ASAM NUKLEAT
NIM : 06091182025003
Kelas : Indralaya
ASAM NUKLEAT
Asam nukleat adalah makromolekul biokimia yang kompleks, berbobot molekul tinggi, dan
tersusun atas rantai nukleotida yang mengandung informasi genetik. Asam nukleat yang
paling umum adalah asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). Asam
nukleat ditemukan pada semua sel hidup serta pada virus. Nama asam nukleat diberikan
karena awalnya ditemukan di dalam inti (nukleus) sel eukariota. Meskipun belakangan
diketahui bahwa asam nukleat juga ditemukan di mitokondria dan kloroplas, serta di
sitoplasma sel prokariota.
Gambar.1.Perbandingan dua tipe asam nukleat: RNA (kiri) dan DNA (kanan), yang
menunjukkan jenis pilinan dan nukleobasa .
2. Gula pentosa.
3. Gugus fosfat
Jenis-jenis Asam Nukleat
Jenis asam nukleat (DNA dan RNA) dibedakan oleh jenis gula dan basa nitrogen yang
mereka miliki. Adenina, sitosina, dan guanina dapat ditemukan pada RNA maupun DNA,
sedangkan timina dapat ditemukan hanya pada DNA dan urasil dapat ditemukan hanya pada
RNA.
1. DNA
Asam deoksiribonukleat (DNA) adalah asam nukleat yang mengandung instruksi genetik
yang digunakan dalam pengembangan dan fungsi semua makhluk hidup. Segmen DNA yang
membawa informasi genetik ini disebut gen. Urutan DNA lainnya memiliki tujuan struktural
atau terlibat dalam pengaturan penggunaan informasi genetik ini. Bersama dengan RNA dan
protein, DNA adalah salah satu dari tiga makromolekul utama yang penting bagi semua
bentuk kehidupan. DNA terdiri dari dua polimer panjang yang disusun oleh unit sederhana
yang disebut nukleotida, dengan tulang punggung yang terbuat dari gula dan gugus fosfat
yang digabungkan oleh ikatan ester.
Kedua unting DNA memiliki arah yang saling berlawanan. Salah satu dari empat jenis
nukleobasa menempel pada setiap gula. Urutan keempat nukleobasa di sepanjang tulang
punggung inilah yang menyandikan informasi berupa kode genetik, yang selanjutnya
menentukan urutan asam amino sebagai penyusun protein. Pembacaan kode dilakukan
dengan menyalin bentangan DNA menjadi RNA dalam proses yang disebut transkripsi. Di
dalam sel, DNA diatur menjadi struktur panjang yang disebut kromosom. Selama
pembelahan sel, kromosom ini digandakan dalam proses replikasi DNA, sehingga masing-
masing sel memiliki kromosom yang lengkap. Organisme eukariota (hewan, tumbuhan,
fungi, dan protista) menyimpan sebagian besar DNA mereka di dalam inti sel dan sebagian
kecil DNA mereka dalam organel seperti mitokondria atau kloroplas. Sebaliknya, prokariota
(bakteri dan arkea) hanya menyimpan DNA mereka di dalam sitoplasma. Di dalam
kromosom, protein kromatin seperti histon memadatkan dan mengatur DNA. Struktur
kompak ini memandu interaksi antara DNA dan protein-protein lain, membantu mengontrol
bagian mana dari DNA yang ditranskripsi.
Alur DNA
Nukleobasa DNA
1. Purin (A dan G) yang berupa fusi senyawa heterolingkar beranggota lima dengan
senyawa heterolingkar beranggota enam, dan pirimidin (C dan T) yang berupa cincin
beranggota enam. Pirimidin lainnya, urasil (U), biasanya menggantikan timin pada
RNA. Perbedaan urasil dengan timin terletak pada ketiadaan gugus metil pada cincin
urasil. Selain kelima nukleobasa tersebut, terdapat pula sejumlah besar analog asam
nukleat buatan yang telah disintesis untuk mengkaji sifat-sifat asam nukleat dan
digunakan dalam bioteknologi.
2. Urasil biasanya tidak ditemukan dalam DNA (ditemukan dalam sel hanya sebagai
produk uraian sitosina). Basa J (beta-d-glukopiranosiloksimetilurasil) yang
merupakan bentuk modifikasi dari urasil juga dapat ditemukan pada sejumlah
organisme: flagellata Diplonema dan Euglena, dan seluruh organisme marga
kinetoplastid.
Replikasi DNA
Gambar.4.replikasi DNA
Pada gambar diatas rantai DNA baru dibentuk berdasarkan urutan nukleotida pada DNA yang
digandakan.
Jadi replikasi ini merupakan proses pelipatgandaan DNA. Proses replikasi ini diperlukan
ketika sel akan membelah diri. Pada setiap sel, kecuali sel gamet, pembelahan diri harus
disertai dengan replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki informasi genetik yang
sama. Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA terdiri dari dua rantai
dan rantai yang satu merupakan “konjugat” dari rantai pasangannya. Dengan kata lain,
dengan mengetahui susunan satu rantai, maka susunan rantai pasangan dapat dengan mudah
dibentuk.
Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang rumit namun teliti. Proses sintesis rantai
DNA baru memiliki suatu mekanisme yang mencegah terjadinya kesalahan pemasukan
monomer yang dapat berakibat fatal. Karena mekanisme inilah kemungkinan terjadinya
kesalahan sintesis amatlah kecil.
2. RNA
Asam ribonukleat (RNA) berfungsi mengubah informasi genetik dari gen menjadi urutan
asam amino yang menyusun protein. Ada tiga tipe RNA, yaitu RNA transfer (tRNA), RNA
duta (mRNA), dan RNA ribosomal (rRNA). RNA duta berfungsi untuk membawa informasi
urutan genetik antara DNA dan ribosom sehingga mengarahkan sintesis protein. RNA
ribosomal merupakan komponen utama ribosom, dan mengkatalisis pembentukan ikatan
peptida. RNA transfer berfungsi sebagai molekul pembawa asam amino yang akan digunakan
dalam sintesis protein dan bertanggung jawab untuk menyandi mRNA. Selain ketiganya,
banyak kelas RNA lain yang diketahui saat ini.
Asam nukleat adalah biomolekul yang paling penting. Molekul ini ditemukan berlimpah di
semua makhluk hidup. Fungsinya untuk membuat, menyandikan, dan menyimpan informasi
genetik di setiap sel hidup dari setiap bentuk kehidupan di Bumi. Selain itu, mereka juga
mengirimkan dan mengekspresikan informasi tersebut, baik dalam operasi internal sel hingga
meneruskannya ke generasi selanjutnya. Informasi disandi dan disampaikan melalui urutan
asam nukleat. Urutan spesifik dalam pasangan basa DNA yang membawa informasi genetik
ini disebut gen. Melalui RNA, urutan pasangan basa menghasilkan asam amino dan
selanjutnya protein, yang menentukan kerangka dan menjadi bagian dari sebagian besar
proses kimiawi dalam tubuh makhluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Susilawati dan Bachtiar, N. (2018). Biologi Dasar Terintegrasi (PDF). Pekanbaru: Kreasi
Edukasi. Hlm. 141. ISBN 978-602-6879-99-8.
Russell, Peter (2001). iGenetics. New York: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-4553-1.
Mashaghi A, Katan A (2013). “A physicist’s view of DNA”. De Physicus. 24e (3): 59–61.
arXiv:1311.2545v1 alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2013arXiv1311.2545M.
Saenger, Wolfram (1984). Principles of Nucleic Acid Structure. New York: Springer-Verlag.
ISBN 0-387-90762-9.
Alberts, Bruce; Johnson, Alexander; Lewis, Julian; Raff, Martin; Roberts, Keith; Walters,
Peter (2002). Molecular Biology of the Cell; Fourth Edition. New York and London: Garland
Science. ISBN 0-8153-3218-1. OCLC 145080076 48122761 57023651 69932405 Periksa
nilai |oclc= (bantuan).
Butler, John M. (2001). Forensic DNA Typing. Elsevier. ISBN 978-0-12-147951-0. OCLC
223032110 45406517 Periksa nilai |oclc= (bantuan). Pp. 14–15.
Bill Bryson, A Short History of Nearly Everything, Broadway Books, 2005, hlm. 500.
Dahm R (January 2008). “Discovering DNA: Friedrich Miescher and the early years of
nucleic acid research”. Human Genetics. 122 (6): 565–81. Doi:10.1007/s00439-007-0433-0.
PMID 17901982.
Cox, Michael; Nelson, David (2008). Principles of Biochemistry. Susan Winslow. Hlm. 288.
ISBN 9781464163074.