Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bioteknologi adalah penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa
genetika secaraterpadu, untuk menghasilkan barang atau lainnya bagi kepentingan
manusia. Biokimiamempelajari struktur kimiawi organisme. Rekayasa genetika
adalah aplikasi genetik denganmentransplantasi gen dari satu organisme ke
organisme lain.
DNA adalah molekul utama yang mengkode semua informasi yang
dibutuhkan untuk proses metabolisme dalam organisme. DNA ini tersusun atas 3
komponen utama yaitu guladeoksiribosa, basa nitrogen, dan fosfat yang tergabung
membentuk nukleotida. DNA terdapat didalam setiap sel makhluk hidup yang
sangat berperan penting sebagai pembawa informasihereditas yang menentukan
stuktur protein dan proses metabolisme lain.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan tersebut, muncullah ilmu yang
mempelajari mengenai pembentukan kombinasi materi genetik yang baru
dengancara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga
memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan dalam suatusel
organisme lain yang berperan sebagai sel inang yang dikenal sebagai teknologi
DNA rekombinan atau biasa disebut rekayasa genetika. Teknologi ini
memungkinkannya diperolehnya suatu produk dengan sifat tertentu dalam waktu
lebih cepat dan jumlah lebih besar daripada produksi secara konvensional serta
memadukan sifat dari dua jenis organisme yang berbeda (organismetransgenik) dan
lain-lain.
Langkah awal yang sangat menentukan dalam keberhasilan penelitian
molekuler yang berbasis pada DNA adalah kualitas DNA yang diperoleh dari
tahapan isolasi. pemurnian dankualitas DNA yang diperoleh dari tahap ini akan
sangat menentukan dalam penelitian penelitian biologi molekuler. Tiga langkah
utama dalam isolasi DNA adalah perusakan dinding sel ataulisis, pemisahan DNA
dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta pemurnian DNA.
1.2 Tujuan
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Sel DNA” ini
adalah untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan DNA seperti isolasi DNA, strutur DNA , dan lain sebagainya.

1.3 Manfaat
Dengan diselesaikan makalah ini diharapakan dapat memberikan manfaat
berupa pengetauhuan lebih lanjut mengenai DNA baik untuk penulis maupun untuk
pembacanya.
BAB II
ISI

2.1 Definisi DNA


DNA atau Deoxyribo Nucleic Acid merupakan asam nukleat yang
menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis
rambut, warna kulit dan sifat-sifat khusus dari manusia. DNA ini akan menjadi
cetak bitu (blue print) ciri khas manusia yang dapat diturunkan kepada generasi
selanjutnya. Sehingga dalam tubuh seorang anak komposisi DNA nya sama dengan
tipe DNA yang diturunkan dari orang tuanya.
Secara Bahasa, Deoxyribo nucleic Acid (DNA) tersusun dari kata-kata
“deocyribosa” yang berarti gula pentosa, 1 “nucleic” yang lebih dikenal dengan
nukleat berasal dari kata “nucleus” yang berarti inti serta “acid” yang berarti zat
asam (Arum 1990).
Secara terminologi DNA merupakan persenyawaan kimia yang paling
penting, yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari makhluk
dalam keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.3 DNA adalah
bahan kimia utama yang berfungsi sebagai penyusun gen yang menjadi unit
penurunan sifat (Hereditas) dari induk kepada keturunannya.

2.2 Struktur DNA


Deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan makromolekul berupa benang
sangat panjang yang terbentuk dari sejumlah besar deoksiribonukleotida, yang
masing-masing tersusun dari gula, fosfat dan basa nitrogen. Gula merupakan
sebuah pentose yaitu deoksiribosafosfat, fosfat berupa PO4, dan basa nitrogen
dibedakan atas pirimidin (Sitosin dan Timis) dan purin (Adenin dan Guanin). DNA
mempunyai peran penting dalam pewarisan sifat. DNA merupakan suatu senyawa
kimia yang penting pada makhluk hidup. Tugas utamanya membawa materi genetik
dari suatu generasi ke generasi berikutnya. DNA juga merupakan senyawa
polinukleotida yang membawa sifat-sifat keturunan yang khas pada kromosom.
Gambar … Struktur DNA dan Letak DNA
Sumber : ardra.biz
DNA terletak di dalam inti sel yang disebut kromosom. Dalam kromosom ini,
gen tersusun secara linier yang terdiri dari urutan basa nitrogen dan mengkode
urutan asam amino pada suatu protein yang dihasilkan di dalam sel (Syatra 2011).
Bentuk molekul DNA sangat unik yaitu dua untai yang berpilin menyerupai tangga
spiral atau dikenal dengan Heliks Ganda atau Double Helix dan berputar ke kanan
sesuai dengan arah jarum jam. DNA merupakan molekul yang sederhana, hanya
terdiri dari 4 macam nukleotida yang ditandai oleh huruf A untuk Adenin, G untuk
Guanin, C untuk Sitosin, dan T untuk Timin. Dalam struktur DNA, rantai DNA
tersusun secara bervariasi oleh ke-4 macam basa nitrogen tersebut. Selain itu, ke-4
macam basa ini selalu berpasangan, yaitu A-T dan C-G sehingga jumlah A selalu
sama dengan jumlah T dan jumlah G selalu sama dengan jumlah C. Maka, ketika
terdapat suatu sekuens DNA maka dapat diketahui pasangan sekuen DNA tersebut
berdasarkan jenis basa nukleotida-nya (Brookers 2005).
Ada tiga struktur DNA yang dikenal selama ini. Struktur-struktur DNA
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Struktur Primer
DNA tersusun dari monomer-monomer nukleotida. Setiap nukleotida terdiri
dari satu basa nitrogen berupa senyawa purin atau pirimidin, satu gula pentosa
berupa 2’-deoksi-D-ribosa dalam bentuk furanosa, dan satu molekul fosfat. lain)
menuju ujung dengan gugus 3’ hidroksil bebas atau dengan arah 5’ → 3’ (Darnell,
et al., dalam T. Milanda, 1994).
2. Struktur Sekunder
Salah satu sifat biokimia DNA yang menentukan fungsinya sebagai pembawa
informasi genetik adalah komposisi basa penyusun. Pada tahun 1949-1953, Edwin
Chargaff menggunakan metode kromatografi untuk pemisahan dan analisis
kuantitatif keempat basa DNA, yang diisolasi dari berbagai organisme. Kesimpulan
yang diambil dari data yang terkumpul adalah sebagai berikut :
a. Komposisi basa DNA bervariasi antara spesies yang satu dengan spesies
yang lain.
b. Sampel DNA yang diisolasi dari berbagai jaringan pada spesies yang sama
mempunyai komposisi basa yang sama.
c. Komposisi DNA pada suatu spesies tidak berubah oleh perubahan usia,
keadaan nutrisi maupun perubahan lingkungan.
d. Hampir semua DNA yang diteliti mempunyai jumlah residu adenin yang
sama dengan jumlah residu timin (A=T), dan jumlah residu guanin yang
sama dengan jumlah residu sitosin (G=C) maka A+G = C+T, yang disebut
aturan Charrgaff.
e. DNA yang diekstraksi dari spesies-spesies dengan hubungan kekerabatan
yang dekat mempunyai komposisi basa yang hampir sama.
Pada tahun 1953, James D. Watson dan Francis H.C. Crick berhasil
menguraikan struktur sekunder DNA yang berbentuk heliks ganda melalui analisis
pola difraksi sinar X dan membangun model strukturnya (Darnell, et al. dalam T.
Milanda, 1994). Heliks ganda tersebut tersusun dari dua untai polinukleotida secara
antiparalel (arah 5’→3’ saling berlawanan), berputar ke kanan dan melingkari suatu
sumbu. Unit gula fosfat berada di luar molekul DNA dengan basa-basa
komplementer yang berpasangan di dalam molekul. Ikatan hidrogen di antara
pasangan basa memegangi kedua untai heliks ganda tersebut (Willbraham and
Matta dalam T. Milanda, 1994).

Kedua untai melingkar sedemikian rupa sehingga keduanya tidak dapat


dipisahkan kembali bila putaran masing-masing untai dibuka. Jarak di antara kedua
untai hanya memungkinkan pemasangan basa purin (lebih besar) dengan basa
pirimidin (lebih kecil). Adenin berpasangan dengan timin membentuk dua ikatan
hidrogen sedangkan guanin berpasangan dengan sitosin membentuk tiga ikatan
hidrogen. Dua ikatan glikosidik yang mengikat pasangan basa pada cincin gula,
tidak persis berhadapan. Akibatnya, jarak antara unit-unit gula fosfat yang
berhadapan sepanjang heliks ganda tidak sama dan membentuk celah antara yang
berbeda, yaitu celah mayor dan celah minor (Marks, et al., 1996 ; Robert K. Murray,
et al., 2000).
3. Struktur Tersier
Kebanyakan DNA virus dan DNA mitokondria merupakan molekul lingkar.
Konformasi ini terjadi karena kedua untai polinukleotida membentuk struktur
tertutup yang tidak berujung. Molekul DNA lingkar tertutup yang diisolasi dari
bakteri, virus dan mitokondria seringkali berbentuk superkoil, selain itu DNA dapat
berbentuk molekul linier dengan ujung-ujung rantai yang bebas.

DAPUS
Acamovic T. and J. D. Brooker. 2005. Biochemistry of plant secondary metabolites
and their effects in animals. Cambridge Journals No. 64:403-412.

Anda mungkin juga menyukai