatophores didapatkan pada mikroorganisme prokariotik dengan sistem
fotosintesis. Organ sel tersebut diketahui berfungsi sebagai membran intrasitoplasmik yang
menjadi gudang dari sintesis energi dan kompleks protein (Murat, 2010). Dengan adanya
sintesis kompleks protein dari mekanisme fotosintetis tersebut, proses pertumbuhan sel dan
membran sel dapat berlangsung secara fungsional.
7. Chloroplast

Gambar 27. Perbedaan membran internal antara organisme eukariotik dengan prokariotik

Kloroplas merupakan bagian dari plasmid yang mengandung klorofil. Di dalam kloroplas
berlangsung fase terang dan fase gelap dari fotosintesis tumbuhan. Kloroplas terdapat pada
hampir seluruh tumbuhan, tetapi tidak umum dalam semua sel. Bila ada, maka tiap sel dapat
memiliki satu sampai banyak plastid. Pada tumbuhan tingkat tinggi umumnya berbentuk
cakram (kira-kira 2 x 5 mm, kadang-kadang lebih besar), tersusun dalam lapisan tunggal
dalam sitoplasma tetapi bentuk dan posisinya berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya.
Pada ganggang, bentuknya dapat seperti mangkuk, spiral, bintang menyerupai jaring,
seringkali disertai pirenoid.
8. Apparatus Golgi

Gambar 28. Apparatus Golgi

Pada organisme prokariotik, tidak didapatkan apparatus Golgi.

9. Lisosom
Pada organisme prokariotik, tidak didapatkan lisosom

10. Peroksisom
Fungsi utama peroksisom adalah menyederhanakan rantai asam lemak yang panjang
melalui beta oksidasi.Dalam sel hewan, asam lemak yang sangat panjang menjadi rantai
medium asam lemak, yang kemudian dibawa ke mitokondria dan akhirnya dipecah menjadi
karbon dioksida dan air.Dalam sel tanaman, proses ini hanya untuk peroksisom.Pada
organisme prokariotik, tidak didapatkan peroksisom

11. Ribosom

Gambar 29. Ribosom

Ukuran ribosom pada organisme prokariotik yaitu berukuran 70S. Ribosom didapatkan
pada inti sel dan sepanjang pirellulosome yang menunjukkan adanya aktivitas translasi yang
terpisah dari proses transkripsi gen.
12. Sitoskeleton
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaringan berkas-berkas protein yang menyusun
sitoplasma dalam sel. Setelah lama dianggap hanya terdapat di sel eukariota, sitoskeleton
ternyata juga dapat ditemukan pada sel prokariota. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat
memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang,
serta merayap di permukaan. Masih terdapat perbedaan pendapat dari para ahli tentang
keberadaan sitoskeleton sebagai ”rangka luar” dari sebuah sel. Ada yang menyebutkan bahwa
organisme prokariotik mempunyai sitoskeleton. Perannya pun beragam bukan hanya
pembentuk rangka sel namun juga pergerakan materi genetik di dalam pembelahan sel
(polarisasi dan proteksi); sama halnya seperti organisme prokariotik.
Struktur Ekstraseluler Prokariotik

1. Dinding sel
Dinding sel bakteri adalah struktur yang kompleks, agak kaku dan bertanggung jawab
atas bentuk seldan juga melindungi membran sitoplasma dan semua bagian dalam sel.
Dinding sel tersusun oleh senyawa unik yang disebut peptidoglikan. Peptidoglikan (PG) ini
tersusun atas dua komponen, yaitu N-acetyl glucosamine (NAG) dan N-acetyl muramic acid
(NAM). NAG dan NAM berselang-seling membentuk tulang punggung dinding sel. Pada
NAM terdapat 4 asam amino dan -asam amino ini membentuk ikatan silang dengan asam
amino NAM lainnya.
Penggolongan bakteri menjadi Gram positif dan Gram negatif adalah berdasarkan
perbedaan komposisi dinding sel. Dimana pada bakteri gram negative dinding sel lebih tebal
di bandingkan dengan gram posistif, oleh sebab itu saat dilakukan pengecatan pada bakteri
gram positive akan mempertahankan warna saat dilakukan pengecatan sehingga berwarna
biru dan pada gram negative karena mempunyai dinding sel yang tipis pada saat pengecatan
dilakukan warna akan luntur dan digantikan oleh bagian yang lain sehingga berwarna merah.

Gambar 31. Perbedaan dinding sel bakteri Gram Negatif dan Positif

2. Flagell
Flagela merupakan filamen yang mencuat dari sel bakteri dan berfungsi untuk
pergerakan bakteri. Flagela berbentuk panjang dan ramping. Panjang flagela pada umumnya
beberapa kali panjang sel dengan garis tengah berkisar 12-30 nm. Ada 5 macam tipe bakteri
berdasarkan jumlah dan letaknya flagelanya, yaitu:
a. Atrikus (bakteri yang tidak memiliki flagela)
b. Monotrikus (1 flagela)
c. Lofotrikus (1 atau lebih flagela pada satu ujung sel)
d. Amfitrikus (sekelompok flagela pada masing-masing ujung sel)
e. peritrikus (flagela terdistribusi di seleruh permukaan sel).
Gambar 32. Jumlah dan Posisi Flagellum pada bakteri

Flagela mempunyai 3 bagian dasar yaitu filamen (yang mengandung protein flagelin)
kait tempat filamen tertanam, dan bagian bagian dasar (basal body) yang memaku flagela
pada dinding sel dan membran plasma. Rotasi flagela dapat searah ataupun berlawanan arah
jarum jam di sepanjang sumbu flagela. Gerakan flagela ini memungkinkan bakteri
mendeteksi atau menjauhi stimulus atau rangsang (taksis), misalnya stimulus kimia
(kemotaksis), stimulus udara (aerotaksis), stimulus medan magnet (magnetotaksis), dan
stimulus cahaya (fototaksis).
3. Pili
a. Struktur mirip flagela namun lebih pendek.
b. Pili tidak berpentrasi ke dalam membran dan tidak berfungsi untuk pergerakan.
c. Bakteri patogen memiliki protein adhesin pada pili yang akan menempel pada
reseptor spesifik. Pili yang melekat disebut fimbriae.
d. Pili untuk reproduksi disebut sex pilus yang berperan dalam transfer materi genetik
pada peristiwa konjugasi.

Gambar 33. Penampang dasar bakteri


4. Externa layer
Pada sel prokariyot terdapat slime layer yang terdiri dari selaput licin yang terdiri dari
polisakarida dan terletak di luar dinding sel. Kapsul merupakan aksesoris bakteri sehingga
tidak semua bakteri mempunyai kapsul.
Fungsi kapsul
1. Alat pertahanan dan perlindungan bakteri
2. Mencegah kekeringan pada bakteri
3. Alat melekat pada inang
4. Sumber makanan bakteri
5. Silia pada bakteri prokariot
Proses Reproduksi Prokariot

Sel prokariotik hanya berkembang biak (bereproduksi) secara aseksual melalui pembelahan
sel, yang disebut pembelahan biner (binary fission). Pembelahan biner pada bakteri pada umumnya
akan melakukan reproduksi atau pun berkembang biak dengan cara aseksual atau biasa disebut
sebagai vegetatif (tak kawin), yakni dengan melakukan proses membelah diri secara langsung.
Proses pembelahan biner pada bakteri merupakan pembelahan biner, dengan penjelasan
bahwa pada setiap sel akan membelah menjadi dua bagian sel turunan yang memiliki sifat
identik. Pada masing-masing bagian dari sel anakan akan melakukan proses membentuk menjadi dua
bagian sel anakan lagi, dan begitu akan terjadi seterusnya. Seperti pada gambar tersebut :

Gambar 34. Pembelahan biner

Dalam suatu proses pembelahan biner biasanya ditandai dengan proses replikasi /
penggandaan pada DNA menjadi dua bagian kopi DNA yang memiliki sifat identik, dan
kemudian akan disusul oleh proses pembelahan pada sitoplasma lalu terbentuk suatu dinding
pemisah yang membatasi di antara kedua bagian sel anakan dari indukan bakteri. Tujuan dari
pembelahan biner sendiri adalah untuk menghasilkan keturunan / anakan demi kelangsungan
kehidupan dari jenisnya sendiri.
Pembelahan biner pada bakteri merupakan suatu metode yang utama dalam proses
reproduksi pada organisme – organisme prokariotik. Jika pada protista, proses pembelahan
biner seringkali terbagi menjadi dua jenis, yakni melintang atau pun longitudinal, itu semua
tergantung pada bagian – bagian sumbu pemisahan pada sel. Pada umumnya pembelahan
secara melintang di beberapa jenis organisme – organisme, seperti contohnya cacing pita dan
juga polip scyphostome, biasanya disebut sebagai strobilasi.
Pada proses terjadinya pembelahan biner biasanya dapat terjadi melalui tiga fase :

1. Fase pertama : bagian-bagian dari sitoplasma akan terbelah oleh bagian-bagian sekat yang
mengalami pertumbuhan secara tegak lurus.
2. Fase kedua : proses tumbuhnya bagian-bagian dari sekat akan diikuti oleh bagian-bagian dinding
yang melintang.
3. Fase ketiga : akan terbentuk dua bagian sel baru yang mempunyai sifat identik dengan
indukannya.
Dalam pembelahan biner, materi genetik hasil pembelahan sama dengan materi genetik
induknya. Walaupun organisme prokariotik bereproduksi secara aseksual, namun beberapa bakteri
dapat melakukan beberapa cara untuk merekombinasi materi genetiknya. Cara rekombinasi materi
genetik tersebut adalah transformasi, konjugasi, dan transduksi. Transformasi berarti pengambilan gen
dari lingkungan sekitar, yang memungkinkan terjadinya perpindah an materi genetik antarprokariotik.
Konjugasi artinya pemindahan gen-gen secara langsung dari prokariotik satu ke prokariotik lainnya.
Sedangkan transduksi adalah pemindahan gen antarprokariotik dengan bantuan virus. Gambar berikut
menunjukkan konjugasi pada organisme prokariotik.

Gambar 35. Konjugasi bakteri Escherichia coli

Beberapa organisme prokariotik membentuk sel-sel endospora yang tahan terhadap kondisi yang tidak
menguntungkan. Perhatikan Gambar 36.
Gambar 36. Koloni bakteri di cawan petri

Sel awal akan mereplikasi kromosomnya dan satu salinannya diselubungi dinding yang kuat.
Walaupun sel bagian luar hancur akibat keadaan lingkungan, endospora yang dikandungnya
akan bertahan hidup. Air mendidih tidak cukup panas untuk membunuh sebagian besar endospora
dalam jangka waktu yang relatif singkat. Orang yang mengalengkan makanan harus melakukan
tindakan yang tepat untuk mengatasi endospora yang berbahaya ini. Di laboratorium, para ahli
mikrobiologi menggunakan autoklaf untuk mensterilkan media, gelas, dan peralatan lain di
laboratorium. Autoklaf merupakan wadah pemanas dengan tekanan tinggi yang dapat membunuh
bakteri bahkan endospora dengan cara memanaskannya sampai suhu 120 OC Dalam lingkungan yang
normal, endospora dapat bertahan hingga berabad-abad. Jika ditempatkan pada lingkungan yang
sesuai, endospora akan mengalami hidrasi dan hidup kembali untuk menghasilkan koloni.
DAFTAR PUSTAKA

1. Murray, R. K., et al. 2014. Biokimia Harper. Edisi 29. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
2. Yuwono, T, Subowo, dkk. 2005. Biologi Molekular. Jakarta: Erlangga.
3. Karp, G., 2007. Cell and Molecular Biology concepts and experiments,
John Wiley & Sons, Inc. (Asia).
4. Russell, P.J.; Hertz, P.E.; McMillan, B. (2011). Biology: The Dynamic Science (dalam
bahasa Inggris). 1 (edisi ke-2). Belmont, CA: Cengage
Learning. ISBN 9780538493727.
5. Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell, 2002. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai