Disusun Oleh :
Kelompok :6
Nama Anggota : -Nadila Anggraini S. (171810301001)
-Muhammad Qosim A. H. (171810301018)
-R. Aj. Irma K. A (171810301026)
-Nurul Afifah F. (171810301030)
-Leyla Novita B. (171810301037)
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah:
1. Melatih kemampuan mahasiswa untuk mengisolasi DNA Plasmid
2. Memahami dan mengetahui berat molekul DNA Plasmid.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat melatih kemampuan untuk mengisolasi DNA plasmid.
2. Mahasiswa dapat mengetahui berat molekul DNA plasmid.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3.1.2 Bahan
- Larutan I (Glukosa 50 mM, Tris-HCl 2,5 mM pH 8, Na2EDTA 10 mM pH
8) 100 µL
- Larutan II (NaOH 0,2 M, SDS 1%, ddH2O steril)200 µL
- Larutan III (Kalium asetat 5 M, asam asetat glasial, ddH2O dingin)150 µL
- Campuran fenol: kloroform: isoamil alkohol (25:24:1)
- Etanol absolut
- Etanol 70%
- ddH2O
- Koloni tunggal transforman E.Coli(inokulum)
- Gel agarosa 1,5%
- Buffer TAE
- Larutan Etidium Bromida (EtBr) 250 µg/mL
3.2 Diagram Alir
3.2.1 Isolasi DNA Plasmid
Koloni tunggal
- diinokulasi
- diinkubasi 37oC
- disentrifugasi
- Larutan I
supernatan pellet
ditambahkan Larutan II
Larutan III
- disentrifugasi
Supernatan pellet
- dicuci etanol dingin 70%
- disentrifugasi
Supernatan pellet
- dilarutkan dalam 20 mL ddH2O
Hasil
3.2.2 Elektroforesis
Agarosa Buffer TAE
- didinginkan
Sampel DNA
- dituangkan
- dicampur dengan
- dipadatkan
buffer BTB dan
sukrosa
- dimasukkan
Gel Agarosa
- dielektroforesis
- direndam dalam EtBr
- direndam dalam buffer TAE
- diamati dengan sinar UV
Pita-pita DNA
4.1 Hasil
No Perlakuan Hasil Gambar
.
1 Penambahan larutan I
Larutan menjadi
kental, keruh
dan berwarna
putih
Ditambah campuran
Membentuk
fenol;kloroform;isoam
emulsi
il alkohol
Supernatan bagian
Larutan
atas dan ditambah
homogen
etanol dingin
9 Diingkubasi selama 60
Terdapat pelet
menit
10 Pelet larut
Pelet diambil dan
membentuk
ditambah etanol
larutan
homogen
11 Larutan
homogen dan
Disentrifugasi
terdapat sedikit
pelet
12 Pelet diambil dan Tidak terjadi
ditambah ddH2O perubahan
13
Hanya
ditemukan RNA
Elektroforesis
saja yang
berjalan
4.2 Pembahasan
Percobaan yang telah dilakukan ada praktikum ini yaitu isolasi DNA
plasmid. Plasmid merupakan molekul DNA sirkuler yang berukuran relatif kecil
dan berada pada kromosom bagian luar dalam sel prokariot. Plasmid dalam
rekayasa genetika dapat digunakan sebagai vektor untuk mentransfer gen-gen
tertentu yang diinginkan ke dalam suatu sel inang. Gen ini nantinya yang akan
menghasilkan suatu produk komersial seperti insulin. Isolasi DNA plasmid dapat
dilakukan dengan sentrifugasi dan presipitasi. Proses ini dilakukan dengan cara
memecah dan mengekstraksi jaringan-jaringan hingga membentuk ekstrak sel
yang terdiri dari sel-sel jaringan, DNA, dan RNA. Ekstrak sel kemudian dilakukan
pemurnian (purifikasi) sehingga dihasilkan pellet sel yang mengandung plasmid.
Isolasi DNA bertujuan untuk memperoleh DNA yang murni terbebas dari bahan-
bahan lainnya seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Isolasi DNA memiliki
ketelitian yang cukup tinggi sehingga harus dilakukan secara hati-hati. DNA yang
akan diisolasi adalah DNA plasmid untuk kemudian dianalisis dengan
elektroforesis sel agarosa.
Isolasi dari bakteri E. coli pada praktikum kali ini dilakukan dengan
menggunakan cara alkalin lisis. Metode alkalin lisis merupakan suatu metode
yang digunakan untuk mengisolasi DNA plasmid yang ada dalam sel bakteri E.
coli. Isolasi tersebut dilakukan melalui proses lisis pada membran sel dengan
menggunakan Sodium Dedosil Sulfat pada suasana basa. Bakteri E. coli dibiakkan
dalam media LB yang sudah ditambahkan kanamisin, kemudian diinkubasi
selama ±16 jam pada 37oC dengan kecepatan 150 rpm, dimana tahap ini sudah
dilakukan oleh asisten sehingga praktikan melanjutkan tahap berikutnya. Tahap
isolasi plasmid berikutnya yaitu diambil 5 ml suspensi sel dan dilakukan
sentrifuse 10000 rpm pada suhu 4oC selama 2 menit. Sentrifuse ini bertujuan
untuk memisahkan material selular (DNA) dengan cairan yang terdapat dalam sel
dan juga media LB sehingga semua material penyusun sel berada dalam pellet.
Hasil dari sentrifuse yaitu supernatan dan pellet.
Supernatan merupakan substansi hasil sentrifugasi yang memiliki berat jenis
yang lebih kecil. Pellet adalah adalah substansi hasil sentrifugasi yang memiliki
berat jenis yang lebih besar. Posisi supernatan berada pada lapisan atas dengan
warna yang lebih jernih dan pellet berada pada bagian bawah dengan warna yang
lebih keruh berupa endapan. Sel dari bakteri Escherichia coli akan berada pada
pellet sehingga supernatan harus dipisahkan dan dibuang melalui proses
sentrifugasi. Prinsip utama sentrifugasi adalah pemisahan substansi berdasarkan
berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi
yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan
terletak di atas. Hasil pelletnya diambil dan supernatannya disimpan.
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pelet disuspensi dengan menggunakan
larutan I (campuran dari glukosa 50 mM, Tris-Cl 2.5 mM pH 8, Na-EDTA 10
mM pH 8 sebanyak 100 mL) sebanyak 100 µL dan dihomogenkan lalu didiamkan
5 menit. Penambahan ini berfungsi untuk melarutkan pellet. Pendiaman ini
dilakukan dengan tujuan agar reaksi berjalan dengan sempurna, sehingga pellet
benar-benar telah larut.Glukosa dapat berperan sebagai buffer yang dapat
mempertahankan pH. Larutan EDTA dapat menghambat DNAse. Enzim DNAse
merupakan enzim yang dapat mendenaturasi DNA. Larutan EDTA dalam larutan
buffer berperan sebagai agen pengkelat yang digunakan untuk mengikat ion
logam Ca2+ dan Mg2+. Logam ini merupakan kofaktor dari DNAse. Kofaktor
tersebut akan berikatan dengan EDTA membentuk kompleks. Kofaktor yang
berinteraksi dengan EDTA dalam buffer akan mengganggu kerja DNAase.
Keberadaan enzim DNAase sangat merugikan karena akan mengganggu proses
isolasi DNA pET-endo. Hal tersebut akan memberikan kemungkinan yang sangat
kecil untuk terjadinya degradasi pada DNA yang akan diisolasi pada praktikum
kali ini. Tris-HCl berfungsi untuk menjaga pH larutan.Pellet dilarutkan atau
dihomogenkan dengan cara dikocok kemudian diketuk-ketuk selanjutnya
didiamkan agar reaksi atau proses isolasi dapat berlangsung dengan sempurna.
Pellet yang telah tersuspensi kemudian ditambahkan larutan II(NaOH 0,2
M, SDS 1%, ddH2O steril) sebanyak 200 µL dan dihomogenkan dengan cara
membolak-balik tabung Eppendorf. Penambahan ini dapat digunakan untuk
melisiskan dinding sel. SDS dapat merusak membran sel bakteri. Membran sel
yang akan dilisis yaitu pada bagian fosfolipid (lemak) dan protein. Komponen
penyusun sel akan keluar dari dalam sel ketika membrane sel telah mengalami
kerusakan. Penambahan NaOH pada larutan II berfungsi untuk membuat sistem
dalam kondisi basa pada kisaran pH 12,0-12,5. Hal ini dikarenakan dengan
adanya perubahan pH akan menyebabkan proses denaturasi pada DNA kromosom
dan pET-endo dalam sel bakteri E. coli TOP10. Ikatan hidrogen yang ada pada
DNA kromosom maupun pET-endo akan terputus dalam suasan pH tersebut. Hal
tersebut akan membuat rantai double helix pada DNA akan terbuka dan
membentuk single helix. Campuran kemudian dihomogenkan dan diinkubasi
selama 15 menit. Inkubasi pada proes tersebut berfungsi untuk melihat
pertumbuhan atau perkembangbiakan pada mikroorganisme.
pET-endo yang mengalami denaturasi harus direnaturasi karena pET-endo
merupakan produk yang akan diisolasi. Proses renaturasi pET-endo dilakukan
dengan penambahan larutan III yang terdiri atas kalium asetat, asam asetat glasial,
dan ddH2O dingin lalu diinkubasi dalam es selama 10 menit. Penambahan larutan
III untuk mempertahankan agar pH DNA plasmid tidak rusak. Kondisi larutan
yang awalnya basa kemudian berubah menjadi kondisi netral. Kalium asetat dapat
membantu terjadinya renaturasi plasmid dan mengendapnya single strand DNA
karena molekulnya yang besar dan tidak dapat larut dalam larutan dengan kadar
garam yang tinggi, kemudian diinkubasi selama 10 menit. Proses renaturasi pada
pET-endo berlangsung secara sempurna. Hal ini dikarenakan struktur pET-endo
yang merupakan DNA plasmid adalah sirkular. Proses pemisahan pET-endo dapat
dilakukan dengan cara sentrifuse. Proses sentrifugasi dilakukan kembali dengan
12000 rpm setelah penambahan larutan III. Hasil yang diperoleh yaitu larutan
membentuk 2 fase dimana pada bagian atas (supernatan) dan bawah berupa
larutan tidak berwarna (pellet) dan bagian tengan berupa lapisan tipis emulsi.
Pemisahan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan berat molekul yang
signifikan diantara keduanya. Hasil pelletnya disimpan dan supernatannya
diambil. Supernatan yang diperoleh tidak berwarna. Hal tersebut menunjukkan
bahwa telah terjadi pengendapan secara sempurna sehingga tidak mencemari
supernatan. Perlakuaan ini dilakukan pada suhu 4°C karena pada suhu ini proses
pemisahan atau proses reaksi berlangsung dengan sempurna.
Supernatan dipindahkan secara perlahan dengan menggunakan pipet
kedalam tabung Eppendorf baru yang steril dan ditambahkan campuran fenol :
kloroform : isoamilalkohol (25:24:1) sebanyak 1 kali volume total. Penambahan
ini bertujuan untuk menghilangkan protein dan pengotor-pengotor lain dalam
larutan. Pelarut organik akan mengikat, menarik, dan mempresipitasi protein
sehingga fase air yang terpisah akan mengandung DNA. Campuran kemudian
dikocok sampai terbentuk emulsi kemudian disentrifugasi lagi 12.000 rpm 2 menit
menghasilkan 3 lapis. Lapisan fasa paling bawah adalah fasa organik, fasa tengah
adalah suatu emulsi putih dan fasa paling atas adalah fasa cair. Bagian atas
merupakan supernatan, kemudian dipindahkan dengan cara mempipet secara hati-
hati dalam tabung eppendorf baru yang steril, kemudian dipekatkan dengan
menambahkan etanol absolut dingin. Fungsi penambahan etanol absolut yaitu
untuk untuk mengendapkan plasmid karena adanya perbedaan polaritas.
Penambahan etanol absolut harus dilakukan pada keadaan dingin dengan tujuan
agar banyak DNA plasmid yang mengendap.Prinsip pengendapan dengan
menggunakan etanol absolut dingin, yaitu pada saat penambahan garam yaitu Na-
asetat yang berfungsi sebagai penetral muatan pada gula fosfat DNA, maka ion-
ion seperti kation Na+ akan menyelimuti rantai DNA yang bermuatan negatif. Jika
di dalam air, gaya elektrostatik antara ion positif (Na+) dan negatif (DNA) masih
lemah karena sebagian rantai DNA masih berikatan dengan air. Air memiliki
konstanta dielektrik yang tinggi, sehingga penambahan pelarut organik seperti
etanol dapat menurunkan konstanta dielektrik tersebut atau memperbanyak ikatan
DNA dengan Na+ sehingga membuat DNA lebih mudah terpresipitasi.
Langkah yang terakhir adalah proses elektroforesis. Proses elektroforesis
merupakan suatu meode yang digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi
dan memurnikan fragmen DNA. Agarosa adalah fraksi yang berasal dari agar-agar
dan merupakan polimer yang netral serta mengandung sedikit sulfat.
Elektroforesis gel agarosa adalah metode pemisahan molekul DNA dan RNA
yang didasarkan pada muatan, ukuran dan bentuk juga fungsi dari gel agarosa
untuk memisahkan molekul yang berukuran lebih dari 100 bp (sebagai
penyaring). Konsentrasi agarosa yang semakin tinggi akan menyebabkan ruang
antar molekul pada gel lebih kecil sehingga mempersulit pergerakan molekul yang
melewatinya. Penambahan EtBr berfungsi untuk mengikat molekul DNA dan
dapat mengangkat sinar UV. Keberhasilan percobaan isolasi DNA ditunjukkan
dari pendaran pita yang cukup jelas, namun pada percobaan yang kami lakukan
tidak ditunjukkan adanya pendaran tersebut. Hasil yang terlihat adalah warna
pendaran yang berwarna oranye yang menandakan terdapat RNA. Kesalahn ini
terjadi karena kurang lamanya gel agarosa saat direndam dengan larutan buffer
TAE.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktikum isolasi DNA plasmid yaitu :
1. Isolasi DNA plasmid dapat dilakukan dengan penambahan beberapa reagen
larutan. Larutan ini dapat digunakan untuk merusak (lisis) sel dan
mengekstrak DNA dari dalam sel. DNA yang telah diisolasi kemudian diuji
dengan menggunakan teknik elektroforesis gel agarosa dan selanjutnya
diamati dengan sinar UV, dimana menunjukkan DNA plasmid yang
dihasilkan buram atau tidak terlihat jelas.
2. Berat molekul DNA plasmid yang diisolasi tidak dapat diuji karena proses
isolasi tidak berhasil mendapatkan DNA plasmid.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum isolasi DNA plasmid adalah praktikan harus lebih
disiplin selama melakukan percobaan di laboratorium dan pada saat proses
elektroforesis jangan menggerak-gerakkan alat karena dapat mempengaruhi
proses elekroforesis. Proses elektroforesis sebaiknya dilakukan dengan terus
menerus tanpa adanya jeda. Praktikan juga harus memastikan proses pemisahan
saat tiga fase terbentuk terpisah secara maksimal agar sampel yang dihasilkan
lebih murni dan dapat dilakukan elektroforesis secara maksimal sehingga DNA
dapat terlihat sehingga dapat menentukan berat molekulnya. Praktikan harus
mengusai materi dan prosedur kerja dengan baik untuk mendapatkan hasil
praktikum yang sesuai dan baik serta dapat meminimalisir terjadinya keasalah.
Praktikan harus menggunakan lab safety use dan memperhatikan SOP untuk
menghindari kesalahan dan kecelakaan kerja serta untuk mendapatkan data yang
benar.
DAFTAR PUSTAKA