Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIOLOGI SELULER

“REPLIKASI DNA DAN MEKANISME PERBAIKAN DNA”

Dosen Pengampu : Riza Dwiningrum, S.Si., M.Biomed

Disusun Oleh :

NAMA : RIESCE OCTA VERANTIKA

NPM : 2101060170

KELAS :D

FAKULTAS KESEHATAN PRODI S1 FARMASI

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

LAMPUNG

2021
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Replikasi DNA ?

2. Bagaimana Mekanisme Perbaikan DNA ?

PEMBAHASAN

PENGERTIAN DNA

DNA alias deoxyribonucleic acid adalah molekul yang mengandung instruksi atau
informasi yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk berkembang, hidup, dan
bereproduksi. Instruksi tersebut ditemukan di setiap sel dan akan diturunkan dari orang tua
ke anaknya. Itulah alasannya, tes DNA bisa mengetahui hubungan biologis antara dua
manusia, sebab jika keduanya adalah keluarga, maka DNA alias informasi genetiknya,
sama. Tes DNA juga bisa mengungkap apakah orang tersebut berisiko mendapat penyakit
genetik atau tidak.

DNA sendiri sudah ditemukan sejak 1869 oleh ahli biokimia Jerman bernama Frederich
Meischer. Hanya saja, bertahun-tahun sejak penemuan tersebut, para ahli belum menyadari
pentingnya DNA. Baru pada 1953, molekul ini disadari sebagai pembawa banyak informasi
biologi dari pemiliknya.

Begini struktur DNA yang ada dalam sel manusia

DNA terbuat dari molekul yang dinamakan nukleotida. Setiap nukleotida ini mengandung
tiga hal, yaitu:

1. Molekul fosfat
2. Molekul gula (deoksiribosa)
3. Basa nitrogen
Sementara itu basa nitrogen yang ada pada DNA, terdiri atas empat bagian, yaitu:

1. Adenin (A)
2. Sitosin (C)
3. Guanine (G)
4. Timin (T)

Nukelotida-nukelotida ini kemudian akan menyatu, membentuk dua rantai panjang yang
melengkung dan membentu struktur yang disebut sebagai spiral ganda atau double helix.
Struktur double helix inilah yang biasa kita lihat pada gambaran struktur DNA.

Struktur ini sekilas terlihat seperti tangga. Jika diibaratkan seperti itu, maka molekukl gula
dan fosfat adalah bagian pinggir tangga, sementara basa nitrogennya, ada di tengah,
bertindak sebagai anak tangga.

Basa nitrogen, sebagai 'anak tangga' DNA, tersusun berpasangan. Adenin berpasangan
dengan Timin (A-T), dan Guanin berpasangan dengan Sitosin (G-C). Inilah yang disebut
kode genetik. Kode ini merupakan petunjuk kehidupan dalam tubuh seseorang.

Gambar. Struktur DNA


Fungsi DNA adalah menjaga kelangsungan kehidupan

DNA memiliki fungsi yang krusial bagi tubuh manusia. Molekul ini berisikan berbagai
perintah yang diperlukan oleh sebuah organisme seperti manusia, tumbuhan, atau burung.
Instruksi untuk tumbuh, berkembang, dan bereproduksi disimpan dalam urutan pasangan
basa nukleotida.

Sel dalam tubuh akan membaca kode lalu akan di proses dan hasilnya berupa protein yang
berperan penting dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Urutan DNA yang berisi
informasi untuk membuat protein ini biasa disebut dengan gen.

Dalam protein juga terdapat berbagai kombinasi asam amino. Protein ini harus ditempatkan
bersama dan dalam urutan yang tepat. Hasilnya berupa struktur serta fungsi yang unik di
dalam tubuh tiap organisme.

Kelainan DNA adalah kondisi yang mungkin terjadi

Ada lebih dari 4.000 penyakit yang disebabkan oleh mutasi genetik. Tapi, mutasi ini tidak
selamanya pasti menyebabkan penyakit.

Pada dasarnya, semua orang mungkin memiliki lima hingga 10 gen yang telah mengalami
mutasi di setiap sel tubuhnya.

Mutasi akan memunculkan masalah jika menimpa gen dominan atau menerpa sepasang
salinan gen yang resesif. Masalah juga bisa muncul apabila beberapa gen dengan varian
berbeda, berinteraksi satu sama lain atau dengan lingkungan. Interaksi inilah yang dapat
meningkatkan risiko penyakit tertentu.

Perbedaan DNA dan RNA sangat penting ketika mempelajari sel makhluk hidup. Dengan
mudah kita dapat melihat perbedaan DNA dan RNA yang bisa dilihat dari kepanjangan
singkatannya, yaitu asam deoksiribonukleat dan asam ribonukleat. Keduanya merupakan
senyawa kimia yang dapat dibuat oleh tubuh kita, dan memiliki peran vital untuk
perkembangan serta pertumbuhan manusia secara keseluruhan.
DNA (deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid) sama-sama membawa informasi
genetik. DNA dan RNA merupakan molekul terpenting dalam biologi sel. Keduanya
bertanggung jawab atas penyimpanan dan pembacaan informasi genetik. Perbedaan DNA
dan RNA dapat dilihat secara struktural maupun fungsional. Perbedaan DNA dan RNA
berkaitan dengan fungsi, struktur, komposisi, dan reaktivitas dan lain-lain.

Berikut penjelasannya.

1. Struktur Gula DNA memiliki kandungan gula bernama deoxyribonucleic acid. Jenis
gula ini mengandung kandungan basa A (adenine), T (timin), C (citocine), dan G
(guanine). Untuk RNA, gula yang ada di dalamnya disebut ribosa. Adapun kode
yang dimilikinya adalah A (adenine), U (uracile), C (citocine), dan G (guanine).
Satu-satunya perbedaan antara ribosa dan deoksiribosa adalah ribosa memiliki satu
gugus -OH lebih banyak daripada deoksiribosa, yang memiliki -H terikat pada
karbon kedua (2 ') di dalam cincin.
2. Fungsi Perbedaan DNA dan RNA yang tak kalah penting adalah fungsinya. DNA
dan RNA memiliki fungsi yang berbeda pada manusia. DNA bertanggung jawab
untuk menyimpan dan mentransfer informasi genetik, sedangkan RNA secara
langsung mengkode asam amino dan bertindak sebagai pembawa pesan antara DNA
dan ribosom untuk membuat protein. DNA berfungsi sebagai informasi genetik
jangka panjang. DNA menjadi transmisi informasi genetik untuk membuat sel lain
dan organisme baru. Sementara RNA digunakan untuk mentransfer kode genetik
dari inti ke ribosom untuk membuat protein. RNA digunakan untuk mengirimkan
informasi genetik pada beberapa organisme dan mungkin merupakan molekul yang
digunakan untuk menyimpan cetak biru genetik pada organisme primitif.
3. Lokasi DNA ditemukan didalam nukleus atau inti sel dan juga didalam cairan inti
sel atau nucleoid, sedangkan RNA ditemukan didalam sitoplasma sel, nukelus, dan
ribosom. Dilansir dari Microbe Notes, DNA tidak bisa meninggalkan inti nukleus,
sedangkan RNA dapat meninggalkan intinya.
4. Bentuk Rantai DNA memiliki bentuk double heliks yang terdiri dari dua rantai yang
saling berpilin, sedangkan RNA hanya terdiri atas satu rantai atau heliks tunggal.
RNA juga memiliki rantai nukleotida yang jauh lebih pendek jika dibandingkan
dengan rantai DNA.
5. Komposisi Basa Basa nitrogen dalam DNA adalah unit dasar kode genetik, dan
susunan serta pasangannya yang benar penting untuk fungsi biologis. Empat basa
yang menyusun kode ini adalah adenin (A), timin (T), guanin (G), dan sitosin (C).
Basa berpasangan bersama dalam struktur heliks ganda, pasangan ini adalah A dan
T, serta C dan G. DNA dan RNA juga memiliki basa nitrogen yang hampir identik.
Keduanya memiliki basa adenin, sitosin, dan guanin. Namun, DNA menggunakan
basa keempat yang disebut timin. Basis keempat RNA adalah urasil. Satu-satunya
perbedaan di sini adalah urasil tidak memiliki gugus metil.
6. Reaktivitas Perbedaan DNA dan RNA juga bisa dikenali dari reaktivitasnya. Ikatan
C-H dalam DNA membuatnya cukup stabil, ditambah tubuh menghancurkan enzim
yang akan menyerang DNA. Lekukan kecil di heliks juga berfungsi sebagai
perlindungan, memberikan ruang minimal bagi enzim untuk menempel.
7. Ikatan O-H di ribosa RNA membuat molekul lebih reaktif, dibandingkan dengan
DNA. RNA tidak stabil dalam kondisi basa, ditambah alur besar dalam molekul
membuatnya rentan terhadap serangan enzim. RNA secara konstan diproduksi,
digunakan, didegradasi, dan didaur ulang. DNA rentan terhadap kerusakan UV.
Sementara RNA relatif tahan terhadap kerusakan akibat sinar UV.
REPLIKASI DNA

Replikasi DNA adalah anggota penggandaan rantai ganda DNA. Pada sel, replikasi DNA
terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota berbelit-belit memperagakan replikasi DNA.
Pada eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah diatur, yaitu pada fase S siklus
sel, sebelum mitosis atau meiosis I. Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim DNA
polimerase yang membantu pembentukan ikatan selang nukleotida-nukleotida penyusun
polimer DNA. Anggota replikasi DNA bisa pula dimainkan in vitro dalam anggota yang
dinamakan reaksi berantai polimerase (PCR).

Replikasi DNA yang terjadi, dinamakan replikasi semikonservatif, karena masing-masing


dari kedua rantai DNA induk bertindak sebagai cetakan/templat untuk pembuatan dua
rantai DNA dengan untai ganda yang baru.

3 model replikasi yang diusulkan pada tahun 1950an

1. Conservative model
2. Semiconservative model
3. Dispersive model

1. Conservative model
Kedua untai asal bertindak sebagai template / cetakan
Dihasilkan 2 molekul DNA :
* 1 molekul asal/parent
* 1 molekul baru
2. Semiconservative model
Tiap untai bertindak sebagai cetakan
Dihasilkan 2 molekul DNA baru, masing-masing terdiri dari 1 untai asal dan 1 untai
baru.

3. Dispersive model
Molekul DNA terpotong-potong saat replikasi
Potongan-potongan tersebut melakukan replikasi
Terbentuk potonganpotongan baru
Potongan DNA asal dan yang baru membentuk 2 molekul DNA yang terdiri dari
potongan potongan DNA baru dan lama secara acak
MEKANISME PERBAIKAN DNA

DNA repair merupakan suatu mekanisme perbaikan DNA yang mengalami kerusakan /
kesalahan yang diakibatkan oleh proses metabolisme yang tidak normal, radiasi dengan
sinar UV, radiasi ion, radiasi dengan bahan kimia, atau karena adanya kesalahan dalam
replikasi DNA. Mekanisme perbaikan yang terdapat ditingkat selular secara garis besar
disesuaikan dengan jenis kerusakan yang tentu saja terkait erat dengan jenis factor
penyebabnya.

Sel-sel menggunakan mekanisme-mekanisme perbaikan DNA untuk memperbaiki


kesalahan-kesalahan pada sekuens basa molekul DNA. Kesalahan dapat terjadi saat
aktivitas selular normal, ataupun dinduksi. DNA merupakan sasaran untuk berbagai
kerusakan: baik eksternal agent maupun secara spontan.

Apabila ada kesalahan / kerusakan DNA, sel mempunyai dua pilihan :

1. Kesalahan tersebut diperbaiki dengan cara mengaktifkan DNA repair. Namun


apabila kesalahan yang ada sudah tidak mampu lagi ditanggulangi, sel memutuskan
untuk beralih ke pilihan kedua.
2. Apabila DNA tidak mampu diperbaiki lagi, akibat dari adanya kesalahan yang fatal
maka akan di apoptosis daripada hidup membawa pengaruh yang buruk bagi
lingkungan sekelilingnya. Kemudian sel dengan DNA yang normal akan
meneruskan perjalanan untuk melengkapi siklus yang tersisa yaitu S (sintesis) G2
(Gap 2) dan M (Mitosis).

Mekanisme DNA Repair

DNA Repair dapat dibagi menjadi mekanisme yang mengidentifikasi dan memperbaiki
kerusakan pada molekul DNA. Ada dua jenis umum DNA Repair, pembalikan langsung
dari proses kimia yang menghasilkan kerusakan dan penggantian basa nukleotida yang
rusak.
Pada mekanisme DNA repair ini dibagi menjadi 3 mekanisme yaitu :

1. Damage Reversal : penggantian secara langsung dimana mekanisme perbaikan ini


tidak memerlukan template dan diterapkan ke dua jenis kerusakan utama. Sinar UV
menginduksi pembentukan dimer pirimidin yang dapat merusak struktur rantai
DNA, memblokir transkripsi di luar area kerusakan setalah itu akan mengaktifkan
suatu proses perbaikan dimana suatu kompleks protein enzim fotoreaktif akan
memutuskan ikatan hydrogen tetapi tanpa memutuskan ikatan fosfodiester antar
nukleotida. Pembalikan langsung melalui fotoreaktivasi dapat membalikkan
dimerisasi ini reaksi dengan memanfaatkan energi cahaya untuk penghancuran
kovalen abnormal ikatan antara pangkalan pirimidin yang berdekatan. Jenis
photoreactivation tidak terjadi pada manusia

2. Damage Removal : proses ini lebih kompleks karena melibatkan replacing atau
penggantian dengan dipotong-potong. Pada excision repair diawali dengan proses
pengidentifikasian ketidaksesuaian sekuen / urutan DNA dalam suatu proses
pengawasan yang dilakukan oleh endonuklease perbaikan DNA. Kompleks enzim
tersebut akan menginisiasi proses pemisahan DNA heliks utas ganda menjadi suatu
segmen utas tunggal. Proses ini akan diakhiri dengan pertautan kembali antara dua
utas tunggal tersebut untuk kembali menjadi bagian dari heliks utas ganda, dengan
perantaraan enzim DNA ligase.
3. Damage tolerance : Mentoleransi kesalahan. Hal ini dilakukan bila kesalahan tidak
dapat diperbaiki sehingga kesalahan terpaksa ditoleransi dan yang terpotong adalah
kedua strand. Mekanisme ini adalah sebuah bentuk replikasi rawan kesalahan
(error-phone) yang memperbaiki kerusakan-kerusakan pada DNA tanpa
mengembalikan sekuens basa awal. Tipe perbaikan ini bisa dipicu oleh kerusakan
DNA dalam tingkat tinggi. Pada bakteri E. Coli, system tersebut diatur oleh gen-gen
recA dan umu yang dihipotesiskan mengubah fidelitas (ketepatan) polymerase DNA
setempat. Dalam rose situ, polymerase melakukan replikasi melewati kerusakan
DNA, sehingga memungkinkan sel untuk bertahan hidup atau sintas. Jika sel
tersebut berhasil sintas melalui seluruh kerusakan DNA, besar kemungkinan sel itu
mengandung satu atau lebih mutasi.

Referensi :

Campbell, dkk. 2003. Biologi.Erlangga : Jakarta

Chandra, A. 2011.Struktur DNA dan RNA.Biologi seluler dan molekuler UI: Jakarta

Rosana,D.2019.Stuktur dan fungsi DNA dan RNA. UII :Yogyakarta

Styer,R. 20011.Biokimia. Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai