Anda di halaman 1dari 27

Nama : Alfian

Kelas : H
Mata Kuliah : Materi Genetika
Prodi : Kedokteran Hewan

1. MATERI GENETIK
Materi genetik adalah bahan-bahan atau materi yang berperan dalam penyampaian
informasi genetik di dalam sel. Zat-zat ini memiliki peran yang sangat penting dalam memelihara
dan menentukan struktur dan sifat sel, yang tentu juga akan menentukan sifat dan struktur setiap
makhluk hidup. Informasi genetik yang menentukan sifat atau karakteristik seseorang atau suatu
organisme tertentu tersimpan di dalam molekul DNA. Molekul DNA yang panjang ini tersusun
oleh puluhan ribu gen, setiap gen merupakan sandi genetik untuk setiap protein yang diproduksi
tubuh. Di samping bagian-bagian yang merupakan sandi, di dalam molekul DNA juga terdapat
bagian-bagian bukan sandi, tetapi memiliki peran penting dalam pengendalian ekspresi gen.
Keseluruhan informasi genetik dalam tubuh suatu makhluk hidup disebut genom. Pada organisme
eukariotik, genom berupa molekul DNA yang panjang ini terbagi menjadi beberapa gulungan atau
gelondong yang disebut kromosom. Di dalam setiap kromosom terdapat ribuan gen.

2. Nukleus / Inti Sel


adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Organel ini mengandung sebagian
besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA linier panjang yang membentuk kromosom
bersama dengan beragam jenis protein. Gen di dalam kromosom-kromosom inilah yang
membentuk genom inti sel.

Fungsi utama nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut dan mengontrol
aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen. Selain itu, nukleus juga berfungsi untuk
mengorganisasikan gen saat terjadi pembelahan sel, memproduksi mRNA untuk mengkodekan
protein, sebagai tempat sintesis ribosom, tempat terjadinya replikasi dan transkripsi dari DNA,
serta mengatur kapan dan di mana ekspresi gen harus dimulai, dijalankan, dan diakhiri.

Nukleus adalah organel pertama yang ditemukan dan berhasil dideskripsikan pertama kali
oleh Franz Bauerpada 1802, yang kemudian dijabarkan lebih terperinci oleh ahli botani
Skotlandia, Robert Brown, pada tahun 1831. Pada satu sel umumnya ditemukan hanya satu
nukleus. Namun demikian, beberapa jaringan tertentu, atau beberapa spesies tertentu memiliki
lebih dari satu nukleus. Inti-inti dalam sel multinuklei ini dapat memiliki peran yang saling
mengganti atau saling mengkhususkan diri. Pada Paramecium, terdapat dua inti sel:
makronukleus (inti besar) dan mikronukleus (inti kecil). Makronukleus menjamin keberlangsungan
hidup, sedangkan mikronukleus bertanggung jawab terhadap reproduksi.

Nukleus merupakan organ terbesar sel, dengan ukuran diameter antara 10-20 nm.
Nukleus memiliki bentuk bulat atau lonjong. Hampir semua sel memiliki nukleus, karena nukleus
ini berperan penting dalam aktivitas sel, terutama dalam melakukan sintesis protein. Namun ada
beberapa sel yang tidak memiliki nukleus antara lain sel eritrosit dan sel trombosit. Pada kedua sel
ini aktivitas metabolisme terbatas dan tidak dapat melakukan pembelahan.

Biasanya sebuah sel hanya memiliki satu nukleus saja, yang terletak di tengah. Namun ada
sel-sel yang memiliki inti lebih dari satu yaitu pada sel parenkim hati dan sel otot jantung, yang
memiliki dua buah nukleus. Adapun pada sel otot rangka terdapat banyak nukleus. Komposisi
nukleus terdiri atas membran nukleus, matriks, dan anak inti.

(Sumber : Image.google.co.id)

Nukleus

Nukleus atau inti sel merupakan organel paling mencolok yang terdapat di dalam sel.
Nukleus dapat ditemukan pada sel eukariotik dan berfungsi sebagai pengatur aktivitas sel.
Nukleus dapat dilihat dengan mudah menggunakan mikroskop cahaya tanpa bantuan pewarna
kimia. Setiap sel memiliki satu nukleus kecuali jenis-jenis jamur tertentu yang kadang memiliki
lebih dari satu nucleus dalam selnya. Protein-protein seperti enzim dan hormon yang berperan
dalam metabolisme tubuh diproduksi dengan perintah yang datang dari nukleus. Perintah ini
muncul dalam bentuk mRNA (RNA messenger) yang dihasilkan oleh nukleus.

DNA dalam nukleus tersusun atas benang-benang halus yang disebut kromatin. Terdapat 2
macam kromatin, dimana kromatin yang kurang padat disebut eukromatin sedangkan kromatin
yang padat disebut heterokromatin. Benang halus kromatin akan memadat dan berkumpul
membentuk struktur lebih besar yang disebut kromosom ketika sel akan membelah diri. Gen-gen
penentu sifat makhluk hidup terletak pada tempat khusus di kromosom yang disebut lokus gen.
Tiap jenis makhluk hidup memiliki jumlah kromosom yang khas dengan gen-gen yang berbeda-
beda.
Tiap sel manusia mengandung 46 kromosom, kubis 20 kromosom, bunga matahari 34
kromosom, dan jenis paku Ophioglossum mengandung 1250 kromosom. Sel tubuh atau sel
somatik mengandung 2 set kromosom sehingga disebut diploid, sedangkan sel kelamin atau sel
gamet hanya mengandung 1 set kromosom sehingga disebut haploid.

Di dalam nukleus terdapat organel nukleolus atau anak inti. Tiap nukleus umumnya
memiliki 2 nukleolus, namun kedua organel kecil ini bersatu sehingga nampak seperti tunggal.
Nukleolus berfungsi dalam sintesis rRNA (RNA ribosom) yang digunakan untuk membentuk
ribosom. Pada sel eukariotik nukleus memiliki membran ganda (2 lapis) yang disebut selubung
nukleus. Pada membran tersebut terdapat pori-pori kecil dengan diameter antara 30 - 100
nanometer. Pori kecil ini berfungsi sebagai jalur keluar masuknya molekul-molekul dari dan ke
dalam nukleus. Beberapa pori juga menyambung dengan organel retikulum endoplasma sehingga
molekul yang dikeluarkan nukleus dapat langsung masuk retikulum endoplasma.

Nukleus adalah organel berbentuk bola hanya ditemukan dalam sel eukariotik. Nukleus
adalah kata Latin, yang berarti kernel (biji). Nukleus adalah organel berbentuk bola hanya
ditemukan dalam sel eukariotik dan mengandung materi genetik. Molekul-molekul DNA diatur
secara linear dalam nukleus. Inti bila dilihat di bawah mikroskop elektron menunjukkan beberapa
sub struktur, yang melaksanakan fungsi ekspresi gen dan berbagai jenis kegiatan turun-temurun.
Fungsinya terutama berhubungan dengan mesin genetik tubuh.

a). DNA

DNA merupakan suatu asam nukleat yang menyusun gen di dalam inti sel. Di dalamnya
tersimpan segala informasi biologis dari setiap makhluk hidup dan beberapa virus. Tidak hanya di
dalam inti sel, DNA juga terdapat di mitokondria dan kloroplas. Struktur molekul DNA pertama
kali diungkapkan oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953 berdasarkan atas foto
difraksi sinar X yang dibuat oleh Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins. Berdasarkan atas data
kimia dan fisik, Watson dan Crick membuat modek struktur DNA yang disebut untai ganda (double
helix). Untai ganda DNA tersusun atas dua rantai polinukleotida yang berpilin (gambar 1).
Gambar 1. Untai ganda DNA (double helix DNA)

Seperti telah dijelaskan di atas, molekul DNA mempunyai struktur tertentu yaitu dalam
bentuk molekul beruntai ganda. Struktur untaian DNA ditentukan oleh tumpukan basa-basa
nukleotida berdekatan yang ada pada satu untai sedangkan struktur untai gandainya ditentukan
oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang berpasangan. Satu untai DNA merupakan
polinukleotida. Satu nukleotida tersusun atas fosfat, gula pentosa, dan basa nitrogen. Kedua untai
DNA mempunyai orientasi yang berlawanan (antiparalel): untai yang satu mempunyai orientasi
5’→ 3’, sedangkan untai yang lain berorientasi 3’→ 5’. Kedua rantai tersebut berikatan dengan
adanya ikatan hidrogen antara basa adenine (A) dengan thymine (T), dan antara guanine (G)
dengan cytosine (C). ikatan antara A-T berupa dua ikatan hydrogen sedangkan antara G-C berupa
tiga ikatan hidrogen sehingga ikatan G-C lebih kuat (Gambar 2.). spesifisitas pasangan basa
semacam ini disebut sebagai komplementaritas (complementarity). Proporsi basa A dan T serta G
dan C selalu sama sehingga komposisi DNA dapat dinyatakan dengan kandungan G+C (G+C
content) yang berkisar dari 26% sampai 74%. Hal ini dikenal sebagai hokum Chargaff. Erwin
Chargaff pada tahun 1950 mempublikasikan hasil penelitiannya mengenai komposisi basa DNA
pada berbagai jasad hidup
b). RNA

RNA merupakan rangkaian nukleotida hasil dari transkripsi dari suatu fragmen DNA
sehingga RNA sebagai polimer yang jauh lebih pendek jika dibandingkan dengan DNA. RNA
umumnya dijumpai di dalam sitoplasma, khususnya di ribosom. Adapaun fungsi dari RNA adalah
sebagai penyimpan informasi, sebagai perantara antara DNA dan protein dalam ekspresi genetik
karena berlaku untuk organisme hidup. Berbeda dengan DNA, struktur RNA terdiri dari fosfat,
gula ribosa, dan basa nitrogen dimana pada basa pirimidinnya, tidak terdapat timin tetapi urasil.
Selain itu, RNA juga memiliki bentuk yang berbeda dengan DNA. RNA mempunyai pita tunggal
dan tidak berpilin. Tiap pita RNA merupakan polinukleotida yang tersusun dari banyak
ribonukleotida.
Gambar 5. Struktur RNA

RNA dibedakan menjadi tiga macam, yaitu mRNA (messanger RNA), tRNA (transfer RNA),
dan rRNA (ribosomal RNA). mRNA merupakan RNA yang urutan basanya komplementer
(berpasangan) dengan salah satu urutan basa rantai DNA. RNA jenis ini merupakan
polinukleotida berbentuk pita tunggal linier dan disintesis oleh DNA di dalam nukleus. Panjang
pendeknya mRNA berhubungan dengan panjang pendeknya rantai polipeptida yang akan disusun.
Urutan asam amino yang menyusun rantai polipeptida itu sesuai dengan urutan kodon yang
terdapat di dalam molekul mRNA yang bersangkutan. mRNA bertindak sebagai pola cetakan
pembentuk polipeptida. Adapun fungsi utama mRNA adalah membawa kode-kode genetik dari
DNA di inti sel menuju ke ribosom di sitoplasma. mRNA ini dibentuk bila diperlukan dan jika
tugasnya selesai, maka akan dihancurkan dalam plasma.
Gambar 6. mRNA membawa pesan dari DNA ke rRNA untuk dibaca dan selanjutnya
diterjemahkan (translasi) menjadi urutan protein

tRNA dibentuk di dalam nukleus, tetapi menempatkan diri di dalam sitoplasma. tRNA
merupakan RNA terpendek dan bertindak sebagai penerjemah kodon dari mRNA. Fungsi
lain tRNA adalah mengikat asam-asam amino di dalam sitoplasma yang akan disusun
menjadi protein dan mengangkutnya ke ribosom. Bagian tRNA yang berhubungan dengan
kodon dinamakan antikodon.

Gambar 7. Struktur tRNA


rRNA ini disebut ribosomal RNA karena terdapat di ribosom meskipun dibuat di
dalam nukleus. RNA ini berupa pita tunggal, tidak bercabang, dan fleksibel. Lebih dari 80%
RNA merupakan rRNA. Fungsi dari RNA ribosom adalah sebagai mesin perakit dalam sintesis
protein yang bergerak ke satu arah sepanjang mRNA. Di dalam ribosom, molekul rRNA ini
mencapai 30-46%. Satu molekul dari setiap jenis rRNA ini dijumpai dalam setiap ribosom
dari ketiga macam RNA.

Gambar 8. Struktur rRNA

4. PROSES TRANSLASI

Translasi adalah proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada pada


molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang menyusun suatu
polipeptida atau protein, hanya molekul mRNA yang ditranslasi sedangkan
rRNA dan tRNA tidak ditranslasi. Molekul mRNA merupakan transkrip (salinan)
urutan DNA yang menyusun gen dalam bentuk ORF (Open Reading Frame,
kerangka baca terbuka).

Proses translasi terjadi pada sitoplasma, tepatnya di pada ribosom yang


disusun oleh rRNA dan beberapa macam protein. Ribosom terdiri atas dua
jenis, yaitu ribosom sub unit kecil dan ribosom sub uni besar. Ribosom subunit
kecil dan ribosom sub unit besar nantinya akan mengelilingi mRNA. Dalam
proses translasi, mRNA diterjermahkan untuk menghasilkan polipeptida
tertentu. Proses ini menggunakan urutan mRNA sebagai template untuk sintesis
rantai asam amino. Kumpulan dari asam amino-asam amino ini nantinya akan
membentuk polipeptida dan kumpulan polipeptida akan membentuk protein.

Translasi mRNA dalam ribosom dimulai dari ujung 5’ dan berakhir pada
ujung 3’. Setiap 3 gugus nukleotida dalam rantai mRNA yang berasal dari 4
jenis nukleotida (U,C,A,G) dinamakan kodon, yang nantinya akan ditranslasikan
atau diterjemahkan menjadi salah satu asam amino. Kodon AUG yang
ditranslasi menjadi asam amino metionin biasanya mengawali urutan sebuah
polipeptida, sehingga dinamakan kodon start atau kodon inisiator, sebaliknya
kodon UAA, UGA dan UAG berperan sebagai kodon yang mencirikan
dihentikannya proses translasi, sehingga dinamakan kodon stop atau kodon
terminator.

1. Komponen yang Terlibat dalam Translasi


Terjadinya proses translasi melibatkan beberapa komponen. Secara
umum, komponen yang berperan penting dalam translasi adalah: mRNA, tRNA
dan ribosom.

a. mRNA (messenger RNA)


 molekul mRNA merupakan hasil dari transkripsi yang merupakan
transkrips (salinan) urutan DNA yang menyusun suatu gen.
 mRNA terdiri atas urutan nukleotida yang nantinya akan diterjemahkan
dalam bentuk kodon (triplet nukleotida mRNA).
Gambar 1. Struktur mRNA

b. tRNA (transfer RNA)


 Molekul tRNA merupakan pembawa asam amino yang akan
disambungkan menjadi rantai polipeptida.
 tRNA juga sebagai penterjemah kodon pada mRNA dengan membawa
sekuen berupa antikodon.
 Pada manusia terdapat sedikitnya 50 jenis tRNA. Karena hanya ada 20
asam amino berbeda yang umumnya dibawa oleh tRNA maka beberapa
asam amino mempunyai lebih dari satu jenis molekul tRNA yang
spesifik.
 Jadi, tRNA memiliki dua sisi, satu sisi mengkode anti kodon dan satu
sisi lagi membawa asam amino sesuai dengan kodon yang akan
diterjemahkan
Gambar 2. Struktur tRNA

c. Ribosom
 Ribosom merupakan tempat terjadinya sintesis protein, artinya proses
penterjemahan mRNA menjadi asam amino (translasi) terjadi di ribosom
 Ribosom disusun oleh molekul rRNA dan beberapa macam protein,
serta tersebar di seluruh bagian sel.
 Ribosom pada sel prokariotik biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan sel eukariotik. Walaupun secara struktural,
ribosom pada prokariotik maupun eukariotik memiliki dua jenis, yaitu
ribosom sub unit kecil dan ribosom sub unit besar.
 Ribosom pada sel prokariotik biasanya berukuran 70 S, sedangkan
pada sel eukariotik berukuran 80 S.
 Apabila tidak terjadi proses translasi, maka ribosom sub unit kecil dan
ribosom sub unit besar terletak terpisah. Namun pada saat terjadinya
translasi, ribosom sub unit kecil akan mengikat mRNA dan ribosom sub
unit besar akan berikatan dengan ribosom sub unit kecil hingga
membentuk suatu kompleks. Setelah itu, tRNA akan berikatan ke salah
satu bagian dari ribosom sub unit besar, yaitu aminoacyl site (sisi A)
untuk menterjemahkan kodon yang ada pada mRNA dengan membawa
asam amino yang cocok. Kemudian tRNA tersebut akan pindah
menempati sisi lainnya, yaitu peptidyl site (situs P).
 Translasi terjadi di dalam ribosom yang terdapat dalam sitoplasm. Untuk
translasi tersebut dilibatkan 2 jenis RNA lain, yaitu: transfer RNA (tRNA)
dan ribosomal RNA (rRNA)
 Dengan demikian, dalam sintesis protein melibatkan 3 jenis RNA, yaitu:
- mRNA sebanyak 5%
- tRNA sebanyak 20%
- rRNA ebanyak 75%

Gambar 3. Perbandingan Ukuran Ribosom antara Sel Prokariotik dan Sel


Eukariotik
Gambar 4. Peran Ribosom Saat Translasi mRNA

2. Proses Translasi
Secara umum, poses translasi terdiri atas 3 tahapan yaitu: inisiasi, elongasi dan
terminasi. Namun, proses translasi biasanya diawali dengan proses aktivasi, yaitu
pelekatan antara tRNA dengan asam amino. Tiap asam amino digabungkan dengan
tRNA yang sesuai dengan enzim aminoasiasil-tRNA sintetase. Ribosom memudahkan
pelekatan yang spesifik antara antikodon dengan kodon mRNA selama sintesis protein.
Pengikatan kodon dan anti kodon sebenarnya merupakan bagian kedua dari
dua tahap pengenalan yang diutuhkan untuk translasi suatu pesan genetik yang akurat.
Pengikatan ini harus didahului oleh pemasangan yang tepat antara tRNA dengan asam
amino. Proses ini disebut dengan aktivasi tRNA
a. Aktivasi asam amino pada tRNA oleh sintase tRNA-aminoasil (aminoacyl-tRNA
synthetase)
tRNA yang mengikatkan diri pada kodon mRNA yang menentukan asam
amino tertentu, harus membawa hanya asam amono tersebut ke ribosom. Tiap
asam amino digabungkan dengan tRNA yang sesuai oleh suatu enzim yang spesifik
yang disebut sintase tRNA-aminoasil (aminoacyl-tRNA synthetase). Terdapat 20
macam enzim ini di dalam sel, satu enzim untuk tiap asam amino. Tempat aktif
(active site) dari tiap tipe sintase tRNA-aminoasil hanya cocok untuk kombinasi
asam amino dan tRNA yang spesifik. Enzim sintase ini mengkatalisis penempelan
kovalen dari asam amino pada tRNA-nya dalam suatu proses yang digerakkan oleh
hidrolisis ATP. tRNA aminoasil yang dihasilkan dilepaskan dari enzim tersebut dan
membawa asam aminonya ke rantai polipeptida yang sedang tumbuh di dalam
dalam ribosom.
Penyambungan tRNA dengan asam amino merupakan suatu proses
endergonik yang terjadi dengan bantuan ATP. Prosesnya berlangsung dalam empat
tahapan:
1) Tempat aktif enzim mengikat asam amino dan molekul ATP
2) ATP kehilangan dua gugus fosfat dan bergabung dengan asam amino
sebagai AMP (adenosin monofosfat)
3) tRNA berikatan kovalen dengan asam amino, menggeser AMP di tempat
aktif enzim.
4) Enzim melepaskan tRNA-aminoasil, disebut juga asam amino teraktivasi.
Adapun tahapan tersebut, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5. Sintetase tRNA-aminoasil menggabungkan asam amino spesifik
ke tRNA

b. Inisiasi
Tahap inisiasi dari translasi membawa bersama-sama mRNA, sebuah
tRNA yang memuat asam amino pertama dari polipeptida dan dua sub unit
ribosom. Pertama, subunit ribosom kecil mengikatkan diri pada mRNA dan
tRNA inisiator khusus. Sub unit ribosom kecil melekat pada segmen leader
pada ujung 5’ (upstream) dari mRNA. Pada bakteri, rRNA dari subunit
membentuk pasangan basa dengan urutan nukleotida spesifik dalam leader
mRNA. Pada eukariotik, ujung 5’ pertama kali memerintahkan sub unit kecil
untuk melekat pada ujung 5’ dari mRNA. Pada arah downstream dari mRNA
terdapat kodon inisiasi, AUG, yang memberikan sinyal dimulainya proses
translasi. tRNA inisiator, yang membawa asam amino metionin, melekat
pada kodon inisasi.
Penyatuan mRNA, tRNA inisiator dan sub unit ribosom kecil serta
diikuti oleh perlekatan sub unit ribosom besar, menyempurnakan kompleks
inisiasi translasi. Protein yang disebut faktor inisiasi dibutuhkan untuk
membawa semua komponen tersebut bersama-sama. Sel juga
mengeluarkan energi dalam bentuk molekul GTP untuk membentuk
kompleks inisiasi. Saat penyelesaian proses inisiasi, tRNA inisiator berada
pada tempat P dari ribosom, dan tempat A yang kosong siap untuk tRNA-
aminoasil berikutnya. Sintesis polipeptida dimulai pada ujung aminonya.
Proses inisiasi ini, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6. Inisiasi Translasi


c. Elongasi
Pada tahap elongasi dari translasi, asam-asam amino ditambahkan satu per
satu pada asam amino pertama. Tiap penambahan melibatkan partisipasi beberapa
protein yang disebut faktor elongasi dan terjadi dalam siklus tiga tahap:
1) Pengenalan kodon; Kodon mRNA pada tempat A dari ribosom membentuk
ikatan hidrogen dengan anti kodon molekul tRNA yang baru masuk yang
membawa asam amino yang tepat. Faktor elongasi membawa tRNA ke
tempat A. Langkah ini juga membutuhkan GTP.
2) Pembentukan ikatan peptida; Molekul rRNA dari sub unit ribosom besar,
berfungsi sebagai risozim, mengkatalisis pembentukan ikatan peptida yang
menggabungkan polipeptida yang memanjang dari tempat P ke asam
amino yang baru tiba di tempat A. Pada tahap ini, polipeptida memisahkan
diri dari tRNA tempat perlekatannya semula, dan asam amino pada ujung
karboksilnya berikatan dengan asam amino yang dibawa oleh tRNA di
tempat A.
3) Translokasi; tRNA di tempat A, sekarang terikat pada polipeptida yang
sedang tumbuh, ditranslokasikan ke tempat P. Saat RNA berpindah tempat,
anti kodonnya tetap berikatan dengan hidrogen pada kodon mRNA.
Selanjutnya mRNA bergerak bersama-sama dengan anti koson ini dan
membawa kodon berikutnya untuk ditranslasi pada tempat A. Sementara
itu, tRNA yang tadinya berada pada tempat P bergerak ke tempat E dan dari
tempat ini keluar dari ribosom. Langkah translokasi membutuhkan energi
yang disediakan oleh hidrolidid GTP. mRNA bergerak melalui ribosom ke
satu arah saja, mulai dari ujung 5’. Hal ini sama dengan ribosom yang
bergerak dari 5’ ke 3’ pada mRNA. Hal yang penting di sini adalah ribosom
dan mRNA bergerak relatif satu sama lain, dengan arah yang sama, kodon
demi kodon. Siklus elongasi menghabiskan waktu kurang dari 1/10 detik
dan terus terus diulang saat tiap asam amino ditambahkan pada rantai
hingga polipeptidanya lengkap.

Untuk lebih jelasnya, proses elongasi translasi dapat dilihat pada


gambar berikut:
Gambar 7. Siklus Elongasi Translasi

d. Terminasi
Tahap akhir translasi adalah terminasi. Elongasi berlanjut hingga kodon
stop mencapai tempat A di ribosom. Terdapat 3 jenis kodon yang berperan
sebagai kodon stop, yaitu: UAA, UAG dan UGA. Kodon stop ini tidak
mengkode suatu asam amino melainkan bertindak sebagai sinyal untuk
menghentikan translasi. Suatu protein yang disebut sebagai faktor pelepas
(release factor) langsung mengikatkan diri pada kodon stop di situs A. Faktor
pelepas ini menyebabkan penambahan molekul air, bukan asam amino,
pada rantai polipeptida. Reaksi ini menghidrolisis polipeptida yang sudah
selesai ini dari tRNA yang berada di situs P, melepaskan polipeptida dari
ribosom. Akibatnya, urutan asam amino dalam bentuk poilipeptida terlepas,
komplek ribosom juga terpisah antara ribosom sub unit kecil dan ribosom
sub unit besar. Hal ini dapat dengan jelas dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 8. Terminasi Translasi

Akhir dari translasi akan terbentuk urutan asam amino dalam bentuk
polipeptida. Selanjutkan kumpulan dari beberapa polipeptida akan
membentuk protein. Dengan demikian proses translasi secara umum melalui
tiga tahapan, yaitu inisiasi, elongasi dan translasi yang semuanya terangkum
pada gambar berikut:

Gambar 9. Tahapan translasi mRNA hingga membentuk polipeptida secara


ringkas
3. Perbedaan Translasi antara Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik
a. Sel Prokariotik
 DNA prokariotik tidak terikat histon. Dengan demikian, translasi terjadi
sebelum transkripsi sepenuhnya dirampungkan.
 Hal ini dimungkinkan karena pada prokariotik molekul mRNA
ditranslasikan berdasarkan arah dari ujung 5’ ke ujung 3’.
 Selain dari itu, pada prokariotik tidak terdapat membran inti, sehingga tidak
ada yang memisahkan transkripsi dan translasi
 waktu hidup mRNA pendek (mRNA tidak stabil)

b. Sel Eukariotik
 Transkripsi terjadi tidak bersamaan dengan translasi.
 Dengan adanya membran inti, pada eukariotik dapat dibedakan tempat
terjadinya transkripsi dan translasi.
 Transkripsi terjadi di dalam inti sel sedangkan translasi terjadi di
sitoplasma yang tepatnya pada ribosom.
 Waktunya pun tidak dapat terjadi secara bersamaan, sebab sebelum
dapat melakukan translasi, harus merampungkan terlebih dahulu proses
transkripsi.
 Proses transkripsi dan translasi pada eokariotik lebih komplek daripada
prokariotik
 mRNA memiliki kehidupan beberapa jam atau beberapa hari karena
mRNA bersifat cukup stabil

Tabel Kode Genetik

Contoh:

DNA 5’ ATG TAC GGG TTT TCC GTA ACT TGA 3’

3’ TAC ATG CCC AAA AGG CAT TGA ACT 5’

Yang dipakai adalah rantai sense atau rantai 3’-5’, jadi data yang digunakan
adalah kode berikut:
Cetakan DNA untuk transkripsi:

DNA 3’ TAC ATG CCC AAA AGG CAT TGA ACT 5’

Jika Transkripsi akan menghasilkan mRNA berupa:

Kodon mRNA 5’ AUG UAC GGG UUU UCC GUA ACU UGA 3’

Jika Translasi akan menghasilkan asam amino berupa:

Metionin-Tirosin-glisin-fenilalanin-serin-valin-threolin-stop

5. Transkripsi

Transkripsi adalah proses sintesis RNA dengan template gen-gen yang


terdapat dalam untai DNA. Proses transkripsi berlangsung di dalam nukleus pada
sel-sel eukariotik, atau di dalam sitoplasma pada sel-sel prokariotik. Transkripsi
dari setiap gen akan menghasilkan RNA untai tunggal yang sekuensnya merupakan
komplemen dari sekuens nukleotida pada salah satu untai DNA untai ganda. Untai
DNA ini disebut untai template (template strand), sedangkan untai DNA
pasangannya sering disebut untai kode (coding strand). Pada proses transkripsi
DNA template dibaca dari arah 3’  5’, sedangkan sintesis RNA berlangsung dari
arah 5’  3”.
Enzim utama yang berperan pada proses transkripsi adalah RNA polimerase.
Enzim ini berbeda dengan DNA polimerase karena RNA polimerase tidak
memerlukan primer untuk memulai sintesis untai RNA. Enzim RNA polimerase
merupakan enzim dengan multiaktivitas atau multifungsi, karena itu sering disebut
sebagai kompleks enzim. Pada eukariota telah diketahui 3 macam kompleks enzim
RNA polimerase yaitu RNA polimerase I, II dan III. RNA polimerase I berperan
terutama mensintesis 3 macam rRNA (18S; 5,8S; dan 28S), RNA polimerase II
terutama mensintesis mRNA, dan RNA polimerase III terutama mensintesis tRNA
dan 5S rRNA. Dalam sel-sel prokariotik hanya ada satu macam enzim RNA
polimerase. Enzim ini berperan mensintesis ketiga macam RNA, yaitu mRNA, tRNA
dan rRNA.
Aktivitas utama enzim RNA polimerase adalah menambahkan residu-residu
ribonukleotida untuk membentuk rantai RNA. Jadi, sangat mirip dengan DNA
polimerase, enzim ini bekerja membentuk ikatan ester antara gugus fosfat yang
terdapat pada C5 suatu nukleotida dengan gugus hidroksil yang terletak pada C3
nukleotida lainnya yang merupakan pasangan komplementer dari nukleotida-
nukleotida pada DNA template (Gambar 11). Kesesuaian komplementer nukleotida
yang baru dengan nukleotida pada templatenya diuji dengan pembentukan ikatan
hidrogen antara basa pada nukleotida baru tersebut dengan basa pada DNA
template.
Sebagaimana enzim DNA polimerase, enzim DNA polimerase juga memiliki
berbagai aktivitas lain, sehingga dapat dikatakan RNA polimerase merupakan inti
dari suatu kompleks enzim yang bekerja dalam proses transkripsi. Namun
demikian, berbeda dengan DNA polimerase, enzim RNA polimerase tidak
memerlukan primer untuk memulai polimerisasi. Enzim RNA polimerase juga tidak
memiliki aktivitas eksonuklease 3’  5’ seperti yang dimiliki oleh DNA polimerase.
template

RNA DNA

Gambar 11. Proses polimerisasi ribonukleotida membentuk


rantai RNA dengan template DNA.

Secara umum, proses transkripsi dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu inisiasi,
elongasi dan terminasi. Tahap inisiasi diawali dengan pengenalan sekuens
promoter oleh kompleks enzim RNA polimerase. Pada prokariota, kompleks enzim
RNA polimerase, yang disebut juga holoenzim RNA polimerase, terbentuk dari inti
enzim RNA polimerase yang berikatan dengan suatu protein yang disebut faktor
sigma (σ). Faktor sigma (σ) inilah yang membantu pengenalan sekuens promoter
oleh kompleks enzim RNA polimerase. Setelah sekuens promoter dikenali oleh
kompleks enzim ini, lalu kompleks enzim berikatan dengan sekuens promoter dan
memulai transkripsi.
Tabel 1. Beberapa faktor transkripsi

Nama Keterangan
TFIIA TFIIA berinteraksi dengan subunit TBP dari TFIID dan membantu
pengikatan TBP pada sekuens promoter yang mengandung TATA
box. Interaksi TFIIA dengan TBP akan memfasilitasi pembentukan
dan menstabilkan kompleks preinisiasi (PIC). Interaksi TFIIA dengan
TBP juga akan mencegah terikatnya faktor-faktor negatif atau faktor-
faktor represif yang mungkin akan berikatan dengan TBP (yang akan
mengganggu pembentukan PIC.
TFIIA juga berperan sebagai koaktivator untuk beberapa activator
transkripsi, membantu meningkatkan atau mengaktifkan transkripsi.
TFIIB TFIIB berperan sebagai jembatan atau penghubung antara TFIID dan
RNA polimerase II, dengan membentuk interaksi antara TBP (subunit
pada TFIID) dan RPB1 (subunit pada RNA polimerase II). TFIIB juga
berinteraksi dengan BRE (B-recognition element), elemen promoter
yang terdapat pada TATA box, sehingga diperkirakan berperan
dalam seleksi titik awal transkripsi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mutasi pada TFIIB menyebabkan bergesernya titik awal
transkripsi.
TFIID Satu-satunya GTF yang dapat mengenali sekuens spesifik pada DNA
(sekuens promoter). Memiliki komponen yang disebut TBP (TATA
binding protein) dan beberapa TAF (TBP-associated factors).
TFIIE TFIIE diperkirakan berperan dalam disosiasi untai ganda DNA pada
titik awal transkripsi. Protein ini mengandung motif pita Zn yang
dapat berikatan dengan untai tunggal DNA.
TFIIF
TFIIH TFIIH tersusun dari beberapa subunit, 7 di antaranya (XPD, XPB, p62,
p52, p44, p34 and TTDA) membentuk kompleks inti. Subkompleks
kinase yang mengaktifkan siklin (CDK7, MAT1,dan siklin H)
terhubung dengan inti melalui protein XPD. Dua di antara subunit-
subunit tersebut, yaitu ERCC2/XPD dan ERCC3/XPB, memiliki
aktivitas helikase dan ATPase, subunit-subunit ini membantu
membentuk gelembung replikasi atau replication bubbles. Dua
subunit TFIIH lainnya, yaitu CDK7 dan siklin H, berperan dalam
fosforilasi asam amino serin yang terdapat pada domain ujung
karbonil enzim RNA polimerase II dan kemungkinan juga protein-
protein lain yang berperan dalam siklus sel.

Pengenalan sekuens promoter mula-mula dilakukan oleh TFIID (Transcription


Factor II D) melalui komponennya yang disebut TBP (TATA Binding Protein).
Setelah TFIID berikatan dengan sekuens promoter, lalu faktor-faktor transkripsi
lain, yaitu TFIIA dan TFIIC berikatan dengan kompleks ini dan menginduksi
konformasi DNA sedemikian rupa agar kondusif untuk pengikatan enzim RNA
polimerase. Keseluruhan kompleks yang terbentuk dari faktor-faktor transkripsi
dan RNA polimerase yang terikat pada sekuens promoter ini disebut “kompleks
inisiasi transkripsi”. Kompleks inisiasi transkripsi ini kemudian bekerja memulai
atau menginisiasi transkripsi. Transkripsi adalah proses yang memerlukan energi,
oleh sebab itu pada proses ini dibutuhkan ATP.
Pada akhir tahap inisiasi, enzim RNA polimerase mengalami fosforilasi
berulang kali yang menyebabkannya terlepas dari protein-protein faktor
transkripsi lainnya. Setelah faktor-faktor tersebut terlepas, selanjutnya enzim RNA
polimerase melanjutkan pembentukan untai RNA, tahap ini disebut tahap elongasi
atau perpanjangan rantai.
Terminasi transkripsi pada prokariota berlangsung apabila enzim RNA
polimerase membaca satu sekuens khas pada untai template DNA, yang dikenali
oleh suatu protein terminasi yang disebut faktor ρ (rho). Faktor ρ (rho) adalah
enzim helikase khusus yang diaktifkan atau distimulasi oleh RNA yang bekerja
menguraikan kompleks RNA-DNA nascent. Setelah terminasi, enzim RNA polimerase
terlepas dari template DNA dan siap untuk digunakan pada proses transkripsi
selanjutnya. Pada eukariota, informasi tentang signal terminasi transkripsi belum
semuanya diketahui dengan jelas, salah satunya kemungkinan diberikan oleh
sekuens-sekuens tertentu yang disebut palindrom.
Daftar Pustaka

Ayala, F. J. and Kiger, J.A. 1984. Modern Genetics. 2nded. Menlo Park: The Benjamin/Cunning
Publ.Co., Inc.

Campbell NA, dkk. 2000. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Juwono., Juniarto,
A.Z. 2003. Biologi Sel., EGC. Jakarta

Kimbal, John W. 1994. Biologi. Jilid 1, 2, dan 3. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga Nisyawati,
Luthfiralda., 2019. Biologi Umum., Universitas Terbuka. Tangerang

William D. Stanfield., 2006. Schaum’s Easy Outlines Biologi “Biologi Molekuler dan Sel.

Erlangga. Jakarta.

Yatim, W., 2003. Biologi Modern, Biologi Sel. PT. Tarsito, Bandung.

Campbell, NA, Reece JB, Mitchell LG. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Yuwono, Triwibowo. 2010. Biologi Molekuler. Jakarta: Erlangga.

Stansfield, WD, Colome JS, Cano RJ. 2006. Biologi Molekuler dan Sel. Jakarta: Erlangga.

Campbell, Neil A. and Jane B. Reece. 2005. Biology 7th ed, International Edition. San Fransico:
Pearson Educational Inc.

Hartwell, Leland H., Leroy Hood, dkk. 2000. Genetics: From Genes to Genomes. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.

Berg JM, Tymoczko JL, Stryer L. Biochemistry. 5th edition. WH Freeman & Co.; Cooper
GM, Sunderland MA. The Cell: A Molecular Approach. 2nd edition. Sinauer
Associates; 2000.
King MW. The Medical Biochemistry Page. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2013
melalui themedicalbiochemistrypage.org. (last modified: February 8, 2013)
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harper’s Illustrated Biochemistry. 26th
edition. Lange Medical Books/McGraw-Hill Medical Publishing Division, New York;
2003.

Anda mungkin juga menyukai