Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH ANFIS

FISIOLOGI GENETIKA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

Nama anggota :

Farhan Hadyan C. (P1337437118037)

Digna Hastika Nandita (P1337437118059)

Intan Nur Kusuma Ratri (P1337437118063)

Hafiza Alinda Putri (P1337437128070)

Indah Safitri (P1337437118075)

Naim Khoirul Ummah (P1337437118078)

Hasna Wildan M(P1337437118087)

JURUSAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Istilah gen diciptakan oleh W. Johannsen pada tahun 1909. Gen
adalah unit instruksi untuk menghasilkan atau mempengaruhi suatu sifat
herediter tertentu. Gen terdiri dari DNA yang diselubungi dan diikat oleh
protein. Gen yang menentukan sifat suatu makhluk hidup dibawa oleh
struktur pembawa gen yang mirip benang dan terdapat di dalam inti sel
(nukleus).
Kromosom tersusun atas molekul DNA yang membawa keterangan
genetik. Kromosom dikatakan sebagai benang pembawa sifat, karena sifat-
sifat makhluk hidup pada dasarnya tersimpan di dalam DNA yang terdapat
di dalam kromosom. Nama kromosom diberikan oleh Waldeyer pada
tahun 1888, sedang Morgan pada tahun 1933 menemukan fungsi
kromosom dalam pemindahan materi-materi genetik. Kromosom hanya
dapat diamati dengan mikroskop pada saat sel sedang membelah secara
mitosis atau meiosis.
Setelah Mendel mengemukakan bahwa makhluk hidup dari induk
kepada keturunannya, maka timbullah minat para ahli genetika untuk
mengadakan penelitian tentang faktor pembawa sifat tersebut. Maka para
ahli melakukan beberapa rangkaian percobaan yang disimpulkan bahwa:
a. Inti sel merupakan organik sel yang sangat penting bagi kehidupan sel,
b. Potongan sel yang mengandung inti akan mampu tumbuh dan
berkembang.
c. Sel baru hasil pembelahan memiliki sifat yang sama dengan sel induk.
Dengan demikian dapat ditarik hubungan antara adanya inti dalam sel
dengan sifat yang sama antara sel induk dengan sel turunannya. Jadi
pembawa sifat itu berada di dalam inti sel.
B. Rumusan Masalah
 Apa definisi DNA,Gen,Kromosom dan protein?
 Apa saja karakteristik genetika?
 Bagaimana konsep rekayasa genetika?
C. Tujuan
 Untuk mengetahui definisi dari DNA,Gen,Kromosom dan protein
 Untuk mengetahui karakteristik genetika
 Untuk mengetahui konsep rekayasa genetika
BAB II
PEMBAHASAN

A.Definisi DNA

Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan singkatan DNA (bahasa


Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis biomolekul yang menyimpan dan
menyandi instruksi-instruksi genetika setiap organisme dan banyak jenis virus.
Instruksi-instruksi genetika ini berperan penting dalam pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi organisme dan virus. DNA merupakan asam nukleat;
bersamaan dengan protein dan karbohidrat, asam nukleat adalah makromolekul
esensial bagi seluruh makhluk hidup yang diketahui. Kebanyakan molekul DNA
terdiri dari dua unting biopolimer yang berpilin satu sama lainnya membentuk
heliks ganda. Dua unting DNA ini dikenal sebagai polinukleotida karena
keduanya terdiri dari satuan-satuan molekul yang disebut nukleotida. Tiap-tiap
nukleotida terdiri atas salah satu jenis basa nitrogen (guanina (G), adenina (A),
timina (T), atau sitosina (C)), gula monosakarida yang disebut deoksiribosa, dan
gugus fosfat. Nukleotida-nukelotida ini kemudian tersambung dalam satu rantai
ikatan kovalen antara gula satu nukleotida dengan fosfat nukelotida lainnya.
Hasilnya adalah rantai punggung gula-fosfat yang berselang-seling. Menurut
kaidah pasangan basa (A dengan T dan C dengan G), ikatan hidrogen mengikat
basa-basa dari kedua unting polinukleotida membentuk DNA unting ganda.

Dua unting DNA bersifat anti-paralel, yang berarti bahwa keduanya


berpasangan secara berlawanan. Pada setiap gugus gula, terikat salah satu dari
empat jenis nukleobasa. Urutan-urutan empat nukleobasa di sepanjang rantai
punggung DNA inilah yang menyimpan kode informasi biologis. Melalui proses
biokimia yang disebut transkripsi, unting DNA digunakan sebagai templat untuk
membuat unting RNA. Unting RNA ini kemudian ditranslasikan untuk
menentukan urutan asam amino protein yang dibangun.
Struktur kimia DNA yang ada membuatnya sangat cocok untuk
menyimpan informasi biologis setiap makhluk hidup. Rantai punggung DNA
resisten terhadap pembelahan kimia, dan kedua-dua unting dalam struktur unting
ganda DNA menyimpan informasi biologis yang sama. Karenanya, informasi
biologis ini akan direplikasi ketika dua unting DNA dipisahkan. Sebagian besar
DNA (lebih dari 98% pada manusia) bersifat non-kode, yang berarti bagian ini
tidak berfungsi menyandikan protein.

Dalam sel, DNA tersusun dalam kromosom. Semasa pembelahan sel,


kromosom-kromosom ini diduplikasi dalam proses yang disebut replikasi DNA.
Organisme eukariotik (hewan, tumbuhan, fungi, dan protista) menyimpan
kebanyakan DNA-nya dalam inti sel dan sebagian kecil sisanya dalam organel
seperti mitokondria ataupun kloroplas.[1] Sebaliknya organisme prokariotik
(bakteri dan arkaea) menyimpan DNA-nya hanya dalam sitoplasma. Dalam
kromosom, protein kromatin seperti histon berperan dalam penyusunan DNA
menjadi struktur kompak. Struktur kompak inilah yang kemudian berinteraksi
antara DNA dengan protein lainnya, sehingga membantu kontrol bagian-bagian
DNA mana sajakah yang dapat ditranskripsikan.

Asam deoksiribonukleat merupakan molekul yang mengodekan


instruksi genetik yang dipakai dalam keberlangsungan dan
pengembangan semua makhluk hidup dan virus.

Struktur heliks ganda DNA. Atom-atom pada struktur tersebut


diwarnai sesuai dengan unsur kimianya dan struktur detail dua pasangan
basa.
Gambaran tiga dimensi DNA

Struktur kimia DNA: ikatan hidrogen ditunjukkan oleh garis


putus-putus.

DNA merupakan sebuah polimer yang terdiri dari satuan-satuan berulang


yang disebut nukleotida.[3][4][5] Tiap-tiap nukleotida terdiri dari tiga komponen
utama, yakni gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen (nukleobasa)[6].
Pada DNA, nukleobasa yang ditemukan adalah Adenina (A), Guanina (G),
Sitosina (C) dan Timina (T). Nukleobasa yang terhubung dengan sebuah gugus
gula disebut sebagai nukleosida, dan nukleosida yang terhubung dengan satu atau
lebih gugus fosfat disebut sebagai nukleotida. Polimer yang terdiri dari nukleotida
yang saling terhubung menjadi satu rantai disebut sebagai polinukleotida.[7]
Sehingga DNA termasuk pula ke dalam polinukleotida.

Rantai punggung unting DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang
berselang-seling.[8] Gula pada DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu
2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat melalui ikatan
fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom karbon
kelima pada gula lainnya. Ikatan yang tidak simetris ini membuat DNA memiliki
arah atau orientasi tertentu. Pada struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida
pada satu unting berlawanan dengan orientasi nukleotida unting lainnya. Hal ini
disebut sebagai antiparalel. Kedua ujung asimetris DNA disebut sebagai 5' (lima
prima) dan 3' (tiga prima). Ujung 5' memiliki gugus fosfat terminus, sedangkan
ujung 3' memiliki gugus hidroksi terminus. Salah satu perbedaan utama DNA dan
RNA adalah gula penyusunnya, yakni gula 2-deoksiribosa pada DNA digantikan
gula ribosa pada RNA.
Fungsi DNA

Ada beberapa fungsi yang DNA di dalam tubuh, yakni:

1. Pembawa informasi genetika

DNA memiliki fungsi pembawa informasi genetik makhluk hidup,Di mana


DNA membawa instruksi bagi pembentukan ciri dan sifat manusia.

Bisa dikatakan sebagai pengenal dari orang yang tidak memiliki indentitas.

2. Perantara duplikasi diri dan pewaris sifat

DNA mengandung semua informasi sifat manusia hidup. DNA terdiri dari 46
kromosom.

3. Ekspresi informasi genetik

Gen-gen membawa informasi untuk membentuk protein tertentu. Proses


tersebut terjadi melalui mekanisme sintesis protein.

DNA terdiri atas kode genetik dan informasi genetika yang ada di dalam tubuh
dapat di ekspresikan oleh DNA.

4. Bermanfaat dalam bidang forensik

DNA juga bisa membantu tugas kepolisian untuk mengungkap kasus


kejahatan. Di mana membantu identifikasi tersangka dengan memakai pelacakan
DNA.

5. Mendeteksi penyakit

DNA juga memilik fungsi untuk mendeteksi penyakit yang diderita seseorang.
Caranya dengan melakukan test DNA.

Tes DNA, digunakan untuk berbagai alasan, termasuk untuk mendiagnosis


gangguan genetik. Menentukan apakah seseorang merupakan pembawa mutasi
genetik yang dapat mereka sampaikan kepada anak-anak mereka.
Selain itu memeriksa apakah seseorang berada di risiko penyakit genetik.
Hasil tes DNA bisa memiliki implikasi bagi kesehatan seseorang.

B. Definisi Gen

Gen merupakan sebuah unit informasi genetik yang tersandi dalam


genetika. Gen adalah unit molekul DNA atau RNA yang membawa informasi
mengenai urutan asam amino lengkap suatu protein, atau yang menentukan
struktur lengkap suatu molekul rRNA (RNA ribosom) atau tRNA (transfer
RNA). Terlibat dalam mengkode protein dan mewariskan keturunan. Fungsi
gen yaitu mengatur perkembangan dan proses metabolisme serta
menyampaikan informasi genetika dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Gen terbagi menjadi dua yaitu, genotip dan fenotip. Genotip suatu
organisme adalah susunan genetiknya, termasuk informasi di dalam gennya.
Segala karateristik potensial dan sifat suatu organisme tersandi pada
genotipnya. Fenotip suatu organisme adalah sifat yang sesungguhnya atau
yang terekspresi.
Letak gen dalam kromosom yaitu setiap gen menempati lokus tertentu
yang tetap dalam kromosom. Lokasi yang diperuntukkan bagi gen dalam
kromosom disebut Lokus (kromomer). Gen-gen yang membawa sifat bagian
tubuh yang sama dan lokusnya bersesuaian disebut gen homolog. Lokus
tertentu dapat mengandung satu gen atau lebih.
Secara keseluruhan kumpulan gen-gen yang terdapat di dalam setiap sel
individu organisme disebut sebagai genom. Dengan perkataan lain, genom
suatu organisme adalah kumpulan semua gen yang dimiliki oleh organisme
tersebut pada setiap selnya.

Fungsi gen dan sifat gen

Gen-gen merupakan substansi hereditas, yang memiliki fungsi seperti berikut ini:

1. Menyampaikan informasi mengenai genetika dari generasi ke generasi.


2. Mengontrol, mengatur metabolisme dan perkembangan tubuh.
3. Menentukan sifat-sifat pada keturunannya. Seperti yang di contohkan pada
fakta di depan. Sifat-sifat itu dapat berupa bentuk rambut, bentuk badan,
warna kulit dan lain sebagainya.
4. Proses reaksi kimia di dalam tubuh dapat terjadi secara berurutan. Pada
setiap tahap reaksinya dibutuhkan enzim. Pembentukan dan juga
pengontrolan kerja enzim tersebut dilakukan oleh gen. Pada proses
perkembangan yang membutuhkan hormon juga diatur oleh gen.

Gen yang menampakkan senyawa kimia merupakan substansi hereditas, memiliki


sifat sebagai berikut dibawah ini:

1. Mengandung informasi genetik.


2. Tiap gen memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda.
3. Ketika waktu pembelahan mitosis dan meiosis dapat mengadakan
duplikasi.
4. Sifat gen yang ke empat, kerjanya ditentukan oleh susunan kombinasi basa
nitrogennya.
5. sebagai zarah yang terdapat di dalam kromosom.

C. Definisi Kromosom

Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di


mana informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata
khroma yang berarti warna dan soma yang berarti badan.

Tipe dan jumlah kromosom tiap makhluk hidup berbeda-beda. Dengan


mikroskop cahaya seluruh kromosom dapat dibedakan satu dengan yang lain
dari penampilannya karena ukuran kromosom dan posisi sentromer berbeda.
Masing-masing kromosom memiliki suatu pola pita atau garis tertentu ketika
diberi zat pewarna tertentu. Tampilan visual kromosom setiap individu
dinamakan kariotipe. Kromosom yang membentuk pasangan memiliki
panjang, posisi sentromer, dan pewarnaan yang sama dinamakan kromosom
homolog. Kedua kromosom dari setiap pasangan membawa gen ( unit
instruksi yang mempengaruhi sifat herediter) yang mengendslikan karakter
warisan yang sama. Kromosom dibedakan menjadi autosom (kromosom
tubuh) dan gonosom ( kromosom seks). Autosom merupakan kromosom yang
tidak menentukan jenis kelamin,sedangkan gonosom merupakan kromosom
penentu jenis kelamin.

Suatu kromosom terdiri dari beberapa bagian, yaitu kromatid, kromomer,


sentromer atau kinetokor, satelit dan telomer.
Kromatid adalah salah satu dari dua lengan hasil replikasi kromosom
yang masih melekat satu sama lain pada bagian sentromer. Istilah lain untuk
kromatid adalah kromonema (jamak : kromonemata). Kromonema
merupakan filamen yang sangat tipis yang terlihat selama proses profase.

Kromomer adalah struktur berbentuk manik-manik yang merupakan


akumulasi dari materi kromatin yang terkadang terlihat saat interfase.

Sentromer adalah daerah konstriksi atau pelekukan di sekitar pertengahan


kromosom. Pada sentromer terdapat kinetokor. Kinetokor adalah bagian
kromosom yang merupakan tempat pelekatan benang-benang spindel selama
pembelahan inti dan merupakan tempat melekatnya lengan kromosom.

Satelit adalah bagian kromosom yang bebentuk bulatan dan terletak di


ujung lengan kromatid. Satellit terbentuk karena adanya pelekukan sekunder
di daerah tersebut.

Telomer adalah daerah terujung pada kromosom yang berfungsi untuk


menjaga stabilitas bagian ujung kromosom agar DNA di daerah tersebut tidak
terurai.

Menurut letak sentromer pada lengan kromatid, kromosom dibagi


menjadi empat macam bentuk yaitu :
1. Kromosom telosentrik adalah kromosom yang letak sentromernya
diujung suatu kromatid.
2. Kromosom akrosentrik adalah kromosom yang letak sentromernya
berada pada posisi ujung dengan bagian tengah kromatid.
3. Kromosom submetasentrik adalah kromosom yang letaknya tidak
berada ditengah-tengah lengan kromatid sehingga kromatid tidak
terbagi sama panjangnya.
4. Kromosom metasentrik adalah kromosom yang letak sentromernya
ditengah-tengah lengan kromatid sehingga sentromer membagi
kromatid menjadi dua bagian.

Gb. Kromosom mengandung molekul DNA


Kromosom pada organisme prokariotik ada yang berupa RNA saja. Ini
dapat dijumpai pada virus mozaik (tembakau). Kromosom dapat pula berupa
DNA saja misalnya pada virus T dan dapat pula mengandung keduanya yaitu
DNA dan RNA seperti pada bakteri Escherichia coli.
Cara penyusunan molekul DNA dan protein sebenarnya cukup rumit. Pengemasan
DNA dalam kromosom terjadi pada tahap profase. Secara ringkas pengemasan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Untai DNA dipintal pada suatu set
protein, yaitu histon yang menjadi suatu bentukan yang disebut unit nukleosom.
Unit-unit nukleosom tersusun padat membentuk benang yang lebih padat dan
terpintal menjadi lipatan-lipatan solenoid. Lipatan solenoid tersusun padat
menjadi benang kromatin. Benang-benang kromatin tersusun memadat menjadi
lengan kromatid. Lengan kromatid kembar disebut kromosom.

D. Definisi sintesis protein

PengertianSintesis Protein

Sintesis protein adalah proses pembentukanasam amino


berdasarkankodegenetik yang terdapat pada DNA, yaitu berup a urutan basa
nitrogen. Makna sintesis protein sendiriadalah proses dimanasel-sel individual
disusun membentuk protein. Istilah ini dapat kita temukan dalam kehidupan
sehari- hari kita saat menjalankan kelangsungan hidup yakni pada saat makan.
Makanan yang telah dimakan tentunya akan dicerna oleh sistem pencernaan yang
akan diolah menjadi energi di dalam tubuh manusia. Pada saat proses pencernaan
itulah terdapat istilah sintesis protein. Sintesis Protein sendiri memiliki tujuan
yaitu untuk menghasilkan berbagai macam produk protein sepertienzim-enzim
pencernaan, hormone, dll.
Protein sangatlah penting. Proses sintesis atau pembentukan protein
memerlukan adanya molekul RNA yang merupakan materi genetik di dalam
kromosom, serta DNA sebagai pembawa sifat keturunan. Informasigenetikpada
double helix DNA berupa kode-kode sandi atau kode genetik. Nah, kode-kode
sandi tersebut nantinya akan dibawa atau dicetak untuk membentuk RNA.
Informasi berupa urutan kode-kode sandi pada RNA akan dirangkai menjadi
asam-asam amino, polipeptida, sampaiterbentuk protein.

Proses Sintesis Protein


Proses pembuatan protein atau sintesis protein ini dibagi menjadi dua
langkah, yaitu transkripsi dan translasi.
1. Transkripsi
Transkripsi adalah penyalinan kode genetic pada DNA yang
menghasilkanRNAd, proses initerjadi di dalam nukleus.Transkripsi
melalui 3 tahapan proses, yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi. Penjelasan
yaitu sebagai berikut:

 Inisiasi (Permulaan)
Proses inisiasi dimulai ketika RNA Polimerase menempel pada
promotor gen. Promotor mencakup titik awal (start point). Fungsi
promotor untuk menetukan tempat dimulainya trasnkripsi dan
menentukan satu rantai DNA yang akan digunakan sebagai cetakan.

Courtesy by :https://www.youtube.com/watch?v=JEk-Ek7fBeU
 Elongasi (Pemanjangan)
Elongasiterjadisaat RNA Polimerase membuka untai ganda
DNA. RNA Polimerase selanjutnya akan menyusun nukleotida-
nukleotida RNA membentuk rantai RNAd.
Penyusunan nukleotida RNA terjadi sebagai berikut :
- Salah satu utas DNA pada sebuah gen akan berperan
sebagai cetakan untuk menyusun nukleotida RNA.Utas
ini disebut utas pencetak atau template. 
- Nukleotida RNA kemudian akan disusun membentuk
rantaiRNAd berdasarkan urutan basa nitrogen pada DNA
pencetak. Utas RNAd yang dihasilkan nantinya memiliki
urutan basa nitrogen yang merupakan komplemen dari
urutan basa nitrogen pada DNA pencetak.
- Misalkan, apabila pada DNA pencetak terdapat 
basa  nitrogen Timin maka nukleotida RNA yang tercetak
adalah basa nitrogen Adenin. 
- Basa nitrogen Guanin akan mencetakSitosin, 
- Adenin akan mencetakUrasil demikian seterusnya. 

 Terminasi (Pengakhiran)
Proses transkripsi akan berhenti setelah sampai pada
terminator, yakni urutan DNA yang berfungsi menghentikan
transkripsi.

 Translasi
Translasi adalah penerjemahan kode genetik pada RNAd oleh
ribosom menghasilkan polipeptida. Translasi terjadi melalui tiga tahapan,
seperti transkripsi yaitu, inisiasi, elongasi dan terminasi.
 Inisiasi (Permulaan)
Setiap tiga basa nitrogen pada RNAd akan  membentuk  kodon.

Setiap kodon akan mengkode suatu jenis asam amino tertentu. 

Urutan kodon pada RNAd  inilah yang nantinya berperan


menentukan jenis asam amino yang akan ditambahkan selama proses
penyusunan polipeptida. Untuk mengetahui jenis-jenis asam amino
yang dikode oleh masing-masing kodon dapat diamati pada tabel
berikut.

Misalkan, kodon yang tersusun oleh basa nitrogen UUU akan


diterjemahkan sebagai asam amino fenilalanin, kodon USU
diterjemahkan sebagai asam amino Serin dan sebagainya. 
Terdapat 4 kodon yang berbeda fungsinya dengan kodon yang
lain, yang pertama adalah start kodon AUG. Selain berfungsi
mengkode asam amino metionin, AUG juga berperan
sebagai kodon pertama yang memulai proses translasi.

Sementara kodon UAA, UAG dan UGA disebut sebagai stop

kodon karena memicu berakhirnya proses translasi. Kodon stop


disebut juga kodon nonsense atau kodon tidak bermakna karena

tidak mengkode jenis asam amino apapun.


Translasi diawali dengan ribosom subunit kecil berikatan
padaRNAd di bagian start kodon yaitu AUG.

Setiap asam amino dibawa menuju  ribosom oleh RNAt yang


bersifat spesifik. Setiap RNA tmemiliki urutan tiga basa nitrogen
yang bersifat komplemen dengan kodon yang mengkode asam amino
yang dibawa. Asam amino akan berikatan dengan RNAt  yang
memiliki urutan basa nitrogen komplemen dengan kodon
yang mengkodenya. Urutan basa nitrogen komplemen pada
RNAt disebut anti kodon. 

Misalkan, AUG adalah kodon yang mengkode asam amino


metionin. Maka metionin akan dibawa oleh RNAt yang memiliki
anti kodon UAS. Dengan demikian, maka anti kodon RNA takan

dapat berikatan dengan kodon padaRNAd. Setelah start kodon


berikatan dengan anti kodon spesifiknya, ribosom unit besar
kemudian  berikatan  untuk membentuk kompleks translasi.

 Elongasi (Pemanjangan)
Ribosom unit besar memiliki tiga ruangan yang disebut situs E,
P dan A. Selama elongasi ribosom akan membaca kodon-kodon
yang berada di situs A. Asam amino yang dikode oleh kodon pada
situs A akan dibawa oleh RNAt yang memiliki anti kodon yang
sesuai. Apabila kodon berikutnya adalah UUU maka fenilalanin akan
dibawa oleh RNAt yang memiliki anti kodon AAA.
RNAt tersebut kemudian memasuki situs A. Padatahapberikutnya,
asam amino yang berada di situs P  akan terputus dari
RNAtnya, lalu berikatan dengan asam amino yang berada di situs A.
Ketika ribosom bergeser, RNAt yang tidak membawa asam amino
berpindahke situs E, kemudian akan keluar dari Komplek stranslasi.
RNAt yang mengikat asam amino berpindah dari situs Ake situs P
sehingga situs A menjadi kosong. Karena situs
A kosong maka RNAt yang selanjutnya dapat masuk membawa
asam amino yang sesuai dengan kodon pada situs A. Asam
amino dari situs P  akan berikatan dengan asam amino disitus A,
kemudian ribosom bergeser kembali demikian seterusnya sehingga
proses ini akan menghasilkan rantai asam amino. 

 Terminasi (Pengakhiran)
Tahap terminasi transkripsi  akan terjadiapabilaribosommenca
pai stop kodon. Faktorpelepasakanberikatanpada stop kodon di situs
A memicu polipeptida disitus P terlepas dan kompleks translasi
terurai.
Dengan demikian, maka selesailah proses translasi.
Polipeptida yang dihasilkan dari transkripsi dan translasi ini,
kemudian akan diproses menjadi sebuah protein tertentu.
E. Karakteristik Genetika

Karakteristik DNA, diantaranya yaitu:

 Merupakan material kromosom sebagai pembawa informasi genetik, melalui aktivitas


pembelahan sel.
 Jumlah DNA konstan dalam setiap jenis sel dan spesies. Konstan dalam artian tetap
dan tidakberubahjumlahnya. ContohnyaJumlah DNA pada kucing berbeda dengan
jumlah DNA pada Anjing. Begitu pula dengan jumlah DNA pada manusiadan primate
berbeda jumlahnya.
 Kandungan DNA dalam sel bergantung pada sifat ploidi (genom) sel atau jumlah
kromosom di dalam sel.
 Tebalnya 20 Å (Amstrong) danpanjangnyaberibu-ribu Å (1 Å = 10^-10 meter).
 Dapatmelakukanreplikasi, yaitu membentuk turunan atau menggandakandiri. DNA
hasil replikasi( DNAanak) memiliki urutan basa yang identik dengan yang dimiliki
oleh heliksganda parental ( DNA induk).
 Pada sel organisme prokariotik (bakteri), DNA berantai tunggal. Pada se leukariotik,
DNA berupa heliks (rantai) ganda.
 Pada suhu mendekati titik didih atau pada pH yang ekstrim (kurangdari 3 atau lebih
dari 10), DNA mengalami denaturasi (membuka). Jika lingkungan dikembalikan
sepert isemula, DNA dapat kembali membentuk heliks ganda, disebut renaturasi.

Karakteristik Gen
 Sebagai zarah tersendiri yang terdapat dalam kromosom.
 Mengandung informasi genetik.
 Dapat menduplikasi diri saat terjadi pembelahan sel.
 Dapat menduplikasi diri saat terjadi pembelahan sel.
 Mempunyai tugas khusus sesuai fungsinya.
 Kerjanya ditentukan oleh susunan kombinasi basa nitrogennya.

Karakteristik Kromosom
 Hanya dapat kita lihat pada saat sel membelah.
 Berukuran panjang 0,2 – 40 m (mikron).
 Pada sel prokariotik hanya memiliki satu kromosom dan tidak terletak di dalam inti
sel.
 Protein terdiri dari histon dan non histon yang bersifat netral atau asam.
 Pada umumnya kromosom memiliki susunan kimia yang terdiri dari kromatin 60%,
protein 35%, DNA dan RNA 5%.
 Pada seleukariotik,jumlah kromosom sangatlah bervariasi tergantung jenis
organismenya serta terdapat di dalam nukleus.
 Kromosom memiliki beberapa enzim yang terlibat dalamsintesis DNA dan RNA.

KarakteristikProtein :

 Sukar larut dalam air karena ukuran molekulnya yang sangat besar.
 Dapat mengalami koagulasi oleh pemanasan dan penambahan asam atau basa.
 Bersifat amfoter karena membentuk ion zwitter. Pada titik isoelektriknya, protein
mengalami koagulasi sehingga dapat dipisahkan dari pelarutnya.
 Dapat mengalami kerusakan (terdenaturasi) akibat pemanasan. Pada
denaturasi,protein mengalami kerusakan mulai dari struktur tersier sampai struktur
primernya.

F. Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika atau rekombinan DNA adalah kumpulan teknik-teknik
eksperimental memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan
melipatgandakan suatu fragmen dari materi genetika (DNA) dalam bentuk
murninya.Pemanfaatan teknik genetika di dalam bidang pertanian diharapkan dapat
memberihkan sumbangan,baik dalam membantu memahami mekanisme-mekanisme dasar
proses metabolisme tanaman maupun dari segi aplikasi praktis seperti pengembangan
tanaman-tanaman pertanian dengan sifat unggul .Yang disebut terakhir bisa berupa
pengklonan dan pemindahan gen-gen penyandi sifat-sifat ekonomis penting pada
tanaman,maupun pemanfaatan klon-klon DNA sebagai masker (penanda) di dalam membantu
meningkatkan efisiensi seleksi dalam program pemulihan tanaman.
Keunggulan rekayasa genetika adalah mampu memindahkan materi genetika dari
sumber yang sangat beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih
singkat. Melalui proses rekayasa genetika ini, telah berhasil dikembangkan berbagai
organisme maupun produk yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Teknologi khusus yang digunakan dalam rekayasa genetika meliputi teknologi DNA
Rekombinan yaitu pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan
molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan
mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang.
Sejarah
Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir
abad ke-19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor Johann Mendel berhasil
melakukan analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas hasil-hasil percobaan
persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Sebenarnya, Mendel bukanlah
orang pertama yang melakukan percobaan-percobaan persilangan (Anonim. 2008).  Akan
tetapi, berbeda dengan para pendahulunya yang melihat setiap individu dengan keseluruhan
sifatnya yang kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi
lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya mengenai pola pewarisan sifat ini kemudian menjadi
landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, dan
Mendel pun diakui sebagai Bapak Genetika.
Karya Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada tahun 1866
di Proceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun, selama lebih dari 30 tahun
tidak pernah ada peneliti lain yang memperhatikannya. Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli
botani secara terpisah, yakni Hugo de Vries di Belanda, Carl Correns di Jerman, dan Eric von
Tschermak-Seysenegg di Austria, melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip Mendel pada
penelitian mereka masing-masing.  Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad
ke-20 berbagai percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat mendominasi
penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya suatu era yang dinamakan
genetika klasik.
Selanjutnya, pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang sebagai cabang
ilmu pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang
hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat biokimianya. Pada tahun 1920-an, dan
kemudian tahun 1940-an, terungkap bahwa senyawa kimia materi genetik adalah asam
deoksiribonukleat (DNA). Dengan ditemukannya model struktur molekul DNA pada tahun
1953 oleh J.D. Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru, yaitu genetika
molekuler.
Perkembangan penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya. Jika ilmu
pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat dalam satu dasawarsa,
maka waktu yang dibutuhkan untuk itu (doubling time) pada genetika molekuler hanyalah
dua tahun. Bahkan, perkembangan yang lebih revolusioner dapat disaksikan semenjak tahun
1970-an, yaitu pada saat dikenalnya teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA
rekombinan atau dengan istilah yang lebih populer disebut sebagai rekayasa genetika.
Salah satu penelitian yang memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa genetika
adalah penelitian terhadap transfer (pemindahan) DNA bakteri dari suatu sel ke sel yang lain
melalui lingkaran DNA kecil yang disebut plasmid. Bakteri eukariota uniseluler ternyata
sering melakukan pertukaran materi genetik ini untuk memelihara memelihara ciri-cirinya.
Dalam rekayasa genetika inilah, plasmid berfungsi sebagai kendaraan pemindah atau vektor.
Agar materi genetik yang dipindahkan sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus
memotong materi genetik tersebut. Secara alami, sel memiliki enzim-enzim pemotong yang
sering disebut dengan enzim restriksi. Enzim ini dapat mengenali dan memotong tempat-
tempat tertentu di sepanjang molekul DNA. Untuk menyambung kembali potongan-potongan
DNA ini digunakan enzim ligase. Sampai sekarang ini telah ditemukan lebih dari 200 enzim
restriksi. Hal ini tentu saja mempermudah pekerjaan para ahli rekayasa genetika untuk
memotong dan menyambung kembali DNA.
Genetika pada saat ini telah berkembang pesat. Sejak sruktur DNA diketahui dan
kode genetika dipecahkan, serta proses transkripsi dan tranlasi dapat dijabarkan dalam kurun
waktu antara tahun 1952-1953, telah terbuka pintu untuk perkembangan penting di bidang
genetika. Penemuan di atas diikuti periode antiklimaks ketika beberapa ahli biologi molekuler
antara tahun 1971-1973 berhasil melakukan rekayasa genetika, separti pemotongan gen
(DNA) yang terkontrol dan rekombinasi DNA yang inti prosesnya adalah kloning atau
pengklonaan DNA. Dengan rekayasa genetika dapat disatukan bahan genetik dari satu
organisme dengan organisme lain dan dapat dihasilkan makhluk hidup baru.

Manfaat

1.   Untuk mengurangi biaya dan meningkatkan penyediaan sejumlah besar bahan yang
sekarang di gunakan di dalam pengobatan, pertanian dan industri.
2.  Untuk menggembangkan  tanaman – tanaman pertanian yang bersifat unggul namun
secara praktis.
3.   Untuk menukar gen dari satu organisme kepada organisme lainnya ,menginduksi sel
untuk membuat bahan-bahan yang sebelumnya tidak pernah dibuat.
Prinsip dan teknik dasar rekayasa genetika

Dasar dari pengembangan teknologi DNA Rekombinan adalah ditemukannya mekanisme


seksual pada bakteri yang telah dibuktikan pada tahun 1946. Konsekuensi dari mekanisme
seksual adalah:
1.       Menyebabkan terbentuknya kombinasi gen-gen yang berasal dari dua sel yang
berbeda.
2.      Terjadi pertukaran DNA atau gen dari satu sel ke sel yang lain. Mekanisme seksual
ini tidak bersifat reproduktif atau tidak menghasilkan keturunan.
Asam nukleat yang merupakan sumber informasi genetika didalam setiap sel,adalah
molekul yang bisa dimanipulasi .Ada dua macam asam nucleat yaitu asam ribonucleat :
Asam ribonucleat ( RNA ) dan asam deoksiribonucleat (DNA).
Asam nukleat adalah molekul besar berupa utas rantai yang panjang.Rantai asam
nukleat disusun ole(fragmen) DNA organisme komponen-komponen yang terdiri dari :
Ø  Gula pentosa berkarbon 5 ( yaitu gula ribosa pada RNA,dan gula Deoksiribosa pada
DNA)
Ø  Gugus fosfat (PO4-2)
Ø  Basa
Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat melalui tiga cara,
yaitu konjugasi, transformasi, dan transduksi. DNA yang masuk ke dalam sel bakteri
selanjutnya dapat berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri sehingga terbentuk
kromosom rekombinan.
a.    Konjugasi merupakan perpindahan DNA dari satu sel (sel donor) ke dalam sel bakteri
lainnya (sel resepien) melalui kontak fisik antara kedua sel. Sel donor memasukkan sebagian
DNA-nya ke dalam sel resepien. Transfer DNA ini melalui pili seks yang dimiliki oleh sel
donor. Sel resepien tidak memiliki pili seks. DNA dari sel resepien berpindah ke sel resipien
secara replikatif sehingga setelah proses ini selesai, sel jantan tidak kehilangan DNA. Ke dua
sel tidak mengalami peningkatan jumlah sel dan tidak dihasilkan sel anak. Oleh karena itu,
proses konjugasi disebut juga sebagai proses atau mekanisme seksual yang tidak reproduktif.
b.   Transformasi merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan di
sekelilingnya. DNA yang berada di sekitar bakteri (DNA asing) dapat berupa potongan DNA
atau fragmen DNA yang berasal dari sel bakteri yang lain atau organisme yang lain.
Masuknya DNA dari lingkungan ke dalam sel bakteri ini dapat terjadi secara alami. Pada
tahun 1928 ditemukan strain bakteri yang tidak virulen dapat berubah sifatnya menjadi
virulen disebabkan adanya strain yang tidak virulen dicampur dengan sel-sel bakteri strain
virulen yang telah dimatikan. Tahun 1944 ditemukan bahwa perubahan sifat atau
transformasi dari bakteri yang tidak virulen menjadi virulen disebabkan oleh adanya DNA
dari sel bakteri strain virulen yang masuk ke dalam bakteri strain yang tidak virulen.
c.    Transduksi adalah cara pemindahan DNA dari satu sel ke dalam sel lainnya melalui
perantaraan bakteriofage. Beberapa jenis virus berkembang biak di dalam sel bakteri. Virus-
virus yang inangnya adalah bakteri sering disebut bakteriofag atau fage. Ketika virus
menginfeksi bakteri, fage memasukkan DNA-nya ke dalam sel bakteri. DNA tersebut
kemudian akan bereplikasi di dalam sel bakteri atau berintegrasi dengan kromosom baketri.
DNA fage yang dikemas ketika membentuk partikel fage baru akan membawa sebagian DNA
bakteri yang menjadi inangnya. Selanjutnya jika fage tersebut menginfeksi bakteri yang lain,
maka fage akan memasukkan DNAnya yang sebagian mengandung DNA sel inang
sebelumnya. Jadi, secara alami fage memindahkan DNA dari satu sle bakteri ke bakteri yang
lain.
  Unsur-unsur yang esensial diperlukan dalam kloning DNA adalah:
1.  Enzim retraksi (enzim pemotong DNA)
2.   Kloning vektor (pembawa)
3.   Enzim ligase yang berfungsi menyambung rantai DNA
  Adapun proses-proses dasar dalam kloning DNA meliputi :
1.   Pemotongan DNA (DNA organisme yang diteliti dan DNA vektor)
2.   Penyambungan potongan-potongan (fragmen) DNA organisme dengan DNA
vektor menggunakan enzim ligase
3.   Transformasi rekombinan DNA (vektor + DNA sisipan) ke dalam sel
bakteri Eschericia coli.
4.   Seleksi (screening) untuk mendapatkan klon DNA yang diinginkan.

Tahapan dalam rekaya genetika

1.    Membuat Kompeten Sel


Dalam rekayasa genetika atau bioteknologi proses transformasi gen pada bakteri,
khususnya pada Escherichia coli, membuat kompeten sel merupakan salah satu langkah
yang penting. Tujuan proses kompeten sel adalah untuk mengkondisikan sel bakteri
sehingga dapat menyerap DNA yang berbentuk sirkuler dalam proses kompeten sel.
Pada proses kompeten sel membran sel bakteri akan membentuk suatu pori-pori yang
dapat dimasuki oleh DNA sirkuler. Bakteri yang diperlakukan dengan kalsium klorida
(CaCl2) mampu menyerap DNA bacteriophage . Kemampuan bakteri yang telah
kompeten untuk menyerap DNA adalah sangat singkat yaitu sekitar 1-2 hari, kecuali
diperlakukan dengan penyimpanan yang benar.
2.   Transformasi Sel Kompeten
Transformasi merupakan proses untuk memasukkan DNA plasmid hasil konstruksi
yang telah mengandung gen target ke dalam sel target. Proses transformasi ke sel bakteri
pada umumnya menggunakan metode heat shock, tetapi dapat juga menggunakan metode
listrik secara elektroporasi. Penggunaan metode heat shock juga lebih murah
dibandingkan dengan metode elektroporasi.
Dalam proses transformasi gen ke sel bakteri, macam vektor plasmid yang digunakan
harus diketahui karakternya dengan jelas, terutama sistem ekspresi dan macam gen
ketahanan terhadap antibiotik yang digunakan. Pada umumnya, sistem ekspresi yang
digunakan adalah sistem operon yang dapat diinduksi oleh senyawa tertentu. Kebanyakan
operon yang digunakan adalah lactose operon yang dapat diinduksi oleh senyawa IPTG
( iso-propyl–thio-galaktosidase). Lac-operon digunakan untuk mengekspresikan gen yang
mengkode enzim beta galaktosidase. Enzim ini akan mengkonversi senyawa 5-bromo-4-
cloro-3indolil-beta-D-galaktosidase (X-gal) yang tidak berwarna menjadi derivat indigo
yang berwarna biru. Apabila gen Lac Z disisipi oleh sekuen DNA tertentu, maka gen Lac
Z-nya terputus sehingga enzim beta galaktosidase tidak terbentuk. Akibat tidak
terbentuknya enzim beta galaktosidase, maka substrat X-gal tidak dikoversikan menjadi
derivat indigo sehingga koloni tetap berwarna putih. Dengan demikian, koloni yang
berwarna putih adalah koloni yang berhasil ditransformasi, .sedangkan koloni barwarna
biru merupakan bakteri yang tidak tertransformasi. Seleksi dengan metode ini disebut
dengan blue white colony selection. Blue white colony selection merupakan salah satu
cara dalam menseleksi bakteri yang telah berhasil ditransformasi.

3.    Seleksi Bakteri Transforman


Untuk mengetahui bakteri mana yang telah berhasil ditransformasi plasmid hasil
konstruksi yang memiliki gen untuk mengekspresikan sifat resistensi terhadap antibiotik
tertentu, bakteri tersebut kemudian dikulturkan dalam medium yang mengandung
antibiotik tersebut. Bakteri yang tidak berhasil ditransformasikan dengan plasmid hasil
konstruksi tersebut akan mati karena tidak memiliki plasmid sehingga tidak resisten
terhadap antibiotik. Bakteria yang dapat tumbuh akan dipisahkan antara satu dengan lain
dan dibiarkan tumbuh membentuk koloni. Perlu diingatkan bahwa proses ini melibat
beribu-ribu plasmid dan DNA sasaran yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar.
Plasmid umumnya dalam bentuk larutan cair.
Tidak semua plasmid dapat dikonstruksi dengan enzim restriksi. Walau dapat
dikonstruksi, tidak semua plasmid dapat disisipkan dengan DNA target. Ada plasmid
yang dapat dikonstruksi dan dapat menyatu kembali tanpa bergabung dengan DNA target.
Walaupun ada plasmid yang dapat dilakukan penyisipan, tidak semua berhasil
ditransfomasi ke dalam sel bakteri traget. Dengan ini perlu dilakukan seleksi untuk
memilih hanya sel perumah yang hanya mengandung DNA rekombinan (rDNA).
Saringan yang pertama dilakukan dengan menggunakan penanda saringan terhadap
antibiotik. Andaikan plasmid yang dipilih mempuyai resitensi terhadap antibiotik
ampicilin (ampR) dan lac Z sebagai tapak pemotongan enzim EcoRI yang digunakan
untuk mensintesiskan -galaktosidase jika melakukan lac operon. Sekiranya sel perumah
gagal ditransformasikan vektor plasmid, maka sel perumah tersebut tidak mempunyai
plasmid untuk daya tahan terhadap antibiotik dan sel perumah tersebut musnah. Dengan
itu kita dapat memilih sel perumah yang mana ada vektor plasmid atau tidak. Masalah
selanjutnya adalah adakah sel perumah tersebut mengandung plasmid yang telah telah
dipotong oleh enzim pembatasan atau tidak. Pemecahannya adalah dengan dilakukan
dengan mengkultur bakteria tersebut dalam medium X-gal (mengandung laktosa). X-gal
akan berubah warna menjadi biru sekiranya menyatu dengan -galaktosidase. Lac Z
dipotong oleh enzim restriksi untuk tujuan penyisipan DNA sumber, dengan itu bakteria
lac Z menjadi rusak dan tidak berupaya mensintesis galaktosidase dan akan
menghasilkan koloni berwarna putih di dalam medium X-gal. Masalah ketiga adakah
plasmid yang telah dikonstruksi oleh enzim restriksi tersebut akan disisipkan oleh DNA
sumber atau plasmid tersebut timbul kembali tanpa bergabung dengan DNA sumber.
Proses seterusnya ialah identifikasi gen melalui ‘genetic probe’. Genetic probe adalah
segmen RNA atau segmen rantai tunggal DNA yang menjadi pelengkap kepada gen yang
diperlukan dan telah ditandai dengan bahan radioaktif.
Koloni sel perumah yang mengandung plasmid dipindahkan kepada membran nilon.
Membran nilon akan diberi dengan ‘genetic probe’ yang akan berpasangan dengan bes-
bes pada rDNA yang telah terbuka. Kemudian akan dibilas sekiranya bes yang tidak
berikatan akan disingkirkan dan bes yang berikatan akan tetap berada dalam membran.
‘Genetic probe’ kemudian difoto dengan film x-ray. Dengan itu kita dapat memilih sel
perumah yang mengandung DNA rekombinan.

4.   Pemotongan DNA dengan Enzim Endonuklease dan Elektroforesis


Enzim restriksi (endonuklease) adalah enzim yang berasal dari bakteri yang berasal
dari bakteri yang mampu memotong DNA double strain. Istilah enzim restriksi berasal
dari kenyataan bahwa enzim ini merupakan produk dari satu straind bakteri yang
membatasi pertumbuhan berikutnya dari bakteri lain tertentu pada medium yang sama
Dalam sel bakteri, enzim ini berfungsi sebagai perlindungan diri dengan cara memotong
DNA asing pada sisi pemotongan tertentu. Endonuklease dapat mengenal urutan (sekuen)
nukleutida pendek, antara 4-8 nukleutida, yang sering dikenal sebagai restriction site atau
sisi pemotongan atau situs pemotongan yang spesifik dan berbeda-beda.. Telah diketahui
kira-kira 200 enzim restriksi dan masing-masing enzim restriksi memotong DNA rantai
ganda pada urutan spesifik dari 4 atau 6 basa. EcoRl merupakan salah satu enzim restriksi
yang memotong DNA rantai ganda dimana urutan basa-basanya adalah guanin, adenin
,adenin, timin, timin, dan sitosin .
           G A A T T C
           C T T A A G
Karena EcoRl memotong setiap DNA hanya pada urutan yang benar, maka DNA
yang berasal dari sumber–sumber yang jelas berbeda dapat dipotong dan disambung
bersama berdasarkan adanya ekor-ekor rantai tunggal yang komplementer yang disebut
ujung staggered. Pemotongan yang sempurna dari DNA total dengan enzim ini akan
memotong DNA tadi apabila terdapat urutan GAATTC dan apabila setiap plasmid
mempunyai DNA identik, maka DNA total akan selalu dipotong oleh EcoRl menjadi
fragmen-fragman yang sangat banyak yang tepat sama.
5.    Elektroforesis dengan Agarose Gel
Elektroforesis dengan agarose gel digunakan untuk memisahkan fragmen DNA
berdasarkan berat molekulnya. Fragmen (potongan) DNA berukuran lebih kecil akan
bergerak dari kutub (-) ke kutub (+) akan lebih cepat dibandingkan dengan DNA yang
berukuran besar. Untuk mengetahui besar suatu fragmen DNA ditentukan marker DNA
yang telah diketahui ukurannya.
Penerapan rekayasa genetika dalam kehidupan

Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru
dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Penerapan
rekayasa genetika dalam kehidupan manusia menghasilkan berbagai produk yang dapat
meningkatkan kesejahteraan umat manusia sesuai dengan kebutuhannya. Produk
teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik
(OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Genetically Modified
Organism (GMO). Namun, sering kali pula aplikasi teknologi DNA rekombinan bukan
berupa pemanfaatan langsung organisme transgeniknya, melainkan produk yang
dihasilkan oleh organisme transgenik.
Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh
kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh
pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang
kehidupan manusia.

1.    Bidang pertanian dan perternakan


Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan
ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya
penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan
melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui produksi
pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas gizi serta daya
simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan
keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan
menyertai penemuan produk pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanya
keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi
DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan
kualitas pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada sapi, rabies
pada anjing, blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-fibrosis pada
ikan telah diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Di samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant
bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine atau rPST),
dan ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang paling
menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly diumumkan pada
tanggal 23 Februari 1997.

2. Bidang Perkebunan,Kehutanan, dan Florikultur


Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya
lebih tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan
perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan
perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih
kuat dan juga ketahanan tanaman terhadap hama, dengan mengintroduksi gen Bt yang
berhubungan dengan ketahanan serangga hama hasil isolasi bakteri tanah Bacillus
thuringiensis yang dapat memproduksi protein kristal yang bekerja seperti insektisida
(insecticidal crystal protein) yang dapat mematikan serangga hama (Macintosh et al.,
1990). Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang,
aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein
yang beracun bagi serangga. Sejak diketahui potensi dari protein kristal atau
cry Bt sebagai agen pengendali serangga, semakin banyak dikembangkan isolasi Bt yang
mengandung berbagai jenis protein kristal. Dan sampai saat ini telah diidentifikasi protein
kristal yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada
tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah
lingkungan karena mempunyai target yang spesifik yaitu mematikan serangga dan mudah
terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan.
Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki
struktur kayu lebih baik. Selain itu Fasilitas Uji Terbatas Pusat Penelitian Bioteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghasilkan tanaman sengon (Albazia
falcataria) transgenik pertama di dunia pada tahun 2010 lalu. Kayu sengon bernilai
ekonomis yang digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, perabotan
rumah tangga, pagar, hingga pulp dan kertas. Akar tunggangnya yang kuat, sehingga baik
ditanam di tepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan
pemerintah (Sengonisasi) di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Tanaman sengon
transgenik yang mengandung gen xyloglucanase terbukti tumbuh lebih cepat dan
mengandung selulosa lebih tinggi daripada tanaman kontrol. Tanaman ini berpotensi
tumbuh lebih cepat saat dipindah ke lapangan.
Florikultur merupakan ilmu  yang mempelajari bagaimana cara budidaya bunga.
Florikultur merupakan praktek budidaya Hortikultura dan tumbuhan atau tanaman untuk
kebun, bunga segar untuk industri potong-Bunga dan dalam pot untuk digunakan dalam
ruangan. Hortikultura melibatkan ilmu bunga dan budidaya tanaman dan
di Floristry  dengan menggunakan teknik biokimia, fisiologi, pemuliaan tanaman serta
berbagai produksi  hasil tanaman, Florikultur selalu mencari hal-hal baru  bagaimana cara
menghasilkan tanaman dengan kualitas yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan
mereka untuk melawan dampak lingkungan. Di bidang florikultur antara lain telah
diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama serta
lebih tahan terhadap serangan hama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan beberapa jenis
tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang diinginkan dan masa
kesegaran bunga yang lebih panjang.

3. Bidang Farmasi dan Industri


Di bidang farmasi, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis
obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya
penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis
berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan.
Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri
farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan
cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-
produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat
pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa. Dengan mentransfer gen
untuk produk protein yang dikehendaki ke dalam bakteri, ragi, dan jenis sel lainnya yang
mudah tumbuh di dalam kultur seseorang dapat memproduksi protein dalam jumlah
besar, yang secara alami hanya terdapat dalam jumlah sangat sedikit.
Ø  Pembuatan insulin melalui proses rekayasa genetika
Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel β kelenjar
Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah (kadar
gula darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita
dikenal juga sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar pankreas
mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh
membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat buatan manusia atau
dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen. Kekurangan insulin dapat menyebabkan
penyakit seperti diabetes mellitus tergantung insulin (diabetes tipe I). Insulin terdiri dari
51 asam amino. Molekul insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang
dihubungkan dengan ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B
terdiri dari 30 asam amino.
Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang
digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras (hard
cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari
organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah cita
rasa makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya
saat ini banyak menggunakan produk organisme transgenik.

4. Bidang Farmasi
Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya
penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah
terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk
membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan
dan diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara
industri dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi
hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi
logam air raksa (merkuri) organik ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis
thaliana transgenik yang membawa gen bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk
untuk mendetoksifikasi air raksa organik.
Keragaman metabolisme mikroba juga digunakan dalam menangani limbah dari
sumber-sumber lain. Pabrik pengolahan air kotor mengandalkan kemampuan mikroba
untuk mendegradasi berbagai senyawa organik menjadi bentuk nontoksik. Akan tetapi,
peningkatan jumlah senyawa yang secara potensial berbahaya yang dilepas ke lingkungan
tidak lagi bisa didegradasi oleh mikroba yang tersedia secara alamiah, hidrokarbon
klorinasi merupakan contoh utamanya. Para ahli bioteknologi sedang mencoba
merekayasa mikroba untuk mendegradasi senyawa-senyawa ini. Mikroba ini dapat
digunakan dalam pabrik pengolahan air limbah atau digunakan oleh para manufaktur
sebelum senyawa-senyawa itu dilepas ke lingkungannya.
5. Bidang Hukum dan Forensik
Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dengan jumlah kecil
dapat tertinggal di tempat kejadian perkara atau pada pakaian atau barang-barang lain
milik korban atau penyerangnya. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat
ditemukan dari tubuh korban. Pengujian yang digunakan biasanya menggunakan antibodi
untuk menguji protein permukaan sel yang spesifik. Namun pengujian ini membutuhkan
jaringan yang agak segar dengan jumlah yang relatif banyak. Pengujian DNA dapat
mengidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang jauh lebih tinggi karena urutan
DNA setiap orang itu unik. Analisis RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphims)
dengan Southern blotting merupakan metode ampuh untuk pendeteksian kemiripan dan
perbedaan sampel DNA dan hanya membutuhkan darah atau jaringan lain dalam jumlah
yang sangat sedikit. Misalnya dalam kasus pembunuhan metode ini dapat digunakan
untuk membandingkan sampel DNA dari tersangka, korban, dan sedikit darah yang
dijumpai di TKP. Probe radioaktif menandai pita elektroforesis yang mengandung
penanda RFLP tertentu. Biasanya saintis forensik menguji kira-kira lima penanda, dengan
kata lain hanya beberapa bagian DNA yang diuji. Akan tetapi, rangkaian penanda dari
suatu individu yang demikian sedikitpun sudah dapat memberikan sidik jari DNA atau
pola pita spesifik yang berguna untuk forensik karena probabilitas bahwa dua orang akan
memiliki rangkaian penanda RFLP yang tepat sama adalah kecil. Autoradiografi meniru
jenis bukti yang disajikan kepada para juri dalam pengadilan percobaan pembunuhan.
Seperti yang diungkapkan oleh analisis RFLP, DNA dari noda darah pada pakaian
terdakwa sama persis dengan sidik jari DNA korban tetapi berbeda dari sidik jari
terdakwa. Ini membuktikan bahwa darah dari pakaian terdakwa berasal dari korban bukan
dari terdakwa sendiri.

Dampak dari penerapan rekayasa genetika

Meskipun terlihat begitu besar memberikan manfaat dalam berbagai bidang


kehidupan manusia yang tentunya memberikan dampak positif bagi kesejahteraan umat
manusia, produk teknologi DNA rekombinan (organisme transgenik beserta produk yang
dihasilkannya) telah memicu sejumlah perdebatan yang menarik sekaligus kontroversial
apabila ditinjau dari berbagai sudut pandang. Adapun kontroversi pemanfaatan produk
rekayasa genetika antara lain dapat dilihat dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan
lingkungan.
i. Aspek Sosial
1.       Aspek agama
Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan
sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama Islam.
Demikian pula, penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan
makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai
keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk hewani. Sementara itu, kloning manusia,
baik parsial (hanya organ-organ tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil
menjadi kenyataan akan mengundang kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-
nilai moral kemanusiaan universal. Demikian juga,  xenotransplantasi (transplantasi
organ hewan ke tubuh manusia) serta kloning stem cell dari embrio manusia untuk
kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma agama.

2. Aspek Etika dan Estetika


Penggunaan bakteri E. coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan
diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan terasa
menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut. Hal
ini karena E coli merupakan bakteri yang secara alami menghuni kolon manusia
sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia.

ii. Aspek Ekonomi


Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman
persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional.
Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajat kemanisan jauh
lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan
kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami.
Begitu juga, produksi minyak goreng canola dari tanaman rapeseeds transgenik dapat
berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit
sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional. Di bidang
peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme transgenik dapat memberikan
kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam
keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.
iii. Aspek Kesehatan
1. Potensi toksisitas dan pangan
Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan
muncul bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada
bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang
tidak pernah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang
membahayakan kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat
mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada bahan
pangan konvensional. Di antara kedelai transgenik, misalnya, pernah dilaporkan adanya
kasus reaksi alergi yang serius. Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan toksik dari
bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan pelengkap makanan (food
supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang sebelumnya tidak pernah
terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme tanaman, hewan, atau
mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin, alergen, dan bahaya genetik
lainnya di dalam pangan manusia.
Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya
peningkatan kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan
kentang Magnum Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang
tinggi di dalam umbinya. Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat)
yang resisten terhadap serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen,
yang tinggi.

2. Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan


WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia
baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya,
berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit
lain. Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat
berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah Neisseria gonorrhoeae  (GO).
Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan
spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat
mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat
diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO
untuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas transgenik.
Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan
kadar protein tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan
kondom, dapat diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada
tahun 1999 dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung
tangan dan kondom dari bahan karet transgenik.
Selain pada manusia, organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan
penyakit pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus
percobaan yang diberi pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan dan
imunodepresi. Fenomena yang serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia, yang
diberi pakan jagung pipil dan bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai
tersebut diimpor dari negara-negara yang telah mengembangkan berbagai tanaman
transgenik sehingga diduga kuat bahwa kedua tanaman tersebut merupakan tanaman
transgenik.

iv. Aspek Lingkungan


1. Potensi erosi plasma nutfah
Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan
tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah
tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh,
dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida,
misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu
raja (Danaus plexippus) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan
keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini
terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam jagung Bt dapat
dipindahkan kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang berada pada jarak
hingga 60 m darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja
sehingga larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulma milkweed yang telah
kemasukan gen resisten pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan
demikian, telah terjadi kematian organisme nontarget, yang cepat atau lambat dapat
memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.
2. Potensi pergeseran gen
Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap
serangga Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat
mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah. Tanaman
tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen karena semula hanya
mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya.
Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan
perubahan struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya.

3. Potensi pergesaran ekologi


Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme
yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak
dapat memecah selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan
terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik
dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi. 
Tanaman transgenik dapat menghasilkan protease inhibitor di dalam sari bunga
sehingga lebah madu tidak dapat membedakan bau berbagai sari bunga. Hal ini akan
mengakibatkan gangguan ekosistem lebah madu di samping juga terjadi gangguan
terhadap madu yang diproduksi.

4. Potensi terbentuknya barrier species


Adanya mutasi pada mikroorganisme transgenik menyebabkan
terbentuknya barrier species yang memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu akibat
yang dapat ditimbulkan adalah terbentuknya superpatogenitas pada mikroorganisme.

5. Potensi mudah diserang penyakit


Tanaman transgenik di alam pada umumnya mengalami kekalahan kompetisi
dengan gulma liar yang memang telah lama beradaptasi terhadap berbagai kondisi
lingkungan yang buruk. Hal ini mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah
diserang penyakit dan lebih disukai oleh serangga.
Sebagai contoh, penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap
herbisida akan mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan
makin banyak cendawan dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut.
Dengan perkataan lain, terjadi peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang
menyerang tanaman transgenik tahan herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan
herbisida justru memerlukan penggunaan pestisida yang lebih banyak, yang dengan
sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. DNA (bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis biomolekul yang
menyimpan dan menyandi instruksi-instruksi genetika setiap organisme dan banyak
jenis virus.
2. Fungsi DNA
a. Pembawa informasi genetika
b. Perantara duplikasi diri dan pewaris sifat
c. Ekspresi informasi genetik
d. Bermanfaat dalam bidang forensik
e. Mendeteksi penyakit
3. Gen merupakan sebuah unit informasi genetik yang tersandi dalam genetika. Gen
adalah unit molekul DNA atau RNA yang membawa informasi mengenai urutan asam
amino lengkap suatu protein, atau yang menentukan struktur lengkap suatu molekul
rRNA (RNA ribosom) atau tRNA (transfer RNA).
4. Fungsi gen yaitu mengatur perkembangan dan proses metabolisme serta
menyampaikan informasi genetika dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
5. Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana informasi
genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti
warna dan soma yang berarti badan.
6. Sintesis protein adalah proses pembentukan asam amino berdasarkan kode genetik
yang terdapat pada DNA, yaitu berupa urutan basa nitrogen.
7. Rekayasa genetika atau rekombinan DNA adalah kumpulan teknik-teknik
eksperimental memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan
melipat gandakan suatu fragmen dari materi genetika (DNA) dalam bentuk murninya.
B. Saran
1. Perlu dilengkapi dengan gambar-gambar dari struktur kromosom
2. Perlu ditambahkan contoh-contoh pada organisme agar mudah dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Asam_deoksiribonukleat

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/26/180000969/dna--struktur-dan-fungsinya?
page=3

https://medium.com/@jatiedukasi/pengertian-gen-fungsi-dan-sifat-gen-terlengkap-
6043388fd922

https://en.wikipedia.org/wiki/Chromosome

https://doktersehat.com/kromosom/

http://khoirulhudapjs.blogspot.com/2017/05/makalah-lengkap-rekayasa-genetika-sma.html

https://blog.ruangguru.com/pengertian-sifat-dan-fungsi-protein

https://www.siswapedia.com/pengertian-struktur-dan-fungsi-kromosom/

https://www.sekolahan.co.id/pengertian-dna-ciri-fungsi-sifat-struktur-dan-replikasi-dna-
deoxyribonucleic-acid/
https://www.academia.edu/31632985/147084215-Makalah-Struktur-Gen-Dan-
Kromosom.docx

https://www.academia.edu/11203873/Makalah_Biologi_Kromosom

https://zuniyahya.com/pengertian-dan-tahapan-sintesis-protein/

https://dosenbiologi.com/biologi-dasar/sintesis-protein

Anda mungkin juga menyukai