Oleh :
Mida Pratiwi K100120028
FAKULTAS FARMASI
2016
CHRONIC KIDNEY DISEASE
I. IDENTITAS PASIEN
Ruang : A2 (4/3)
Umur : 57tahun
II. SUBYEKTIF
Pusing
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
III. OBYEKTIF
HR : 123 x / menit
RR : 20 x / menit
TD : 160/90 mmHg
Suhu : 37.7o C
a. Hematologi
b. Fungsi Hati
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
d. Profil lipid
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
e. lain-lain
Tanggal Pemeriksaan
Nilai
Parameter Satuan
Rujukan 1/7 2/7 3/7 5/7 Ket
f. urinalisis
IV. ASSESMENT
Novorapid 3x8U V
Novorapid 3 x 12 U v v v v
omeprazol iv 2x1 v v v
paracetamol 3x 500 mg v v v
Problem Subyektif,
Terapi Analisis DRP Rekomendasi Monitoring
Medik obyektif
CKD Subyektif: Noperten Pada kasus ini pasien diklasifikasikan ke - Terapi dilanjutkan Frekuensi mual,
mual, (lisinopril) dalam CKD stage IV (dengan nilai GFR dan penambahan muntah, Cr, BUN,
muntah, 10 mg 1xsehari 23,7 mL/min/1.73 m2) terjadi penurunan dengan Loop elektrolit,
proteinuria. panah (Dipiro, 2015: 799). Penyakit Diuretik hipotensi.
Obyektif: Cr gagal ginjal kronis stadium IV (furosemid dosis 80
tinggi menunjukkan penurunan angka pada mg secara p.o 1x
GFR untuk 15-29 ml per menit per 1,73 sehari)
m2 (Abboud, 2010).
Pengobatan menurut algoritma penyakit
Chronic Kidney Disease yang diderita
oleh pasien Ny. S ini dilakukan dengan
pertama pemberian ACE Inhibitor atau
ARB (ACE-1/ACE-2) untuk menurunkan
tekanan darah. Antihipertensi golongan
ACEI/ARB diberikan pada tahap pertama
pengobatan CKD, tekanan darah harus
diturunkan hingga <130/80 mmHg.
Pilihan dengan ACE Inhibitor (lisinopril)
10 mg 1xsehari. Kedua, jika setelah
pemberian lisinopril tekanan darah belum
mencapai target maka diberikan
penambahan Loop Diuetik. Jika CrCI
≥30 ml/min diberikan diuretik tiazid,
sedangkan jika CrCI <30 ml/min maka
diberikan loop diuretik. Didapat ClCr Ny.
S yaitu 23,2 ml/min, sehingga terapi yang
diberikan Loop Diretik, yaitu furosemid
dosis 80 mg secara p.o 1x sehari
(Abboud, 2010).
Omeprazol Omeprazol merupakan PPI (proton pump - Terapi dihentikan Frekuensi mual
IV 2x1 inhibitor) yang digunakan untuk GERD muntah
berat Pada kasus ini omeprazol
digunakan untuk gangguan lambung
karena pasien merasakan gejala mual
dan muntah. Pada pemerikasaan terakhir
pasien tidak mengalami mula dan muntah
dan pemebrian omeprazol telah
dihentikan.
Diabetes Obyektif: Novorapid Novorapid merupakan insulin kerja cepat - Terapi dilanjutkan GDS <200 mg/dL;
Mellitus GDS 317 3 x 12 U (Rapid-acting insulins) (Dipiro, 2015: GDP 76-110
mg/dL; 174). Kadar GDS dan GDP pasien tinggi mg/dL;
GDP sehingga perlu terapi antidiabet dengan G2PP <200mg/dL.
275mg/dL aksi yang cepat, selain untuk mengontrol
kadar gula, juga bermanfaat untuk
menjaga CKD agar tidak semakin parah.
Glukosa (diabetes yang tidak terkontrol
merupakan penyebab CKD), rendahnya
densitas lipoprotein dan trigliserida,
kadar T4 (hipotiroidisme), kalsium
(dalam ESRD) (Dipiro, 2008).
Hipertensi Obyektif: Noperten ACE inhibitor merupakan pilihan lini - Terapi dilanjutkan Tekanan darah dan
150/85 (lisinopril) pertama untuk terapi hipertensi. ACE hipotensi
mmHg 10 mg 1xsehari inhibitor mengeblok angiotensin I
menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat dan stimulator
sekresi aldosteron. ACE inhibitor juga
memblokir degradasi bradikinin dan
merangsang sintesis zat vasodilatasi
lainnya, termasuk prostaglandin E2 dan
prostasiklin (Dipiro, 2015: 101). Tekanan
darah (hipertensi merupakan penyebab
umum terjadi CKD) (Dipiro, 2008).
Hipertensi dengan komplikasi Dibetes
melitus dan CKD diberikan pengobatan
dengan ACEI atau ARB kemudian
kombinasi dengan diuretik tiazid, beta-
bloker (Dipiro, 2015: 103).
Pengobatan untuk hipertensi Ny. S yang
merupakan komplikasi DM dan CKD,
yaitu ACEI (lisinopril) 10 mg 1xsehari.
Terapi dengan ACEI merupakan lini
pertama untuk CKD dan dapat menjaga
fungsi ginjal (Dipiro, 2015: 103).
Pedoman KDIGO merekomendasikan
target tekanan darah 140/90 mm
Hg(Dipiro, 2015: 779).
Anemia Obyektif: Darbepoetin Anemia ditandai dengan kekurangan Belum diterapi Terapi dengan Kadar Hb dan HCT
Hb: 8g/dL alfa (IV atau sintesis eritropoitin, kekurangan zat besi, Darbepoetin alfa
HCT: SC): 0.45 kehilangan darah yang merupakan IV 0.45 mcg/kg
33.5g/dL mcg/kg penyebab anemia (Abboud, 2010). seminggu sekali
seminggu Pasien Ny. S diketahui memiliki Hb 8
sekali mg/dL, sehingga dapat menggunakan
pengobatan ESA (erythropoietic-
stimulating agent). Jika tanpa ESA, terapi
menggunakan Epoetin alfa (IV atau SC):
150–300 units/kg/minggu atau
menggunakan Darbepoetin alfa (IV atau
SC): 0.45 mcg/kg seminggu sekali.
Sedangkan jika dengan ESA maka dosis
ditingkatkan 25% (Dipiro, 2008).
Suhu Suhu: 37,7 oC Paracetamol Suhu tubuh pasien normal (normal 36- - Terapi dihentikan Suhu tubuh
tubuh 38oC) dan diberikan terapi paracetamol,
tinggi namun sudah mengalami penurunan
sehingga pemberiannya sudah dihentikan.
Menghitug GFR females = (140 – age) x wt(kg) / [72 x Serum Creatinine] x 0,85
= 27,38x0,85
1. Farmakologis
a. Lisinopril PO 10mg 1x1hari
b. Furosemid PO 80mg 1x1hari
c. Insulin novorapid SC 3x12 U
d. Darbepoetin alfa IV 0.45 mcg/kg seminggu sekali.
2. Non-farmakologis
a. Diet rendah gula
b. Kontrol nilai gula darah (GD2PP <200mg/dL; GDP <120mg/dL; GDS
<200mg/dL)
c. Diet rendah protein 0,6-0,75 g/Kg/hari.
d. Melakukan olahraga minimal 30 menit per hari, lima kali per minggu
e. Indeks massa (BMI) 20 - 25 kg/m2.
f. Modifikasi gay ahidup
g. Merekomendasikan asupan sodium <2,4 g per hari
h. Untuk pasien CKD direkomendasikan untuk olahraga 30-60 menit dari
intensitas sedang latihan dinamis (Misalnya, berjalan, jogging, bersepeda, atau
berenang) 4-7 hari per minggu
i. Tekanan darah target harus <130/80 mm Hg untuk pasien dengan penyakit
gagal ginjal kronis tetapi dengan out proteinuria (Abboud, 2010).
VI. PEMBAHASAN
CKD
Diabetes Mellitus
(Dipiro, 2008).
Abboud, H., & Henrich, W.L., 2010, Stage IV Chronic Kidney Disease.
BNF, 2007, British National Formulary, (bnf.org).
Dipiro, Joseph T. E., Robert, L. Talbert., Gary, C. Yee., Gary, R. Matzke.,
Barbara, G. Wells., L. Michael, Posey., 2008, Pharmacotherapy Handbook,
Mc Graw Hill Companies, lnc, New York, USA.
Dipiro, et al. 2015. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 7th Edition.
New York: Mc Graw Hill.
Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 2,
Edisi 8. Jakarta : EGC.